You are on page 1of 24

PANDUAN

PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH


BAHAN BERBAHAYA BERACUN

1
RUMAH SAKIT ISLAM GIGI DAN MULUT SULTAN AGUNG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan di rumah sakit bermacam
karakteristiknya dimana bahan tersebut beresiko menyebabkan kecelakaan dan bahaya
bagi pengguna dan lingkungannya. Untuk itu perlu dibuat pedoman pengelolaan B3 agar
resiko-resiko tersebut dapat diminimalisasi.Dalam pedomantersebut harus
mencantumkan pemberian penjelasan tentang ancaman/bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh bahan B3, cara penanganan/penanggulangannya bila terjadi kecelakaan atau
keracunan.Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan
limbah B3. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau
tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan
limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi,
dan insenerasi. Pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya
racun limbah b3 dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya

2
menjadi tidak berbahaya. Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan
untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa
pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk
massa monolit dengan struktur yang kekar. Sedangkan proses pengolahan secara
insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya
menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Pemilihan proses pengolahan limbah B3,
teknologi dan penerapannya didasari atas evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja,
keluwesan, kehadalan, keamanan, operasi dari teknologi yang digunakan, dan
pertimbangan lingkungan. Timbunan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah atau
dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill) yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.

B. Tujuan
1. Umum
a. Memberikan keamanan dan kenyamanan kepada Karyawan, Dokter, Pasien, dan
pengunjung rumah sakit, serta mencegah pencemaran lingkungan dengan adanya bahan
berbahaya dan beracun
b. Tercapainya kondisi lingkungan RSIGM Sultan Agung yang memenuhi persyaratan
sanitasi yang menjamin pencegahan penyakit akibat pemaparan oleh bahaya-bahaya
lingkungan RS serta pencegahan pencemaran lingkungan.
c. Agar tercipta lingkungan RSIGM Sultan Agung yang nyaman, bersih, sehat dan bebas
dari resiko penularan penyakit dan pencemaran lingkungan.
2. Khusus
a. Meminimalisasi resiko penyakit dan kecelakaan kerja akibat B3.
b. Memberikan informasi kepada pengguna B3 tentang bahaya B3 yang digunakan.

C. Pengertian
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,

3
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain.
2. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
3. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
4. Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan
limbah B3.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

RSIGM Sultan Agung adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pengelolaan RSIGM Sultan Agung sebagai institusi
pelayanan publik harus dikelola secara aman dari pencemaran lingkungan RSIGM Sultan
Agungyang diakibatkan oleh bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3.
Sebagai institusi pelayanan publik yang memberikan jasa pelayanan kesehatan, RSIGM
Sultan Agung berkewajiban untuk mengupayakan keselamatan dan keamanan seluruh
penghuni. Agar dapat memberikan jasa pelayanan kesehatan secara maksimal, mengamanakan
dan mencegah pencemaran lingkungan, RSIGM Sultan Agung harus dalam keadaan aman
akibat dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun.
RSIGM Sultan Agung menggunakan berbagai jenis bahan berbahaya dan beracun dalam
penyelenggaran pelayanan kesehatan yang berpotensi menimbulkan berbagai risiko. Untuk
mengantisipasi dan meminimalisasi dampak dari kemungkinan risiko-risiko tersebut, maka
perlu dibuat panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) sehingga memberikan rasa aman kepada petugas dan lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut maka pelu dibuat panduan pengelolaan B3 dan limbah B3 dengan
tujuan:
1. Sebagai acuan di RSIGM Sultan Agung dalam pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun serta limbah B3 yang dihasilkan dalam pelayanan kesehatan.
2. Memberikan keamanan kepada pasien, dokter, pengunjung dan karyawan RSIGM
Sultan Agung, serta mencegah pencemaran lingkungan dengan adanya bahan
berbahaya dan beracun
3. Meminimalisasi risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

Ruang lingkup panduan pengelolaan bahan dan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) di
RSIGM Sultan Agung meliputi :

5
1. Identifikasi Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan limbah B3.
2. Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
3. Pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3).
4. Pengemasan, pelabelan B3 dan limbah B3
5. Penanganan tumpahan limbah B3 dan pelaporan insiden
6. Alat Pelindung Diri (APD) pada penanganan B3 dan limbah B3.
7. Pendokumentasian limbah B3.

