You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Chronik Kidney Disease (CKD) / gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal
untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cainran dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolisme ( toksik uremik ) di dalam darah. ( Muttaqin, 2011).

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia ( urea dan limbah nitrogen lainnya ) yang beredar dalam
darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplatasi ginjal
(Nursalam dan Fransiska,2011).

B. Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Mutaqqin (2011), banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal kronik. Akan tetapi apapun sebabnya respon yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan diluar ginjal
antara lain :

1. Penyakit dari ginjal


a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glumerulonefritis
b. Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c. Batu ginjal : nefrolitiasis
d. Krista di ginjal : polcyatis kidney
e. Trauma langsung pada ginjal
f. Keganasan pada ginjal
g. Sumbatan : batu, tumor, penyempitan/striktur

2. Penyakit umum diluar ginjal


a. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Dyslipidemia
c. SLE ( Sistemik Lupus Eritematosus)
d. Infeksi dibadan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e. Preeklamsi
f. Obat – obatan
g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

C. Anatomi dan Fisiologi Ginjal


1. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal merupakan dua
buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan.ginjal terletak pada
dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal sebelah kanan dan kiri tulang
belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal dibelakang peritoneum atau diluar rongga
peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari ketinggian
vertebratorakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing -
masing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2, 5 cm. Berat ginjal pada
pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram. Ginjal ditutupi oleh kapsul
tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul dibuka terlihat permukaan ginjal yang licin dengan
warna merah tua.
Ginjal terdiri dari beberapa bagian, yaitu antara lain :

a. Bagian dalam (interna) medulla


Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah
yang mempunyai basis sepanjang ginjal sedangkan apeksnya menghadap ke sinus
renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, amsa henle, vasa rektadan duktus
koligens terminal.
b. Bagian luar (eksternal) korteks
Substansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula.
Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid
yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan
kolumna renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distalyang berkelok
– kelok dan duktus koligens.
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional
ginjal. Kedua ginjal bersama – sama mengandung kira – kira 2.400.000 nefron. Setiap
nefron bisa membentuk urine sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron dapat
menerangkan fungsi dari ginjal. Nefron terdiri dari bagian – bagian berikut :
1) Glomerulus
Bagian ini merupaka gulungan atau anyaman kapiler yang terletak didalam
kapsula bowman dan menerima darah arteriolaferen dan meneruskan darah ke
sistem vena melalui arteriolaveren. Glomerulus berdiameter 200µm,
mempunyai dua lapisan bowman dan mempunyai dua lapisan selular dan
filtrat dalam kapsula bowman.
2) Tubulus proksimal konvulta
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowman dengan
panjang 15 mm dan diameter 55 µm.
3) Ansa henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis, selanjutnya ke segmen
tebalpanjangnya 12 mm, total panjang ansa henle 2 – 14 mm.
4) Tubulus distal konvulta
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok – kelok dan letaknya
jauh dari kapsula bowman, panjangnya 5 mm.tubulus distal dari masing –
masing nefron bermuara ke duktus koligens yang panjangnya 20mm.
5) Duktus koligen medulla
Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif.pengaturan secara halus dari
ekskresi natrium urine terjasi disini. Duktus ini memiliki kemampuan
reabsorbsi dan mensekresi kalsium.

2. Fisiologi Ginjal

Fungsi ginjal secara keseluruhan dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Fungsi ekskresi
1) Mengekskresi sisa metabolsime protein, yaitu ureum, kalsium, fosfat, sulfat
anorganik, dan asam urat.
2) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
3) Menjaga keseimbangan asam dan basa
b. Fungsi endokrin
1) Partisipasi dalam entropoensis Menghasilkan entropoetin yang berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
2) Menghasilkan renin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.
3) Merubah vitamin D menjadi metabolit yang aktif yang membantu penyerapan
kalsium.
4) Memproduksi hormon prostaglandin, yang mempengaruhi pengaturan garam
dan air serta mempengaruhi tekanan vaskuler.
D. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
ETIOLOGI

