You are on page 1of 32

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GASTRITIS

Dosen Pengampu : Ruti Wiyati, S. Kep, Ns

Disusun oleh :

Estanita Pramudya Sejati


P 10220206010

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2008
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS

A. PENGERTIAN
1. Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa
gaster. (Hadi, 1995)
2. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992)
3. Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
B. ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung
lambung (http://www.medicastore.com).
1) Gastritis Bakterialis
a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan
melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman ynag
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa
kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan.
b. Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.
2) Gastritis Karena Stres Akut
a. Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba.
b. Pembedahan
c. Infeksi berat
d. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi
pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan
perdarahan hebat.
3) Gastritis Erosif Kronis
a. Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu
Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada
lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung.
b. Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan. Bisa menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran
cerna namun, kadang – kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung.
c. Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi
dan mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam
kondisi normal.
4) Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang
Eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
5) Gastritis Hipotropi dan Atropi
Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat
yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar –kelenjar penghasil asam lambung dan
mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12
akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi
yang serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh. Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi
pada orang tua.
6) Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya
membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 %
penderita ini menderita kanker lambung.
7) Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding
lambung dan organ lainnya.
8) Penyakit Bile Refluk
Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak –
lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus
kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincter yang berbentuk
seperti cincin (Pyloric Valve) akan mencegah empedu mengalir balik
kedalam lambung. Tetapi jika katub ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk kedalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan Gastritis.
9) Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya
dapat berkembang menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung.
10) Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya
seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak
dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk
menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung
dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara
bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk
kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara
esofagus dan lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung
cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat.
Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar –
kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim dan asam
lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan
ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate
(sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga
terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung
lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak
dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan
lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung
dan menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi
ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan
meradangnya dinding lambung.(http://google.com//Gastritis).
PATHWAY KEPERAWATAN
Infeksi Bakteri Infeksi Virus Stres Berat (Luka bakteri, Pemakaman obat penghilang Konsumsi Alkohol,
Helicobacter Pylory (Influenza, campak) cedera, pembedahan) nyeri secara terus-menerus kokain.
(Aspirin, Ibu profen)

Mengurangi prostaglandin
Hidup dibagian dalam lapisan Timbul memar kecil yang bertugas melindungi Mengiritasi mukosa
mukosa yang melaisi dinding dalam lapisan lambung dinding lambung pada dinding lambung
lambung.

Dinding lambung dilindungi oleh mukosa bicarbonate (selaput


lapisan penyangga untuk menyeimbangkan keasaman lambung)
menjadi rusak.

Peningkatan asam lambung


(Hiperasiditas/Hipersekresi HCL

Mual & muntah Inflamasi mukosa lambung

Anoreksia Drainase gaster Ulkus Demam Kerusakan langsung mukosa

Ketidak seimbangan Resiko kekurangan Jika tidak segera Hipertermoregulasi Lambung


nutrisi kurang dari volume cairan menghilang
kebutuhan tubuh

Ulkus membesar Hipertermia Nyeri Spigastrik


Imunitas menurut

Dalam waktu 2 – 5 hari


setelah terjadi cedera

Perubahan Resiko tinggi Gangguan rasa Kurang pengetahuan


tumbuh kembang infeksi nyaman (nyeri) mengenai
kondisi,pengobatan,
Haemateomesis Melena perawatan serta
hospitalisasi

