You are on page 1of 39

Asuhan Keperawatan Pada sistem muskuloskletal dengan diagnosa “Dislokasi”

Oleh :

Bukri Ardi Artana

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI S1

2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan karunianya sehingga kami apat meneyelesaikan
makalah kami tentang “dislokasi” dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini kami buat sebagai pedoman atau panduan dalam ilmu keperwatan bagi mahsiswa
dan mahasisiwi ilmu keshatan khususnya bagi mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu
keperawatan medical bedah.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami
memngharapkan banyak – banyak masukan dan saran untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah brikutnya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususya mahasiswa
keperawatan.

Mataram , 28 -10-2013

Kelompok 5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..

Kata pengantar …………………………………………………………………………… ii

Lembar pengesahan …………………………………………………………………… iii

AFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………. 1

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum …………………………………………………………………. 2

b. Tujuan Khusus ………………………………………………………………… 2

1.3 Manfaat …………………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dislokasi………… …………………………………………………. 3

2.2 Anatomi Fisiologi……………………………………………………………….. 5

2.3 Klasifikasi ………………………………………………………………………… 6

2.4 Etiologi …………………………………………………………………………….. 6

2.5 Fatofisiologi………………………………………………………………………..
8

2.6 Manifestasi Klinis………………………………………………………………. 9

2.7 Tanda Dan Gejala……………………………………………………………….. 9

2.8 Penataklasanaan ………………………………………………………………… 9


2.9 Komplikasi ……………………………………………………………………….. 10

BAB III KONSEP ASKEP …………………………………………………………… 11

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………… 21

3.2 Saran …………………………………………………………………………………. 22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan
sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999) terlepasnya kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul
(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga
terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ
lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada
gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau
dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari
posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

1.2 Tujuan

1. tujuan umum

untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa “dislokasi “

1. tujuan khusus

diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :

1) mampu memberikan gambaran tentang pengkajian kepada klien dengan dislokasi

2) mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan dislokasi

3) mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan dislokasi

4) mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada
dislokasi

1.3 Manfaat

1. Manfaat Bagi mahasiswa

Agar mahsiswa mengetahui dan memahami cara asuhan keperawatan muskluskletal dengan
diagnosa dislokasi dengan cepat dan tanggap dan meningkatkan potensi diri sehubungan dengan
penanggulangannya

1. Manfaat bagi masyrakat

Agar masyarakat dapat mengethui tindakan atau intervensi tentang dislokasi dengan cepat dan
tanggap

1. Manfaat bagi institusi pendidikan


Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dan menambah wawasan dalam hal
pemahaman perkembangan dan upaya pencegahan yang berhubungan dengan gangguan
muskluskletal pada penderita dislokasi yang sebaiknya dimulai sedini mungkin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul
(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga
terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara anatomis
(tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari
mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan
patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal
1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan
tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
sering di temukan pada orang dewasas dan jarang di temukan pada anak –anak, biasanya klien
jatuh dengan ekerasa dalam keadaan tangan out streched . bagian distal humerus terdorong ke
depan melalui kapsul anterior .misalkan oada radius dan ulna mengalami dislokasi pada posterior
oleh karna itu brakhialis yang mengalmi robekan pada proseus karanoid .
2.2 Antomi Fisologi

1. a. Histologi Tulang

Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis (Arif


Musstaqin, 2008) yaitu

1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat lagi pada usia satu
tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.

2) Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.

1. b. Komponen Penyusun Tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :

1) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai
matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang
aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang
memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam
darah dapat menjadi indicator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami
patah tulang.

2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran
kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini
menghasilkan proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif Mustaqqin,
2008).

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot
menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital,
termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk
menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak, matriks
tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total
terdapat dalam tulang, sumsum tulang merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan
sel darah merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot
menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk
mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & suddarth, 2002).

1. c. Fungsi Utama Tulang

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai fungsi utama yaitu :

1) Membentuk rangka badan

2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot

3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti
otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru).

4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan garam.

5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi tambahan lain, yaitu
sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).

2.3 Klasifikasi

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1. Dislokasi congenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

1. Dislokasi patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
1. Dislokasi traumatic.

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian
jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi :

1) Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di
sekitar sendi

2) Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan
trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.

