You are on page 1of 43

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKHITIS

Disusun Oleh :

TAUFIK TRIANDI

II A

P 10220206038

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2008
BRONKHITIS

A. PENGERTIAN

1) Bronkhitis adalah suatu penyakit yang di tandai oleh adanya inflamasi

bronkus.(Ngastiyah. 2005)

2) Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus.( saluran udara ke paru-

paru)

3) Bronkhitig ( virus sinsial pernafasan [ RSV]) - infeksi virus akut dengan

efek maksimum pada tingkat bronkiolar: biasanya menyerang anak 2 - 12

bulan jarang setelah usia 2 tahun. (Donna L. Wong. 2003)

4) Bronkhitis adalah sejenis keradangan atau kerengsaan pada saluran

pernafasan ( tiub bronkiul) di dalam paru – paru .

(http://www.infosehat.90v.my/penyakitbonkits01.html, diperoleh tanggal

05 juni 2008)

5) Bronkhitis adalah proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi

utama berupa batuk yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis.

(http://www.pediatrik.com, diperoleh tanggal 11 juni 2008)

6) Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa bronchitis adalah inflamasi

jalan nafas besar (trachea dan bronkus) yang biasanya berkaitan dengan

infeksi virus, bakteri dan inflamasi iritan dan polusi udara serta dapat

mempengaruhi anak dalam empat tahun pertama kehidupan dengan batuk

merupakan gejala yang utama dan dominan dan dapat menyebabkan daya

tahan tubuh anak menurun.


B. ETIOLOGI

1. Infeksi

a) Virus : Respiratori Syncitial Virus ( RSV ),

Parainfluenza. Influenza. Adeno. Morbili

b) Bakteri H. Influenza B. Stafilokokus. Streptokokus.

Pertusis. Tuberkulosis. Mikoplasma

c) Fungi : Monilia

2. Alergi : Asma

3. Kimiawi (Soeparman, 1999) :

a) Aspirasi susu. aspirasi isi lambung

b) Asap rokok. polusi udara

c) Uap/gas yang merangsang

C. KLASIFIKASI

1. Bronkhitis akut pads anak biasanya bersama dengan trakeitis merupakan

penyakit infeksi saluran nafas akut ( ISNA ) bawah yang sering di jumpai

dan penyebabnya terutama virus.

2. Bronkhitis kronik adalah keadaan yang oleh berbagai penyebab dengan

gejala batuk yang berlangsung sekurang - kurangnya 2 minggu berturut -

turut dan berulang paling sedikit tiga kali dalam tiga bulan, dengan atau

tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya.

3. Bronkhitis kronik adalah -sebagai suatu gangguan para obstrulesi yang di

tandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran nafas bawah selama


paling kurang 3 bulan berturut - turut dalam satu tahunnya dan terjadi

paling sedikit selama 2 tahun.

D. PATOFISIOLOGI

Menurut Wong (2003) masuknya mikroorganisme atau gen fisik seperti debu

atau inhalasi zat kimia pada trakhea atau bronkus dapat menyebabkan reaksi

radang berupa oedema mukosa. sekresi mukus rang berlebihan.

Bersamaan dengan itu akan di jumpai peningkatan rangsang batuk sebagai

akibat dari akumulasi sekret di jalan nafas. Bila oedema mukosa berat dan

sekresi mukus berlebihan akan menyebabkan obstrukisi jalan nafas yang akan

menimbulkan kesulitan .bernafas. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka

saluran nafas oilcan lebih meregang reseptor mukosa rang ada di permukaan

bronkus untuk selanjutnya ke pons dan medulla oblongata.

Selanjutnya terjadi peningkatan frekuensi nafas, yaitu nafas jadi cepat to pi

dangkal. Selain itu juga pernafasan memakai otot pernafasan tambahan untuk

dapat memberi dorongan yang lebih kuat untuk mendapatkan oksigen.

E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Behrman (1999) tanda dan gejala klinis bronchitis antara lain :

1. Infeksi saluran nafas bagian atas

2. Batuk timbul kemudian, dimulai dengan batuk kering dan produktif

kemudian dengan sputum mukopurulen

3. Obstruksi jalan nafas dan dispnue


4. Pada auskultasi terdengar ronkhi dan wheezing

5. Nafas cepat dan dangkal

6. Suhu tubuh meningkat (37,8-390C)

7. Secara khas tanda dan gejalanya bertambah buruk pada malam hari

Menurut Corwin (2000) gejala dari bronchitis antara lain :

1. Batuk produktif dengan dahak purulen

2. Produksi mucus kental

3. Demam

4. Dispnue

5. Ronchi terutama saat inspirasi

6. Suara serak

7. Nyeri dada kadang-kadang timbul

8. Sesak nafas

F. KOMPLIKASI

Komplikasi bronkhitis pads anak terutama pada anak dengan malnutrisi atau

dengan kondisi kesehatan yang jelek menurut Behrman ( 1999: 1483 ) antara

lain :

1. Otitis media akut .

Yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda

dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk

Sterptokokus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme

patogen penyebab bronkhtis menebar dan masuk ke dalam saluran telinga


tengah dan menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.

