You are on page 1of 9

GAMBARAN STATUS FUNGSIONAL PASIEN STROKE SAAT MASUK

RUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD


PEKANBARU

Fitri Rachmawati1, Wasisto Utomo 2, Fathra Annis Nauli3

Email: Fitri_rachmawati88@rocketmail.com
083186998479

Abstract

The aim of this research was to describe the patients functional status of stroke when entering
inpatient room of Arifin Achmad hospital Pekanbaru. Research design used in this study was a
simple description. There are 50 stroke patients who were taken by using purposive sampling
technique. This research was conducted in Merak II inpatient room of Arifin Achmad hospital
Pekanbaru. Data collection tool used the observation sheet of Barthel index which consist of
10 items of assessment related capability in self care activities and mobilization. The result of
research was analyzed by univariate analysis and presented in frequency distribution table.
The result of research showed 78.0% of stroke patient when entering had dependent total of
functional status, 16,0% had moderate dependent and 6.0% had mild dependent. Based on
these results, the researcher suggest to the health institution to provide nursing care and
appropriate interventions adjusted with patient functional status when entering so that it was
expected to assist the improvement of functional status in stroke patient when exit from
inpatient room.
Keywords : Barthel index, stroke patients, functional status
waktu yang cukup lama (Rambe, 2006).
PENDAHULUAN Stroke merupakan masalah medis yang
World Health Organization (WHO) utama bagi masyarakat modern saat ini
mendefinisikan stroke sebagai suatu tanda (Junaidi, 2011).
klinis yang berkembang cepat akibat Prevalensi stroke di Indonesia
gangguan otak fokal (atau global) dengan mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 dan stroke merupakan penyebab kematian
jam atau lebih dan dapat menyebabkan pertama di Indonesia. Berdasarkan rekam
kematian tanpa adanya penyebab lain yang medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
jelas selain vaskuler (Sjahrir, 2003). tahun 2012, jumlah pasien stroke selama
Di Amerika Serikat, stroke setahun yaitu 328 orang. Ini menunjukkan
merupakan penyebab kematian terbesar adanya peningkatan dari tahun sebelumnya
ketiga setelah penyakit jantung koroner dan yaitu tahun 2011 berjumlah 264 orang.
kanker. Stroke menyebabkan kematian Stroke merupakan penyebab utama
90.000 wanita serta 60.000 pria setiap gangguan fungsional, dimana 20%
tahunnya. Selain itu stroke juga merupakan penderita yang bertahan hidup masih
penyebab utama kecacatan dan penyebab membutuhkan perawatan di institusi
seseorang dirawat di rumah sakit dalam kesehatan setelah 3 bulan dan 15-30%
penderitanya mengalami cacat permanen gangguan artikulasi kata-kata saat berbicara,
(Yenni, 2011). disfagia atau gangguan menelan, gangguan
Stroke merupakan kejadian yang persepsi sehingga penderita stroke tidak
mengubah kehidupan dan tidak hanya dapat mengenali obyek-obyek disekitarnya
mempengaruhi penderitanya namun juga atau menggunakan benda didekatnya,
seluruh keluarga. Tingkat kepedulian gangguan memori yang menyebabkan
masyarakat akan pemeliharaan kesehatan penderita sulit mengingat (pikun) dan
terhadap berbagai resiko yang dapat mempelajari hal baru, dan yang paling
menimbulkan stroke masih sangat rendah, umum terjadi adalah kelumpuhan sehingga
terlihat dari insiden stroke yang dapat menyebabkan penderita mengalami
cenderung meningkat sehingga stroke ketergantungan terhadap bantuan keluarga
merupakan masalah yang serius yang dapat (Irfan, 2010).
menyebabkan kematian dalam waktu Berdasarkan studi pendahuluan yang
singkat, kecacatan dan biaya yang dilakukan pada tanggal 01 Januari 2013 di
dikeluarkan sangat besar (Misbach 2004, ruang Merak II RSUD Arifin Achmad
dalam Fitri & Zulfitri, 2009). Pekanbaru, saat pasien masuk ruang rawat
Salah satu penelitian yang telah inap belum ada dilakukan penilaian terkait
dilakukan oleh Pinzon, et al (2009) tentang status fungsional pasien. Semakin
status fungsional pasien stroke non meningkatnya prevalensi stroke dan
hemoragik pada saat keluar rumah sakit. dampaknya yang sangat besar serta belum
Penelitian ini dilakukan pada 399 pasien adanya penanganan yang berhubungan
stroke yang terdiri dari 288 pasien stroke dengan status fungsional pasien, ini dapat