6
BAB III
KEBIJAKAN

Kebijakan Manajemen Rumah Sakit Islam Gigi dan Mulut untuk selalu memberikan
prioritas yang menyangkut Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam semua kegiatan
Rumah Sakit Islam Gigi dan Mulut Sultan Agung.
Garis besar kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3)
b. Rumah Sakit mendukung memberikan perlindungan pada seluruh orang dan benda yang
berada dalam lingkungan rumah sakit.
c. Setiap pengadaan bahan B3 harus mengupayakan Kesehatan dan Keselamatn Kerja serta
pencegahan pencemaran lingkungan.
d. Setiap pengendalian B3 harus harus mengupayakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta
pencegahan pencemaran lingkungan.
e. Penanganan kecelakaan bahan kimia sesuai dengan prosedur bahan.

Kebijakan pengelolaan limbah berdasarkan regulasi yang ada yaitu :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3815)
b. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4161)
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/ SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air Minum;
d. Pergub No. 76 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

7
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan Limbah B3


Untuk menentukan bahan berbahaya yang digunakan di RSIGM Sultan Agung mengacu
pada Peraturan Pemerintah RI No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun serta Permenkes RI No. 472/MENKES/PER/V/1999 tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya Bagi Kesehatan.
Identifikasi B3 dilakukan dengan cara:
a. Inventarisasi jenis B3 di area RSIGM Sultan Agung
b. Inventarisasi sumber penghasil B3 dan limbah B3.
c. Pengecekan label/simbol pada kemasan.
Klasifikasi jenis B3 terdiri dari :
a. mudah meledak (explosive);
b. pengoksidasi (oxidizing);
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (moderately toxic);
i. berbahaya (harmful);
j. korosif (corrosive);
k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. karsinogenik (carcinogenic);

Sifat B3 dan limbah B3 dan Instalasi / unit kerja yang menghasilkan limbah B3 di RSIGM
Sultan Agung disajikan tabel 4.1

8
Tabel 4.1
Sifat B3 dan limbah B3 dan instalasi/unit penghasil

Instalasi/unit penghasil B3
No Jenis B3 dan limbah B3
dan limbah B3
1 Ruang Operasi Infeksius
2 Radiologi Korosif, berbahaya terhadap lingkungan
3 Laboratorium Klinik Infeksius, mudah terbakar
4 Klinik Dental Specialist Center Infeksius
5 Klinik Integrasi Infeksius
7 IGD Infeksius, mudah terbakar.
9 CSSD Infeksius
10 Ruang Gas Medis Mudah meledak, mudah terbakar

Gb.4.1 Label B3

Mudah meledak Padatan Mudah Menyala Cairan Mudah Terbakar

Beracun Korosif Berbahaya Terhadap


Lingkungan

9
Infeksius Reaktif

Setiap bahan berbahaya beracun yang digunakan akan menghasilkan limbah Bahan
Berbahaya Beracun (B3). Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan RSIGM
Sultan Agung, selain dihasilkan limbah B3 sesuai dengan bahan yang digunakan, juga
dihasilkan limbah B3 lain sebagai akibat dari pelayanan kesehatan. Jenis limbah B3
yang dihasilkan di RSIGM Sultan Agung, sesuai Peraturan Pemerintah RI No.101
tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun dan Kep.Menkes
RI No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RSIGM Sultan
Agung diberi label sesuai dengan tabel 4.2

Tabel 4.2
Label limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam wadah

No Kategori Warna wadah Wadah/kemasan Lambang

1 Radioaktif Merah/kuning Kantong plastik

2 Infeksius Kuning Kantong plastik

3 Infeksius tajam Kuning Kantong plastik

4 Kimia cair - Dirigen tertutup

10
B. Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun (B3)
1. Pengadaan B3
Pengadaan B3 dilakukan oleh distributor B3 yang telah memiliki ijin dari Kementerian
Lingkungan Hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pengadaannya,
distributor wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet
– MSDS).

2. Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 harus memperhatikan sifat – sifat dari bahan tersebut dan reaksi akibat
interaksi bahan dalam penyimpanan. Interaksi yang terjadi selama dalam proses
penyimpanan antara lain adalah interaksi bahan dengan lingkungan, interaksi bahan dengan
wadah, interaksi bahan dengan bahan.

a. Penyimpanan bahan mudah terbakar (flammabel)


1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin
2) Jauh dari sumber api
3) Sediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b. Penyimpanan bahan mudah meledak (eksplosive)
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api / panas
3) Hindarkan tumbukan/benturan mekanis
c. Penyimpanan bahan oksidator
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api / panas
3) Jauhkan dari bahan mudah terbakar/reduktor
d. Penyimpanan bahan reaktif
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Jauhkan dari sumber api / panas
3) Sediakan alat pemadam api ringan tanpa air (CO2, Halon, Dry Powder)
e. Penyimpanan bahan beracun
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup

11
2) Disimpan terpisah dari bahan –bahan yang mungkin bereaksi
3) Sediakan alat pelindung diri, masker, gloves dan pakaian kerja
f. Penyimpanan bahan korosif
1) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
2) Disimpan terpisah dari bahan beracun
3) Wadah tertutup dan beretiket
4) Sediakan alat pelindung diri kaca mata, gloves dan pakaian kerja
g. Penyimpanan gas bertekanan
1) Disimpan tegak dan terikat
2) Disimpan pada ruangan dingin dan tidak terkena matahari langsung
3) Jauh dari sumber api/panas
4) Disimpan jauh dari bahan – bahan korosif yang dapat merusak kran-kran.

3. Penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3)


Dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun (B3), hal penting yang harus diperhatikan
adalah sifat fisik, kimia, bahaya dan akibat dari bahan tersebut.
Gambar 3.1 berikut menggambarkan diagram dalam penanganan Bahan Berbahaya Beracun
(B3).
Gb. 4.1 diagram penanganan bahan berbahaya beracun (B3)

Nama dan Sifat fisik Wujud fisik Sifat kimia Sifat bahaya
formula
bahan

TD Gas
TL Cair
Tekanan Uap Reaktivitas Toksik
Padat
Suhu Flammable
dekomposisi Eksplosif
Berat jenis

a. Penanganan bahan beracun


Untuk menghindari paparan bahan beracun, cara penanganan yang dilakukan sebagai
berikut :
1) Penanganan dalam ruang khusus atau lemari asam.
2) Bekerja dengan arah angin dari pekerja ke sumber emisi.

12
3) Ruang kerja berventilasi.
4) Memakai alat pelindung masker atau respirator yang tepat.
b. Penanganan bahan korosif
Untuk mencegah paparan bahan kimia korosif, penanganan jenis bahan ini dilakukan
dengan :
1) Menggunakan sarung tangan (gloves)
2) Pelindung muka (goggle)
3) Pelindung badan (jas lab)

a. b. c.

c. Penanganan bahan mudah terbakar (flammable)


Untuk mencegah bahaya kebakaran dalam penanganan bahan mudah terbakar, cara yang
dilakukan :
1) Pisahkan 3 unsur terjadinya kebakaran meliputi bahan mudah terbakar O2 dan
sumber panas
2) Simpan bahan tersebut pada tempat dengan temperatur ruang dan berventilasi cukup
d. Penanganan bahan kimia reaktif
1) Penyimpanan jauhkan dari sinar matahari atau panas
2) Hindarkan dari pengadukan yang menimbulkan panas
3) Hindarai benturan pada saat pengangkutan
4) Penanganan harus menggunakan alat pelindung diri (kacamata,pelindung muka dan
badan, sarung tangan,)
5) Sediakan alat pemadam api ringan di tempat penyimpanan/lokasi kerja.
e. Penanganan bahan iritasi (irritant)
1) Kemasan mengggunakan bahan pvc/plastic
2) Ruangan harus berventilasi cukup