Sumber: (Kumar, 1995), (Nanda, 2006), (Ester. M, 2001) Kurang pengetahuan dari
orang tua
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya.
Biasanya penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti )
dan rasa tidak nyaman diperut sebelah atas.(http://www.medicastore.com)
1) Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2) Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera)
biasanya menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas
terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam
lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi
ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh
dengan cepat dari cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa
membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam waktu 2 –
5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja
berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan
dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas
dan berakibat fatal.
3) Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi
banyak penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak
merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus,
yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan
dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti
aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang
sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
4) Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan
atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua
belas jari.
5) Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya
nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang
terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan
dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya
protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini
bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6) Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan
dengan timbulnya ruam dikulit dan diare.
7) Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa
terbakar dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya
peradangan dan kadang karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa
menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam
rongga perut, menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan
nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan ini memerlukan tindakan
pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran, terbentuk
jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung
yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan
muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung, sehingga
bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri
hebat yang muncul secara tiba – tiba.
Gejala Gastritis secara umum (http://www.google.com//Gastritis)
a. Hilangnya nafsu makan.
b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan
muntah.
c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang
dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
d. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
e. Kehilangan berat badan.
E. KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:
1) Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan
konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak
mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah,
alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme
infektif.
2) Gastritis Kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu
menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari
kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa
berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim,
tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
(http://www.google.com//Gastritis)
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam
darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat
pendarahan lambung akibat Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan
adanya perdarahan pada lambung.
4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini
dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel
(endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-
rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam
saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil
sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu
kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai
efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir
tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan
Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.
G. PENCEGAHAN
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa
saran untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
(http://www.Google.com//Gastritis)
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada
waktunya dan lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung
lebih rentan terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan
lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5) Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan
sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan
kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan
memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian
orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi,
istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan
ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat
peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
7) Ikuti rekomendasi dokter
H. PENATALAKSANAAN
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan
mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau
dalam kasus yang jarang pembedahan untuk mengobatinya.
(http://www.google.com)
1) Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka
diberikan Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin)
dan obat anti-tukak (misalnya Omeprazole).
2) Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan
(penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar
2 % penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang
sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan
memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat
anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan
pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena Gastritis
akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan
dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin
seluruh lambung harus diangkat.
3) Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid.
Penderita sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin
atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang
menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi
resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.
4) Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada
Gastritis Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan
pembedahan.
5) Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita
harus mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12.
6) Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau
seluruh lambung.
7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang
menghalangi pelepasan asam lambung.
8) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah
sedikit tapi sering.
9) Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak
seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.
10) Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat
membantu pasien dengan gastritis.
I. KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan
Peptic Ulcers dan perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis
kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi
penipisan secara terus – menerus pada dinding lambung dan perubahan
pada sel – sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah Adenocarcinomas, yang
bermula pada sel – sel kelenjar dalam mucosa. Adenocarsinomas tipe 1
biasanya terjadi akibat infeksi H. Pylori. Kanker jenis lain yang terkait
dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa associated
Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan
pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini
dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
(http://www.Google.com//Gastritis).
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GASTRITIS