iskemik dan 111 pasien stroke hemoragik. menyebabkan kecacatan yang dialami
Data dianalisis secara deskriptif dan analitik pasien semakin berat.
dengan menggunakan indeks barthel (nilai Oleh karena itu pemeriksaan status
0-100). Penelitian ini menunjukkan bahwa fungsional saat masuk ruang rawat inap
lebih dari sepertiga pasien mampu mandiri sangat penting untuk dilakukan sehingga
(nilai indeks Barthel >70) pada saat keluar dapat dijadikan acuan dalam menentukan
rumah sakit. Ada seperlima (21%) pasien tindakan yang tepat dan perawatan spesifik
dengan status fungsional yang rendah pada yang dapat memberikan pengaruh besar
saat keluar rumah sakit. Pasien stroke usia terhadap kehidupan pasien. Hal inilah yang
muda dengan massa follow up 96 bulan menyebabkan peneliti tertarik untuk
menunjukkan bahwa 16,1% tetap melakukan penelitian tentang status
tergantung. Sebanyak 55,6% pasien telah fungsional pasien stroke saat masuk ruang
mampu bekerja kembali dalam waktu 96 rawat inap.
bulan.
Stroke juga dapat menyebabkan TUJUAN PENELITIAN
berbagai macam gangguan pada bagian Penelitian ini bertujuan untuk
otak, namun sebagian bagian otak lainnya mengetahui gambaran karakteristik dan
bisa berfungsi dengan normal. Beberapa status fungsional pasien stroke saat masuk
dampak fisik yang ditimbulkan oleh stroke ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad
diantaranya adalah gangguan penglihatan Pekanbaru, sehingga dapat dijadikan
berupa defisit lapang pandang sehingga sebagai acuan dalam menentukan tindakan
penderita hanya dapat melihat pada satu sisi yang tepat dan perawatan yang spesifik
saja, afasia atau kesulitan berbicara dan untuk diberikan kepada pasien.
memahami pembicaraan, disatria atau
METODE HASIL PENELITIAN
Desain Penelitian: Desain Analisa Univariat
penelitian adalah sesuatu yang sangat Tabel 1.
penting dalam penelitian, yang Distribusi responden berdasarkan umur
memungkinkan kontrol beberapa faktor (n= 50)
yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil
(Nursalam, 2003). Pada penelitian ini No. Kelompok Umur Jumlah (%)
peneliti menggunakan desain penelitian 1. < 21 tahun 0 0
kuantitatif, dengan pendekatan deskriptif
sederhana. Penelitian deskriptif adalah suatu 2. 21-45 tahun 6 12.0
metode penelitian yang dilakukan dengan
3. 46-65 tahun 29 58.0
tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara 4. > 65 tahun 15 30.0
objektif (Notoatmodjo, 2005). Pada
penelitian ini pendekatan tersebut Total 50 100
digunakan untuk mengetahui gambaran
karakteristik dan status fungsional pasien Tabel 1 menunjukkan bahwa
stroke saat masuk ruang rawat inap RSUD mayoritas responden berumur antara 46
Arifin Achmad Pekanbaru. sampai 65 tahun sebanyak 29 responden
Sampel: Pada penelitian ini, jumlah (58,0 %), responden berumur diatas 65
sampel yang digunakan oleh peneliti adalah tahun sebanyak 15 responden (30%),
sebanyak 50 orang responden dengan berusia 21 sampai 45 tahun sebanyak 6
kriteria inklusi bersedia menjadi responden responden (12%) dan berumur dibawah 21
dan pasien sudah mendapatkan penanganan tahun tidak ada (0%).
selama 24-48 jam.
Instrumen: Instrumen yang Tabel 2.
digunakan berupa lembar observasi yang Distribusi responden berdasarkan jenis
diisi ketika peneliti melakukan penilaian kelamin (n=50)
langsung kepada responden penelitian untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan. No. Jenis Kelamin Jumlah (%)
Prosedur: Tahapan awal peneliti 1. Laki-laki 27 54.0
mengajukan surat permohonan izin
penelitian ke PSIK Universitas Riau, 2. Perempuan 23 46.0
kemudian menyelesaikan urusan
Total 50 100
administrasi dan selanjutnya peneliti
mendatangi lokasi penelitian ruang Merak II
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, mencari Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden yang sesuai dengan kriteria mayoritas responden berjenis kelamin laki-
inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti laki yaitu sebanyak 27 responden (54.0%),
dan melakukan penelitian. sedangkan responden perempuan hanya 23
responden (46.0%).
Tabel 3. sebanyak 22 responden (44.0%) sedangkan
Distribusi responden berdasarkan faktor hemoragik sebanyak 22 responden (56.0%).
resiko (n=50)
Tabel 5.
No. Faktor Resiko jumlah (%) Distribusi responden berdasarkan jenis
status fungsional
1. Diabetes 3 6.0 No. Status Jumlah (%)
Fungsional
2. Kolesterol 20 40.0 Pasien Stroke
3. Hipertensi 16 32.0 1. 0-20 39 78.0

