You are on page 1of 15

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR


MATEMATIKA KELAS IV SD S 02 YAPINDO

oleh
Imam Setioso

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar


matematika dengan model pembelajaran Snowball Throwing pada materi KPK
dan FPB untuk siswa SD kelas IV. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes formatif untuk mengetahui prestasi belajar matematika. Hasil analisis
penelitian menunjukkan bahwa model Snowball Throwing Pada siklus I nilai
rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah adalah 30, ketuntasan
yang dicapai 50% dengan kategori 11 anak mendapatkan hasil belajar yang
memenuhi KKM. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM juga sebanayak 11
atau 50%. Pada siklus II nilai rata-rata 68,2. Nilai tertinggi dicapai siswa 90
terendah adalah 40, ketuntasan yang dicapai 63,6% dengan kategori nilai baik.
Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebesar 36,4%. Pada siklus III nilai
rata-rata 79,9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah adalah 50, ketuntasan
yang dicapai 86,4% dengan kategori nilai baik. Siswa yang mendapatkan hasil
belajar dengan kategori di bawah KKM hanya 3 anak atau 13,4%. Dari hasil prestasi
belajar pada setiap siklus meningkat, hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran
Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV.

Kata kunci: prestasi belajar, Snowball Throwing


Pendahuluan

Belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Hal tersebut


diungkapkan Kowiyah (2012), bahwa mempelajari matematika diperlukan suatu
proses berpikir karena matematika pada hakikatnya berkenaan dengan stuktur
dan ide abstrak yang disusun secara sistematis dan logis melalui proses penalaran
deduktif. Oleh karena itu, dalam mempelajari matematika kurang tepat bila
dilakukan dengan cara menghafal namun seharusnya dilakukan dengan cara
memecahkan masalah matematika. Dalam proses memecahkan masalah tersebut
diperlukan sebuah kemampuan berpikir, mulai dari bagaimana merumuskan
masalah, merencanakan penyelesaian, mengkaji langkah-langkah penyelesaian,
membuat dugaan bila data yang disajikan kurang lengkap dan berujung pada
sebuah penarikan kesimpulan.

Kemampuan berpikir merupakan ketrampilan yang sangat penting untuk


kehidupan. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya
antara lain ditentukan oleh proses berpikirnya, terutama dalam hal menyelesaikan
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Salah satu kemampuan berpikir
yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah kemampuan berpikir
matematika. Begitu pentingnya kemampuan berpikir matematika, maka berpikir
matematika merupakan bagian keterampilan berpikir yang tercantum dalam salah
satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran matematika, yaitu agar
peserta didik memiliki keterampilan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis dan
kreatif (Depdiknas: 2010).

Kemampuan matematika itu penting, namun beberapa penelitian menunjukan


bahwa kemampuann matematika siswa sekolah dasar (SD) di Indonesia masih
rendah. Studi yang dilakukan oleh TIMMS (Trends in International Mathematics
and Sciences Study) dan PISA (Programme for International student Assesment)
menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa sekolah dasar (SD) Indonesia
masih di bawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMMS pada tahun 2015
menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta didik Indonesia menempati
peringkat 45 dari 50 negara peserta dengan skor 397 sedangkan skor rata-rata
internasional 500 (IEA, 2016). Kondisi yang tidak jauh berbeda terlihat dari hasil
studi PISA pada tahun 2015 menunjukkan bahwa kemampuan matematika peserta
didik Indonesia menempati peringkat 64 dari 72 negara peserta dengan skor 386
sedangkan skor rata-rata internasional 500 (OECD, 2015). Keaadan yang sama
juga terjadi di SD S 02 Yapindo. Berdasarkan hasil ulangan harian pada meteri
bangun datar segiempat dan segitiga kelas IV SD S 02 Yapindo Tahun Aj aran
2014/2015, siswa sudah mampu dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan
operasi hitung perkalian dalam materi KPK dan FPB. Ketidakmampuan siswa
terdapat pada soal cerita yang berhubungan dengan dunia nyata.

