You are on page 1of 7

Agung Khairul Shabirin

“Menjujung Tinggi Kasih Sayang”

KHUTBAH PERTAMA:
َّ ‫ن ِباللَِّ َونَعُ ْوذَُّ َونَ ْست َ ْغ ِف ُرَّهُ َونَ ْست َ ِع ْينُ َّهُ نَحْ َم ُدَّهُ للَِّ ْال َح ْم ََّد ِإ‬
‫ن‬ َّْ ‫ش ُر ْو َِّر ِم‬ُ ‫ت أ َ ْنفُ ِسنَا‬َِّ ‫سيِِّئ َا‬ َ ‫ن أ َ ْع َما ِلنَا َو‬ َّ َ‫ل‬
َّْ ‫للاُ يَ ْه ِدَِّه َم‬ َّ َ‫ضلَّ ف‬
ِ ‫ُم‬
ُ‫ن لَ َّه‬َّْ ‫ل َو َم‬ ْ ُ‫لَ ي‬
َّْ ‫ض ِل‬ ََّ ‫ن َوأ َ ْش َه َُّد لَ َّهُ هَاد‬
َّ َ‫ِي ف‬ َّْ َ ‫لَ أ‬
َّ َ‫للاُ ِإلَّ ِإلَ َّه‬
َّ ُ‫لَ َوحْ َدَّه‬ َّ ‫ْك‬ ََّ ‫ع ْب ُدَّهُ ُم َحمداَّ أَنَّ َوأ َ ْش َه َُّد لَ َّهُ ش َِري‬ َ
ُُ‫س ْول َّه‬ ُ ‫و َر‬.َ
“‫ِين أَيُّ َها يَا‬ ََّ ‫للا اتقُوَّاْ آ َمنُوَّاْ الذ‬ ََِّّ َّ‫لَ تُقَاتِ َِّه َحق‬ َّ ‫ون َوأَنتُم إِلَّ ت َ ُموتُنَّ َو‬ ََّ ‫” ُّم ْس ِل ُم‬.
“‫اس أَيُّ َها َيا‬
َُّ ‫اح َدةَّ ن ْفسَّ ِ ِّمن َخلَقَ ُكم الذِي َرب ُك َُّم اتقُوَّاْ الن‬ ِ ‫ق َو‬ ََّ َ‫َكثِيراَّ ِر َجالَّ ِم ْن ُه َما َو َبثَّ زَ ْو َج َها ِم ْن َها َو َخل‬
‫ساء‬ َ ِ‫للا َواتقُوَّاْ َون‬
ََِّّ ‫ون الذِي‬ ََّ ُ‫ساءل‬ ََّ ‫للا إِنَّ َواأل َ ْر َح‬
َ َ ‫ام بِ َِّه ت‬ ََِّّ ‫ان‬ََّ ‫علَ ْي َُّك َّْم َك‬
َ َّ‫”رقِيبا‬.
َ
“‫ِين أَيُّ َها َيا‬
ََّ ‫للا اتقُوا آ َمنُوا الذ‬ ََّ ‫سدِيداَّ قَ ْولَّ َوقُولُوا‬
َ .‫ح‬ ْ ُ‫للا ي ُِط َّْع َو َمن ذُنُو َب ُك َّْم لَ ُك َّْم َو َي ْغ ِف َّْر أ َ ْع َمالَ ُك َّْم لَ ُك َّْم ي‬
َّْ ‫ص ِل‬ ََّ
ُ‫سولَ َّه‬
ُ ‫از فَقَ َّْد َو َر‬
ََّ َ‫ع ِظيماَّ فَ ْوزاَّ ف‬َ ”.
‫بَ ْع َُّد أَما‬، َّ‫ْر فَإِن‬ ََّ ‫ث َخي‬َِّ ‫َاب ْال َحدِي‬
َُّ ‫للاِ ِكت‬،
َّ ‫ْر‬َُّ ‫صلى ُم َحمدَّ ُه َدى ْال ُه َدى َو َخي‬ َّ ‫علَ ْي َِّه‬
َ ُ‫للا‬ َ ‫سل ََّم‬
َ ‫و‬،
َ ‫َر‬ َِّ ‫ْاأل ُ ُم‬
َُّّ ‫ور َوش‬
‫ ُمحْ َدثَات ُ َها‬، ‫ل‬َُّّ ‫عةَّ َو ُك‬َ ‫ض َللَةَّ بِ ْد‬
َ .

