You are on page 1of 6

MAKALAH

ANALISA JURNAL NAPZA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah HIV/AIDS


Dosen Pembimbing : Nur Bayti Iksanita, S.KM., M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. Bernadeta Leviana
(1701090473)
2. Dewi Murdah Ningrum
(1701090474)
3. Shinta Wahyu Hartanti (1701090480)
4. Meldianto Silvanus M (1701090475)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayanhnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Adapun makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit leptospirosis ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi para pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah

Akhir kata penyusun mengharapkan semoga dari makalah asuhan keperawatan pada
pasien dengan leptospirosis ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Malang, 13 Maret 2019

Penyusun
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.


Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan anastesi, penggunaan narkotika dapat
mengakibatkan kehilangan kesadaran karena pengaruh sistem susunan saraf
pusat. Narkotika merupakan obat yang berasal dari tanaman yang dapat
menyebabkan hilang kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin. Narkotika golongan II
adalah narkotika yang memiliki khasiat pengobatan dan sering digunakan sebagai
obat alternatif tapi sebagai pilihan yang terakhir, contohnya morfin. Berdasarkan
Undang-Undang No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan
psikis seperti golongan alkohol, nikotin dan sebagainya. Jenis-jenis NAPZA antara
lain heroin, morfin, ganja, ekstasi, sabu- sabu, obat penenang, dan alkohol.
2.2 Cara Pengendalian Sumber Penyakit
Program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN) merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah melalui
BNN tahap tahun 2011-2015 dengan tujuan mengendalikan penyalahgunaan NAPZA.
P4GN ini dilaksanakan untuk menjadikan 97,2% penduduk Indonesia imun terhadap
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan 2,8% penduduk Indonesia
(penyalahguna narkoba) secara bertahap mendapat layanan rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial).
Berdasarkan instruksi preasiden tahun 2011, salah satu fokus program P4GN
adalah upaya pengawasan ketat terhadap inpor, produksi, distribusi, penggunaan
(end user), ekspor, dan re-ekspor bahan kimia prekusor dan penegakan hukum
terhadap jaringan tersangka yang melakukan penyimpangan. Pekerjaan yang
berhubungan dengan pengawasan tersebut adalah pekerja bongkar muat di
pelabuhan Trisakti Banjarmasin.
2.3 Penyelidikan Epidemiologi
Pola pemakaian narkoba masih relatif tidak jauh berbeda dengansurvei-survei
sebelumnya, dimana jenis yang paling banyak dikonsumsi adalah ganja, shabu, ekstasi,
serta obat daftar G. Untukmendapatkan narkoba tersebut, maka pola transaksi
dan peredarannarkoba melalui beberapa cara, yaitu: tatap muka face to face
yaitupenyalahguna membeli langsung ke bandar; transaksi melalui kurir;pembelian
langsung ke pusat peredaran narkoba yang ada di kotatersebut; menggunakan system
temple/system ranjau yaitupengguna mentrasfer sejumlah uang lalu
pengendar/Bandarmemberikan petunjuk dimana lokasi narkoba harus diambil
olehpenyalahguna; dan terakhir yang sedang marak adalah menggunakan system
online terutama jenis NPS. Dalam systemonline juga ada yang membuat grup khusus
dengan kode ataupassword tertentu untuk bisa mengaksesnya
2.4 Moda Transmisi penularan
Pengguna NAPZA Suntik tidak hanya menyumbang kasus HIV/AIDS melalui
penggunaan jarum secara bergantian tetapi juga melalui perilaku seksualnya yang tidak
aman. Perilaku seksual berisiko penasun berpotensi untuk menyebarkan HIV/AIDS ke
masyarakat umum sehingga perlu perhatian yang khusus terhadap perilaku seksual
penasun.
2.5 Cara Pencegahan
Fasilitasi pencegahan penyalahgunaan narkotika, dilakukan melalui kegiatan
antaralain: seminar; lokakarya; workshop; pengajian; pagelaran, festival seni danbudaya;
outbond seperti jambore, perkemahan, dan napak tilas;perlombaan seperti lomba pidato,
jalan sehat, dan cipta lagu;pemberdayaan masyarakat; pelatihan masyarakat; karya tulis
ilmiah; dansosialisasi, diseminasi, asistensi dan bimbingan teknis (pasal 5). BNNP dapat
lebih mengeksplorasi peluang ini untuk meningkatkan upayapenanggulangan
penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan sumberdaya yang ada di Pemerintah
daerah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tujuan dari upaya pencegahan ini, yaitu : a)
terhindar dan terbebasnya generasi muda dari penyalahgunaan napza, menumbuhkan,
memulihkan, dan mengembangkan keberfungsiaan sosial eks korban penyalahgunaan
napza sehingga dapat hidup secara wajar sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat; dan b) meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan napza sehingga masyarakat memiliki ketahanan sosial dan daya tangkal
terhadap permasalahan penyalahgunaan napza.