Bila dilihat dari hasil belajar matematika siswa Kelas IV SD S 02 Yapindo,


prestasi belajar mereka tergolong rendah karena 60% siswa nilainya masih di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Ketidakmampuan siswa
dalam proses pembelajaran matematika disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya yaitu kegagalan interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses
belajar mengajar. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi
disebabkan saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian
dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika.
Adakalanya guru mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang
disampaikan sehingga hasil belajar matematika rendah. Dalam pembelajaran
hendaknya para guru menerapkan prinsip belajar aktif. Maksudnya bahwa
pembelajaran di kelas hendaknya melibatkan siswa, baik secara fisik, mental
(pemikiran dan perasaan), dan sosial sesuai dengan penilaian, dan saran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dapat ditentukan oleh guru sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan melalui model pembelajaran yang tepat. Untuk
memecahkan masalah yang dihapai siswa dalam pembelajaran khususnya
matematika maka tindakan yang diambil adalah mengubah penggunaan model
atau metode yang dianggap sebagai model konvensional menjadi model snowball
throwing. Penggunaan model pembelajaran snowball throwing memiliki
kelebihan di antaranya, melatih kesiapan siswa dan saling memberikan
pengetahuan (Hamdan, 2012). Model snowball throwing ini menciptakan suasana
belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan karena siswa akan ikut serta
berperan dalam proses belajar mengajar bukan hanya guru saja. Selain itu,
model ini juga model yang dianggap sebagai perpaduan beberapa kegiatan
siswa seperti menejelaskan, bertanya, latihan, diskusi, tanya jawab
sehingga mampu membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, identifikasi masalah pada penelitian


tindakan kelas ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Matematika masih
konvensional.
2. Model pembelajaran snowball throwing belum digunakan guru dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD S 02
Yapindo.
3. Rendahnya prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan banyaknya
persentase nilai siswa sejumlah 60% berada di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 70.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD S 02 yapindo yang berjumlah 92


siswa yang dibagi menjadi empat kelas. Sampel penelitian di pilih secara sample
random sampling atau acak dan terpilih kelas siswa IV C dengan jumlah yaitu 23
siswa. Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Snowball Throwing. Sedangkan variable terikatnya adalah prestasi
belajar siswa kelas IV C SD S 02 Yapindo. Data penelitian ini diperoleh dari
beberapa sumber diantara yaitu nilai ulangan siswa kelas IV SD S 02 yapindo
yang masih rendah. Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
keseluruhan aspek hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Snowball
Throwing. Instrumen dalam penelitian ini digunakan tes tertulis.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Aqib, dkk (2011:3)
penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Menurut Arikunto, dkk
(2008:16) secara garis besar untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Keempat tahap dalam penelitian
tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran
kegiatan beruntun, yang kembali ke arah semula.

“Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data dalam penelitiannya” (Suharsimi Arikunto, 2008:
100). Pada penelitian ini proses pengumpulan datanya melalui cara yaitu dengan
pedoman tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang digunakan untuk
mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2010: 127). Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Penelitian ini
menggunakan teknik pengolahan data secara kuantitatif. Pengolahan data
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil belajar. Pada
setiap siklus dilakukan 1 kali tes evaluasi. Skor maksimal yang diperoleh siswa
setiap mengikuti tes adalah 100. Skor rata-rata tes klasikal dapat dihitung
dengan rumus:
ΣX
X= 𝑁

Keterangan:

X = Nilai rata-rata
ΣX= Jumlah skor keseluruhan
N = Jumlah siswa
(Suharsimi Arikunto, 2010: 264)
Pembahasan