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…


Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang
sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan
Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-
Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…
Salah satu karakter menonjol syariat Islam, adalah agama kita datang dengan
membawa dan menjunjung tinggi kasih sayang. Begitu banyak nas dari al-
Qur’an maupun Sunnah yang menjelaskan hal itu. Di antaranya:
Firman Allah ta’ala,
ََّ ‫س ْلن‬
“‫َاك َو َما‬ ََّ ‫“ ِل ْل َعالَ ِمي‬
َ ‫ْن َرحْ َمةَّ ِإلَّ أ َ ْر‬
Artinya: “Kami tidaklah mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi)
rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam”. QS. Al-Anbiya’: 107.
Juga sabda Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam,
“َّ‫ون‬
َ ‫اح ُم‬ َُّ ‫الرحْ َم‬، ‫ار َح ُموا‬
ِ ‫ن يَ ْر َح ُم ُه َّْم الر‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫ن يَ ْر َح ْم ُك َّْم ْاأل َ ْر‬
َّْ ‫ض؛ فِي َم‬ َّْ ‫اء فِي َم‬
َِّ ‫”الس َم‬
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi Allah Yang Maha Penyayang.
Sayangilah siapa yang ada di atas muka bumi, niscaya kalian akan disayangi
oleh siapa yang ada di langit”. HR. Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr dan dinilai
hasan sahih oleh Tirmidzy.
Jama’ah Jum’at yang kami hormati…
Dalam mengajarkan kasih sayang, Islam tidak cukup hanya dengan
memaparkan konsep global, namun juga menjabarkannya secara terperinci.
Menyebutkan potret-potretnya secara detil dan menggambarkan dengan
begitu jelas praktek nyatanya dalam kehidupan sehari-hari.
Mulai dari orang terdekat, yakni anak dan istri, hingga manusia terjauh baik
dari sisi kekerabatan maupun agama, semuanya berhak mendapat kasih
sayang sesuai dengan porsi dan aturan yang telah digariskan agama. Tidak
cukup hanya para manusia yang perlu disayangi, makhluk lain, semisal
binatang dan tetumbuhan pun mendapatkan jatah kasih sayang, jauh hari
sebelum orang-orang barat mengkampanyekan kasih sayang terhadap
binatang atau mencanangkan program green life.
Mengenai kasih sayang terhadap anak, kiranya kisah yang terjadi di zaman
nubuwwah berikut bisa sedikit menggambarkannya. Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu bertutur,
“َّ‫ل قَب َل‬ َُّ ‫سو‬
ُ ‫صلى للاَِّ َر‬ َ ُ‫للا‬ َّ ‫علَ ْي َِّه‬ َ ‫سلَّ ََّم‬
َ ‫ن َو‬ َ ‫ْن ْال َح‬
ََّ ‫س‬ ََّ ‫ي ب‬ َ ُ‫ع َو ِع ْن َدَّه‬
َِّّ ‫ع ِل‬ َُّ ‫ْن ْاأل َ ْق َر‬
َُّ ‫ي َحا ِبسَّ ب‬َُّّ ‫يم‬
ِ ‫ َجا ِلسا الت ِم‬. ‫ل‬ ََّ ‫فَقَا‬
َُّ ‫األ َ ْق َر‬:
‫ع‬ ْ “َّ‫عش ََرةَّ ِلي ِإن‬ َ ‫ن‬ َّْ ‫ت َما ْال َولَ َِّد ِم‬ َُّ ‫”أ َ َحدا ِم ْن ُه َّْم قَب ْل‬. ‫ظ ََّر‬ َ َ‫ل ِإلَ ْي َِّه فَن‬
َُّ ‫سو‬
ُ ‫صلى للاَِّ َر‬ َ ُ‫للا‬ َّ ‫علَ ْي َِّه‬ َ ‫ثُمَّ َو‬
َ ‫سل ََّم‬
ََّ ‫قَا‬: “َّ‫ل َم ْن‬
‫ل‬ ََّ ‫ل يَ ْر َح َُّم‬
ََّ ‫”ي ُْر َح َُّم‬
“Suatu saat Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mencium (cucu beliau) al-
Hasan bin ‘Ali dan saat itu ada al-Aqra’ bin Hâbis at-Tamimy duduk di samping
beliau. Serta merta al-Aqra’ berkomentar, “Aku memiliki sepuluh anak,
sungguh tidak pernah satupun di antara mereka yang kucium”. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam pun memandangnya seraya berkata,
“Barang siapa tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi!”. HR. Bukhari dan
Muslim.
