You are on page 1of 20

Makalah Generasi Berencana

Disusun Oleh :

Ninne Gerdha Fardiyana (P17321181001)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANANKEDIRI
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Generasi
Berencana (GenRe)
Adapun Makalah Generasi Berencana (GenRe) ini telah penyusun usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk penyusun tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka penyusun membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.akhirnya
penyusun mengharapkan semoga dari makalah Generasi Berencana (GenRe) ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya.

Kediri,28 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 5

BAB II EMBAHASAN
2.1 Definisi Generasi Berencana…………………………………………. 6
2.2 Pengertian Remaja, Mahasiswa dan KRR…………………………… 6
2.3 Siapa BKKBN beserta Program PUP dan GenRe-nya………………. 6
2.4 Pengertian PIK Mahasiswa dan BKR………………………………... 7
2.5 Triad KRR Sebagai Ancaman Bagi Generasi Muda…………………. 7
2.6 Manajemen PIK (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) sebagai
Wadah Sosialisasi Program PUP…………………………………… 9
2.7 Peran PIK Mahasiswa dalam Perspektif Menurunkan angka ASFR….. 12
2.8 Peran Mahasiswa dalam Menyiapkan Generaasi Emas
sebagai Generasi Penerus Bangsa……………………………………... 16

BAB III PENUTUP


4.1. Kesimpulan…. …………………………………………………………. 18
4.2. Saran…………………………………………………………………..… 18

Daftar Pustaka………………………………………………………………. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. istilahadolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa.
Perkembangan masa remaja di bagi kedalam dua masa yaitu masa remaja
awal dan masa remaja akhir. Pada masa remaja awal beberapa orang belum
menyadari hal-hal apa saja yang mempengaruhi kesehatan dan cenderung
memiliki pemikiran kongkrit mengenai penyakit. Pada masa tersebut tingkah
penyalahgunaan zat adiktif dan hubungan bebas mencapai tingkat tertinggi,
karena masa itu remaja membutuhkan pengakuan akan jati diri dalam pergaulan
sosialnya (John W.Santrock 579). Remaja pengguna sering kali meremehkan
konsekuensi negatif mengenai penggunaan zat adiktif dan hubungan bebas, serta
hal-hal yang berpotensi membahayakan kesehatan, sehingga hal tersebut terus
berlanjut hingga menjadi semakin intensif (Millstein & Irwin, 1985).
Riset yang dilakukakan oleh BNN tentang salah satu permasalahan yang
mengancam masa depan remaja ialah penggunaanNAPZA (Narkotika,
Psitoropika, Zat Adiktif), survei yang dilakukan BNN (Badan Narkotika
Nasional) tentang penggunaan obat terlarang Tahun 2007 sampai dengan 2011
diketahui bahwa tersangka kasus narkoba nasional berdasarkan tingkat
pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi banyak ditemukan
pada pelajar SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu sebanyak 117.147 kasus atau
61,9% dari total 189.294 kasus yang ditemukan (Panduan BKKBN, 2014). Hasil
dari riset tersebut Masih banyak remaja yang masih yang terlibat dengan pada
permaslahan napza. Apa bila remaja sudah terbelenggu dengan hal negatif dan
dibiarkan terus menerus, maka akan mengurangi kualitas remaja sebagai
penerus bangsa Indonesia.
Menyadari ini, BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional)
mengimplementasi Undang - Undang nomor 52 tahun 2009, tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pasal 48 ayat 1 (b)
yang mengatakan bahwa “Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses
informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan
berkeluarga”, maka BKKBN sebagai salah satu institusi pemerintah berusaha
mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas remaja membentuk Program