1. Siklus I

Tabel 1 Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD S 02 Yapindo


Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I

Ketuntasan
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Belum
1 ACHA TAMARA 70 √
2 ADITIA ANGGA 30 √
3 DEWA KOMANG 40 √
4 ESSA APRILIA 50 √
5 GRASELA GEOVANI 60 √
6 KHANZA ZHAFIRAH 50 √
7 LIDYA MAHARANI 80 √
8 M. RAZUL ARNESA 70 √
9 M. ZAKI HIDAYAH 80 √
10 MERIN DILANTRI 70 √
11 NABILA KHANSA 30 √
12 NADIA VITA A. 70 √
13 NASWA SHAFIRA 60 √
14 NAYLA AFNAN N. 70 √
15 NI GUSTI AYU MADE 50 √
16 RAFAEL 60 √
17 RAYA FATUROHMAN 80 √
18 RIZKI WIJAYA 50 √
19 SYAHRIR IBRAHIM 40 √
20 TITA NIA N 70 √
21 YUSUF NUR ROHIM 70 √
22 ZAHRANI ANINDYA 70 √
Jumlah 1310 11 11
Rata-rata / Persentase 59,5 50% 50%
Dari hasil penilaian tes formatif pada tabel di atas , diperoleh nilai tertinggi 80,
nilai terendah 30, dan nilai rata-rata 59,5. Hasil ini menunjukkan bahwa
penguasaan materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi
dasar menentukan KPK dan FPB, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran Matematika
siklus I dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD S 02
Yapindo adalah 2 siswa memperoleh nilai 30, 2 siswa mendapatkan nilai 40, 4
siswa mendapatkan nilai 50, 3 siswa mendapatkan nilai 60, 8 siswa mendapatkan
nilai 70, 3 siswa mendapatkan nilai 80. Rata-rata nilai siswa 59,5 dengan tingkat
ketuntasan 50%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya baru 11 siswa
dengan persentase 50%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 11 siswa dengan
persentase 50%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I siswa nilainya masih
banyak di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga perlu diadakan
perbaikan pembelajaran siklus II agar hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika meningkat.

2. Siklus II

Pembelajaran siklus II dilaksanakan karena pada siklus I siswa belum mencapai


ketuntasan yang diharapkan. Dari hasil penilaian tes formatif diperoleh nilai
tertinggi 90, nilai terendah 40, dan nilai rata-rata 69.1. Hasil ini menunjukkan
bahwa penguasaan materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada
kompetensi dasar menentukan KPK dan FPB sudah ada peningkatan walapun
belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara lengkap
hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini. Berdasarkan hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus II
dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD S 02 Yapindo adalah
1 siswa memperoleh nilai 40, 1 siswa mendapatkan nilai 50, 6 siswa
mendapatkan nilai 60, 9 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa mendapatkan nilai
80, dan 2 siswa mendapat nilai 90. Rata-rata nilai siswa 68.2 dengan tingkat
ketuntasan 63.6%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 14 siswa
dengan persentase 63,6%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 8 siswa dengan
persentase 36,4%. Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus
I I I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD S 02 Yapindo Tahun


Pelajaran 2010/2011 Siklus II
Ketuntasan
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Belum
1 ACHA TAMARA 70 √
2 ADITIA ANGGA 60 √
3 DEWA KOMANG 70 √
4 ESSA APRILIA 70 √
5 GRASELA GEOVANI 60 √
6 KHANZA ZHAFIRAH 50 √
7 LIDYA MAHARANI 80 √
8 M. RAZUL ARNESA 60 √
9 M. ZAKI HIDAYAH 90 √
10 MERIN DILANTRI 70 √
11 NABILA KHANSA 40 √
12 NADIA VITA A. 70 √
13 NASWA SHAFIRA 60 √
14 NAYLA AFNAN N. 70 √
15 NI GUSTI AYU MADE 90 √
16 RAFAEL 70 √
17 RAYA FATUROHMAN 80 √
18 RIZKI WIJAYA 80 √
19 SYAHRIR IBRAHIM 60 √
20 TITA NIA N 60 √
21 YUSUF NUR ROHIM 70 √
22 ZAHRANI ANINDYA 70 √
Jumlah 1500 14 8
Rata-rata / Persentase 68.2 63.6% 36.4%

