You are on page 1of 18

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Dosen Pengampu: Subandiyo, BSc, SPd.

CA CAVUM NASI

Disusun oleh :

EDI SUSANTO (P17420208059)


NOVY SULISTYOWATI (P17420208078)
Kelas II B

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2009

1
CARSINOMA CAVUM NASI

A. PENGERTIAN
CA Cavum Nasi adalah kanker yang menyerang rongga hidung.
Tumor ganas hidung dan tumor ganas sinus paranosalis tidak dapat dipisahkan
karena keduanya saling mempengaruhi.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari ca cavum nasi belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa kemungkinan besar, diantaranya adalah:
1. Perokok berat, fistula oroantal, rhinitis atrofi, pecandu alkolhol.
2. Infeksi kronik hidung dan sinus paranosal.
3. Kontak dengan debu kayu pada pekerja mebel (faktor iritasi kronis dari
debu dan kayu).
4. Kontak dengan bahan industri, seperti nikel, krom, isopropanolol.
5. Thorium dioksida yang dipakai sebagai cairan kontras pada pemeriksaan
rontgen.
6. Sinositis maksila kronis.

C. PATOFISIOLOGI
Benda asing (asap rokok, nikotin, debu kayu, nikel, krom dll) masuk
kedalam rongga hidung terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang
lama sehingga menyebabkan terbentuknya massa, perubahan struktur dan
mukosa hidung sehingga menimbulkan obstruksi rongga hidung yang dapat
mengenai septum nasi (devormitas kavum, septum nasi, trauma kavum/septum
nasi, hamatom septum dan perforasi septum) atau pertumbuhan baru seperti
polip hidung, papiloma, inversi dan tumor beligna/maligna). Sebagai
tambahan, berbagai sebab lain menyebabkan obstruksi saluran pernafasan
hidung (hipertrofi adenoid, benda asing, atresia, koana, jaringan parut intra
nasal, dan kolaps).

2
Massa adalah kavum nasi ini menyebabkan edema pada mukosa
hidung akibat gangguan aliran limfe dan vena serta membentuk masa polipoid
pada cavum nasi. Tumor ini menginvasi kearah atas sampai kedalam fosa
kranialis dan kearah lateral sampai ke dalam orbita.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Ca Cavum nasi, tergantung pada tempat asal tumor
dan arah serta luas penyebarannya.
1. Tumor sinus maksila dan meluas ke medial.
Tanda dan gejalanya:
- Hidung tersumbat
- Rinorea unilateral yang menetap dan berbau.
- Epistaksis
2. Tumor sinus etmoid dan lamina kribiformis.
Tanda dan gejalanya:
- Hidung tersumbat
- Anomsia
- Beringus
- Nyeri didaerah frontal
3. Tumor dasar antrum dan meluas ke arah bawah.
Tanda dan gejalanya:
- Gigi yang goyah
- Gangguan oklusif
- Nyeri pada gigi molar
- Pembengkakan dan laserasi didaerah palatum.
4. Tumor meluas kedaerah orbita dan duktus nasolakrimalis.
Tanda dan gejalanya:
- Diplopia
- Proptosis
- Tersumbatnya saluran air mata
- Mata tampak membengkak

3
- Teraba musa dan orbita
- Mata tampak menonjol.
5. Tumor meluas ke anterior.
Tanda dan gejalanya:
- Pembesaran pipi satu sisi (asimetris)
6. Stadium lanjut N. Alveolaris superior.
Tanda dan gejalanya:
- Rasa baal pada gigi dan gusi rahang atas.
7. Tumor meluas dan menginvasi ke nasofaring.
Tanda dan gejalanya:
- Tuli konduktif akibat gangguan tuba bustachius.
8. Perluasan lain yang dapat mengenai saraf.
Tanda dan gejalanya:
- Tuli saraf
- Tidak mampu membuka mulut
- Paresis fasialis
- Hemiplegia
- Hiperparestesia
- Nyeri kepala berat
- Perubahan posisi mata.

E. KOMPLIKASI
- Sinusitis frontal: Ca yang telah menyumbat duktus frontonasal sehingga dapat
menyebabkan sinusitis frontal.
- Meningitis: Ca yang mengenai selaput otak sehingga menimbulkan serangan
berulang meningitis.