2.6 Data Terkini 10 th Terakhir Indonesia


Kasus penyalahgunaan NAPZA diIndonesia dari tahun ke tahun juga terus
mengalami kenaikan dimana pada tahun 2008 ada sebanyak 3.3 juta (3.362.527)
dengan pravalensi 1,99% menjadi pada tahun 2011 menjadi 4 juta (4.071.016)
dengan pravalensi 2,32% dan diprediksikan angka tersebut akan terus mengalami
kenaikan pada tahun 2015 menjadi 5,1 juta (5.126.913) dengan pravalensi 2,8%.
Diketahui 5,3% di antaranya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Kalimantan
Selatan berdasarkan kasus narkoba yaitu menempati peringkat ke 6 pada tahun 2012
dengan jumlah kasus 1.188 yang awalnya peringkat ke 9 pada tahun 2011 dengan
jumlah kasus 887. Ibukota Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin menempati
peringkat pertama dari 12 kabupaten yang ada. Hal tersebut dilihat dari rekapitulasi
data narkoba BNNP kalsel dan jajaran polda kalsel tahun 2012 dan masih bertahan
sampai tahun 2013 (BNNP dan Polda Kalsel, 2013).
2.7 Data Terkini 10 th Terakhir Dunia
Penyalahgunaan NAPZA di dunia terus mengalami kenaikan dimana hampir 12%
(15,5 juta jiwa sampai dengan 36,6 juta jiwa) dari pengguna adalah pecandu berat.
Menurut World Drug Report tahun 2012, produksi NAPZA meningkat salah satunya
diperkiraan produksi opium meningkat dari 4.700 ton di tahun 2010 menjadi 7.000
ton di tahun 2011 dan menurut penelitian yang sama dari sisi jenis narkotika, ganja
menduduki peringkat pertama yang disalahgunakan di tingkat global dengan angka
pravalensi 2,3% dan 2,9% per tahun (Andriyani, 2011).
2.8 Faktor Resiko Penyakit
Jurnal Data Puslitdatin Tahun 2018
Pengguna Penyalahgunaan NAPZA beprptensi terkena penyakit HIV/AIDS,
Tuberkulosis (TBC), hepatitis. Kemampuan kognitif menurun, Gangguan pada hati (liver)
dan ginjal, Gangguan paru-paru dan pernapasan, dan Infeksi menular seksual.
Dampak berbahaya narkoba yang dapatmengakibatkan kematian dini dan resiko
berbagai penyakit, Laporan UNODC 2017 menyatakan bahwa kasus hepatitis C
menyebabkankerugian terbesar di kalangan penyalahguna suntik. Karena dari 12 juta
penyalahguna suntik, lebih dari setengahnya terjangkit hepatitisC. Dari total
yangpenyalahguna suntik yang terjangkit hepatitis C,satu dari delapannya (1,6 juta)
hidup dengan HIV, sementara sekitar1,3 juta menderita hepatitis C dan HIV. Secara
keseluruhan,penyalahguna yang meninggal akibat hepatitis C sebanyak 222.000orang
atau tiga kali lebih banyak dari penyalahguna yang meninggalakibat HIV (60.000 orang).
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

Jurnal_Data_Puslitdatin_BNN_2018.pdf

You might also like