4
GENRE (Program Generasi Berencana) yang dapat memberikan informasi yang
berkaitan dengan penyiapan diri remaja menyongsong kehidupan berkeluarga
yang lebih baik, menyiapkan pribadi yang matang dalam membangun keluarga
yang harmonis, dan memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan.
Untuk mendukung terlaksananya program GENRE secara optimal, dibuat
PIK R/M (Pusat Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa) sebagai
strategiPendekatan BKKBN dengan melibatkan pihak sekolah dan kampus
sebagai bagian dari mendekatkan program GENRE dengan sasaran ialah remaja
sekolah/mahasiswa. PIK-R/M berfungsi memberikan informasi serta wadah
konseling bagi remaja sekolah dan mahasiswa.
Tetapi program GENRE memiliki kendala dalam pelaksanaannya yaitu
masih banyak remaja yang tidak mengetahui program GENRE ini karena
publikasi kepada masyarakat terutama kepada remaja sebagai sasaran utama
masih kurang effektif. Oleh karena itu untuk menanggulangi permasalahan
kurangnya publikasi dan penurunan anggota tentunyaprogram GENRE perlu
melakukan strategi berupa sosial kembali kepada masyarakat melalui strategi
yang diminati oleh remaja sebagai sasaran program generasi berencana.Dengan
adanya strategi baru yang akan dirancang ini diharapkan program generasi
berencana (GENRE) menjadi program yang bisa merubah pola pikir dan prilaku
remaja, sehingga menjadi remaja yang sehat, memiliki pola pikir yang positif,
berahlak dan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik.

1.2. Tujuan Penulisan


 Tujuan khusus
Sebagai kelengkapan syarat mengikuti ajang pemilihan duta GenRe (Generasi
Berencana) yang disenggelarakan dinas BKKBN provinsi Kalimantan Tengah
kota Palangka Raya. Dan sebagai bahan acuan untuk presentasi.
 Tujuan umum
 Sebagai bahan untuk berbagi pengetahuan dengan mahasiswa lain.
 Sebagai bahan referensi.
 Sumber pengetahuan, wawasan, dan pembelajaran bagi pembaca.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian GenRe ( Generasi Berencana )


GenRe ( Generasi Berencana ) adalah suatu program di bawah naungan
BKKBN yang dikembangkan dalam rangka penyiapan dan perencanaan kehidupan
berkeluarga bagi remaja.
GenRe ( Generasi Berencana ) dalam bentuk subjek didefinisikan adalah
remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan, bertindak dan berperilaku sebagai
remaja untuk menyiapkan dan perencanaan menuju keluarga berencana.

2.2. Pengertian Remaja, Mahasiswa dan KRR

Remaja :
 Penduduk usia 10-19 tahun (WHO)
 Penduduk usia 15-24 tahun (UNFPA)
 Generasi Muda adalah penduduk usia 12-24 tahun (World Bank)
 Remaja sebagai sasaran program PKBR dan GenRe adalah penduduk usia 10-24
tahun yang belum menikah.
Mahasiswa yang berusia antara 17-20 tahun pun masuk dalam kategori ini,
yang mana juga dalam proses persiapan untuk berumah-tangga, sehingga perlu
memperbanyak wawasan tentang KKR yaitu Kesehatan Reproduksi Remaja.

2.3. Siapa BKKBN beserta Program PUP dan GenRe-nya


- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah instansi
yang berwenang mengatasi permasalahan penduduk usia remaja, yang mana sadar
betul permasalahan yang mengancam masa depan remaja di Indonesia yang mendera
remaja.
- Pendewasaan Usia Perkawinan adalah upaya untuk meningkatkan usia pada
perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20
tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.

6
2.4. Pengertian PIK Mahasiswa dan BKR
PIK (Pusat Informasi dan Konseling) adalah suatu program PKBR (Program
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk
remaja/mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang
kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
BKR (bina keluarga remaja) adalah suatu kelompok/wadah kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua remaja
dalam rangka pembinaan tumbuh kembang remaja.

2.5. Triad KRR Sebagai Ancaman Bagi Generasi Muda


Kehidupan remaja amatlah kompleks. Namun dalam keseharian, justru yang paling
banyak terekspos adalah sisi negatifnya seperti seks bebas, kecanduan narkoba dan
aborsi. Oleh karena itu, remaja kini menjadi target baru yang akan disasar BKKBN
selain pasangan menikah. Bukan untuk diarahkan tentang kontrasepsi, melainkan
menunda usia perkawinan, sebagaimana program PUP (Pendewasaan Usia
Perkawinan).
1) NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif –berbahaya- lainnya)
NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh manusia, baik
secara oral (mulut), dihirup, dan disuntik. Jenis-jenisnya antara lain:
 Narkotika: zat alami maupun buatan dari bahan candu/kokaina, yang
sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan medis, namun jika
disalahgunakan mempunyai efek psikoaktif.
Contoh: Morfin, Opium, Heroin, Kokain, Ganja.
 Psikotropika : Zat-zat dalam berbagai bentuk pil yang dapat
mempengaruhi kesadaran karena sasarannya adalah system syaraf pusat.
Contoh: Ekstasi, Amfetamina, Nitrazepam (BK/Koplo, DUM, MG)
 Alkohol : Zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol
yang berfungsi menekan syaraf pusat.
 Zat Adiktif : zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat
solvent termasuk inhalasia (Aseton, Thinner Cat, Lem), termasuk juga
nikotin (tembakau/rokok) dan kafein pada kopi.
Umumnya remaja terjerumus kedalam penggunaan NAPZA akibat salah
pergaulan, kurangnya perhatian orang tua atau lingkungan sekitar
sehingga ketika mereka merasa menemukan jalan pintas untuk
menghilangkan stress/tekanan jiwanya, berhubung zat-zat dalam NAPZA