4
F. PATHWAY

5
G. PENATALAKSANAAN
Yang terpenting dalam penatalaksanaan tumor menurut Nurbaiti
(Iskandar dkk (1989) adalah:
1. Menegakkan diagnosa dengan biopsi dan pemeriksaan histopatologi.
2. Menentukan batas-batas tumor dengan pemeriksaan radiologis.
3. Merencanakan terapi yang dibuat berdasarkan diagnosis histopatologi dan
stadium tumor.
Kebanyakan pakar berpendapat bahwa satu macam cara pengobatan
saja hasilnya buruk, sehingga mereka menganjurkan cara terapi kombinasi
antara operasi, radioterapi dan kemoterapi. Di bagian THT FKUI/RSCM
pengobatan tumor ganas hidung dan sinus paranasal adalah kombinasi operasi
dan radiasi, kecuali untuk pasien yang sudah “Inoperable” atau menolak
tindakan operasi. Untuk pasien ini diberikan radioterapi sesudah dibuatkan
antrostomi.
Radioterapi dapat dilakukan sebelum/sesudah operasi. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Untuk tumor yang sangat besar,
radioterapi dilakukan lebih dulu untuk mengecilkan tumornya dan mengurangi
pembuluh darah sehingga operasi akan lebih mudah. Tetapi bila telah
dilakukan radiasi dulu sesudah selesai, banyak pasien yang kemudian tidak
kembali untuk operasi karena merasa tumornya sudah mengecil. Atau ada
yang tidak mau operasi karena efek samping radioterapi yang berkepanjangan.
Sekarang lebih disukai radiasi pasca operasi karena sekaligus dimaksudkan
untuk memberantas mikro metastasis yang terjadi atau bila masih ada bisa
tumor yang tidak terangkut pada waktu operasi. Luas operasi tergantung pada
sampai dimana batas tumornya. Bila tumor disinus maksila dan infrastruktur
dilakukan maksilektomi radikal, yaitu mengangkat seluruh isi rongga sinus
maksila, ginggivo-alveolaris dan palatum clurum. Bila tumor sudah meluas ke
nasofaring dan fosa plerigo palatina dianggap sudah “Inoperable” dan hanya
diberikan penyinaran saja.

6
Untuk penanganan tumor ganas hidung dan sinus diperlukan kerjasama
yang baik antar berbagai disiplin ilmu yaitu ahli bedah THT, ahli radiologi,
ahli bedah mata, ahli bedah saraf, ahli bedah plastik dan dokter gigi.
Menurut R. Pracy dkk (1989), Radioterapi merupakan pilihan pertama
untuk mengobati penderita. Pasien harus diperiksa ulang setiap bulan bila ada
tanda kekambuhan segera dilakukan eksisi dinding lateral hidung melalui
rinotomi lateral.
Pilihan pengobatan yang kedua adlah dengan cara operasi pada saat
radioterapi banyak secret dan pengelupasan jaringan dalam ruang antrum, oleh
karena itu penting sekali membuat jalan untuk drainase sebelum radioterapi
mulai dilakukan. Dua bulan kemudian baru dilakukan operasi pada tepi
alveolar cavum nasi yang terdapat Ca dan dinding medial antrum dibuang
sehingga terbentuk suatu rongga besar. Maksud operasi ini adalah membuang
sebanyak mungkin sisa tumor dan mempermudah melihat dengan jelas
kedalam rongga hidung.
Penderita dilakukan pemeriksaan ulang setiap bulan selama 2 tahun
pertama, kemudian tiap 3 bulan sekali. Bila perlu dapat dilakukan
maksilektomi total bial terdapat pembesaran pada kelenjar leher maka harus
dilakukan diseksi leher radikal.

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
CARSINOMA CAVUM NASI

A. PENGKAJIAN
Tujuan utama utama dari pengkajian adalah untuk mengetahui
seberapa jauh perluasan Ca, sehingga dapat merencanakan pengobatan dan
mengevaluasi pregnosisinya.
a. Data subyektif
- Tanyakan adanya gejala-gejala obstruksi nosal, meliputi hal sebagai
berikut:
- Sulit bernapas
- Hidung tersumbat
- Anosmia (hilang rasa penciuman)
- Epistaksis
- Perubahan bentuk hidung
- Tanyakan adanya rasa nyeri pada daerah kepala.
- Tanyakan adanya rasa gaal/keluhan gigi goyah, nyeri pada gigi atas,
pembengkakan, dan laserasi didaerah palatum.
- Tanyakan adanya kesukaran membuka mulut.
- Tanyakan adakah heniplegia dan hiperparestesia.
- Tanyakan adakah paresisi fasialis unilateral.
- Tanyakan adakah ketulian.
b. Data obyektif
- Infeksi, cleformitas dan asimetri pipi kanan dan kiri.
- Periksa adanya kelainan pada hidung.
1) Kemerahan yang berlebihan.
2) Edema
3) Perdarahan
4) Rinorea yang menetap dan berbau.
- Adanya masa di cavum nasi.

