You are on page 1of 28

KONSEP DASAR

OSTEOMIELITIS

Dosen Pengampu : Aris Fitriyani, S.Kep,Ns,MM

DISUSUN OLEH :

Novita Dewi Permana Sari


P 10220206028
2A

POLITEKNIK KESEHATAN

DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO

2008
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

1. Osteomielitis adalah infeksi tulang ( Smeltzer, Suzzane C. Ed.8 ).

2. Osteomielitis adalah infeksi tulang yang digunakan oleh bakteri,


tapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur (Harnawatiaj, 2008).

3. Osteomielitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk


menggambarkan infeksi tulang (handout pak Asrin)

B. Klasifikasi

Menurut FKUI (1995), klasifikasi osteomelitis adalah :

1. Osteomielitis akut

2. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik


maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat.

3. Osteomielitis kronik

4. Adalah akiabt dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan


baik.

C. Etiologi

Etiologi menurut Harnawatiaj, 2008 yaitu :

1. Staphylococcus aureus hemolitikus ( koagulasi positif ) sebanyak


90 % dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenza ( 50 % ) pada anak-anak dibawah umur 4
tahun.

3. Organisme yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa, dan


sebagainya.

4. Penyakit-penyakit infeksi lain, trauma.

D. Patofisiologi

Menurut Smeltzer,Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan


penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering
dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza, bakteri colli,
salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.

Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3


bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan
penumplukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
( stadium 2 ) terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,


peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan
medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk
abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang
lebih sering harus dilakuka insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbenutk dalam dindingnyaterbentuk daerah jaringan mati, namun seperti
pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak
mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dpat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
E. Pathway Keperawatan

Staphylococcus aureus Haemophylus bakteri coli, salmonella penyakit infeksi lain,


hemolitikus influenza thyposa trauma

Serangan kuman patogen

Tulang & jaringan sekitar terinfeksi

Osteomielitis

Penurunan Perfusi Nyeri Peningkatan vaskularisasi Gangguan Intergritas


Jaringan dan terjadi edema Kulit

Trombosis terjadi dalam


Kerusakan Mobilitas
beberapa hari
Fisik

Penyebaran infeksi ke Amputasi


jaringan lunak / sendi

Gangguan
mobilitas fisik
Insisi dan drainase Terbentuk abses tulang
Nyeri Gangguan citra
Tubuh

Resiko Infeksi Jaringan tulang mati


Kurang Cemas
Pengetahuan
Kekuatan tulang
berkurang

Resiko Cedera Tulang rapuh


F. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari


penyakit, dapat berkembang secara progresif / cepat.

Menurut sumber Perpustakaan Nasional: KDT. 1998 .Manifestasi klinisnya


ialah:

1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak,


sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia : menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat, dan malaise umum.

Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum tulang ke korteks tulang


akan mengenai periosteum dan jaringan lunak dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkok, dan sangat nyeri tertekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdaya yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

2. Jika osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi


disekitarnya atau kontaminasi langsung. Daerah infeksi membengkak,
hangat, nyeri, dan nyeri tekan.

3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu


mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran.

Osteomielitis tibia kronik.


G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut handout Pak Asrin, pemeriksaan penunjang pada osteomielitis


adalah :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a Hitung sel darah merah : meningkat

b Hitung sel darah putih : 2 kali meningkat dari normal

c Kondisi kronik : sering normal / naik sedikit

d Rata-rata pengendapan sel-sel darah putih : awal mungkin normal,


meningkat dalam perkembangan penyakit

e Kultur darah : kalau ada bakterimia (50% positif).

2. Pemeriksaan radiografi

Radiografi tidak dapat membantu sepenuhnya sering terjadi kesalahan


interpretasi pada minggu-minggu awal.

3. Tes diagnostic yang lain

a Scanning tulang (90% teridentifikasi)

b CT San

Osteomielitis Kronik

c Biopsy tulang : definitif diagnose.


Sedangkang menurut Harnawatiaj, 2008, pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat disertai peningkatan laju endap darah.