7
member efek relaks dan percaya diri. Namun sesungguhnya efek lanjutan
yang ditimbulkan adalah adiksi terhadap zat tersebut dalam dosis yang
lebih besar, sehingga jika tidak dikonsumsi tubuh akan mengalami suatu
keadaan yang disebut sakau. Dalam hal iniperlahan sel-sel tubuh sudah
dirusak sehingga dapat berujung pada kematian.

2) Seksualitas dan PMS (Penyakit Menular Seksual)


Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai
makhluk seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan
perilaku seksual, hubungan seksual dan orientasi seksual.
Permasalahan remaja saat ini sangat komplek dan mengawatirkan. Hal ini ditujukan
dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang pentingya menjaga kesehatan
reproduksi. Jika hal ini diabaikan akan berdampak pada meningkatnya jumlah remaja
yang terkena masalah kesehatan reproduksi. Selain itu wawasan seks yang kurang
menyebabkan banyaknya remaja yang terjerumus pada seks para-nikah. Dampak yang
ditimbulkan dari seks para-nikah antara lain kehamilan yang tidak diinginkan, bahkan
lebih parahnya jika sampai menularkan Infeksi Menular Seksual (IMS). Jenis-jenis
IMS antara lain Gonorrhea (GO/Kencing nanah), Sifilis (raja singa), COndoloma
Akuminata (Jengger Ayam), Candidiasis (Jamur), Kutu Pubis dan Hepatitis B.
IMS dapat menyebabkan kemandulan, keguguran, kanker serviks dan memudahkan
penularan HIV serta kematian.

3) HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan
melemahkan system imun/kekebalan tubuh manusia, virus ini menyebabkan penyakit
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), yaitu sekumpulan gejala yang
timbul akibat melemahnya system kekebalan tubuh.
Media penularan virus ini adalah melalui darah, cairan mani/sperma dan cairan
vagina, sehingga dapat menular melalui transfuse darah, transplantasi organ/jaringan
tubuh, pemakaian jarum suntik dan/atau alat tajam, hubungan seks tanpa pengaman
serta menular antara ibu hamil dengan bayi yang dikandungnya.
Namun penderita sebaiknya jangan dihindari, karena HIV tidak menular melalui jabat
tangan, berpelukan, menggunakan peralatan makan dan minum yang sama ataupun

8
gigitan nyamuk. Dalam hal ini penderita AIDS membutuhkan dukungan orang-orang
disekitar, bukanmalah dikucilkan.
Menyikapi bahaya dari Triad KRR diatas, remaja memerlukan edukasi yang lebih
tentang kesehatan reproduksi dan mempersiapkan masa depan yang baik.
Permasalahannya adalah remaja sering kali membangkang terhadap peringatan orang
tua yang dianggapnya kolot, ketinggalan zaman,atau beda masa, beda usia, beda
pemikiran. Sehingga dalam hal ini peran konselor sebaya sangat penting, untuk
merangkul, mengedukasi dan mengarahkan remaja kepada hal-hal positif untuk
merencanakan masa depan yang lebih baik.