Kaum muslimin dan muslimat yang semoga dirahmati Allah…
Untuk memotivasi sifat saling menyayangi sesama muslim, selain dengan
menjelaskan hak dan kewajiban di antara mereka, Nabi kita Muhammad
shallallahu’alaihiwasallam juga membuat sebuah perumpamaan yang sangat
indah, tentang bagaimana seharusnya kaum muslimin berkasih sayang di
antara mereka,
ََّ ِ‫ط ِف ِه َّْم َوت ََرا ُح ِم ِه َّْم ت ََوا ِ ِّد ِه َّْم فِي ْال ُمؤْ ِمن‬
“َّ‫ين َمث َ ُل‬ ُ ‫ل َوتَعَا‬
َُّ َ ‫س َِّد َمث‬ ْ ‫عضْو؛ ِم ْن َّهُ ا ْشت َ َكى ِإ َذا‬
َ ‫ال َج‬، َ ‫سائِ َُّر لَ َّهُ ت َ َدا‬
ُ ‫عى‬ َ ‫ْال َج‬
َ ‫س َِّد‬
‫”و ْال ُحمى بِالس َه َِّر‬. َ
“Perumpamaan kaum mukminin dalam ukhuwah, kasih sayang dan kepedulian
sesama mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka
seluruh bagian tubuh akan bersolidaritas dengan ikut begadang dan merasa
sakit”. HR. Bukhari dan Muslim dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu.
Bahkan Islam juga menerangkan jalan yang seharusnya ditempuh untuk
mengantarkan kepada terciptanya kasih sayang tersebut. Di antaranya, dalam
sabda Nabi shallallahu’alaihiwasallam,
“َّ‫ون َل‬ََّ ُ‫تُؤْ ِمنُوا َحتى ْال َجن َّةَ ت َ ْد ُخل‬، ‫ل‬ ََّ ‫علَى أَدُلُّ ُك َّْم أ َ َو‬
ََّ ‫ت َ َحابُّوا َحتى تُؤْ ِمنُوا َو‬. ‫ل‬ ْ ‫شوا ت َ َحابَ ْبت ُ ْم؟ فَعَ ْلت ُ ُموَّهُ إِ َذا ش‬
َ َّ‫َيء‬ ُ ‫أ َ ْف‬
‫” َب ْينَ ُك َّْم الس َل ََّم‬
“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan
beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan tentang
sesuatu yang jika kalian praktekkan niscaya kalian akan saling mencintai?
Tebarkanlah salam di antara kalian”. HR. Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu.
Para hadirin dan hadirat yang kami cintai…
Dalam menebarkan kasih sayang, Islam tidak hanya berhenti dalam wilayah
sesama muslim saja, namun juga merambah hubungan dengan non muslim. Di
antara potretnya yang paling jelas, Islam memotivasi mereka untuk masuk dan
mengikuti agama kasih sayang; agama Islam, agar mereka bahagia di dunia dan
selamat di akhirat. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“‫س َوالذِي‬ َُّ ‫بِيَ ِدَِّه ُم َحمدَّ نَ ْف‬، ‫ل‬ َّْ ‫األُم َِّة َه ِذَِّه ِم‬،
ََّ ‫ن أ َ َحدَّ بِي يَ ْس َم َُّع‬ ْ َّ‫ل يَ ُهودِي‬ ْ َ‫ن‬، َّ‫وت ثُم‬
ََّ ‫ص َرانِيَّ َو‬ َُّ ‫ن َولَ َّْم يَ ُم‬
َّْ ‫بِالذِي يُؤْ ِم‬
َُّ ‫ان ِإلَّ ِب ِه؛ أ ُ ْر ِس ْل‬
‫ت‬ َّْ ‫ب ِم‬
ََّ ‫ن َك‬ َِّ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫ار أ‬َِّ ‫”الن‬
“Demi Allah, tidaklah seorang pun dari umat ini, entah itu Yahudi atau Nasrani,
yang mendengar tentang diriku, lalu ia mati dalam keadaan belum beriman
dengan risalahku, melainkan ia akan menjadi penghuni neraka”. HR. Muslim
dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.