A. PENGKAJIAN
Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi umum, catatan tertulis dari
pelayanan kesehatan profesional lain, hasil pemeriksaan diagnostik, catat
pada waktu masuk RS dan interaksi dengan perawat, dokter, atau ahli yang
lain (Long, 1996).
Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi,
faktor pencetus dan manifestasi – manifestasi yang dirasakannya. Mulai
dengan menanyakan mengapa ia mencari bantuan kesehatan, kapan
merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan utama dan penyakit
saat ini berdasarkan: kapan masalah pertama kali dirasakan? Apakah
bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah pertama
kali dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan masukan makanan?
1. Durasi
a. Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap?
b. Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau
intermitten?
2. Kualitas dan Karakteristik
Minta pasien untuk menggambarkan masalah
3. Tingkat Keparahan
Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas
kehidupan sehari – hari seperti biasanya.
4. Lokasi
a. Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
b. Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?
c. Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?
5. Faktor Pencertus
a. Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?
b. Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
c. Kapan ini terjadi?
d. Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?
e. Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
6. Faktor Penghilang
a. Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah?
b. Sudahkah ia mencoba obat – obatan ?
c. Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?
7. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis
a. Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya
ada?
b. Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?
Dibawah ini adalah sumber data yang berupa biodata pasien, keluhan
utama, keluhan tambahan, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan Gastritis:
1. Biodata Pasien
Biodata pasien secara lengkap diperlukan untuk memulai hubungan
yang harmonis dan serasi antara perawat dan pasien. Adanya hubungan
awal yang baik dapat memperlancar dalam mengembangkan hubungan
atau komunikasi Terapeutik. Terjalinnya komunikasi terapeutik yang
baik dapat membantu menurunkan sters pasien akibat Hospitalisasi dan
meningkatkan peras serta pasien dalam perawatan dan pengobatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri didaerah
Epigastrium. Nyeri yang dialami dipengaruhi oleh penglaman, persepsi,
toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri. Individu memberi
respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut,
gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan toleransi dan
optimis. ( Long, 1996 ).
Beberapa mekanisme nyeri yang bersumber dari abdomen yaitu
inflamasi peritoneum parietal, obstruksi visera rongga, gangguan
vaskular dan dinding abdominal. Nyeri inflamasi peritoneum parietal
bersifat tetap, sakit dan terletak langsung pada daerah meradang.
Intensitas nyeri tergantung pada tipe dan jumlah substansi benda asing
pada peritoneum parietal yang terpapar dalam periode waktu tertentu.
Pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung kerongga
peritoneum menyebabkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan bahan
yang sangat tercemar dalam jumlah yang sama.
Karakteristik lain iritasi peritoneal adalah spasme reflek tonik otot
abdomen. Intensitas spasme otot tonik yang menyertai inflamasi
peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan atau kecepatan
berkembang dan integritas sistem nervosa.
Nyeri obstruksi visera abdominal berongga secara klasik dilukiskan
sebagai intermiten, abdomen mulas atau kolik. Nyeri karena gangguan
vaskuler disebabkan karena adanya embolisme atau trombosis arteri
mesentererika superior.
Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan
sakit. Pergerakan, berdiri lama dan adanya tekanan pada abdomen akan
menambah perasaan nyeri dan spasme otot. Keterlibatan otot secara
serentak pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk
membedakan miositis dinding abdomen dari suatu proses
intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang sama.
3. Keluhan Tambahan
Keluhan tambahan yang terdapat pada pasien gastritis biasanya
berupa mual dan muntah. Mual dan muntah dikendalikan oleh pusat
muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat muntah dibagian
dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada
tingkat nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus. Pusat ini
terletak dekat dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat
keseimbangan dapat terserang akibat proses – proses sentral atau
perifer. Peranan dari pusat muntah adalah mengkoordinir semua
komponen komplek yang terlibat dalam proses muntah. (Long, 1996).
Terjadinya muntah didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam
sfinter esophagus akan relaksasi, laring dan palatum mole tingkat dan
glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan berkontraksi dan menurun
serta dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan suatu tekanan pada
lambung dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini didahului oleh
statis lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual
dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang
tenggorokan dan perut. Sensasi mual biasanya disertai dengan
berkurangnya motilitas lambung dan meningkatnya kontraksi
duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya adalah
penyakit psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak
langsung, penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi
dari muntah yang berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit serta gangguan asam basa.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada
sistem Gastrointestinal. Pernahkan pasien dirawat dirumah sakit? Untuk
melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat pasien, perawata mencatat
status kesehatan umum pasien serta gangguan dan perbedaan
gastrointestinal sebelumnya. Obat – obatan, dapatkan informasi lengkap
tentang obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan
yang digunakan sebelumnya. Tanyakan tentang penggunaan Aspirin,
dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat
gastritis.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tentang penyakit Gastrointestinal yang
dapat mempengaruhi masalah kesehatan saat ini dan masa lalu pasien.
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik kemudian dilakukan untuk memastikan data
subjektif yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang.
Kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan dengan identifikasi
benjolan lokal, distensi atau gerakan peristaltik. Auskultasi dilaksanakan
sebelum perkusi dan palpasi dapat meningkatkan motilitas usus,
mengubah bising usus. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi masa
abdomen atau area nyeri tekan sebelum perkusi dan palpasi. Timpani
atau pekak dicatat selama perkusi. (Ester, 2000)
Nyeri tekan pada regio epigastrik merupakan salah satu dari
manifesrasi klinis pada gastritis. (Long, 1996). Nyeri pada regio
epigastrik terjadi karena destruksi mucosa lambung. Destruksi tersebut