2.6. Manajemen PIK (Pusat Informasi dan Konseling


Mahasiswa) sebagai Wadah Sosialisasi Program PUP

Pemberdayaan peran pendidik dan konselor sebaya sangat penting. Berbagai


hasil studi memperlihatkan bahwa para remaja lebih merasa terbuka jika berdiskusi
tentang kesehatan reproduksi dengan orang yang dianggap sebaya dan mengerti
tentang kehidupan mereka. Karena itulah para remaja dapat dijadikan tenaga
penyuluh, pendidik, pembimbing, dan konselor kesehatan reproduksi melaui latihan,
fasilitasi, bimbingan serta bantuan teknis secara sistematis. Disamping para pendidik
dan Konselor sebaya, penting pula untuk memberdayakan para pengelola program
seluruh tingkatan (Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/.Kota). Para pengelola tersebut
perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan tetang bagaimana mengembangkan
program kesehatan reproduksi remaja yang ramah remaja (adolescent friendly).

Peningkatan akses remaja terhadap pelayanan kesehatan reproduksi


remajaserta meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan Pusat Informasi
Konseling (PIK)-Kesehatan Reproduksi Remja (KRR), sehingga jumlah remaja dan
orang tua yang mendapatkan informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja
melalui PIK Remaja /mahasiswa meningkat.

Peningkatan akses kualitas PIK Remaja/Mahasiswa dengan sasaran Pengelola


program, Kelompok Remaja, Keluarga, Institusi pendidikan (termasuk pondok
pesantren), LSM, organisasi berbasis keagamaan, Organisasi Profesi. Dengan
kegiatan utamanya adalah Pemanfaatan PIK Remaja/Mahasiswa yang sudah ada dan

9
Pembinaan PIK-KRR dalam rangka meningkatkan pengelolaan PIK
Remaja/Mahasiwa secara berkisinambungan.

 Program Pendewasaan Usia Perkawinan

Masih banyak masyarakat berargumen bahwa apabila perempuan sudah menstruasi


pertama kali, sudah layak untuk menikah. Pada saat ini, terutama di desa-
desa, anak perempuan pada usia sangat dini telah dinikahkan oleh orang tuanya.
Menikah di usia muda akan membawa banyak konsekuensi kesehatan, pendidikan,
ekonomi dan sosial, disamping itu menikah di usia muda memiliki potensi lebih besar
gagal (cerai) karena ketidaksiapan mental dalam menghadapi dinamika rumah tangga
tanggung jawab atas peran masing masing seperti dalam mengurus rumah
tangga, mencukupi ekonomi dan mengasuh anak.
Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Pasal 1 tentang Perlindungan Anak
menyebutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Maka dari itu, perkawinan pada
usia tersebut haruslah dicegah.
Namun, undang-undang tersebut ternyata mengalami disharmonisasi dengan
UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa perempuan hanya boleh
melangsungkan perkawinan jika telah mencapai usia 16 tahun dan usia 19 tahun bagi
laki-laki dengan ketentuan mendapatkan izin dari orang tua. Dengan usia seperti itu,
semestinya belum bisa dianggap dewasa untuk hubungan seksual karena belum
memiliki kematangan secara fisik maupun psikologis (Damanik; 2010).
Selain itu, menurut laporan di Ditjen Badan Peradilan Agama, angka
perceraian selalu meningkat, dan perceraian disebabkan bermacam-macam alasan,
antara lain karena tidak harmonis, tidak bertanggung jawab, percekcokan terus
menerus, dan lain sebagainya. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh lebih disebabkan
karena perkawinan dini.
Berdasarkan analisis masalah di atas, telah diuraikan bahwa saat ini masih
banyak terjadi perkawinan usia muda, terutama pada perempuan di bawah 20 tahun.
Banyak faktor yang memengaruhi perkawinan usia muda ini, antara lain faktor
ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.
Ketentuan batas usia perkawinan yang diatur dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 yakni sebenarnya sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang. Untuk
10
ukuran sekarang, 19 tahun bagi laki-laki berarti baru lulus Sekolah Menengah Atas,
dan 16 tahun bagi perempuan baru lulus Sekolah Menengah Pertama. Selain itu,
peraturan perundang-undangan masih terlalu rendah mengatur usia seseorang bisa
menikah, telah memberikan persetujuan hubungan seksual dan menafikan kenyataan
bahwa anak-anak masih perlu didorong untuk melanjutkan pendidikan serta
menikmati masa remajanya.
Perkawinan yang dilangsungkan pada umur tersebut secara psikis dipandang
belum siap untuk melakukan perkawinan dengan segala akibatnya, sehingga menurut
pengalaman ada persoalan sedikit saja berujung di Pengadilan Agama untuk
menyelesaikan perceraiannya. Menurut promovendus, H. Andi Syamsu Alam SH,
MH, perkawinan diijinkan bagi laki-laki sudah mencapai umur 21 tahun dan bagi
perempuan sudah mencapai umur 19 tahun karena menurut KUH Perdata anak
dipandang dewasa kalau sudah umur 21 tahun, mindset masyarakat mengawinkan
anaknya sebelum umur tersebut, perlu diubah Saat ini telah diusulkan revisi terhadap
Undang-undang (UU) Perkawinan, khususnya pasal tentang umur minimal orang
yang boleh menikah, yakni minimal 20 untuk perempuan dan laki-laki 25 tahun.
(Sugiri; 2010; BKKBN). Hal ini didasarkan pada temuan di lapangan yang
menyebutkan banyak kendala pada keluarga yang memulai bahtera rumah tangganya
tanpa perencanaan matang dan masih terlalu muda.
Pada dasarnya pernikahan usia dini tidak selamanya memberikan dampak
positif, tetapi memberikan dampak merugikan bagi masyarakat itu sendiri. Maka dari
itu, BKKBN memberikan solusi melalui Program Genre-nya, yakni Program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).
PUP merupakan bagian dari Program KB untuk generasi muda dengan sebutan
Genre (Generasi Berencana). Dalam generasi berencana (Genre), generasi/remaja
pada masa transisi merencanakan kapan akan menikah dengan menunda usia
perkawinan sampai minimal 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Dengan perencanaan dan persiapan kehidupan berumah tangga, kapan harus hamil,
berapa jarak kelahiran, dan bercita-cita untuk mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera, sehingga kelak menjadi keluarga yang berkualitas dan dapat
mencegah ledakan penduduk di masa yang akan datang.
Penundaan usia perkawinan juga secara langsung memberi dampak
mempercepat penurunan tingkat kelahiran. Di samping itu, penundaan usia