Jumlah nefron fungsional

Nefron yg terserang hancur nefron yg msh utuh

90 % nefron hancur 75 % nefron hancur adaptasi

Tdk dpt mengkompensasi GFR Nefron hipertropi

(ketidakseimbngn cairan elektrolit) (BUN dan kreatinin ) kecepatan filtrasi,


beban

solut, reabsorsi

GFR 10 % dari normal Adaptasi

(BUN dan kreatini ) keseimbangan cairan

Kecepatan filtrasi dan beban solut elektrolit dipertahankan

Urin isoosmotis

Ketidakseimbangan dlm fungsi ginjal rendah

Kegagalan proses filtrasi glomerulus dan tubulus

Cadangan ginjal

Obguri Poliurin, nokturi,azotemia

Uremia insufisiensi ginjal

Angiotensin

Penumpukan kristal urea dikulit gagal ginjal

Retensi NA+

Pruritus Eritropoetiri di ginjal

SDM KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

GANGGUAN INTEGRITAS KULIT Pucat,fatigue,malasie

Anemia

GANGGUAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN INTOLERANSI AKTIVITAS

(Sumber Smeltzer dan Bare, 2011)


E. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik
Keluhan pertama anak dengan gagal ginjal Kronik saat dibawa ke dokter sangat
beragam, mungkin berkaitan dengan penyakit ginjal yang mendasarinya ataupun
sebagai akibat gangguan fungsi ginjal yang sudah menurun. Gejala timbul setelah
fungsi ginjal jauh menurun dengan LFG <30%. Menurut Rachmadi (2016) Tanda dan
gejala yang mudah dikenali antara lain:
1. Tidak ada nafsu makan, sering muntah-muntah. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan kadar ureum dalam darah.
2. Tampak pucat oleh karena anemia akibat zat eritropoietin yang dibentuk oleh
jaringan ginjal berkurang. Zat eritropoietin adalah bahan pembentuk sel darah
merah di dalam sumsum tulang.
3. Kelelahan (letargis), terjadi kekurangwaspadaan aktivitas mental dan fisik
akibat racun ureum yang tinggi dalam darah.
4. Gagal tumbuh disebabkan oleh nafsu makan yang kurang dan disertai muntah-
muntah yang berlangsung lama.
5. Urin berwarna merah merupakan gejala awal dari sindrom alport atau penyakit
ginjal polikistik.
6. Bengkak diwajah disertai tekanan darah yang meningkat dan urin berwarna
merah mengarahkan penyakit gagal ginjal kronik.
7. Teraba benjolan dalam rongga perut atau dalam kandung kemih.
8. Keluhan yang mengarah adanya infeksi saluran kemih berulang.

F. Pemeriksaan Diagnostik Gagal Ginjal Kronik


Menurut Yulius Nuryani (2012) Pemeriksaan diagnostic gagal ginjal kronis/ CKD
antara lain :
1. Urin