Andaikan mereka enggan masuk Islam dan tidak memerangi kaum muslimin,
mereka tetap berhak untuk disikapi secara lahiriah dengan baik. Allah ta’ala
menjelaskan,
“َّ‫للاُ يَ ْن َها ُك َُّم َل‬
َّ ‫ن‬ َِّ ‫ع‬ ََّ ‫ِّين فِي يُقَاتِلُو ُك َّْم لَ َّْم ال َِّذ‬
َ ‫ين‬ ِ َ‫طوا تَبَ ُّرو ُه َّْم أَن ِدي‬
َِّ ‫ال ِد‬، ‫ار ُك َّْم ِ ِّمن ي ُْخ ِر ُجو ُكم َولَ َّْم‬ ُ ‫إِلَ ْي ِه َّْم َوت ُ ْق ِس‬، َّ‫للا إِن‬
ََّ
َُّّ ‫ين ي ُِح‬
‫ب‬ ْ
ََّ ‫”ال ُم ْق ِس ِط‬.
Artinya: “Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang (kafir) yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak
mengusir kalian dari kampung halaman. Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang berlaku adil”. QS. Al-Mumtahanah: 8.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Yang lebih menakjubkan lagi, agama kita tidak hanya memperhatikan kasih
sayang sesama manusia, namun juga mengajarkan kasih sayang kepada
penghuni bumi lainnya, yaitu binatang dan tetumbuhan.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengisahkan,
“‫ل َم ََّع ُكنا‬ َِّ ‫سو‬ ُ ‫للاِ َر‬ َّ ‫صلى‬ َ ُ‫للا‬ َّ ‫علَ ْي َِّه‬ َ ‫سفَرَّ فِي َو‬
َ ‫سلَّ ََّم‬ َ ،‫ق‬ َ ‫ ِل َحا َجتِ َِّه فَا ْن‬، ‫َان َمعَ َها ُح َم َرةَّ فَ َرأ َ ْينَا‬
ََّ َ‫طل‬ َِّ ‫فَ ْرخ‬، ‫فَأ َ َخ ْذنَا‬
‫فَ ْر َخ ْي َها‬، ‫ت‬ َّْ ‫ت ْال ُح َم َرَّة ُ فَ َجا َء‬ َّْ َ‫ش فَ َج َعل‬ َُّ ‫ت َ ْف ِر‬. ‫ي فَ َجا ََّء‬
َُّّ ‫صلى الن ِب‬ َ ُ‫للا‬َّ ‫علَ ْي َِّه‬َ ‫سل ََّم‬َ ‫ل َو‬ ََّ ‫فَقَا‬: “َّ‫ِب َولَ ِدهَا؟ َه ِذَِّه فَ َج ََّع َم ْن‬
‫ل َحر ْقنَاهَا قَ َّْد ن َْملَّ قَ ْريَ َّةَ َو َرأَى ”!إِلَ ْي َها َولَ ََّدهَا ُردُّوا‬ ََّ ‫فَقَا‬: “َّ‫ق َم ْن‬ ََّ ‫قُ ْلنَا ” َه ِذهِ؟ َحر‬: “َّ‫ل ”نَحْ ُن‬ ََّ ‫قَا‬: “َُّ‫ل إِنه‬
ََّ
‫ن َي ْن َب ِغي‬َّْ َ ‫ب أ‬ ََّ ‫ار يُ َع ِ ِّذ‬
َِّ ‫ب ِإلَّ ِبالن‬ َُّّ ‫ار َر‬َِّ ‫”الن‬
“Suatu hari kami bepergian beserta Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Di
tengah perjalanan, beliau memisahkan diri untuk menunaikan hajat. Saat itu
kami melihat induk burung bersama kedua anaknya yang masih kecil. Maka
kami mengambil dua anak burung itu. Induk burung pun mengepak-epakkan
sayapnya gelisah. Manakala Nabi shallallahu’alaihiwasallam datang beliau
bertanya, “Siapa yang menyakiti burung ini (dengan mengambil) anaknya?
Kembalikan anaknya kepada sang induk!”. Beliau juga melihat ada
perkampungan sarang semut telah dibakar. Beliaupun berkata, “Siapa yang
membakar ini?”. “Kami”. “Tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Penguasa
api” . HR. Abu Dawud dan isnadnya dinilai sahih oleh al-Hakim.