11
perkawinan juga berakibat pada penurunan kematian ibu, anak, dan bayi karena pada
saat melahirkan ibu lebih matang dan dewasa.
PUP merupakan bagian dari Program KB untuk generasi muda dengan sebutan
Genre (Generasi Berencana). Dalam generasi berencana (Genre), generasi/remaja
pada masa transisi merencanakan kapan akan menikah dengan menunda usia
perkawinan sampai minimal 20 tahun untuk perempuan, dan 25 tahun untuk laki-laki.
Dengan perencanaan dan persiapan kehidupan berumah tangga akan mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, sehingga kelak menjadi keluarga yang
berkualitas dan dapat mencegah ledakan penduduk di masa yang akan datang.

2.7. Peran Mahasiswa dalam Perspektif Menurunkan angka


ASFR

Beberapa gagasan yang dapat ditempuh agar Remaja/Mahasiswa dapat


menjalani program Pendewasaan Usia Perkawinan antara lain dengan mengalihkan
kesehariannya kepada kegiatan-kegiatan positif. Berikut beberapa langkah yang dapat
PIK tempuh untuk mewujudkan tujuan dikembangkannya program Genre oleh
BKKBN adalah untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi para remaja
dalam hal jenjang pendidikan yang terencana, Berkarir dalam pekerjaan yang
terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus
kesehatan reproduksi.

1. Mengadakan sosialisasi menyeluruh kepada seluruh mahasiswa lewat kegiatan

mentoring yang dilakukan secara berkelanjutan mulai dari semester 1-4.

Mengadakan mentoring secara menyeluruh kepada semua mahasiswa mulai

dari semester 1 hingga semester 4 yang bertujuan agar seluruh mahasiswa

mendapatkan informasi seputar materi-materi PIK (8 fungsi keluarga, pendewasaan

usia perkawinan, TRIAD KRR, dan pendidikan keterampilan hidup) ini perlu karena

mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang nantinya akan berkeluarga maka

diharapkan melalui program ini mahasiswa-mahasiswa Bengkulu dapat merencanakan

12
masa depannya (keluarga) secara dini dan terperinci. Selain itu program ini juga akan

meminimalisir resiko TRIAD KRR di kalangan mahasiswa.

