Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
3. Sebutkan faktor faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta!
4. Apa saja Rencana Asuhan atau Perawatan Pada Retensio Plasenta?
5. Apa yang dimaksud dengan manual plasenta?
6. Apa indikasi manual plasenta?
7. Bagaimana Prosedur Manual Plasenta?
8. Bagaimana teknik manual plasenta?
C. Tujuan
a. Umum:
Untuk Mengetahui tentang Retensio Plasenta Serta asuhan yang harus
dilakukan pada penderita juga tentang manual plasenta
b. Khusus:
1) Untuk mengetahui penyebab plasenta belum lahir
2) Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan
plasenta
3) Untuk mengetahui Rencana Asuhan atau Perawatan Pada Retensio
Plasenta
4) Untuk mengetahui indikasi manual plasenta
5) Untuk mengetahui prosedur serta teknik manual plasenta
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Penyebab
1. Sebab-sebab Fungsional
a. His kurang kuat
b. Terhalang oleh kandung kemih yang penuh
c. Plasenta sulit lepas
2. Sebab Patolog - Anatomis
a. Plasenta accreta
Suatu plasenta yang menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding
rahim daripada biasa ialah sampai ke batas atas lapisan otot rahim. Pada
placenta accreta juga terdapat yang complek ialah kalau seluruh
permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim. Sebab dari
placenta accreta ialah kelainan decidua misalnya decidua yang terlalu tipis
pada plasenta accreta ini pun dapat menyebabkan retensio placentae.
b. Plasenta increta
Jika placenta sampai ke dalam lapisan otot rahim.
c. Plasenta percreta
Jika menembus lapisan otot dan mencapai serosa/menembusnya
placenta.
3
C. Tanda dan gejala
a. Terjadi perdarahan segera
b. Uterus tidak berkontraksi setelah bayi lahir
c. Tinggi fundus uteri tetap atau tidak berkurang
d. Plasenta belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir
D. Terapi
Plada plasenta yang dalam ½ jam setelah anak lahir belum
memperlihatkan gejala-gejala pelepasan, maka dilakukan pelepasan plasenta
manual. Jika ada perdarahan banyak, maka mungkin plasenta dilepaskan
secara manual terlebih dulu, tetapi dalam atas indikasi perdarahan bukan atas
indikasi retensio plasenta. Pada plasenta accreta partialis masih dapat
dilepaskan secara manual tetapi plasenta accreta completa tidak boleh
dilepaskan secara manual karena dapat menimbulkan perforasi dinding
rahim. Terapi terbaik dalam hal ini adalah hysterektomi.
4
Hampir sebagian besar gangguan plasenta, disebabkan oleh gangguan
kontraksi uterus. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan.
Sebab-sebab :
- His kurang kuat
- Placenta sukar terlepas karena tempatnya disudut tuba, serta
ukurannya yang sangat kecil.
5
a. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin
saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa
plasenta. Tertinggalnya sebagian plasenta (rest plasenta)
b. Keadaan umum lemah
c. Peningkatan denyut nadi
d. Tekanan darah menurun
e. Pernafasan cepat
f. Gangguan kesadaran (Syok)
g. Pasien pusing dan gelisah
h. Tampak sisa plasenta yang belum keluar
6
1) Bila berada dibelakang, tali pusat tetap disebelah atas. Bila
dibagian, pindahkan tangan kebagian depan tali pusat dengan punggung
tangan menghadap keatas
2) Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dan
dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap kedinding dalam
uterus
3) Bila plasenta dibagian depan, lakukan hal yang sama
(punggung tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali berada dibawah
telapak tangan kanan
i. Menggerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
(sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu, lakukan penanganan
yang sesuai bila terjadi penyulit)
j. Sementara satu tangan masih dalam cavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta dapat dilepaskan
(sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu, lakukan penanganan
yang sesuai bila terjadi penyulit)
k. Memindahkan tangan luar kesupra simfisis untuk menahan uterus
pada saat plasenta dikeluarkan
l. Menginstrusikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar
m. Meletakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
7
s. jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang diperlukan, lama
perawatan dan apa yang perlu dilaporkan
4. Penanganan pasca tindakan
a. Pantau kesadaran, tensi, nadi, pernafasan setiap 30 menit selama 6 jam
b. Tentukan tinggi fundus dan pastikan kontraksi tetap baik
c. Teruskan infuse dan berikan transfuse darah bila pelu
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal pengkajian : 1-10-2018 Jam : 07.30 WIB
A. Data Subyekatif
8
1. Biodata
Nama pasien : Ny :N” Nama Suami : Tn “A
Umur : 30 th Umur : 32 th
Pendidikan : SMP Pendidkan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasata
Alamat : Pamongan
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan setelah bayi lahir dan ari-ari belum lepas selama 30 menit
6. Riwayat haid
- Menarche : 13 tahun
- Siklus haid : 7 hari
- Lama haid : 28 hari (teratur)
- Banyaknya : 2-3 softex / hari
- Disminorhea : hari 1-2 haid
7. Riwayat perkawinan
Nikah :1x
9
Lama nikah :5 tahun
Umur I nikah : 25 tahun
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan mengikuti KB suntik 3 bulanan selama 7 tahun
10