terjadi karena susana asam yang terdapat pada lumen lambung yang
akan mempercepat kerusakan mukosa barier oleh cairan usus yang
menyebabkan efek nyeri epigastrik, karena terjadi vasokontriksi
pembuluh darah yang disebabkan karena stress terjadi penurunan
perfusi mucosa. Iskemia mucosa menyebabkan permeabilitas meningkat
sehingga difus balik H+ meningkat dan terjadi pengeluaran histamin
mucosa dan pertukaran yang dapat mengakibatkan gejala distensi
abdomen dan konsistensi agak keras.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera
Biologi (Iritasi Lambung )
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah,
Haematoemesis, Melena.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses
penyakit.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta
hospitalisasi berhubungan dengan Kurang informasi.
C. INTERVENSI
DX. I : Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d Cedera Biologi (Iritasi
Lambung)
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
NOC I : Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil :
1. Mengetahui faktor penyebab nyeri
2. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
3. Menggunakan tindakan pencegahan
4. Melaporkan gejala
5. Melaporkan kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2. Frekuensi nyeri berkurang
3. Lamanya nyeri berlangsung
4. Ekspresi wajah saat nyeri
5. Posisi tubuh melindungi
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC I : Manajemen Nyeri
Aktivitas
1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
kualitas, keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2. Observasi ketidaknyamanan non verbal.
3. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri,
terapi musik, distraksi.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
5. Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasi
NIC II : Manajemen Analgetik
Aktivitas
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum
mengobati pasien.
2. Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
3. Tentukan jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan
tingkat nyeri.
4. Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara
tepat.
5. Monitor tanda – tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgetik.
DX II : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
masukan makanan tidak adekuat dan rangsangan muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Status Gizi
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
Berat badan ideal :
Rumus : 8 + 2n n : umur
Status nutrisi = Berat badan sekarang X 100 %
Berat Ideal
2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
Pasien mau makan diet yang diberikan minimal habis ½ porsi, nafsu
makan baik.
3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
Pasien tidak lemas dan lemah.
4. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet
Pasien mau makan.
5. Nilai laboratorium misal Albumin dan Globulin dalam batas normal
Albumin normal : 3,5 – 5,3 gr/dl
Globulin normal : 2,7 – 3,2 gr/dl
Hemoglobin : 12 – 16 gr/dl
SGOT : L<37, P<31 uI/L
SGPT : L<41, <31 uI/L
Skala penilaian NOC :
1. Tidak adekuat
2. Ringan
3. Sedang
4. Kuat
5. Adekuat total
NIC : Pengelolaan Nutrisi
Aktivitas
1. Kaji tentang makanan yang membuat klien alergi.
2. Tentukan makanan kesukaan klien.
3. Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak.
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Hindari makanan pedas, asam atau berminyak.
6. Monitor jumlah pemasukan nutrisi dan kalori.
7. Kolaborasi :
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan
kalori dan protein.
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap.
DX III : Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa lambung
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
NOC : Termoregulasi
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam batas normal
Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37 derajat celsius
2. Menjelaskan tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh
Tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.
3. Tidak ada perubahan warna kulit.
Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.
4. Denyut nadi normal
Nadi
New Born 100 – 180 X/menit
1 minggu – 3 bulan 100 – 120 X/menit
3 bulan – 3 tahun 80 – 150 X/menit
2 – 10 tahun 70 – 110 X/menit
10 tahun – dewasa 55 – 90 X/menit
5. Respirasi normal
Pernafasan
New Born 35 X/menit
1 – 11 bulan 30 X/menit
2 tahun 25 X/menit
4 tahun 23 X/menit
6 tahun 21 X/menit
8 tahun 20 X/menit
10 – 12 tahun 19 X/menit
14 tahun 18 X/menit
16 tahun 17 X/menit
18 tahun 16 – 18 X/menit
6. Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24 jam
Urine output
1 – 3 tahun 500 – 600 ml
3 – 5 tahun 600 – 700 ml
5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
14 –18 tahun 1500 ml
Berat jenis urine 20 – 40 mg/dl
7. Tekanan darah dalam batas normal
Tekanan darah
New Born 40 mmHg
1 bulan 85/54 mmHg
1 tahun 95/65 mmHg
6 tahun 105/65 mmHg
10 – 13 tahun 110/65 mmHg
14 – 17 tahun 120/80 mmHg
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak normal
2. Jauh dari normal
3. Hampir normal
4. Cukup normal
5. Normal
NIC I : Regulasi tubuh
1. Observasi tanda – tanda vital
2. Berikan minuman per oral
3. Kompres dengan air hangat
4. Kolaborasi pemberian Antipiretik
5. Monitor masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam
DX. IV : Resiko kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis,
Melena
Tujuan : Tidak ada tanda – tanda kekurangan volume cairan misal dehidrasi
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
2. Tidak terlihat mata cekung
3. Kelembaban kulit dalam batas normal
4. Membran mukosa lembab
5. Berat badan stabil
Skala Penilaian NOC :
1. Luar biasa kompromi
2. Kompromi sekali
3. Kompromi baik
4. Kompromi sedang
5. Tidak ada kompromi
NIC : Fluid Management
Aktivitas
1. Timbang popok jika diperlukan
2. Pertahan intake dan output yang akurat
3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat,
tekanan darah)
4. Monitor vital sign
5. Dorong masukan oral
6. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
7. Kolaborasi
c. Pemberian cairan IV
d. Pemberian tranfusi darah jika perlukan
DX. V : Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses penyakit
Tujuan : Tidak terjadi infeksi lebih lanjut
NOC I : Imune Status
Kriteria Hasil :
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesa.
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Menunjukan perilaku hidup sehat
Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara mandiri maupun
dibantu keluarga.
NOC II : Pengendalian Resiko
Kriteria Hasil :
1. Mengindikasikan status gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan
imun dalam batas normal
a. Tidak ada konstipasi atau diare.
b. Pernafasan
New Born 35 X/menit
1 – 11 bulan 30 X/menit
2 tahun 25 X/menit
4 tahun 23 X/menit
6 tahun 21 X/menit
8 tahun 20 X/menit
10 – 12 tahun 19 X/menit
14 tahun 18 X/menit
16 tahun 17 X/menit
18 tahun 16 – 18 X/menit
c. Tidak ada gangguan dalam berkemih
d. Daya tahan tubuh baik tidak mudah terserang penyakit
2. Mendapatkan imunisasi yang tepat
Imunisasi
Umur Imunisasi yang harus didapat
0 bulan Hepatitis B1, BCG, Polio 1
2 bulan Hepatitis B2, DPT1, Polio 2
3 bulan DPT2, Polio 3
4 bulan DPT3, Polio 4
6 bulan Hepatitis B3
9 bulan Campak