Berdasarkan hasil belajar menunjukkan bahwa pada siklus II siswa nilainya


belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara klasikal
ketuntasan belum mencapai 85%, sehingga perlu diadakan perbaikan
pembelajaran siklus III agar hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika lebih meningkat.
3. Siklus III

Pembelajaran siklus III dilaksanakan karena pada siklus II hasil belajar siswa
belum mencapai KKM dan secara klasikal siswa belum mencapai ketuntasan yang
diharapkan yaitu 85%. Berdasarkan pencapaian hasil pembelajaran pada siklus
III dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes formatif pembelajaran
matematika. Dari hasil penilaian tes formatif, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai
terendah 50, dan nilai rata-rata 80.9. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar
menentukan KPK dan FPB, telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Hal ini dapat ditunjukan pada tabel berikut ini.
Tabel 3 Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD S 02 Yapindo Tahun
Pelajaran 2010/2011 Siklus III
Ketuntasan
No Nama Siswa Nilai Belum Keterangan
. Tuntas
1 ACHA TAMARA 80 √
2 ADITIA ANGGA 0
70 √
3 DEWA KOMANG 0
80 √
4 ESSA APRILIA 80 √
5 GRASELA 60 √
6 GEOVANI
KHANZA 50 √
7 ZHAFIRAH
LIDYA MAHARANI 10 √
8 M. RAZUL ARNESA 070 √
9 M. ZAKI HIDAYAH 60 √
10 MERIN DILANTRI 80 √
11 NABILA KHANSA 70 √
12 NADIA VITA A. 90 √
13 NASWA SHAFIRA 70 √
14 NAYLA AFNAN N. 90 √
15 NI GUSTI AYU 10 √
16 MADE
RAFAEL 080 √
17 RAYA 80 √
18 FATUROHMAN
RIZKI WIJAYA 90 √
19 SYAHRIR IBRAHIM 80 √
20 TITA NIA N 70 √
21 YUSUF NUR 90 √
22 ROHIM
ZAHRANI 10 √
ANINDYA
Jumlah 0
1740 19 3
Rata-rata / 79.9 86,4% 13.6%
Persentase
Hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus III dapat dideskripsikan
perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD S 02 Yapindo adalah 1 siswa
memperoleh nilai 50, 2 siswa mendapatkan nilai 60, 5 siswa mendapatkan nilai
70, 7 siswa mendapatkan nilai 80, 4 siswa mendapatkan nilai 90, dan 3 siswa
mendapat nilai 100. Rata-rata nilai siswa 79.9 dengan tingkat ketuntasan 86,4%.
Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 19 siswa dengan
persentase 86,4%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 3 siswa dengan
persentase 13,6%. Siswa belum tuntas adalah siswa yang memerlukan
bimbingan dan perhatian khusus.

Capaian prestasi belajar pada siklus III menunjukkan bahwa siswa telah berhasil
dan tuntas dalam menguasai materi pembelajaran matematika khususnya dalam
kompetensi dasar menentukan KPK dan FPB, maka perlu segera mengambil
langkah untuk menghentikan pembelajaran tersebut, karena siswa telah mampu
memahami materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2006: 39)
penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil
menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikator. Penilaian dilakukan pada
waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung. Sebuah indikator
dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria ketuntasan belajar setiap
indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% sampai
dengan 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar
dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun
sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah
50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti
tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya
dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan
kualitasnya, dalam hal ini meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin
mendekati 100%.

Menurut Slameto (1991 : 22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Siswa di Sekolah
Dasar sebagai bagian dari masyarakat perlu dibekali berbagai ilmu
pengetahuan untuk dapat memahami kondisi masyarakat dan turut memecahkan
berbagai masalah. Melalui ide-ide yang disampaikan oleh guru matematika
siswa memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas salah satunya menguasai
kompetensi dasar menentukan KPK dan FPB. Berdasarkan fungsi dan tujuan dari
pembelajaran matematika tersebut di atas maka diadakan Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan
FPB dan KPK. Dari temuan Penelitian Tindakan Kelas mulai dari siklus I sampai
dengan III menunjukkan adanya peningkatan yang berarti di masing-masing
siklus.