2.4 Etiologi

Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan. Dan biasanya disebabkan oleh :

1. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir


2. Trauma akibat kecelakaan
3. Trauma akibat pembedahan ortopedi
4. Terjadi infeksi di sekitar sendi
5. cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga
yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2.5

Dislokasi patella

Trauma pada patela

Patofisiologi

patofisiologi dislokasi dan fraktur pada daerah patela

2.6 Manifestasi Klinis


Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima
pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot
suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

1. Nyeri
2. perubahan kontur sendi
3. perubahan panjang ekstremitas
4. kehilangan mobilitas normal
5. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. deformitas
7. kekakuan

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap, penentuan
golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan
elektrolit

2.8 Tanda Dan Gejala

1. Deformitas

1) Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada
dislokasi anterior sendi bahu.

2) Pemendekan astau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendi panggul.

3) Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi panggul
kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.

1. Nyeri pada sekitaran sendi di akibatkan trauma


2. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada dislokasi anterior bahu

2.9 Penatalaksanaan

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar
tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari
yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

2.10 Komplikasi

1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid
dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3. Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut.

1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi

2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid

3) Kelemahan otot

BAB III

KONSEP ASKEP

1. 1. PENGKAJIAN
1. a. Anamnesis

1) Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa yang digunakan
,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi , tanggal
dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :
 Umur , pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi
tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa
dari pada anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
 Pekerjaan

Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau
ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti
terjatuh , atupun kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri dan atlit olahraga, seperti
pemain basket , sepak bola dll

 Jenis kelamin

Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada permpuan karna cenderung dari
segi aktivitas yang berbeda .

2) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri ,
kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan deformitas pada daerah
trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan
metode PQRS.

3) Riwayat penyakit sekarang

Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas ,kecelekaan industri , dan
kecelakaan lain ,seperti jatuh dari pohon atau bangunan , pengkajian yang di dapat meliputi nyeri
, paralisis extermitras bawah , syok .

4) Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit ,seperti osteoporosis, dan
osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan ,penyakit alinnya seeperti hypertensi
,riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung , anemia , obat-obat tertentu yang sering di
guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .

5) Pengkajian Psikososial dan Spiritual


Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya seperti hubungannya
dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.

1. b. Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemekrisaan fisik sangat
berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan
fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)

1) Keadaan umum

Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran
,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda
neurogenik syok.

2) B3 ( brain)

– Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis

– Pemeriksaan fungsi selebral

Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik
klien .

– Pemeriksaan saraf kranial

– Pemeriksaan refleks .pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan
refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah

3) B6 (Bone)

– Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala
gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena

– Look ,pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan ,pembengkakakn


dan deformitas

– Fell , kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada ramus dan
simfisi fubis
– Move , disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada
daerah ekstermitas.

1. c. Klasifikasi Data

1) Data subjektif

a) Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

b) Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

c) Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi

d) Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi

e) Klien mengatakan sangat lemas

f) Klien bertanya-tanya tentang keadaannya

g) Klien mengatakan susah bergerak

2) Data objektif

a) Klien nampak lemas

b) Wajah nampak meringis

c) Keterbatasan mobilitas

d) Skala nyeri 6 (0-10)

e) Klien nampak cemas

1. d. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


DS : Adanya trauma Nyeri

Klien mengatakan nyeri Pergeseran frakmen tulang


apabila beraktivitas
Terputusnya kontinuitas tulang
Klien mengatakan nyeri
seperti ditekan benda berat Nyeri

Klien mengatakan adanya


nyeri pada sendi

DO :

Wajah Nampak meringis

Skala nyeri 5 (0-10)

Pembengkakan local

DS : Adanya trauma Gangguan mobilitas fisik

Klien mengatakan sangat


lemas
Pergeseran frakmen
Klien mengatakan susah tulang
bergerak

Klien mengatakan terjadi


kekauan pada sendi Terputusnya kontinuitas tulang

DO :

Klien nampak lemas Nyeri

Keterbatasan mobilitas

Kerusakan mobilitas
fisik
DS : Kurang terpaparnya informasi Ansietas

Klien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
DO :

Klien nampak cemas


Ansietas
1. 2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

1. 3. INTERVENSI
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. – Gangguan rasa Rasa nyeri teratasi – Kaji skala nyeri – Mengetahui
nyaman nyeri dengan intensitas nyeri.
berhubungan
dengan KH :
discontinuitas
jaringan 1. Klien tampak Posisi relaksasi pada
tidak meringis lagi. – Berikan posisi pasien dapat
relakas pada pasien mengalihkan focus
2. Klien tampak pikiran pasien pada
rileks nyeri.

-Tehnik relaksasi dan


distraksi dapat
mengurangi rasa
nyeri.
– Ajarkan teknik
distraksi dan relaksasi Meningkatkan
relaksasi pasien

– Berikan
lingkungan yang
nyaman, dan aktifitas
hiburan

– Analgesic
Mengurangi nyeri
– Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian analgesic
2. – Gangguan – Memberikan – Kaji tingkat – Menunjukkan
mobilitas fisik kenyamanan dan mobilisasi pasien tingkat mobilisasi
berhubungan melindungi sendi pasien dan
dengan deformitas selama masa menentukan
dan nyeri saat penyembuhan. intervensi
mobilisasi selanjutnya.