2. Kultur darah dan kultur abses

Untuk menentukan jenis antibiotic yang sesuai.

3. Pemeriksaan liter antibody-antistaphylococcus

Untuk menuntukan bakteri dan diikuti dengan uji sensitivitas.

4. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan


infeksi oleh bakteri salmonella.

5. Pemeriksaan biopsi tulang

6. Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

7. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan


radiologik, setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus.

Pada ostemiletis akut, pemeriksaan sinar x awal hanya menunjukkan


pembengkkaan jaringan lunak, pada sekitar 2 minggu terhadap daerah
dekalsivikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan
pembentukan tulang baru.

8. Pemindahan tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area


infeksi.
H. Komplikasi

Komplikasi menurut Dr. Rendra Leonas,SpBO adalah:

1. Komplikasi dini:

a Septicemia

b Pembentukan abses

c Septic arthritis

2. Komplikasi lanjut:

a Osteomielitis kronis

b Fraktur patologis

c Kontraktur sendi

d Gangguan pertumbuhan tulang

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Harnawatiaj, 2008 yaitu :

1. Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi


ketidaknyaman dan mencegah terjadinya fraktur, istirahat lokal dengan
bidai / traksi.

2. Istirahat dan pemberiaan analgetik untuk menghilangkan nyeri.

3. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai penyebab.

4. Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika


maka dilakukan drainase bedah.

Menurut FKUI (1995), penatalaksanaan pada kasus osteomielitis adalah :

Penatalaksanaan osteomielitis akut ialah:


1. Perawatan di rumah sakit

2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus dan antibiotika

3. Pemeriksaan biakan darah

4. Antibiotika yang efektif terhadap gram negative maupun gram


positif (broad spectrum) diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan
darah, dan dilakukan secara parenteral selama 3-6 minggu.

5. Immobilisasi anggota gerak yang terkena

6. Tindakan pembedahan.

Banyak peneliti yang melakukan tindakan pembedahan pencegahan seperti


yang dilakukan oleh TRUETA dengan alasan:

1. Dapat menegakkan diagnosis dan untuk pemeriksaan sensitifitas.

2. Mengurangi gangguan vaskularisasi yang disebabkan oleh


penekanan.

3. Mengurangi rasa sakit dangan melakukan dekompresi terhadap


jaringan yang terinfeksi.

Menurut FKUI, pembedahan pencegahan ini tidak memberi hasil


memuaskan dan tindakan bedah sebaiknya dilakukan bila telah teraba suatu
abses.

Osteomielitis kronik tidak dapat sembuh sempurna sebelum semua jaringan


yang mati disingkirkan. Antibiotika dapat diberikan secara sistemik atau
lokal.

Indikasi untuk malakukan tindakan pembedahan ialah:

1. Adanya sequester

2. Adanya abses
3. Rasa sakit yang hebat

4. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan


(karsinoma epidermoid).

Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila


involucrum telah cukup kuat: mencegah terjadimya fraktur paska
pembedahan.

Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh:

1. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan mikro organism


penyebab.

2. Dosis tidak adekuat

3. Lama pemberian tidak cukup

4. Timbulnya resistensi

5. Kesalahan hasil biakan (laboratorium)

6. Antibiotika antagonis

7. Kesalahan diagnostic
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN OSTEOMIELITIS

A. Pengkajian

Menurut Harnawatiaj, 2008 pengkajian yang dilakukan adalah :

1. Riwayat Keperawatan

a. Umur

b. Riwayat penggunaan obat

c. Infeksi yang pernah terjadi sebelumnya

d. Pernah tidaknya trauma

e. Tindakan operasi khussusnya operasi tulang

f. Kondisi medis sekarang : luka bakar, trauma, pembedahan.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Panas, diatas 38ºC

b. Daerah yang terinfeksi membengkak, lembek bila dipalpasi

c. Eritema atau kemerahan dan hangat

d. Takhikardi

e. Irritabel

f. Bernanah

g. Nyeri tulang
3. Riwayat psikososial

a. Ketakutan / khawatir sakitnya tidak dapat sembuh

b. Takut diamputasi

c. Gangguan hubungan dalam keluarga dan pekerjaan

d. Gangguan dalam kehidupan sosial

e. Gangguan konsep diri

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pre-operasi

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera


fisik ( inflamasi dan pembengkakan)

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat


imobilisasi, dan keterbatasan menahan beban berat badan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

4. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan


tulang yang berkurang.

5. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi.

6. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan dan


kemungkinan dilakukannya amputasi.

7. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan


infeksi.
8. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka,
atau ulserasi.

Diagnosa post-operasi

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post


pembedahan,luka post pembedahan.

3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan pembedahan


(amputasi).

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Pre-operasi

Dx I : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan


pembengkakan.

NOC: Perilaku Mengendalikan Nyeri

Tujuan: Diharapkan nyeri pasien hilang atau berkurang.

Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri


selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

Kriteria Hasil:

a. Ekspresi nyeri lisan / pada wajah

b. Kegelisahan / ketegangan otot

c. Posisi tubuh melindungi


d. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan
non-analgesik secara tepat.

e. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 5 atau kurang

Skala :

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Penatalaksanaan Nyeri

a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi,


karakteristik, durasi/awitan, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
b. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-
10, 10= tidak ada nyeri, 0=nyeri yang sangat-sangat dapat juga dengan
gambar alur nyeri untk anak-anak.
c. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada
mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
d. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi,
distraksi, terapi bermain) sebelum, setelah dan jika memungkinkan
semala aktivitas yang menyakitkan sebelum nyeri terjadi / meningkat
dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.
e. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi
non farmakologis sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan
nyari.
Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi,
dan keterbatasan menahan beban berat badan.

NOC: Tingkat Mobilitas

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3


x 24 jam diharapkan mobilitas pasien adekuat dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

Kriteria Hasil:

a. Penampilan seimbang

b. Pergerakan sendi dan otot

c. Melakukan perpindahan

d. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas, jika diperlukan

Skala :

1. Ketergantungan
2. Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3. Membutuhkan bantuan orang lain
4. Mandiri dengan pertolongan alat bantu
5. Mandiri penuh
NIC: Perubahan Posisi

1. Pantau ketepatan pemasangan traksi


2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan
puntung amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang
terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang
terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.
Dx III : Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang.

NOC: Pengendalian Resiko

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengendalian infeksi selama


3 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

Kriteria hasil:

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


b. Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
c. Menghindari penjalaran terhadap ancaman kesehatan
Keterangan Skala :

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Pengendalian Infeksi

a. Pantau tanda/gejala infeksi (,isalnya suhu tubuh, denyut jantung,


penampilan luka, sekresi urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan,
malaise).
b. Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan.
c. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
d. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya ke pusat kesehatan.
e. Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan.
Dx IV : Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang
yang berkurang.
NOC: Pengendalian Resiko

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan mencegah jatuh selama 3 x


24 jam diharapkan cedera tidak terjadi dengan sering menunjukkan
prilaku mengendalikan pada skala 4

Kriteria hasil:

a. Menghindari cedera fisik.


b. Pasien dan keluarga memilih permainan yang aman.
c. Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi risiko yang
meningkatkan kerentanan terhadap cedera.
d. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko.
Keterangan Skala :

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Mencegah Jatuh

a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misal


: defisit motorik / sensorik (berjalan dan keseimbangan).
b. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh
(lantai licin, karpetyang sobek, anak tangga berlubang).
c. Persiapakan lingkungan yang aman (misalnya meniadakan
ketidakteraturan dan tumpahan penempatan pegangan tangan,
penggunaan tikar karet, pegangan tangan dikamar mandi).
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memilih permainan yang
aman.
e. Naikkan penghalang tidur bila perawat berada disamping anak.
Dx V : Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.