Tidak cukup hanya mengajarkan kasih sayang semasa hidup para hewan
tersebut, bahkan Islam juga memerintahkan agar mempraktekkan kasih
sayang, sampaipun di detik-detik akhir hidup para hewan tersebut, yakni
manakala kita bermaksud untuk menyembelihnya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“َّ‫للا ِإن‬ ََّ ‫ان َكت‬
ََّ ‫َب‬ ََّ ‫س‬ َ ْ‫اْلح‬ ِ ْ ‫علَى‬
َ ‫ل‬ ْ ‫ش‬، ‫ال ِقتْلَ َّةَ فَأَحْ ِسنُوا قَت َْلت َُّْم فََّإ ِ َذا‬،
َِِّّ ‫َيءَّ ُك‬ ْ ‫أ َ َح ُد ُك َّْم َو ْلي ُِحدَّ الذ ْب َح؛ فَأَحْ ِسنُوا َذ َبحْ ت َُّْم َو ِإ َذا‬
ُ‫ش ْف َرت َ َّه‬
َ ،‫ح‬َّْ ‫” َذبِي َحت َ َّهُ فَ ْلي ُِر‬
“Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik dalam segala sesuatu. Jika
kalian akan membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian akan
menyembelih sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah kalian mengasah
pisau kalian dan menenangkan hewan yang akan disembelihnya”. HR. Muslim
dari Syaddad bin Aus radhiyallahu’anhu.
Jamaah Jum’at yang kami hormati …
Masih banyak potret lain yang menggambarkan betapa ajaran Islam sangatlah
menjunjung kasih sayang. Kasih sayang kepada pelaku kesalahan terutama dari
kalangan orang-orang yang terbatas ilmunya. Kasih sayang kepada
tetumbuhan. Kasih sayang kepada orang tua dan kerabat. Kasih sayang kepada
tetangga. Dan segudang contoh lainnya, yang tidak mungkin dipaparkan dalam
kesempatan singkat ini. Semoga sedikit pemaparan di atas bisa
menggambarkan pada kita betapa Islam benar-benar agama
yang mengutamakan kasih sayang dan memotivasi umatnya untuk
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari…
َّ‫ار َك‬
َ َ‫للاُ ب‬ َِّ ‫ال َع ِظي َِّْم ْالقُ ْر‬،
َّ ‫آن فِي َولَ ُك َّْم ِلي‬ ْ ‫ي‬ َّْ ِ‫سن َِّة َو ِإيا ُك َّْم َونَفَ َعن‬
ُ ِ‫سيِِّ َِّد ب‬
َ ‫ْن‬
ََّ ‫س ِلي‬ ْ ُ‫اب ُه ََّو ِإن َّه‬
َ ‫ال ُم ْر‬، َُّ ‫الر ِح ْي َُّم التو‬.

KHUTBAH KEDUA:
َّ‫ب للَِّ ْال َح ْم ُد‬
َِّ ِّ ‫ب َر‬ َِّ ‫األ َ ْربَا‬، ْ ‫ب‬ َِّ ِِّ‫سب‬َ ‫ب َو ُم‬ َِّ ‫األ َ ْسبَا‬،ْ ‫ن َوأ َ ْش َه َُّد‬ َّْ َ ‫لَ أ‬
َّ َ‫للاُ إِلَّ إِل َّه‬ َُّ ‫اب ْالعَ ِزي‬
َّ ‫ْز‬ ْ ‫ع ْب ُدَّهُ ُم َحمداَّ أَنَّ َوأ َ ْش َه َُّد‬
َُّ ‫ال َوه‬، َ
ُُ‫س ْول َّه‬ُ ‫و َر‬، َ ‫ل‬ َُّ ‫ض‬ َ
َ ‫ن أ ْف‬ َّْ ‫ام َم‬ ََّ َ‫ب بِالدع َْوةَِّ ق‬ َِّ ‫سا‬ َ ِ‫و ْالِحْ ت‬،
َ ‫صلى‬ َ ُ‫للا‬ َّ ‫سل ََّم‬ َ ‫ك َو‬ َ َ‫علَ ْي َِّه َوب‬
ََّ ‫ار‬ َ ‫علَى‬َ ‫صحْ بِ َِّه آ ِل َِّه ََّو‬ ُ
َ ‫أ ْو ِلي َو‬
‫صائِ َِّر‬ َ َ‫ب ْالب‬ َِّ ‫و ْاأل َ ْلبَا‬،
َ ‫ْن‬ ََّ ‫ن َوالتابِ ِعي‬ َّْ ‫سانَّ تَبِعَ ُه َّْم َو َم‬ َ ْ‫لى بِإِح‬ ََّ ِ‫ب يَ ْو َِّم إ‬ ْ
َِّ ‫ال َمآ‬.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Itulah sekelumit konsep kasih sayang dalam Islam. Namun demikian, di zaman
kita ini, ada dua kubu yang bertolak belakang dalam menyikapi konsep
tersebut.