KH :
– Memberikan
– melaporkan latihan ROM kepada
peningkatan toleransi klien untuk
aktivitas (termasuk mobilisasi
aktivitas sehari-hari) Berikan latihan
ROM – Alat bantu
– menunjukkan memperingan
penurunan tanda mobilisasi pasien
intolerasi fisiologis,
misalnya nadi, –
pernapasan, dan
tekanan darah masih –
1. 4. IMPLEMENTASI

Dilaksanakan sesuai intervensi yang telah di rencanakan

1. 5. EVALUIASI

Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam di harapkan pasien :

1. Nyeri dapat berkurang ,skala nyeri 1-3 ( dengan kriteria skala nyeri 0-10)
2. Pasien dapat melakuakan mobilitas secara normal
3. Pasien tenang , tidak terlihat cemas
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul
(paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga
terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ
lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada
gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau
dislokasi tulang.

Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa


sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak
lahir (kongenital).
3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih
baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
MAKALAH SISTEM
MUSCULOSKELETAL ASKEP
DISLOKASI
Senin, 07 Maret 2011
askep DISLOKASI

MAKALAH
GANGGUAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
ASKEP DISLOKASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
STIKBA
PRODI S1 KEPERAWATAN
2010-2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya, penulis
dapat menyelesaikan makalah Sistem muskuloskeletal yang berjudul ” Askep Dislokasi” tepat
pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih banyak di
kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Jambi, 28 oktober 2010

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................


LAMPIRAN ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian Anemia aplastik ........................................................... 3
2.2 Etiologi........................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi.................................................................................... 4
2.4 Manifestasi klinis............................................................................ 7
2.5 Penatalaksanaan.............................................................................. 7
2.6 Komplikasi...................................................................................... 9
2.7 Asuhan Keperawatan...................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN KASUS ........................................................... 22
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 29
3.2 Saran .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa
organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit
pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau
dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah
dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian dari dislokasi?
2. Apa Etiologi dari dislokasi?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
4. Apa saja manifestasi dari dislokasi?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia aplastik ?

1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
muskuloskeletal yang berjudul ” Askep Dislokasi ”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah
menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun
pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth)Keluarnya (bercerainya) kepala sendi
dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera.(Arif Mansyur, dkk. 2000)Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi.( Buku Ajar Ilmu
Bedah, hal 1138) Berpindahnya ujung tulang patah, karena tonus otot, kontraksi cedera dan
tarikan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis
tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian
jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di
sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan
trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.

2.2 Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga
yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan
pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2.Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3.Terjatuh
 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
 Tidak diketahui
 Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
 akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
 Trauma akibat kecelakaan.
 Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang
 Terjadi infeksi disekitar sendi.

2.3 Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan
,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral
kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan
menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).
Web Of Causation
2.4 Manifestasi Klinis
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan
menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak
terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

 Nyeri
 perubahan kontur sendi
 perubahan panjang ekstremitas
 kehilangan mobilitas normal
 perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
 deformitas
 kekakuan
2.5 Penatalaksanaan
 Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi
berat.
 Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.
 Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam
posisi stabil.
 Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang
berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
 Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

2.6 Komplikasi
Dini
 Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
 Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
 Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut.
1 Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi
2 Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3 Kelemahan otot

2.7 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Dilokasi


A. Pengkajian
1. Dislokasi
 Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri, deformitas, fungsiolesa
misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
B. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau ketidak
mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah
- Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
- Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

C. NCP

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. - Gangguan rasaRasa nyeri teratasi Kaji skala nyeri - Mengetahui intensitas nyeri.
nyaman nyeridengan
berhubungan denganKH : Berikan posisi relaks
pada pasien
discontinuitas Klien tampak tidak - Posisi relaksasi pada pasien
jaringan meringis lagi. dapat mengalihkan focus
Klien tampak rileks pikiran pasien pada nyeri.
Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi
- Tehnik relaksasi dan distraksi
Berikan lingkungan yangdapat mengurangi rasa nyeri.
nyaman, dan aktifitas
hiburan
- Meningkatkan relaksasi
Kolaborasi pemberian
analgesic pasien