Skala Penilaian NOC :


1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Konsisten menunjukan
NIC : Infection Protection
Aktivitas
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor terhadap kerentanan infeksi
3. Batasi pengunjung
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas
dan drainase
5. Dorong masukan nutrisi yang cukup
6. Dorong masukan cairan yang cukup
7. Dorong pasien untuk istirahat
8. Informasikan kepada keluarga kapan jadwal imunisasi (DPT,
Polio, Campak, Rubella)
9. Jelaskan keuntungan imunisasi
10. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan setiap kali
masuk dan keluar dari ruangan klien.
11. Kolaborasi : Berikan antibiotik jika diperlukan
DX. VI : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan
serta hospitalisasi
Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit
Kriteria Hasil
1. Mengenal nama penyakit
2. Deskripsi proses penyakit
3. Deskripsi faktor penyebab
4. Deskripsi tanda dan gejala
5. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
6. Deskripsi komplikasi penyakit
7. Deskripsi tindakan pencegahan terhadap komplikasi
Skala Penilaian NOC :
1. Tidak ada
2. Sedikit
3. Sedang
4. Luas
5. Lengkap
NIC : Pembelajaran Proses Penyakit
Aktivitas
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
2. Jelaskan tanda dan gejala penyakit
3. Jelaskan proses penyakit
4. Identifikasi penyebab penyakit
5. Berikan informasi tentang kondisi klien
6. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan laboratorium
7. Diskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi
C. EVALUASI
Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
I Kontrol Nyeri
NOC I : Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil :
1. Mengetahui faktor penyebab 1. Tidak pernah dilakukan
nyeri 2. Jarang dilakukan
2. Mengetahui permulaan terjadinya 3. Kadang dilakukan
nyeri 4. Sering dilakukan
3. Menggunakan tindakan 5. Selalu dilakukan
pencegahan
4. Melaporkan gejala
5. Melaporkan kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil
1. Melaporkan nyeri berkurang atau
hilang
2. Frekuensi nyeri berkurang
Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
3. Lamanya nyeri berlangsung
4. Ekspresi wajah saat nyeri
5. Posisi tubuh melindungi