4. Diabetes disertai 0 0 2. 21-40 0 0


kolesterol
5. Diabetes disertai 6 12.0 3. 41-60 8 16.0
hipertensi
6. Kolesterol disertai 4 8.0 4. 61-90 3 6.0
hipertensi
7. Jantung 1 2.0 5. 91-100 0 0

Total 50 100 Total 50 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa Tabel 5 menunjukkan bahwa


mayoritas responden memiliki faktor resiko mayoritas status fungsional responden
stroke terbanyak yaitu kolesterol sebanyak terbanyak adalah dependent total (0-20)
20 responden (40.0%), hipertensi sebanyak yaitu sebanyak 39 responden (78.0%),
16 responden (32%), diabetes disertai dependent sedang berjumlah 8 responden
hipertensi sebanyak 6 responden (12.0%), (16.0%), dependent ringan sebanyak 3
kolesterol disertai hipertensi sebanyak 4 responden (6.0%) dan dependent berat serta
responden (8.0%), disebabkan diabetes saja independent atau mandiri tidak ada (0%).
3 responden (6.0%), jantung sebanyak 1
responden (2.0%) dan disebabkan diabetes PEMBAHASAN
disertai kolesterol tidak ada (0%). 1. Karakteristik responden
a. Umur
Tabel 4. Hasil penelitian ini menunjukkan
Distribusi responden berdasarkan jenis karakteristik umur responden terbanyak
stroke (n=50) adalah usia dewasa tua (46-65 tahun)
dengan jumlah 29 orang responden (58.0%).
No. Jenis Stroke Jumlah (%) Makin bertambahnya umur, resiko stroke
semakin tinggi, hal ini berkaitan dengan
1. Hemoragik 22 44.0 elastisitas pembuluh darah. Umur
2. Iskemik 28 56.0 merupakan salah satu resiko utama stroke,
insiden stroke meningkat hampir 2 kali lipat
Total 50 100 setelah umur 55 tahun (Nasution, 2007).
Selain itu, ELphinz dalam Bethesda
stroke centre (2008) juga mengatakan
Tabel 4 menunjukkan bahwa kemunduran pembuluh darah meningkat
mayoritas jenis stroke terbanyak yang seiring bertambahnya usia, semakin
dialami responden yaitu stroke iskemik bertambahnya usia makin bertambah
kemungkinan mendapatkan stroke (Puspita A.P yang memperoleh hasil bahwa 68%
& Putro, 2008). Hasil penelitian ini sama penderita stroke adalah laki-laki (Farizal,
dengan penelitian yang telah dilakukan 2011).
Farizal (2011), bahwa umur pasien stroke
terbanyak berada diantara 41-50 atau c. Faktor resiko
dewasa. Berbeda dengan penelitian yang Faktor resiko terbanyak stroke yang
dilakukan Shaffer (2002), yang paling terjadi pada responden adalah kolesterol
banyak menderita stroke adalah usia diatas sebanyak 20 orang responden (40.0%).
65 tahun, namun peneliti lainnya Sutrisno, Kolesterol akan menyebabkan terbentuknya
2007 juga menemukan pasien stroke plak-plak pada pembuluh darah atau yang
sebagian besar dijumpai pada usia di atas 40 disebut dengan aterosklerosis. Kebiasaan
tahun (Farizal, 2011). konsumsi makanan tinggi lemak dan
kolesterol akan mempengaruhi kolesterol
b. Jenis kelamin dalam tubuh. Peranan lipid dalam proses
Hasil penelitian ini menunjukkan pembentukan plak aterosklerosis sangat
bahwa mayoritas responden berjenis menonjol, kadar kolesterol LDL yang tinggi
kelamin laki-laki yaitu berjumlah 27 orang dan kolesterol HDL yang rendah serta kadar
responden (54.0%). Laki-laki lebih berisiko trigliserid yang tinggi perlu diwaspadai.
terkena stroke dibandingkan perempuan LDL yang teroksidasi oleh radikal bebas
(Sjahrir, 2003). Diperkirakan bahwa insiden memacu terbentuknya ateroma pada dinding
stroke pada perempuan lebih rendah arteri dalam proses aterosklerosis.
dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan Kolesterol tinggi memungkinkan
perempuan memiliki hormon esterogen tertimbunnya kolesterol pada dinding