NOC : Knowledge: Proses Penyakit

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengetahuan proses


penyakit selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dan keluarganya
dapat mengerti / lebih paham mengenai proses penyakit dan
pengobatannya dengan sering menunjukkan prilaku mengendalikan
pada skala 4

Kriteria Hasil :

a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi


perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan
anaknya
Skala : 1 : Tidak mengetahui

2 : Terbatas pengetahuannya

3 : Sedikit mengetahui

4 : Banyak pengetahuannya

5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengatahuan Proses Penyakit

a. Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan pasien memahami


penanganan yang dianjurkan dan informasi yang relevan lainya.
b. Tentukan kebutuhan pengajaran pasien dan keluarga
c. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dan
pahami isinya (misal : pengetahuan atas prosedur / penanganan yang
dianjurkan)
d. Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi-informasi
yang khusus (contoh : mempercayai kesehatan, ketidakpatuhan,
pengalaman buru dengan perawatan kesehatan)
e. Mengikutsertakan keluarga/anggota keluarga jika memungkinkan
f. Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama pasien dan
dikter untuk menfasilitasi kemampuan pasien mengikuti penangann
yang dianjurkan.

Dx VI : Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan tindakan dalam


pembedahan dan kemungkinan dilakukannya amputasi.

NOC : Kontrol Cemas

Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama


3 x 24 jam diharapkan kecemasan pasien berkurang atau hilang
dengan sering menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

apkan kecemasan hilang atau berkurang.

Kriteria hasil :

a. Ansietas berkurang

b. Melaporkan tak ada manifestasi kecemasan secara fisik

c. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

d. Tidak menuhjukkan perilaku agresif

Skala : 1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Pengurangan Cemas

1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis,


treatmen dan prognosis.

2. Tetap damping pasien untuk menjaga keselamatan pasien dan


mengurangi ansietas

3. Instruksikan pasien untuk melakukan ternik relaksasi

4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Dx VII : Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasidan infeksi.

NOC : Perfusi jaringan : Perifer

Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan perfusi


jaringan selama 3 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan dalam batas
normal dengan sering menunjukkan prilaku mengendalikan pada
skala 4.

Kriteria hasil :

a. Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris

b. Tingkat sensasi normal

c. Fungsi otot utuh

d. Kulit utuh, warna normal

e. Suhu ekstremitas hangat

f. Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi

Skala : 1. Ekstrem
2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak terganggu

NIC : Pengurangan Cemas

1. Melakukan sirkulasi perifer secara komprehensif (misal : periksa


nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas)

2. Kaji tingkat rasa tidak nyaman / nyeri

3. Memberikan pengobatan antitrombosit / antikoagulan, jika


diperlukan

4. Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan


tepat

5. Anjurkan latihan rentang gerak aktif/pasif selama tirah baring, jika


diperlukan.

Dx VIII : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau


ulserasi.

NOC : Intergritas Jaringan

Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perawatan luka selama 3 x


24 jam diharapkan integritas jaringan kulit klien baik dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4.

Kriteria hasil :

a. Suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam


rentang yang diharapkan
b. Terbebas dari adanya lesi jaringan

c. Keutuhan kulit

Skala : 1. Ekstrem

2. Berat

3. Sedang

4. Ringan

5. Tidak terganggu

NIC : Perawatan Luka

1. Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan.

a) Lokasi, luas, dan kedalaman luka.

b) Karakteristik serta adanya eksudat, termasuk kekentalan,


warna dan bau.

c) Ada tidaknya jaringan nekrotik.

d) Ada tidaknya tanda-tanda infeksi luka local (misal nyeri


palpasi, edema, prurutus, indurasi, hangat, bau busuk, dan eksudat).

2. Catat karakteristik luka meliputi :

3. Ajarkan pasien atau keluarga tentang prosedur perawatan luka.

4. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein,


mineral, kalori, dan vitamin.

5. Lakukan perawatan luka / kulit secara rutin meliputi tindakan


berikut :

a) Miringkan dan atur posisi kembali pasien secara sering.


b) Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan
kelembaban yang berlebihan.

c) Lindungi pasien dari luka lain dan ekskresi selang drain.