Dari hasil temuan pada penelitian tindakan kelas ini pada siklus I terlihat aktivitas
belajar siswa masih belum maksimal. Kelemahan dalam pembelajaran disebabkan
karena model pembelajaran Snowball Throwing sebelum diterapkan secara
maksimal, sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam pembelajaran
matematika. Adapun Kelemahan dari siswa mencakup sebagai berikut.
1. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru
khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK masih kurang
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru.
2. Siswa kurang antusias dalam berdiskusi, kurang berani bertanya,
mengajukan opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok.
3. Peran siswa belum maksimal karena kesadaran siswa dalam memahami
pembelajaran observasi masih kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa.

Meskipun ditemukan ada beberapa hal yang kurang pada siklus I, namun
ditemukan hal-hal yang positif dalam kaitannya dengan peningkatan aktivitas
belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing.
Hal-hal positif yang dimaksud adalah :
1. Guru tidak bersifat verbalisme dan mendominasi dalam pembelajaran karena
hakekat dari model pembelajaran Snowball Throwing adalah siswa dapat
belajar dengan aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
2. Model pembelajaran Snowball Throwing dapat mendorong siswa giat belajar
dan lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Karena dalam
pembelajaran ini siswa dibuat aktif seperti pembelajaran dengan diskusi,
tanya jawab.

Kendala yang dihadapi dalam proses penelitian tindakan kelas ini di antaranya :
1. Model pembelajaran Snowball Throwing membutuhkan keaktifan, kreativitas,
inovasi dari guru dan siswa. Untuk membangun pembelajaran ini
membutuhkan kesadaran, kesabaran dan kerjasama antara guru dan siswa
namun guru masih mengalami kesulitan dalam membangun kesadaran sehingga
pembelajaran siklus I dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing ini belum dapat efektif.
2. Keberhasailan pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan pula oleh teman
sejawat, karena yang membantu kelancaran dalam penelitian.
3. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning
Snowball Throwing hendaknya dikelola secara efektif dan efisien, jika tidak
hasil yang dicapai kurang memuaskan.

Berdasarkan pelaksanaan penelitian pada siklus I sampai dengan III maka hasil
penelitian yang baik adalah pada pembelajaran siklus III. Hasil penilaian tes
formatif pada siklus I, II, dan III mata pelajaran matematika dapat disajikan
sebagai berikut ini :
1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah
adalah 30, ketuntasan yang dicapai 50% dengan kategori 11 anak mendapatkan
hasil belajar yang memenuhi KKM. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM juga sebanayak 11 atau 50%.
2. Pada siklus II nilai rata-rata 68,2. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah
adalah 40, ketuntasan yang dicapai 63,6% dengan kategori nilai baik. Siswa
yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebesar 36,4%.
3. Pada siklus III nilai rata-rata 79,9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah
adalah 50, ketuntasan yang dicapai 86,4% dengan kategori nilai baik. Siswa
yang mendapatkan hasil belajar dengan kategori di bawah KKM hanya 3 anak
atau13,4%.

Simpulan

Dari hasil penelitian tindakan kelas yangb sudah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa di sekolah mata pelajaran matematika pokok bahasan KPK
dan FPB pada siswa kelas IV SD 02 Yapindo. Berdasarkan kesimpulan yang
dilakukan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru SD dapat menggunakan model pembelajaran snowball throwing,
sebagai cara dalam meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa
kelas IV, karena model pembelajaran snowball throwing yang dilakukan
dalam penelitian ini terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
pada siswa kelas IV SD S 02 Yapindo.
2. Untuk lebih meningkatkan prestasi belajar matematika yang lebih maksimal,
maka perlu pertimbangan adanya penggunaan model pembelajaran yang lain,
yang memiliki teknik yang berbeda dan lebih bervariatif.

You might also like