8
- Adanya masa diorbita/adakah mata yang tampak menonjol.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan sangat teliti.
1) Inspeksi
- Lihat dengan seksama cavum nasi dan rongga mulut.
- Pastikan adanya masa di dalam cavum nasi/adanya pendorongan
dinding cavum nasi kearah medial.
- Periksa telinga adalah otitis media atau tuli konduktif unulateral
tanpa kelainan telinga.
- Periksa daerah pipi dan sulkus ginggivobukal apakah ada massa.
- Periksa adanya tanda-tanda peradangan/gangguan nervus
infraorbitalis.
- Periksa visus, gerakan mata/adanya pendorongan bola mata.
- Periksa adakah kelainan pada saraf-saraf otak.
- Periksa adakah pembesaran kelenjar leher.
2) Palpasi
Perhatikan dan palpasi rahang atas, alveolus dan palatum.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen
Menurut nurbaiti iskandar dkk (1999), pemeriksaan rontgen sinus
paranasal ada 4 macam posisi yang perlu untuk mendaoatkan hasil
yang baik yaitu:
a) Posisi waters: paling baik untuk melihat sinus maksila.
b) Posisi caldwell:untuk melihat sinus etnoid dan orbita.
c) Posisi cateral: untuk melihat sinus stenoid dan dinding anterior dan
poisterior sinus frotal dan maksila.
d) Posisi submento-verteks:untuk melihat sinus stenoid dan sinus
etanoid posterior.
2) Tomografi
Untuk menentukan luasnya perjalanan tumor dan adanya destruksi
tulang secara lebih jelas jika dibandingkan dengan rontgen.

9
3) Ct scan
Untuk melihat perluasan ke jaringan lunak dan melihat adanya
perluasan ke intra-kranial.
4) Mri (magnetik resonance imaging) yang menghasilkan gambar 3
dimensi.
- Untuk melihat perluasan tumor ke organ-organ disekitarnya.
- Untuk melihat adanya infiltrasi ke dalam jaringan lunak.
- Untuk melihat adanya destruksi tulang/perubahan bentu organ.
Pemeriksaan ct scan dan mri saling melengkapi.
5) Biopsi
Contoh tumor dapat diambil dengan biopsi melalui hidung. Untuk
mengambil biopsi dari tumor hidung, jaringan langsung diambil sedikit
dengan tang biopsi dan perdarahan yang timbul biasanya cukup diatasi
dengan tampun anterior.
- Biopsi tumor sinus maksila biasanya dilakukan melalui pendekatan
caldwell-inc yang infisinya melalui mulut pada salkus ginggivo-
gukal.
- Biopsi tumor sinus etnoid biasanya diambil dari perluasan tumor
dirongga hidung atau kantus medius.
- Biopsi tumor sinus stenoid dilakukan melalui pendekatan tranasal
tetapi sering kali biopsi didapat dari perluasan tumor ke
nasofaring/rongga hidung.
- Biopsi tumor sinus frontal dilakukan dengan insisi supra orbital
dan osteotomi.
6) Radiologi
Pada pemeriksaan sinar x, foto sinus paranasal menunjukan gambaran
gelap pada antrum dengan destruksi pada salah satu dindingnya.

B. DIGANOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan perkembangan
penyakitnya.

10
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas oleh masa, sekret dan perdarahan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
penurunan pemasukan oral dan peningkatan metabolisme tumor.
4. Gangguan harga diri b.d efek samping kemoterapi atau radioterapi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit kanker dan pengobatannya serta perawatan post operasi.
6. Resiko tinggi perdarahan b.d trauma tindakan operasi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d perkembangan penyakitnya.
Kriteria hasil: nyeri terkontrol pada tingkat yang dapat ditoleransi pasien.
Intervensi:
- Tentukan riwayat nyeri misal lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan
intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Rasional: Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/kefektifan intervebsi.
- Dorong pengguna ketrampilan manajemen nyeri (misal teknik relksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi)
Rasional: Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol.
- Evaluasi terapi tertentu misal pembedahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pasien/orang terdekatnya yang diharapkan.
Rasional: ketidak nyamanan tentang luas adalah umum (misal nyeri
insisi) tergantung pada prosedur/agen yang digunakan.
2. Ketidak efektifan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, oleh masa, sekret
dan perdarahan.
Kriteria hasil: jalan nafas bersih dan efektif.
Intervensi:
- Monitor respiratori rate/perubahan pola pernafasan.
Rasional: untuk mengetahui komplikasi asfiksia.