yang berperan dalam mempertahankan pembuluh darah sehingga menyebabkan
kekebalan tubuh sampai menopause dan pembuluh darah semakin sempit dan
sebagai proteksi atau pelindung pada proses mengganggu suplai darah ke otak (Puspita
aterosklerosis. Sedangkan, pada laki-laki & Putro, 2008).
terdapat hormon testosteron, dimana
hormon ini dapat meningkatkan kadar LDL, d. Jenis stroke
apabila kadar LDL tinggi maka dapat Jenis stroke terbanyak yang terjadi
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah pada responden adalah stroke iskemik
yang merupakan faktor resiko terjadinya sebanyak 28 orang (56%). Stroke Iskemik
penyakit degeneratif seperti stroke (Bull, disebabkan karena adanya endapan lemak
2007). Selain itu, pola hidup (life style) laki- dan kolesterol. Pembentukan plak yang
laki lebih memungkinkan laki-laki mudah menyebabkan stroke iskemik berada dalam
untuk terkena stroke. dinding pembuluh darah arteri di leher dan
Berbeda dengan hasil penelitian ini, kepala. Stroke iskemik dapat dibedakan
penelitian yang dilakukan Dinata, dkk menjadi 2, yaitu trombotik dan embolik.
(2012) bahwa angka kejadian stroke pada Trombotik terjadi di dinding pembuluh
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki- darah sebagai bagian dari proses pengerasan
laki, yaitu 52 orang perempuan dan 44 dinding pembuluh darah (aterosklerosis),
orang laki-laki. Namun penelitian yang sedangkan embolik terjadi karena fragmen
dilakukan Shaffer (2002), memperoleh plak yang berasal dari jantung atau arteri
hasil bahwa laki-laki lebih banyak lain yang mengarah ke otak (Soeharto,
menderita stroke daripada perempuan, sama 2004).
dengan penelitian yang dilakukan Listyo,
Stroke iskemik lebih sering terjadi Aktivitas perawatan diri yang
dikarenakan gaya hidup masyarakat yang dilakukan penilaian terkait kemampuan
tidak sehat, seperti masyarakat yang makan, mandi, kebersihan diri, berpakaian,
menyukai makanan cepat saji serta defekasi, miksi, penggunaan toilet.
berkolesterol tinggi, kebiasaaan merokok Sedangkan aktivitas mobilisasi terdiri dari
dan konsumsi alkohol yang dapat transfer (berpindah dari tempat tidur ke
menyebabkan penimbunan plak sehingga kursi dan kembali ke tempat tidur),
kelamaan dapat menyumbat pembuluh mobilitas dan kemampuan naik tangga.
darah dan aliran darah ke otak pun Ketidakmampuan ini dikarenakan
terhambat. penyakit stroke yang dialami dapat
Hasil penelitian ini sama dengan menyebabkan kelumpuhan motorik, karena
penelitian yang dilakukan oleh Bahrudin kendali otak sebelah kanan bertugas
(2012) terhadap 171 orang pasien stroke, menggerakkan tubuh bagian kiri begitupun
jenis stroke terbanyak adalah Iskemik sebaliknya. Hal ini biasanya menyebabkan
berjumlah 101 orang dan stroke Hemoragik pasien stroke sulit untuk melakukan gerakan
berjumlah 70 orang. tangan dan kaki dibagian otak yang
terserang stroke, sehingga pasien
e. Status fungsional pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini
Status fungsional pasien stroke menunjukkan jika pasien terserang stroke,
terbanyak adalah dependent total (0-20) secara langsung dan dalam waktu serangan
berjumlah 39 orang (78.0%). Gambaran stroke terjadi, pasien akan mengalami
status fungsional ini diperoleh dari hasil ketidakberfungsian bagian otak tertentu
penilaian terhadap kemampuan pasien sehingga akan mempengaruhi aktivitas
dalam melakukan aktivitas perawatan diri gerak tubuh dan kehidupan sehari-hari.
dan mobilisasi. Selain itu penurunan kemampuan