Program ini akan membantu sosialisasi PS (Pendidik Sebaya) dan teknis

pelaksanaan mentoring nantinya dapat memberdayakan PS dan KS serta dilakukan

pemantauan oleh BKKBN yang didukung penuh oleh pihak Universitas. Hasil akhir

yang diharapkan dari program ini yaitu sejalan dengan kegiatan akademis mahasiswa,

dimana mereka mendapatkan pemahaman yang menyeluruh seputar materi PIK dan

mereka dapat merencanakan masa depan serta mengubah prilaku yang menyimpang

sebelumnya.

Step-step yand dapat ditempuh :

1) BKKBN mengajukan ke pihak universitas agar sistem sosialisasi melalui

mentoring ini dapat diterapkan kepada mahasiswa.

2) Setelah mendapat persetujuan dari universitas, BKKBN dan PIK M segera

membentuk tim mentor yang akan menyampaikan materi dalam proses

mentoring

3) Tim mentor yang telah terbentuk segera membuat jadwal dan pengelompokan

mahasiwa ke dalam beberapa kelompok agar mudah dalam proses

pelaksanaannya.

Agar program ini dapat berjalan dengan baik, terus berkelanjutan dan

tidak putus ditengah jalan perlu adanya keseriusan dan pemantauan rutin dari

pihak BKKBN dan universitas sendiri karena biasanya akan banyak

mahasiswa-mahasiswa yang tidak disiplin dalam mengikuti sehingga memang

perlu perhatian dan pemantauan penuh dan kedisiplinan dari tenaga

mentornya sendiri.

13
2. PIK M bekerja sama dengan PIK R dan BK Sekolah Menengah Atas/setara

dalam upaya penentuan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat siswa.

Penentuan minat dan bakat siswa pada Sekolah Menengah Atas

(SMA/setara) sebelum mereka melanjutkan ke perguruan tinggi sangatlah

penting. Pemilihan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat yang akan

ditempuh sangat menentukan masa depan mereka kelak sehingga apabila terjadi

kesalahan penentuan jurusan yang tidak sesuai itulah nanti yang akan

memunculkan permasalahan-permasalahan seperti pindah jurusan, ketidak

maksimalan dalam proses pembelajaran, bahkan sampai putus kuliah yang

tentunya itu sangat merugikan baik waktu serta financial.

Agar mereka dapat dengan tepat dan benar dalam menentukan pendidikan

yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, perlu adanya bimbingan dan bantuan

yang sungguh-sungguh dari pihak-pihak yang memiliki kemampuan akan hal itu.

Dengan fungsi PIK M sebagai pengenalan awal jurusan-jurusan yang ada di

universitas-universitas yang ada di sekitar agar mereka dapat lebih mengenal dan

dapat berkonsultasi mengenai jurusan-jurusan tersebut sehingga mereka

mendapatkan informasi yang jelas, lengkap dan dapat dengan yakin dalam

menentuan jurusan nantinya.

Kemudian fungsi PIK R dan BK sekolah adalah sebagai motivator awal

agar siswa-siswa bersemangat melanjutkan pendidikan untuk masa depan yang

lebih baik. Hasil yang diharapkan nantinya adalah siswa-siswa tersebut dapat

melanjutkan pendidikan mereka lewat jalur yang memang sesuai

dengan passion mereka masing-masing sehingga mereka dapat lebih mudah

berprestasi dan berkarya lewat kesenangan mereka.

Step-step yang ditempuh :

14
1) BKKBN mengkoordinasikan semua PIK M universitas-universitas yang ada di

daerah untuk dapat bersama-sama mengumpulkan perwakilan jurusan-jurusan

yang ada di seluruh universitas agar tim pengenalan awal segera dibentuk.

2) Tim PIK M yang telah terbentuk dapat langsung bekerja sama dengan pihak PIK
R dan BK sekolah dalam pensosialisasian minat dan bakat siswa yang dilanjutkan

pengenalan jurusan oleh tim tadi.

3. Mensosialisasikan secara global (seprovinsi) informasi seputar konseling

remaja dan permasalahnya lewat media radio/televisi/surat kabar lokal

Selain dengan informasi-informasi yang diberikan langsung kepada subjek

didik melalui PIK R dan PIK M tentang materi PIK yaitu siswa dan mahasiswa

informasi seputar konseling juga perlu disebarluaskan ke masyarakat luas selain

secara tidak langsung akan mencerdaskan masyarakat tentunya pemahaman yang

telah tersampaikan nantinya dapat mereka terapkan dalam pemantauan remaja di

tengah masyarakat itu sendiri.Dan media yang saya gagas untuk menginformasikan

seputar materi PIK secara luas ini adalah radio/televisi/surat kabar local.