13
3) Penanganan harus menggunakan alata pelindung diri (sarung tangan, masker)

C. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)

1. Pengumpulan Limbah B3
a. Limbah B3 dari sumber dipisahkan dengan kemasan /wadah plastik kuning untuk
limbah infeksius, wadah safety box untuk limbah infeksius tajam, wadah
dirigen/drum untuk B3 cair..
b. Dari sumber limbah B3 dikumpulkan dan diangkut dengan trolley tertutup (BIN)
ke Tempat Pengumpulan Sementara limbah B3.
c. Pengangkutan ke Tempat pengumpulan Sementara limbah B3 menggunakan jalur
terpisah agar tidak terjadi tidak kontak dengan pasien dan pengunjung sehingga
dapat dihindari risiko infeksi nosokomial. Trolley (Bin) pengangkutan limbah B3
disajikan pada gambar 4.1

Gb.4.2 Trolley / Bin limbah B3

2. Penyimpanan Limbah B3
a. Sebelum limbah B3 dimasukan ke dalam TPS limbah B3 dilakukan penimbangan
dan dicatat di dalam log book/catatan limbah B3 untuk mengetahui jumlah limbah
B3 setiap harinya.
b. Peyimpanan limbah B3 dipisahkan berdasarkan karakteristiknya.

14
1) Limbah B3 infeksius (padat dan benda tajam)
2) Limbah B3 Cair
3) Limbah B3 Umum (accu bekas, bohlam/lampu, tinta, kaleng cat, oli bekas dll).

Tempat penyimpananan limbah B3 dialasi dengan pallet agar lantai dapat dibersihkan
setiap saat.Petugas yang menimbang harus menandatangani catatan jumlah B3 di dalam
logbook/catatan produksi limbah B3.

Ruang penyimpanan limbah B3 harus memiliki ventilasi yang baik, dilengkapi dengan
penerangan dan APAR. Gambar 4.2 menyajikan standar Tempat Penampungan
Sementara (TPS) limbah B3.

Gb.4.3 Disain TPS Limbah B3

3. Pembuangan Limbah B3
a. Pembuangan dan pemusnahan limbah B3 di RSIGM Sultan Agung dilakukan oleh
pihak ketiga yang telah memenuhi syarat dari Kementerian Lingkungan Hidup
Republik Indonesia dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama. Frekuensi
pengangkutan disesuaikan dengan produksi limbah B3. Maksimal waktu

15
penyimpanan sementara di lokasi RSIGM Sultan Agung 30 hari dari ketentuan 90
hari. Rata – rata limbah B3 diangkut dari TPS limbah B3 ke tempat pemusnahan
adalah 1 kali dalam 2 minggu.
b. Sebelum limbah B3 diangkut oleh pihak kedua, dilakukan penimbangan
disaksikan oleh petugas RSIGM Sultan Agung yang bertanggung terhadap
penanganan limbah B3.
c. Pihak kedua harus memberikan manifest tentang jumlah dan jenis limbah B3 yang
akan dimusnahkan kepada pihak RSIGM Sultan Agung yang telah ditandatangani
oleh pihak kedua.

D. Pengemasan, Pelabelan B3 dan Limbah B3


Pengemasan, pelabelan B3 dan limbah B3 harus memenuhi hal-hal berikut ini:
- Kemasan B3 dan limbah wajib diberi simbol dan label yang sesuai.
- B3 dapat dikemas ulang dengan memperhatikan kaidah-kaidah keselamatan dan
keamanan.
- Simbol dan label B3 diberikan pada kemasan, tempat penyimpanan, dan tempat
pengumpulan B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- Simbol dan label yang mengalami kerusakan wajib diganti dengan yang baru.