Aktivitas tersebut dinilai dengan dapat terjadi dikarenakan penurunan
menggunakan skala penilaian yaitu barthel kesadaran serta daerah otak tertentu tidak
indeks. Barthel indeks ini sering digunakan berfungsi yang disebabkan oleh
karena cukup sensitif untuk mengukur terganggunya aliran darah ke tempat
perubahan fungsi kemampuan pasien dalam tersebut atau pecahnya pembuluh darah
melakukan aktivitas. Oleh karena itu pada tempat tersebut. Gejala yang
barthel indeks dapat digunakan untuk munculpun bervariasi, bergantung bagian
mengukur kegiatan fisik sehari-hari pada otak yang terganggu, yang paling nyata
pasien stroke. Hasil penilaian dengan barhel sering terjadi adalah gangguan gerak/
indeks didapatkan nilai tertinggi 80 dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai
nilai terendah adalah 0. Mayoritas pasien kelumpuhan total pada lengan dan tungkai
yang dilakukan penilaian status fungsional sesisi (hemiparesis/ hemiplegi) yang
pada saat masuk dengan menggunakan menyebabkan kemampuan fungsional
barthel indeks bernilai 0. pasien pun ikut terganggu (Suryati, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat Dalam pengobatan stroke di rumah
bahwa hampir keseluruhan pasien stroke sakit, keadaan jaringan otak akan dimonitor
saat awal masuk ruang rawat inap RSUD secara ketat karena keadaan pasien dapat
Arifin Achmad Pekanbaru tidak mampu memburuk dalam beberapa jam setelah
melakukan aktivitas perawatan diri dan serangan stroke. Pemeriksaan awal yang
mobilisasi. harus dilakukan di ruang rawat darurat
adalah pemeriksaan fungsi pernafasan,
tekanan darah, fungsi jantung, dan Banyak anggota keluarga yang
pemeriksaan analisa gas darah. Secara justru lebih menganjurkan pasien stroke
simultan dilakukan pengambilan darah untuk dipijitkan terlebih dahulu dan dirawat
untuk pemeriksaan darah rutin, kimia darah, di rumah sebelum akhirnya dibawa kerumah
pemeriksaan koagulasi darah serta sakit dikarenakan semakin bertambah parah,
pemeriksaan fungsi hematologi yang lain, padahal yang dilakukan tersebut tidaklah
dan bersamaan dengan tindakan tersebut tepat. Seharusnya pasien stroke secepatnya
pasien dipasang infus intravena dengan dibawa kerumah sakit, semakin cepat
cairan elektrolit standar hingga diganti membawa pasien yang dicurigai mengalami
dengan cairan lainnya sesuai dengan hasil gejala awal stroke, semakin besar
pemeriksaan kimia darah, dan selanjutnya kemungkinan pasien stroke akan
pasien dilakukan pemeriksaan EKG. Selain terselamatkan. Sehingga kemungkinan
itu juga bisa dilakukan pemeriksaan CT timbul kecacatan dan kematian karena
Scan kepala atau MRI untuk mendapatkan komplikasi stroke bisa dicegah.
kepastian diagnosis berdasarkan jenis Hal terpenting dalam menangani
patologisnya (Perdosi, 2007). pasien stroke adalah jangan menunda
Setiap pasien stroke akut yang membawa pasien yang dicurigai stroke,
datang di rumah sakit setelah dilakukan karena kerusakan jaringan otak akibat
penanganan di ruang instalasi rawat darurat stroke akan makin meluas dengan
maka harus segera di kelola di unit stroke. berjalannya waktu. Saat awal terjadi stroke
Unit stroke direkomendasikan sebagai unit adalah saat paling krusial dan menentukan
terpadu multidisiplin yang menangani penanganan stroke, 1-4 jam pertama dari
pasien-pasien stroke. Manajemen pasien di kejadian gejala awal stroke adalah saat
unit stroke ditujukan untuk pemberian terapi terbaik dalam penanganan stroke. Hal ini
primer, pengendalian faktor risiko, dikarenakan sebelum 4 jam setelah serangan