Step-step yang dapat ditempuh :

1) Pertama harus ada gerakan dari PIK M universitas itu sendiri yang berkoordinasi
dengan BKKBN daerah untuk membicarakan mengenai biaya yang dapat

dianggarkan untuk program ini.

2) PIK M yang didampingi perwakilan BKKBN segera menyampaikan tujuan dari

program ini kepada pihak manajemen radio/televisi/surat kabar lokal dan

berembuk mengenai biayanya agar segera dapat dirancang program siarannya dan

segera dapat direalisasikan.

Pada teknis pelaksanaannya nanti pembicara dalam program ini dapat berasal

dari KS PIK M atau dari BKKBN langsung, dan program ini akan berinteraksi

langsung kepada masyarakat yang memang ingin berkonsultasi dan masih

15
bingung seputar permasalahan remaja. Namun seberapa luas penginformasian

kepada masyarakat ini sangat tergantung dari seberapa jauhnya pancaran dan yang

dapat dijangkau. Dengan demikian seluruh aspek masyarakat dapat dengan mudah

memantau perkembangan remaja dan permasalahannya.

2.8. Peran Mahasiswa dalam Menyiapkan Generasi Emas


sebagai Generasi Penerus Bangsa
1. Delapan Fungsi Keluarga

a. Fungsi Agama: dengan 12 nilai dasar yaitu Iman, Taqwa,


kejujuran,Tenggang Rasa, Rajin, Kesalehan, Ketaatan, Disiplin, Sopan,
Santun, Kesabaran dan Kasih Sayang.
b. Fungsi Sosial Budaya: Keluarga sebagai bagian dari masyarakat
diharapkan mampu mempertahankan dan mengembangkan sosial budaya
setempat. Terdapat 7 nilai dasar yaitu: Gotong Royong, Sopan Santun,
Kerukunan, Peduli, Kebersamaan, Toleransi dan Kebangsaan.
c. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang: terdapat 8 (delapan) nilai dasar yaitu
Empati, Akrab, Adil, Pemaaf, Setia, Suka Menolong, Pengorbanan, Dan
Tanggung Jawab.
d. Fungsi Perlindungan: Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat
berlindung bagi anggota keluarga. 5 nilai dasarnya adalah: Aman, Pemaat,
Tanggap, Tabah Dan Peduli.
e. Fungsi Reproduksi: Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk
melanjutkan keturunan. 3 nilai dasar dari fungsi ini adalah Tanggung Jawab,
Sehat dan Teguh.
f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan: Orang tua adalah pendidik pertama dan
utama bagi anak-anaknya. 7 nilai dasar dari fungsi ini antara lain Percaya Diri,
Luwes, Bangga, Rajin, Kreatif, Tanggung Jawab, dan Kerja Sama.
g. Fungsi Ekonomi: Pemenuhan kebutuhan berupa sandang, pangan dan
papan adalah kewajiban orangtua. Nilai dasar dari fungsi ini antara lain
Hemat, Teliti, Disiplin, Peduili dan Ulet.

16
h. Fungsi Lingkungan: Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan
merupakan langkah positif, dimana penempatan diri untuk keluarga sejahtera
adalah apda lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras dan
seimbang. Nilai dasar fungsi ini yaitu Bersih dan Disiplin.
Dengan diterapkannya Delapan Fungsi Remaja ini, dimulai dari lingkungan
keluarga sendiri maka niscaya kehidupan remaja dapat diarahkan kepada
perilaku hidup sehat dan kegiatan positif, sehingga terhindar dari resiko
pergaulan bebas dan bahaya yang ditimbulkan Triad KRR.

2. Pentingnya Keterampilan Hidup Bagi Remaja


Mahasiswa dan Gerakan PIK perlu mengampanyekan kepada remaja agar
mempunyai target pendidikan dan keterampilan hidup agar kelak mempunyai
keberanian untuk menghadapi dan mengatasi masalah dan kesulitan dalam hidup
sehari-hari. Perlunya keterampilan hidup bagi remaja yaitu:
1. Membantu remaja mencapai tugas dan perkembangan pribadi, antara lain
pertumbuhan fisik, perkembangan mental, perkembangan emocional, dan
perkembangan spiritual.
2. Membantu remaja mncapai tugas pertumbuhan dan perkembangan sosial, antara
lain melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, memuli kehidupan berkeluarga,
menjadi anggota masyarakat dan mempraktekkan hidup sehat.