2. Sinusitis maksilaris

Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh

komplikasi peradangan jalan nafas bagian atas dibantu oleh adanya faktor

predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan bronkhospasme,

oedema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronkhitis.

3. Pneumoia

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam -macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Jika bronkhitis

tidak ditangani dengan baik secara tuntas atau jika daya tahan tubuh anak

jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut sebut

bronkhopneumoniae. Gejala yang muncul umumnya berupa nafas yang

memburu atau cepat dan sesak nafas karena paru-paaru mengalami

peradangan. Pada bayi usia 2 bulan sampai 6 tahun pneumonia berat

ditandai adanya batuk atau kesukaran bernafas, sesak nafas ataupun

penarik dinding dada sebelah bawah ke dalam.

G. PROGNOSIS

Bila tidak ada komplikasi. prognosis brokhitis akut pads anak umumnya baik.

Pada bronkhitis akut yang berulang. clan bila anak merokok ( aktif dan pasif)

maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkhitis kronik kelak

pada usia dewasa (Ngastiyah; 2005;55)


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto thorak : tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

2. Laboratorium : Leukosit > 17.500

3. Analisa gas darah : penurunan O2 arteri clan peningkatan CO2 arteri

4. Tes fungsi paru (Doengoes, 2000)

a) Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea

b) Untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi oleh

restriksi untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk

mengevaluasi efek terapi misalnya bronkliodilator.

I. PENCEGAHAN

Langkah - langkah yang bisa diupayakan untuk mengantisipasi agar anak

tidak terkena bronkhitis antara lain :

1. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan penyakitnya.

2. Monitor kualitas udara dan tingkat polusi, hindari udara dingin dan

paparan angin yang dapat menyebabkan bronkhospasme.

3. Hindari tempat-tempat yang terpolusi, bila tidak memungkinkan tutuplah

hidung anak dengan tisu atau tangan saat melewati tempat-tempat

tersebut.

4. Pastikan kebersihan makanan maupun kebersihan diri dan lingkungan.

5. Berikan aktivitas sesuai kemampuan yang tidak menimbulkan sesak nafas

atau memperberat sakitnya.


6. Jangan memandikan anak terlalu pagi terlalu sore dan memandikan

menggunakan air hangat

J. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan keperawatan

 Mengontrol batuk dan mengeluarkan lendir

 Sering mengubah posisi

 Banyak minum

 Istirahat yang cukup

 Inhalasi

 Nebulizer

 Minum susu atau makanan lain untuk mempertahankan daya tahan

tubuh

2. Tindakan medis

 Jangan beri obat antihistamin berlebih

 Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial

 Dapat diberi efidrin 0,5 - 1 mg/kgBB tiga kali sehari

 Chloral hidrat 30 mg/kg BB sebagai sedatif


PATHWAY KEPERAWATAN
Rhinovirus, Respiratori Sintial Virus (RSV), Asap rokok, debu, polusi,
infeksi, status ekonomi
Virus Influensa, Virus Parainfluensa

Trakea/bronkus
Kurang pengetahuan

Reaksi radang
(oedema mukosa, sekresi mucus berlebihan)

Peradangan saluran Hipertropi dan hiperplasi Peningkatan rangsang


nafas bagian atas Kelenjar mukus batuk

Infeksi paru Distress


pernafasan
Batuk terus menerus

Demam Sekresi meningkat

Hipertermi Bersihan jalan nafas Gangguan pola


tidak efektif tidur

Saluran nafas
menyempit

Cemas dan Ganguan pertukaran


takut gas

Suplai O2 berkurang

Pola nafas tidak


efektif

Doengoes (2000), Wong (2003), Ngastiyah (1997), dan


Soeparman (1999).

Sekresi meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Wong, D.L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4.Jakarta :


EGC.

Corwin, E.J.2000.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC.

NANDA.2006.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006:


Definisi Dan Klasifikasi.Jakarta : EGC.

Doengoes, M.E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3.Jakarta : EGC.

Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.

Behrman, R.E dan Vaughan, V.C.1999.Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2.


Jakarta : EGC.

Soeparman, Waspadji, S.1999.Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.Jakarta : FKUI.

Bronkhitis terdapat pada


h
tt
p
:/
/
w
w
w
.
p
e
d
i
a
tr
i
k
.
c
o
m
, diperoleh tanggal 11 juni 2008)
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN BRONKHITIS

A. PENGKAJIAN

I. Wawancara

1. Apakah ada anggota keluarga yang merokok?

2. Apakah anak mempunyai riwayat penyakit bronchitis atau penyakit

pernafasan lain?

3. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama?

4. Bagaimanakah lingkungan tempat tinggal disekitar?

5. Apakah anak mengalami sesak nafas dan batuk?

6. Apakah tanda dan gejalanya bertambah buruk pada malam hari?

II. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Pernafasan takepnea. sianosis, batuk serak, kasar dengan sputum mukoid.

2. Palpasi

Taktil kremitus normal  meningkat.

3. Perkusi

Resonan
4. Auskultasi

Suara nafas vesikuler, crekles terlokalisasi.