mencegah perburukan serta mencegah stroke, kerusakan jaringan otak belum
terjadinya komplikasi pada fase akut serta begitu luas dan parah sehingga proses
manajemen rehabilitasi sedini mungkin dan kerusakan selanjutnya dapat dicegah.
semuanya dilaksanakan secara
komprehensif dan terintegrasi, dan diawasi KESIMPULAN
selama 24 jam terus menerus, sehingga Hasil penelitian yang telah
diharapkan dengan manajemen tersebut dilakukan oleh peneliti tentang gambaran
akan menurunkan angka kecacatan, status fungsional pasien stroke saat masuk
morbiditas dan mortalitas (Perdosi, 2007). ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad
Kurangnya pengetahuan masyarakat Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa
dalam melakukan penanganan yang cepat sebagian besar responden berada pada usia
dan tepat terhadap pasien stroke juga dewasa tua (46-65 tahun) dengan jumlah 29
merupakan salah satu hal yang orang responden (58.0%), mayoritas
menyebabkan buruknya status fungsional berjenis kelamin laki-laki sebanyak 27
pasien stroke, dikarenakan sebagian besar orang responden (54.0%), faktor resiko
pasien stroke datang ke rumah sakit setelah terbanyak disebabkan oleh kolesterol
48-72 jam sejak terjadi serangan. sebanyak 20 orang responden (40.0%),
Keterlambatan itu sebagian besar mayoritas jenis stroke yang sering terjadi
dikarenakan keluarga berusaha mencoba adalah stroke iskemik sebanyak 28 orang
pengobatan alternatif. responden (56.0%) dan sebagian besar
status fungsional responden saat masuk
ruang rawat inap adalah dependent total DAFTAR PUSTAKA
sebanyak 39 orang responden (78.0%).
Bahrudin, M. (2010). Model diagnostik
SARAN stroke berdasarkan gejala klinis.
Bagi pasien diharapkan hasil Diperoleh tanggal 18 Januari 2013
penelitian ini dapat memberikan informasi dari
dalam mendapatkan perawatan yang tepat http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/4
sesuai dengan keadaan status fungsional 17/jiptumm-gdl-mochamadba-
pasien. Bagi institusi kesehatan hasil 20842-1-drbahru-0.pdf.
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan dan Bull, E. (2007). Simple Guide: Kolesterol.
memberikan asuhan keperawatan serta Jakarta: Penerbit Erlangga.
intervensi sesuai dengan keadaan status
fungsional pasien. Sedangkan bagi peneliti Dinata, A.C., Safrita, Y., & Sastri, S.
selanjutnya, hasil penelitian ini dapat (2012). Gambaran faktor risiko dan
dijadikan sebagai data atau informasi dasar tipe stroke pada pasien rawat inap
untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. di bagian penyakit dalam RSUD
kabupaten Solok Selatan periode 1
januari 2010 - 31 juni 2012 dari
1. Fitri Rachmawati, S.Kep. Mahasiswa http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/v
Program Studi Ilmu Keperawatan ol_2no_2/57-61.pdf.
Universitas Riau.
2. Ns. Wasisto Utomo, M. Kep, Sp. KMB. Farizal. (2011). Drug related problems
Dosen Departemen Keperawatan Medikal (drps) pada pasien stroke di icu
Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan (intensive unit care) rumah sakit
Universitas Riau. stroke nasional bukit tinggi.
3. Ns. Fathra Annis Nauli, M. Kep, Sp. Diperoleh tanggal 22 Mei 2013 dari
Kep. J. Dosen Departemen Keperawatan http://pasca.unand.ac.id/id/wp-
Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan content/uploads/2011/09/drug-
Universitas Riau. related-problems-drps-pada-pasien-
stroke-di-icu-intensive-unit-care-
rumah-sakit-stroke-nasional-
bukittinggi. pdf.