Post-operasi

Dx I : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan post pembedahan

NOC: Perilaku Mengendalikan Nyeri

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri


selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

Kriteria Hasil:

a. Ekspresi nyeri lisan / pada wajah

b. Kegelisahan / ketegangan otot

c. Poisis tubuh melindungi

d. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan


non-analgesik secara tepat.

e. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 5 atau kurang

Skala :

1. Tidak pernah menunjukkan


2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Penatalaksanaan Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi,
karakteristik, durasi/awitan, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-
10, 10= tidak ada nyeri, 0=nyeri yang sangat-sangat dapat juga dengan
gambar alur nyeri untk anak-anak.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada
mereka yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi,
distraksi, terapi bermain) sebelum, setelah dan jika memungkinkan
semala aktivitas yang menyakitkan sebelum nyeri terjadi / meningkat
dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.
5. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi
non farmakologis sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan
nyeri

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post


pembedahan,luka post pembedahan.

NOC: Tingkat Mobilitas

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3


x 24 jam diharapkan mobilitas pasien adekuat dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

Kriteria Hasil:

a. Penampilan seimbang

b. Pergerakan sendi dan otot

c. Melakukan perpindahan

d. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas, jika diperlukan


Skala :

1. Ketergantungan
2. Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3. Membutuhkan bantuan orang lain
4. Mandiri dengan pertolongan alat bantu
5. Mandiri penuh
NIC: Perubahan Posisi

1. Pantau ketepatan pemasangan traksi


2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung
amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika
diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.

Dx III: Gangguan gambaran diri berhubungan dengan penanganan


pembedahan (amputasi).

NOC : Resolusi Berduka

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pencapaian citra tubuh


selama 3 x 24 jam diharapkan citra tubuh pasien adekuat dengan
sering menunjukkan prilaku mengendalikan pada skala 4

Diharapkan citra tubuh pasien adekuat.

Kriteria hasil :

a. Gangguan citra tubuh berkurang ditunjukkan dnegan tidak ada


keterlambatan dalam perkembangan anak.

b. Kongruen antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh.


c. Pengakuan terhadap dampak dari situasi pada hubungan antara
keberadaan personal dan gaya hidup.

d. Pengukuran terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh.

Skala : 1. Tidak pernah dilakukan

2. Jarang dilakukan

3. Kadang-kadang dilakukan

4. Sering dilakukan

5. Selalu dilakukan

NIC : Pencapaian Citra Tubuh

1. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien


tentang tubuh pasien.

2. Tentukan bagaimana respon anak terjadap reaksi orang tua sesuai


dengan kebutuhan.

3. Tentukan harapan pasien tentang gambaran tubuh berdasarkan


tahap perkembangan.

4. Ajarkan orang tua tentang pentingnya respon mereka terhadap


perubahan tubuh anak dan penyesuaian dikemudian hari, sesuai dengan
kebutuhan.

5. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif dan akui realitas


adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.

6. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan


perasaan dan untuk berduka.
7. Berikan perawatan dengan cara tidak menghakimi, pelihara privasi
dan martabat pasien.

8. Fasilitasi kontak dengan individu sebagai suatu mekanisme untuk


mengevaluasi persepsi citra tubuh anak.

9. Gunakan lukisan gambaran diri sebagai mekanisme untuk


mengungkapkan evaluasi persepsi citra tubuh pada anak.

10. Instruksikan anak tentang fungsi dari bermacam-macam bagian


tubuh sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Perpustakaan Nasional:Katalog Dalam Terbitan (KDT).1998.Buku Ajar Ilmu


Bedah Edisi Revisi.Jakarta:EGC.

Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 :


Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.

Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner dan


Suddarth Volume 3 Edisi 8.Jakarta:EGC.

Staf FKUI.1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta:Binarupa Aksara.

Wilkinson, Judith M,2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria hasil NOC, Edisi 7.Jakarta : EGC.

Harnawatiaj. 2008.Infeksi Tulang.http://www.google/infeksi tulang.com (diakses


tanggal 14 Maret 2008).

Leonas, Rendra. 2004.Infeksi Tulang Menyerang Anak sampai Usia 19


tahun.http://www.google/infeksi tulang menyerang anak sampai usia 19
tahun.com (diakses tanggal 10 Juli 2008)

You might also like