Golongan pertama: yang kurang mempedulikan salah satu tujuan utama
kedatangan Islam ke muka bumi itu.
Sedangkan golongan kedua: yang kebablasan dalam menerjemahkan kasih
sayang.
Golongan pertama adalah mereka yang menampakkan Islam sebagai agama
yang garang, galak dan gemar menumpahkan darah –tanpa aturan–. Setali tiga
uang, ada pula yang menggambarkan pada umat bahwa seorang muslim yang
berpegang teguh dengan ajaran Islam, haruslah bermuka sangar, bertutur kata
pedas, tidak ramah, enggan menebarkan salam dan seabreg perilaku kurang
simpatik lainnya.
Kebalikannya, golongan kedua, yakni orang-orang yang keliru dalam
menafsirkan kasih sayang. Mereka menjadikan kasih sayang sebagai dalih
untuk mempertahankan tradisi yang bertolak belakang dengan Islam. Tidak
cukup sampai di situ, bahkan mereka melontarkan tuduhan miring kepada
pihak yang berusaha mengembalikan umat kepada ajaran murni Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam, sebagai kaum yang tidak peduli dengan prinsip
kasih sayang.
Memang lembaran sejarah mengatakan, bahwa setiap kali muncul
penyimpangan yang bernuansa ekstrim dan berlebihan, hampir bisa dipastikan
akan muncul tandingannya berupa penyimpangan yang bernuansa bermudah-
mudahan.
Adapun sikap yang benar adalah: sikap pertengahan di antara keduanya.
“َّ‫سطا أُمةَّ َج َع ْلنَا ُك َّْم َو َك َذ ِل َك‬
َ ‫”و‬
َ
Artinya: “Demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang
pertengahan”. QS. Al-Baqarah: 143.
Sekurang-kurangnya, seorang muslim tertuntut untuk bisa memadukan antara
dua hal: tegas dalam berprinsip dan santun dalam bersikap. Tegas dalam
berprinsip menggambarkan keteguhannya dalam berpegang dengan ajaran
Islam yang benar. Sedangkan santun dalam bersikap dan keluwesan dalam
bermu’amalah dengan siapapun –selama masih dalam koridor yang dibolehkan
agama– merupakan penjabaran dari kasih sayang kepada sesama insan.
Bahkan perilaku simpatik tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk
mendakwahi orang-orang yang menyimpang dari garis lurus tuntunan Rasul
shallallahu’alaihiwasallam.
Semoga Allah berkenan mengaruniakan taufik-Nya pada kita agar termasuk
golongan pertengahan tersebut. Amien ya Mujibas sâ’ilin…
‫العالمين رب مولكم بذلك أمركم كما األمين؛ الصادق على –للا رحكم– وسلموا وصلوا هذا؛‬، ‫فقال‬
ََّ ُّ‫صل‬
‫سبحانه‬: “َّ‫ون َو َم َلئِ َكت َ َّهُ للاََّ إِن‬ َ ُ‫علَى ي‬ َِّّ ِ‫ِين أَيُّ َها يَا النب‬
َ ِ‫ي‬ ََّ ‫صلُّوا آ َمنُوا الذ‬ َ ‫س ِلِّ ُموا‬
َ ‫علَ ْي َِّه‬ َ ‫”ت َ ْس ِليماَّ َو‬.
‫مجيد حميد إنك إبراهيم آل وعلى إبراهيم على صليت كما محمد آل وعلى محمد على صل اللهم‬, ‫اللهم‬
‫مجيد حميد إنك إبراهيم آل وعلى إبراهيم على باركت كما محمد آل وعلى محمد على بارك‬.
‫الخاسرين من لنكونن وترحمنا لنا تغفر لم وإن أنفسنا ظلمنا ربنا‬
‫رحيم رؤوف إنك ربنا آمنوا للذين غل قلوبنا في تجعل ول باْليمان سبقونا الذين وْلخواننا لنا اغفر ربنا‬
‫الوهاب أنت إنك رحمة لدنك من لنا وهب هديتنا إذ بعد قلوبنا تزغ ل ربنا‬
‫النار عذاب وقنا حسنة اآلخرة وفي حسنة الدنيا في آتنا ربنا‬
‫الدين يوم إلى بإحسان تبعهم ومن وصحبه آله وعلى محمد نبينا على للا وصلى‬
‫…الصلة أقيموا ‪.‬العالمين رب لل الحمد أن دعوانا وآخر‬

You might also like