Fitri, Z., & Zulfitri, R. (2009). Tingkat


stress keluarga merawat anggota
keluarga yang menderita stroke di
ruang rawat inap RSUD Arifin
Ahmad Pekanbaru. Tidak
dipublikasikan: Skripsi PSIK UR.

Irfan, M. (2010). Fisioterapi bagi insan


stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Junaidi, I. (2011). Stroke waspadai kejadian stroke di rumah sakit
ancamannya. Yogyakarta: C.V Andi umum daerah Gambiran Kediri.
Offset. Diperoleh tanggal 18 Januari 2013
dari
Misbach, J. (2007). Pandangan umum http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jur
mengenai stroke. Jakarta: Balai nal/11308263269_1410-2935.pdf.
penerbit FKUI.
Perdosi. (2007). Pedoman penatalaksanaan
Nasution, D. (2007). Strategi pencegahan stroke. Perhimpunan dokter saraf
stroke primer. Diperolah tanggal 13 Indonesia.
Januari 2013 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/12 Rambe, A. (2006). Stroke: Sekilas tentang
3456789/20531. definisi, penyebab, efek, dan faktor
risiko. Diperoleh tanggal 13 Januari
Nursalam. (2003). Konsep & penerapan 2013 dari
metodologi penelitian ilmu http://repository.usu.ac.id/handle/12
keperawatan: Pedoman skripsi, 3456789/18925.
tesis, dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba Suryati, S.E., Wartonah., & Tarwoto.
Medika. (2007). Keperawatan medikal bedah
gangguan sistem persyarafan.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Jakarta: CV. Sagung Seto.
penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Soeharto, I. (2004). Serangan jantung dan
stroke. Jakarta: PT. Gramedia
Pinzon, R., & Asanti, L. (2010). Awas Pustaka Utama.
stroke! (pengertian, gejala,
tindakan, perawatan, dan Sjahrir, H. (2003). Stroke iskemik. Medan:
pencegahan). Yogyakarta: Andi Yandira Agung.
Offset.
Yenni. (2011). Hubungan dukungan
Pinzon, R., Asanti, L., Sugianto., & Widyo, keluarga dan karakteristik lansia
K. (2009). Status fungsional pasien dengan kejadian stroke pada
stroke non hemoragik pada saat lansia hipertensi di wilayah kerja
keluar rumah sakit. Diperoleh puskesmas perkotaan Bukit Tinggi.
tanggal 11 Oktober 2012 dari Diperoleh tanggal 01 Januari 2013
http://isjd.pdii.lipi.go.id. dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digit
Puspita, R.M., & Putro. G. (2008). al/20282740-T%20Yenni.pdf.
Hubungan gaya hidup terhadap

You might also like