Selama hamil : Mandi 2x sehari, gosok gigi2x sehari, ganti celana dalam
2x sehari, cuci rambut 3x seminggu
Di PKM : Ibu belum mandi, gosok gigi
2 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam
Mata : Skera tidak ikterus, conjungtiva pucat
Muka : Pucat berkeringat
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga : Tidak ada secret, simetris, tidak adagangguan pendengaran
11
Mulut : Tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada caries gigi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroiddan bendungan vena
jugularis
Dada : Simetris, putting susu menonjol, pengeluran colostrums (-),
retraksi dinding dada (-)
Perut : Tidak ada luka bekas operasi, perut tampak membesar, linea nigra
Genetalia : Perdarahan pervaginam, tali pusat jelujur sebagian
3 Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
12
- Perdarahan
- Syok
- Infeksi
- Gangguan rasa nyaman
13
* Dengan dilakukannya plasenta manual, plasenta dapat lahir segera dan
perdarahan tidak terjadi
8. Periksa pelepasan plasenta
* Dengan melakukan pemeriksaan pelepasan plasenta dapat mengetahui
kelengkapan dari plasenta tersebut
9. Kolaborasi dengan dr Sp OG dalam pemberian antibiotic spectrum luas
* Untuk mencegah terjadinya infeksi
10. Mengajari pada ibu cara massase uterus
* Menjaga kontraksi uterus agar tetap baik sehingga tidak terjadi perdarahan
VI. IMPLEMENTASI
Tangal 1-10-2018 Jam : 07.40 WIB
Dx : Ny “N” P2 Ao kala III dengan retensio plasenta
1. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga untuk meningkatkan
kerjasama ibu dalam pemberian tindakan medis
2. Lakukan perawatan dengan tehnik aseptic untuk mencegah terjadinya
infeksi dan penularan penyakit
3. Lakukan observasi TTV
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 35,8 oC
RR : 28 x/menit
4. Pasang infuse RL 1 fles grojok untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
karena perdarahan
5. Cek fundus uteri untuk menentukan kehamilan kembar
6. Melakukan penegangan tali pusat terkendali untuk mengetahui plasenta
sudah lepas atau belum
7. Lakukan pelepasan plasenta secara manual sesuaid engan standart
a. Berikan sedatita dan analgetika (missal petidin dan diazepam IV)
b. Berikan antibiotika dosis tinggi
c. Pasang sarung tangan DTT
d. Jepit tali pusat dnegan kokher dan tegangkan
14
e. Masukkan tangan secara obstretik dengan menelusuri bagian bawah
tali pusat
f. Tangan sebelah menelusuri tali pusat dan yang satu lagi menahan
fundus uteri, sekaligus infersio uteri
g. Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta
h. Buka tangan dostetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari
dirapatkan
i. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah
j. Gerakkan tangan kanan ke kiri dank e kanan sambil bergeser ke
cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
k. Jika plasenta tidak dilepaskan dari permukaan uterus kemungkinan
plasenta akreta, dan siapkan laparatomi untuk histerektomi supravaginam
l. Regang plasenta dan keluarkan tangan bersama dengan plasenta
m. Pindahkan tangan keluar ke suprasimpisis untuk menahan uterus saat
plasenta dikelurarkan
n. Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus
o. Beri oksitosin Io Iu dalam 500 ml cairan IV 60 tetes / menitdan
massase uterus untuk merangsang kontraksi
p. Jika masih perdarahan beri ergometrin 0,2 mg IM atau prostaglandin
q. Periksa apakah plasenta lengkap atau tidak. Jika tidak lengkap
lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri
r. Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina dan episiotomi
8. Mengajari ibu untuk massase uterus searah dengan jarum jam sampai terasa
keras sehingga tidak terjadi perdarahan
9. Kolaborasi dengan dr. Sp OG dalam pemberian terapi
- Am0xilin : 3X1
- Asam metenamat : 3x1
- Fe :1x1
VII. EVALUASI
Tanggal :1-10-2018 Jam : 07.55 WIB
15
Dx : Ny “N” P2 A0 post partum dengan retensio plasenta
S : Ibu merasa lega dan bersyukur karena plasentanya sudah dikeluarkan
dan anaknya dapat lahir dengan selamat
O : KU : lemah
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 35,8 oC
RR : 28 x/menit
TB : 155 cm
BB : 57 kg
Genetalia : Perdarahan 150 cc
Perut : Kontraksi (+)
A : Ny “N” P2 Abo post partum dengan retensio plasenta
P : - Observasi TTV dan KU
- Anjurkan untuk massase uterus
- Pemberian nutrisi (makan dan minum) untuk kondisi tubuh
- Pemberian tx : - Amoxilin 3x1
- Asam Mefenamat 3x1
- Fe 1x1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
2. Perlekatan plasenta pada dinding uterus, dimana semakin dalam plasenta
melekat pada dinding uterus maka sebakin besar usaha yang diperlukan
untuk mengeluarkannya.
3. Pimpinan kala III yang salah
4. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta sukar lepas
B. Saran
Bidan seharusnya dapat mendeteksi retensio plasenta secara dini agar dapat
menghindari komplikasi persalinan yang memperburuk prognosa.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Bagus Ida Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Obstetri Patologi. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ,
Elstar Offset.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pel. Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
17
______. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.
18