Professional Documents
Culture Documents
.......
.......
.......
.......
PART 1 : Langit mulai menghitam
Temaram lampu kuning 5watt yang bergelantung tenang di atap kamarku sama
sekali tak mampu membangkitkan semangat belajarku malam ini, semua terasa
masuk dari kuping kanan keluar lagi dari kuping kiri,
Ahh materi ini terlampau sulit bagiku, materi ini bahkan tidak masuk dalam
kurikulum sekolahku, (ambil nafas dalam dalam),
LALU....
Mata terpejam, hati dan pikiran terlempar pada dunia setengah fana. Ah nikmat
rasanya, semua berputar di dalam pikiranku, kenangan, kesedihan, masa lalu,
semua bercampur baur seakan menjadi refleksi diri di dalam mimpi, semuanya
teracak sampai tiba tiba decak jantung ini berhenti berdetak,
Tibalah aku di padang rumput savana, hijau, indah menyejukkan, aku berjalan
mencoba menyusuri setiap objek yang kudapati, semua tampak asli meskipun itu
fiksi. Bolehkah aku menggambarkan betapa indahnya ?
AKU TERBANGUN
Ah mimpi yang sama sperti kemarin, sama sama nggak tuntas, gerutuku dalam
hati. Mimpi yang sama persis lagi
Tubuh ini terasa sagat berat untuk kubangunkan gaya taik tempat tidurku berkali
kali lebih kuat dibandingkan niat ku untuk menunaikan sholat tahajud malam ini,
bukan, tempat tidurku bukanlah kasur empuk diselingi bantal dan guling yang
nikmat sekali untuk dijadikan teman penghantar tidur. Tempat tidurku adalah
sepotong tikar lengkap sarung dan bantal kumal sebagai pelengkapnya, yaa itu
sudah lebih dari cukup untuk kujadikan tempat istirahat di banyaknya aktivitas
duniaku.
Dinginya hembusan angin yang menusuk sampai ketulang, rintik hujan yang
semakin keras suaranya seakan akan datang untuk menegurku “BANGUN
TIDAK ADA TEMPAT UNTUKMU BERSANTAI DI DUNIA INI, BANGUN
DAN LAKSANAKAN RUTINITASMU, DASAR ANAK MISKIN ”
Aku tersenyum kecut, entah untuk apa itu, teguran diatas seberanya adalah dialog
yang tidak akan pernah ada di dunia manapun heheh, TAPI aku merefleksikanya
dari siualan para tetangga, kecut pedas dan sangat pedih ketika didengarkan,
Bismillah, memang begitulah aku dari dulu, selalau mencoba legowo dan
menanggapinya dengan simpul senyum semanis mungkin. Heheh. Sedikit
tentangku, aku adalah siswa Sekolah Menengah Atas INPRES 02 kelas 3, Sekolah
yang notabene sekolah pinggiran dan kurang siswa. Jarak rumahku ke sekolah
mencapai 8 KM jauh lebih dekat dibandingkan dengan SMA Nusa Bakti yang
mencapai 23 KM. Eiits dulu sebenarnya aku pernah diterima disana lewat jalur
prestasi lagi, hehehe. Tapi apalah daya moda transportasiku hanyalah sepeda tua
pemberian bapak. Mungkin itu satu satu pemberian bapak yang masih kuingat dan
terkenang sampai saat ini. Alkhamdulillah masih banyak ternyata rezeki yang di
ditujukan oleh Allah SWT untukku.
PUKUL 05.00
“Le mengko nak wis rampung ndaruse simbah tulung diusungke dagangane ya
ning pertelon biasane wae, ndilalah pak man ora narik dino iki le”
“ nggih mbah, sekedap mbah kulo ganti raosan riyen”
“Iyo lee”
Sayuran Kol, Wortel, kentang, cabai, kubis, slobor, sudah selesai aku antarkan ke
pertelon tempat biasanya simbah menunggu angkot yang lain, tentu nya dengan
sepeda tua kesayanganku ini.
“ le, simbah onone uang 3 ribu, iki dicukupne ya le, kanggo sangu dino iki,
dongakne seimbah muga muga laris dagangane simbah ya lee”
“Amiin mbah, maturnuwun mbah”
“iyo le, ndang mulih, sekolahe sing tenanan yo”
“ nggih mbah,” sambil mengulurkan tangan meninta salim, jika belum salim,
rasanya ada yang hilang di sebagian hatiku.
Mmm, Uang 3 rb, sudah lebih dari cukup bagiku, tinggal bawa nasi dari rumah,
beli gorengan 4 + teh anget di warung dekat sekolah, sempurna