11
- Menyarankan aktifitas untuk menyediakan waktu beristirahat.
Rasional: waktu yang cukup istirahat, mengurangi resiko sesak napas.
- Atur posisi semi fowler/powler
Rasional: memudahkan pernafasan
- Kolaborasi dengan tim medis (dilakukan pembedahan)
Rasional: mengeluarkan masa penghambat jalan napas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan
oral dan peningkatan metabolisme tumor.
Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
- Pantau masukan makanan setiap hari.
Rasional: mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
- Timbang BB tiap hari.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi mal nutrisi protein,
kalori.
- Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien dengan
masukan cairan adekuat.
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan (untuk menghilangkan produksi sisa)
4. Gangguan harga diri b.d efek samping kemoterapi atau radioterapi.
Kriteria hasil: mulai mengembangkan mekanisme koping untuk
menghadapi masalah secara efektif
Intervensi
- Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek
kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua
dan sebagainya.
Rasional: dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi
proses pengobatan.
- Berikan dukungan emosis untuk pasien/orang terdekat selama tes
diagnostik/fase pengobatan.

12
Rasional: Pasien akan mengalami efek kanker/efek samping terapi
memerlukan dukungan tambahan.
- Berikan informasi bahwa konseling penting dalam proses adaptasi.
Rasional: Memfalidasi perasaan pasien dan mmemberikan ijin untuk
tindakan apapun.
5. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit kanker dan
pengobatannya serta perawatan post op.
Kriteria hasil: pasien mampu dan mempunyai pengetahuan yang tepat
mengenai proses penyakit dan menggambarkan progaram pengobatan,
serta perawatan post op.
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya.
Ras: mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya.
- Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi
sensitif.
Ras: membantu penilaian diagnosis kanker dan memberikan informasi
yang diperlukan.
- Berikan penjelasan kepada pasien mengenai:
1) Hindari menyisi selama 24 jam setelah pengangkutan tampon.
2) Hindari konstipasi (manuver Valsava) dan batuk yang hebat sampai
terjadi penyembuhan.(karena dapat menimbulkan perdarahan)
3) Tinja bila berwarna hitam (ter) dalam beberapa hari.
4) Efek kosmetik karena pembedahan hidung tidak dapat dipastikan
dalam 6-12 bulan. (waktu yang diperlukan untuk normalnya
kembali jaringan dan resolusi jaringan parut)
Rasional: meminimalkan kecemasan pasien dan mengurangi resiko
injuri/trauma.
6. Resiko tinggi perdarahan b.d trauma tindakan operasi.
Kriteria hasil:
Intervensi:
- Pantau perdarahan

13
1) Darah yang banyak pada balutan hidung.
2) Muntah darah segar.
3) Menelan berulang (gunakan penlight untuk memeriksa adanya
darah yang mengalir ditenggorokan)
4) Denyut nadi cepat.
Rasional: memantau adanya komplikasi penyakit lebih lanjut dan
menentukan intervensi selanjutnya.
- pantau infeksi
1) demam
2) peningkatan jumlah sel darah putih.
Rasional: memantau/mengetahui adanya tanda-tanda infeksi.
- Posisikan pasien semi fowler.
ras: untuk mengurangi edema lokal.
- kompres pada hidung selama 24 jam bila perlu.
Ras: mengurangi resiko perdarahan dan meminimalkan nyeri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Diagnosa keperawatan: buku saku. Edisi 6.


Jakarta: EGC.
Cody, D. Thane R. (1991). Penyakit telinga, hidung dan tenggorokan.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman
perencanaan dan pendokumentasian perawat – pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Iskandar, Nurbaiti, dkk. (1989). Tumor: telinga hidung tenggorok diagnosa
dan penatalaksanaan. Jakarta: FKUI.
Mansjoer, Arif. (1999). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius.
Long, Barbara C. (1999). Perawatan medikal bedah (suatu pendekatan
proses keperawatan). Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
R. Pracy, dkk. (1989). Pelajaran ringkas telinga, hidung dan tenggorok.
Jakarta: PT Gramedia.

14
15
F. PATHWAY KEPERAWATAN
Benda asing ( asap rokok, nikotin, debu kayu, nikel, krom, dll )

Rongga hidung

Terbentuknya massa Perubahan struktur dan mukosa hidung

Menginvasi ke arah atas sampai Gangguan aliran limfe dan vena Obstruksi rongga hidung
Ke dalam tosa kranialis dan
Lateral sampai ke dalam orbita Edema pada mukosa hidung Obstruksi saluran pernapasan oleh massa,
Secret, dan perdarahan
Nyeri
Gangguan
Kemoterapi / radioterapi harga diri Ketidakefektifan
Operasi / pembedahan bersihan jalan napas

Penurunan pemasukan oral dan


Peningkatan metabolisme tumor Trauma tindakan operasi Kurang informasi tentang penyakit kanker
dan pengobatan serta perawatan post operasi

Perubahan nutrisi kurang dari Resiko tinggi


kebutuhan tubuh perdarahan Kurang pengetahuan

16
17

You might also like