E. Penanganan Tumpahan Limbah B3 dan Pelaporan Insiden


Penanganan tumpahan limbah B3 adalah tindakan gawat darurat terhadap tumpahan
limbah B3 yang tercecer di area instalasi yang menghasilkan limbah B3, area RSIGM Sultan
Agung dan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3. Jenis limbah B3 yang dihasilkan
di RSIGM Sultan Agung terdiri dari limbah infeksius, limbah B3 cair (radiologi, laboratorium),
dan limbah B3 umum (accu bekas, lampu TL & Bohlam, tinta, dll).
Upaya penanganan tumpahan B3 agar berjalan efektif, perlu didukung dengan penyediaan
sarana spill kit tumpahan B3. Spill kit tersebut adalah seperangkat perlengkapan penanganan
tumpahan yang terdiri dari:
1. APD: Google, masker disposible, sarung tangan disposible, apron disposible.
2. Cairan: desinfektan dan handrub.
3. Peralatan: adsorben (kertas, kain majun, kantong plastik kuning, serokan + sapu kecil,

16
spuit)
Selain itu diperlukan cara penagananan tumpahan yang benar agar tidak terjadi paparan terhadap
petugas.
1. Penanganan tumpahan limbah B3
a. Penanganan tumpahan limbah infeksius.
1) Cuci tangan menggunakan handrub.
2) Petugas menggunakan Alat Pelindung diri (kacamata/google, masker
disposible, apron disposible, sarung tangan disposible, dan sepatu kerja).
3) Gunakan adsorbent kain/koran bekas untuk menyerap dan membersihkan
tumpahan limbah infeksius.
4) Masukan kain/koran bekas yang telah digunakan ke plastik kuning.
5) Basahi lantai yang terkena tumpahan dengan desinfektan/larutan chlorine
0.05% selama 5 menit.
6) Bersihkan lantai dengan adsorbent kain/koran bekas untuk menyerap dan
membersihkan sisa desinfektan.
7) Lepas APD (sarung tangan disposible, masker disposible, apron disposible)
dan masukkan ke kantong plastik kuning.
8) Lepas APD kacamata/google dan bersihkan dengan desinfektan.
9) Buang plastik kuning ke tempat sampah infeksius.
10) Cuci tangan menggunakan handrub
11) Isi kembali spill kit.
12) Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan.
13) Serahkan kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.

b. Penanganan tumpahan limbah B3 non infeksius


1) Penanganan tumpahan solar :
 Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (sarung tangan dan sepatu
boot).
 Lokalisir tumpahan solar dengan adsorbent pasir/serbuk kayu/koran/kain
bekas.

17
 Hindarkan semua material yang yang berpotensi menimbulkan percikan/
nyala api.
 Masukkan adsorben pasir/serbuk kayu/koran/solar ke dalam kantong
plastik kuning/ember/drum.
 Bersihkan lantai yang terkena tumpahan solar dengan detergen sampai
lantai tidak licin.
 Bersihkan dan bilas APD dengan air mengalir.
 Lakukan prosedur cuci tangan dengan sabun.
 Buat laporan kejadian tumpahan pada formulir pelaporan.
 Serahkan kepada Panitia K3 paling lama 2 x 24 jam.

2. Pelaporan insiden
Kontaminasi/paparan bahan berbahaya beracun (B3) serta limbahnya dapat
menimbulkan bahaya pada manusia maupun lingkungan. Kejadian kontaminasi/tumpahan
dikategorikan sebagai kecelakaan akibat kerja sehingga perlu pelaporan (accident report).
Alur pelaporan insiden sama dengan kejadian pelaporan kecelakaan akibat kerja (SPO
pelaporan kecelakaan akibat kerja di RSIGM Sultan Agung. Laporan insiden dilaporkan
dan dievaluasi setiap 3 (tiga) bulan oleh panitia K3 kepada Direktur. Arahan Direktur
dijadikan petunjuk untuk meningkatkan/memperbaiki agar tidak terjadi lagi insiden
kecelakaan akibat kerja akibat kontaminasi baik bahan maupun limbah berbahaya
beracunGb. 4.4 Alur pelaporan insiden
Tumpahan Pencatatan
Kecelakaan Pengobatan accident report &
/kontaminasi
akibat kerja di IGD evaluasi
B3/Limbah B3
oleh PK3 RS