Program GenRe yang dikampanyekan PIK bertujuan untuk memfasilitasi remaja agar
belajar memahami dan mempraktikkan perilaku hidup sehat dan berakhlak (healthy
and ethical life behaviors) untuk mencapai ketahanan remaja (adolescent resilience) ,
serta agar remaja memahami dan mempraktekkan pola hidup sehat dan berakhlak,
pola hidup yang berketahanan sehingga dapat mempersiapkan diri menjadi generasi
berencana Indonesia.
Promosi GenRe ini digencarkan untuk mengajak para remaja berperilaku sehat dan
berakhlak, mengatakan tidak pada seks bebas dan narkoba, dan tidak menjadi korban
HIV/AIDS, sehingga remaja dapat merencanakan kehidupan dan masa depan yang
lebih baik melalui program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kehidupan remaja yang rentan terhadap Triad KRR (NAPZA, Seksualitas, dan
HIV/AIDS) perlu disikapi dengan memberikan edukasi yang lebih tentang kesehatan
reproduksi (bukan tentang kontrasepsi, melainkan Pendewasaan Usia Perkawinan)
dan mempersiapkan masa depan yang baik. Dalam hal ini peran konselor sebaya
sangat penting, karena dianggap lebih dapat diterima oleh jiwa remaja yang umumnya
pembangkang terhadap orang yang lebih tua.

Dalam hal ini PIK Mahasiswa sebagai bagian dari program GenRe (Generasi
Berencana) dinilai sangat berpengaruh untuk mengampanyekan program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dengan beberapa langkah yang ditempuh untuk
mewujudkan tujuan dikembangkannya program Genre oleh BKKBN untuk
menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi para remaja dalam hal jenjang
pendidikan yang terencana, Berkarir dalam pekerjaan yang terencana, serta
menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan
reproduksi.

Sebagai mahasiswa, yang mana termasuk dalam kategori usia remaja, PIK
Mahasiswa berperan juga dalam mempersiapkan generasi emas bangsa dengan
memulai dari lingkungan keluarga sendiri, antara lain menerapkan delapan
fungsi keluarga, serta membimbing rekan-rekannya tentang pentingnya
pendidikan dan keterampilan hidup untuk merencanakan masa depan yang lebih
baik.

2.2. Saran
Agar peran PIK Mahasiswa sebagai wadah sosialisasi program GenRe dapat
berjalan dengan baik, maka disarankan:

18
1. Kepada para anggota PIK mahasiswa agar mengadakan sosialisasi menyeluruh

kepada seluruh mahasiswa lewat kegiatan mentoring yang dilakukan secara

berkelanjutan, sampai kepada media surat kabar maupun TV/radio lokal


2. Kepada pihak BKKBN supaya mengajukan ke pihak universitas agar sistem
sosialisasi melalui mentoring ini dapat diterapkan kepada mahasiswa.
3. Kepada masyarakat yang masuk dalam sasaran kategori program GenRe agar
bekerja sama dengan pihak PIK M, PIK R dan BK sekolah dalam pensosialisasian
minat dan bakat remaja.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://pemuda-berencana.blogspot.com/2013/06/Pengertian-Genre.html

Benu, Benyamin, dkk.2010.Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan Pusat Infornasi dan


Konseling Remaja (PIK Remaja). BKKBN Kalimantan Tengah : Palangkaraya.

http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/pendewasaan-usia-
perkawinan.html#sthash.s8qNEeoO.dpuf. Analisis Pendewasaan Usia Perkawinan,
diakses pada 1 April 2014

http://tentangkb.wordpress.com/2012/02/15/8-fungsi-keluarga. 8 Fungsi Keluarga,


diakses pada 31Maret 2014

http://ayieslononk-girl.blogspot.com/2013/03/blog-spot.html?m=1. Peran PIK


Mahasiswa dalam Mempersiapkan Generasi Berencana Indonesia, diakses pada 2 April
2014

20

You might also like