II NOC : Status Gizi


1. Mempertahankan berat badan
dalam batas normal 1. Tidak adekuat
2. Toleransi terhadap diet yang 2. Ringan
dianjurkan 3. Sedang
3. Melaporkan keadekuatan tingkat 4. Kuat
energi 5. Adekuat total
4. Menyatakan keinginan untuk
mengikuti diet
5. Nilai laboratorium misal Albumin
dan globulin dalam batas normal
III. NOC : Termoregulasi
1. Suhu tubuh dalam batas normal 1. Tidak normal
2. Menjelaskan tindakan untuk 2. Jauh dari normal
mengurangi peningkatan suhu 3. Hampir normal
tubuh 4. Cukup normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit 5. Normal
4. Denyut nadi normal
5. Respirasi normal
6. Cairan seimbang (intake &
output) dalam 24 jam
7. Tekanan darah dalam batas
normal

IV. NOC : Fluid Balance 1. Luarbiasa kompromi


1. Keseimbangan intake dan output 2. Kompromi sekali
Dx Kriteria Hasil Keterangan Skala
dalam 24 jam 3. Kompromi baik
2. Berat badan stabil 4. Kompromi sedang
3. Tidak ada cekung 5. Tidak kompromi
4. Kelembaban kulit dalam batas
normal
5. Membran mukosa lembab
V. NOC I : Imune Status
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala 1. Tidak pernah menunjukan
infeksi 2. Jarang menunjukan
2. Menunjukan kemampuan untuk 3. Kadang menunjukan
mencegah timbulnya infeksi 4. Sering menunjukan
3. Menunujukan perilaku hidup 5. Konsisten menunjukan
sehat
NOC II : Pengendalian Resiko
1. Mengindikasikan status
gastrointestinal, pernafasan,
genitouria dan imun dalam batas
normal
2. Mendapatkan imunisasi yang
tepat
VI. 1. Mengenal nama penyakit 1. Tidak ada
2. Deskripsi proses penyakit 2. Sedikit
3. Deskripsi faktor penyebab 3. Sedang
4. Deskripsi tanda dan gejala 4. Luas
5.Deskripsi cara meminimalkan 5. Lengkap
perkembangan penyakit
6. Deskripsi komplikasi penyakit
7.Deskripsi tindakan pencegahan
terhadap komplikasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, A. Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3,


EGC, Jakarta.
Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal,
EGC, Jakarta.
Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition,
Mosby, United State of American.
Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran ,
Bandung.
Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3,
Media Aesculapius, Jakarta.
MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second
edition, Mosby, United State of American.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi
dan Klasifikasi, EGC, Jakarta.
Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC,
Jakarta.
Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika,
Jakarta.
Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
http://www.medicastore.com/ Gastritis/ Diakses pada tanggal 24 Mei 2008
http://google.com//Gastritis/ Diakses pada tanggal 24 Mei 2008

You might also like