III. Data Objektif

1. Retraksi dinding dada

2. Pernafasan cuping hidung

3. Sianosis bibir dan dasar kuku, abu-abu atau merah seluruh tubuh

4. Suara sesak, stridor dan batuk

5. Nafas cepat dan dangkal

6. Penggunaan otot bantu pernafasan

7. Bunyi nafas menyebar, lembut atau krekels lembar dasar dan mengi

8. Peningkatan frekuensi jantung / takikardi

9. Peningkatan tekanan darah

10. Peningkatan suhu tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus

berlebih.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 berkurang.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme.

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

5. Cemas berhubungan dengan distress pernafasan.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk terus menerus.


7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.

C. INTERVENSI

DX I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produks

mucus berlebih.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas paten.

NOC : Status respirasi : Airway potency

Kriteria hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu.

 Menunjukan jalan nafas yang paten.

 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat

menghambat jalan nafas.

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC : Airway management

Aktivitas :

1. Posisikan pasien untuk memaximalkan ventilasi


2. Lakukan fisioterapi dada

3. Ajarkan batuk efektif

4. Lakukan section

5. Berikan bronchodilator

6. Monitor respirasi dan status O2

DX II : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme.

Tujuan : Setekah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas efektif

NOC : Aspirasi control

Kriteria hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu.

 Menunjukan jalan nafas yang paten.

 Tanda – tanda vital dalam rentang normal

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC : Vital sign management

Aktivitas :

1. Monitor TD, nadi, suhu, respirasi

2. Monitor frekuensi dan irama pernafasan


3. Monitor pola pernafasan abnormal

4. Monitor suara paru

5. Monitor sianosis perifer

6. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

DX III : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas

lancar.

NOC : Respiratory status : gas exchange

Kriteria hasil :

 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat.

 Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress

pernafasan .

 Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC : Airway management

Aktivitas :

1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thurst bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.

4. Berikan bronkodilator bila perlu.

5. Monitor konsentrasi dan status oksigen.

DX IV : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh antara

36-370C.

NOC : Thermoregulasi

Kriteria hasil :

 Suhu tubuh dalam rentang normal

 Nadi dan respirasi dalam rentang normal

 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC : Fever treathment

Aktivitas :

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor IWL
3. Monitor intake dan output

4. Berikan cairan intravena

5. Kompres dengan air hangat

6. Kolaborasi pemberian antipiretik

DX V : Cemas berhubungan dengan hospitalisasi (proses keperawatan)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas hilang.

NOC : Kontrol kecemasan

Kriteria hasil :

 Klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala cemas

 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

 Vital sign dalam batas normal

 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktifitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan.

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC : Penurunan kecemasan

Aktivitas :
1. Gunakan pendekatan yang menyenengkan

2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4. Berikan informasi factual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

5. Dorong keluarga untuk menemani anak

DX VI : Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk terus menerus.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola tidur teratur

NOC : Respiratory status : Sleep

Kriteria hasil :

 Jam tidur

 Observasi jam tidur

 Pola tidur

 Kualitas tidur

 Efisiensi tidur

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan

5 = Selalu menunjukkan

NIC : Peningkatan tidur

Aktivitas :
1. Kondisikan lingkungan yang tenang

2. Identifikasi penyebab kurang tidur

3. Beri fasilitas untuk mempertahankan waktu tidur

4. Hindarkan pola makan dan minum yang dapat mengganggu waktu

tidur

5. Lakukan pijatan untuk membantu pasien relax

DX VII : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat

mengetahui penyakit, penyebab dan perawatannya.

NOC : Pengetahuan : proses penyakit

Kriteria hasil :

 Pasien dan keluarga dapat menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis, dan program pengobatan.

 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar.

 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat/tim kesehatan lainya.

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunujukkan

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang menunjukkan

4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan

NIC : Teaching : proses penyakit

Aktivitas :

6. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifik.

7. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat

8. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit

dengan cara yang tepat.

9. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.

10. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang

tepat.
D. EVALUASI

DX Kriteria Hasil Skala


I  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas 3

yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu.

 Menunjukan jalan nafas yang paten. 4

 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang

dapat menghambat jalan nafas. 4


II  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang 3

bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu.

 Menunjukan jalan nafas yang paten.

 Tanda – tanda vital dalam rentang normal 4

4
III  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigen 4

yang adekuat.

 Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda 3

distress pernafasan .

 Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 4

IV  . Suhu tubuh dalam rentang normal 4

 Nadi dan respirasi dalam rentang normal 3

 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, 3

merasa nyaman
V  Klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan 4

gejala cemas

 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan 3

teknik untuk mengontrol cemas

 Vital sign dalam batas normal 3

 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat 4

aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan


VI  Jam tidur 3

 Observasi jam tidur 3

 Pola tidur 3

 Kualitas tidur 3

 Efisiensi tidur 3

VII  Pasien dan keluarga dapat menyatakan pemahaman 3

tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program

pengobatan.

 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang 3

dijelaskan secara benar.

 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa 3

yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya.

You might also like