- Analgesic Mengurangi nyeri

2. Gangguan mobilitas Memberikan Kaji tingkat mobilisasi - menunjukkan tingkat


pasien
fisik berhubungankenyamanan dan mobilisasi pasien dan
dengan deformitasmelindungi sendi menentukan intervensi
Berikan latihan ROM
dan nyeri saatselama masa selanjutnya.
mobilisasi penyembuhan. Anjurkan penggunaan
alat Bantu jika
KH : diperlukan - Memberikan latihan ROM
- melaporkan Monitor tonus otot kepada klien untuk mobilisasi
peningkatan toleransi - Alat bantu memperingan
Membantu pasien untuk
aktivitas (termasukimobilisasi baik dari mobilisasi pasien
aktivitas sehari-hari) perawat maupun keluarga
- menunjukkan - Gar mendapatkan data yang
penurunan tanda akurat
intolerasi fisiologis,
misalnya nadi, - Dapat membnatu pasien
pernapasan, dan untuk imobilisasi
tekanan darah masih
dalam rentang normal
3. Perubahan nutrisiKebutuhan nutrisi Kaji riwayat nutrisi, Mengidentifikasi defisiensi,
kurang dariterpenuhi termasuk makan yangmemudahkan intervensi
kebutuhan tubuh b.d disukai Mengawasi masukkan kalori
KH :
kegagalan untuk Observasi dan catatatau kualitas kekurangan
- Menunujukkan
mencerna atau masukkan makanan pasien konsumsi makanan
peningkatan
ketidak mampuan Mengawasi penurunan berat
/mempertahankan
mencerna Timbang berat badanbadan atau efektivitas
berat badan dengan
makanan /absorpsi setiap hari. intervensi nutrisi
nilai laboratorium
nutrient yang Menurunkan kelemahan,
normal.
diperlukan untuk meningkatkan pemasukkan
- Tidak mengalami
pembentukan sel Berikan makan sedikitdan mencegah distensi gaster
tanda mal nutrisi.
darah merah dengan frekuensi sering Gejala GI dapat
- Menununjukkan
dan atau makan diantaramenunjukkan efek anemia
perilaku, perubahan
waktu makan (hipoksia) pada organ.
pola hidup untuk
Observasi dan catat
meningkatkan dan
kejadian mual/muntah,
atau mempertahankan
flatus dan dan gejala lain Meningkatkan nafsu makan
berat badan yang
yang berhubungan dan pemasukkan oral.
sesuai.
Berikan dan BantuMenurunkan pertumbuhan
hygiene mulut yang baik ;bakteri, meminimalkan
sebelum dan sesudahkemungkinan infeksi. Teknik
makan, gunakan sikat gigiperawatan mulut khusus
halus untuk penyikatanmungkin diperlukan bila
yang lembut. Berikanjaringan
pencuci mulut yang dirapuh/luka/perdarahan dan
encerkan bila mukosa oralnyeri berat.
luka. Membantu dalam rencana
diet untuk memenuhi
Kolaborasi pada ahli gizikebutuhan individual
untuk rencana diet. Meningkatakan efektivitas
program pengobatan,
Kolaborasi ; pantau hasiltermasuk sumber diet nutrisi
pemeriksaan laboraturium yang dibutuhkan.
Kebutuhan penggantian
tergantung pada tipe anemia
Kolaborasi; berikan obatdan atau adanyan masukkan
sesuai indikasi oral yang buruk dan
defisiensi yang diidentifikasi.

4. Ansietas kecemasan pasien 


kaji tingakat ansietas mengetahui tingakat
berhubungan denganteratasi dengan KH : klien kecemasan pasien dan
kurangnya klien tampak rileks menentukan intervensi
pengetahuan tentang klien tidak tampak selanjutnya.
penyakit bertanya – tanya Bantu pasien
 Mengali pengetahuan dari
mengungkapkan rasapasien dan mengurangi
cemas atau takutnya kecemasan pasien

Kaji pengetahuan Pasien


 agar perawat tau seberapa
tentang prosedur yangtingkat pengetahuan pasien
akan dijalaninya. dengan penyakitnya

Berikan informasi yang


 Agar pasien mengerti tentang
benar tentang prosedurpenyakitnya dan tidak cemas
yang akan dijalani pasien lagi
5 Gangguan bodiPasien bisa mengatasi Kaji konsep diri pasien  Dapat mengetahui pasien
image berhubunganbody image pasien
dengan deformitas Kembangkan BHSP
 Menjalin saling percaya pada
dan perubahan dengan pasien pasien
bentuk tubuh.
Bantu pasien
 Menjadi tempat bertanya
mengungkapkan
pasien untuk mengungkapkan
masalahnya
masalah nya

 mengetahui masalah pasien


Bantu pasien mengatasi
dan dapat memecahkannya
masalahnya.

BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan
mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain
macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya
biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa
organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit
pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar
terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau
dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

1.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :

Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan,

EGC : Jakarta.

www.goggel.com

You might also like