Pelaporan
data accident
report ke
Direktur

Arahan &
tindak lanjut 18
dari Direktur
F. Alat Pelindung Diri Penanganan B3 dan Limbah B3

Bahan dan limbah bahan Berbahaya dan Beracun berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang
berlaku tentang Keselamatan Kerja, maka RSIGM Sultan Agung harus menyediakan peralatan
pelindung diri yang digunakan secara benar disertai prosedur tertulis cara penggunaannya serta
dipelihara dalam kondisi layak pakai. Pimpinan RS menetapkan secara tertulis jenis dan jumlah
alat pelindung diri yang harus ada di RSIGM Sultan Agung, dimana dan pada saat apa
dipergunakan serta siapa yang mempergunakan alat pelindung diri tersebut.
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan di tiap instalasi/unit kerja cukup banyak
jenisnya, diantaranya:
1. Masker
2. Sepatu boot
3. Sarung tangan disposible
4. Kaca mata/google
5. Apron
6. Jas lab
7. Baju operasi

Seluruh instalasi/unit kerja yang yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Jenis Alat Pelindung Diri menurut
tempat kerja disajikan pada tabel 4.3

19
BAB V
DOKUMENTASI

Untuk menjamin keamanan dalam kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun) di RSIGM Sultan Agung, maka perlu dilakukan pendokumentasian
terhadap berbagai tahapan pengelolaannya, mulai dari pengadaan hingga pemusnahan B3.

A. Pengadaan bahan berbahaya dan beracun.


Dokumentasi pengadaan akan kebutuhan bahan berbahaya dan beracun (B3) di RSIGM
Sultan Agung dilaksanakan oleh petugas yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengadaan B3 harus dilengkapi dokumen ijin/sertifikat dari rekanan/suplier yang mengadakan
B3.

B. Penyimpanan B3 dan Limbah B3


Dokumentasi penyimpanan B3 dan limbah B3 dilaksanakan oleh Panitia K3 Rumah Sakit
dan petugas kesehatan lingkungan. Kegiatan pendokumentasian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Pendokumentasian jumlah, jenis dan label/simbol B3 di seluruh tempat penyimpanan
B3.
2. Pendokumentasian Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data
Sheet/MSDS) seluruh B3 di seluruh tempat penyimpanan B3.
3. Pencatatan jumlah limbah bahan berbahaya beracun yang disimpan dalam TPS
Limbah B3
4. Pencatatan jumlah limbah bahan berabahaya beracun yang akan dimusnahkan oleh
rekanan yang bersertifikasi.
5. Pendokumentasian perijinan terhadap penyimpanan sementara limbah B3 dari instansi
yang berwenang.

C. Pemusnahan limbah B3
Dokumentasi pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan
dibawah pengawasan Manajer Rumah Tangga. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

20
1. Pendokumentasian perijinan terhadap rekanan yang bekerjasama dalam pemusnahan
limbah B3.
2. Pengarsipan manifest limbah B3 dari rekanan.
3. Pendokumentasian melalui sertifikasi bukti pemusnahan limbah B3 dari rekanan.

21
BAB V
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk dijadikan petunjuk/acuan dalam pengelolaan B3 dan limbah
B3 di RSIGM Sultan Agung sehingga dapat memberikan keselamatan dan keamanan kepada
pasien, dokter, staf dan pengunjung RSIGM Sultan Agung. Selain itu, melalui pengelolaan B3
dan limbah B3 dengan baik dan benar, maka pencemaran lingkungan dari bahan berbahaya dan
beracun (B3) serta limbah B3 dapat dihindari.

22
REFERENSI

1. Undang – Undang RI No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang – Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang – Undang RINo.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. Peraturan Pemerintah RI No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3)
5. Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya Beracun
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 14 tahun 2013 tentang Simbol Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.472/MENKES/PER/V/1999 tentang Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
8. Keputusan Badan Pengelola Dampak Lingkungan No.01/BAPEDAL/09/1995
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.

23
24

You might also like