a.Volume urin : oliguria atau anuria

b. Warna urin : keruh

c. BJ urin : kurang 1,015

d. Osmolitas urin

e. Klirens kreatini menurun


f. Nutrisi meningkat

g. Proteinuria

2. Darah

a. BUN/ kreatinin meningkat

b. Ht dan Hb

c. Natrium Serum

G. Penatalaksanaan Medik Gagal Ginjal Kronik


Manajemen anak yang mengalami gagal ginjal kronis memerlukan pemantuan
keadaan klinis penderita secara ketat. Secara optimal, penderita harus ditangani oleh
pusat medis yang mampu menyediakan pelayanan medis, perawatan, sosial dan
dukungan nutrisi ketika keadaan penderita memburuk menjadi gagal ginjal stadium
akhir. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menangani gagal
ginjal kronis pada anak.
1. Diet pada gagal ginjal kronis. Makanan kalori yang optimal pada insufiensi
gagal ginjal belum diketahui, tetapi upaya yang harus dilakukan untuk
memenuhi atau melampaui kalori harian yang sesuai umur penderita.
Pemberian vitamin, serta pemberian zat besi bila ada anemia.
2. Manajemen air dan elektrolit pada gagal ginjal kronis. Sampai perkembangan
pada gagal ginjal stadium akhir memerlukan dialysis. Pembatasan air jarang
diperlukan pada anak dengan insufiensi ginjal, karena kebutuhan air diatur
oleh pusat haus di otak.
3. Asidosis pada gagal ginjal kronis. Asidosis berkembang pada hamper semua
anak yang mengalami insufisiensi ginjal dan tidak perlu diobati kalau
bikarbonat serum turun dibawah 20 mEq/L. Bicitra atau tablet natrium
bikarbonat dapat digunakan untuk menaikkan bikarbonat serum didalam
darah.
4. Hipertensi pada gagal ginjal kronis. Keadaan gawat darurat pada hipertensi
harus diobati dengan nifedipene oral atau pemberian intarvena dari diazoksid.
Penanganan hipertensi yang sulit dapat dilakukan dengan pembatasan garam.
Obat kaptopril dapat menimbulkan hiperkalemia.
5. Dosis obat pada gagal ginjal kronis: karena banyak obat yang diekresikan oleh
ginjal, pemberiannya pada penderita dengan insufisiensi ginjal harus diubah
untuk memaksimalkan efektifitas dan meminimalkan resiko toksisitas.

H. Pengkajian Keperawatan
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, focus
pengkajian pada anak dengan gagal ginjal adalah :
1. Pengkajian awal
a. Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada pengukuran
parameter pertumbuhan.
b. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi ginjal, perilaku
makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
c. Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.

2. Pengkajian terus menerus

a. Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan gejala.

b. Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian khusus pada


tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi neurologis

c. Kaji respons psikologis pada penyakit dan terapinya.

d. Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis, hitung darah


lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).

3. Biodata

4. Riwayat penyakit sekarang

Urine klien kurang dari biasanya kemudian wajah klien bengkak dan klien muntah.

5. Riwayat penyakit dahulu

a. Diare hingga terjadi dehidrasi

b. Glomerulonefritis akut pasca streptokoku

c. Penyakit infeksi pada saluran kemih yang penyembuhannya tidak adekuat


sehingga menimbulkan obstruksi.
6. Activity Daily Life

a. Nutrisi: Nafsu makan menurun (anorexia), muntah 2) Eliminasi: Jumlah


urine berkurang sampai 10–30 ml sehari (oliguri)

b. Aktivitas: Klien mengalami kelemahan

c. Istirahat tidur: Kesadaran menurun

7. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum:

BB meningkat, TD dapat normal, meningkat atau berkurang tergantung


penyebab primer gagal ginjal.

b. Pemeriksaan Fisik:

1) Keadaan Umum: malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.


2) Kepala: Edema periorbital
3) Dada: Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.
4) Abdomen: Terdapat distensi abdomen karena asites.
5) Kulit: Pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,
rambut tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu mengkilat,
kulit kering bersisik.
6) Mulut: Lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan
perdarahan pada mulut.
7) Mata: Mata merah.
8) Kardiovaskuler: Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,
pericarditis, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena
jugularis, friction rub perikardial.
9) Respiratori: Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura, krekels,
napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan liat.
10) Gastrointestinal: Anoreksia, nausea, gastritis, konstipasi/ diare,
vomitus, perdarahan saluran pencernaan.
11) Muskuloskeletal: Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang,
foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D, gout
12) Genitourinari: amenore, atropi testis, penurunan libido, impotensi,
infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus, proteinuria,
13) Neurologi: Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan
perilaku.
14) Hematologi: Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan.
RENCANA KEPERWATAN
N Diagnosa Tindakan Rasional
o Keperawata Keperawatan
n
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Kelebihan Setelah dilakukan a. Monitor a. Untuk mengetahui
volume tindakan keperawatan kelebihan cairan pada tubuh
cairan b.d selama 3 x 24jam cairan (cracles, pasien
retensi Na diharapkan kelebihan cvp, edema,
dan H2O volume cairan dapat distensi vena
diatasi dengan kriteria leher, asites,
hasil : ureum dan
a. Terbebas dari kreatinin)
edema, efusi. b. Pertahankan b. Mempertahankan
b. Bunyi nafas catatan intake cairan input dan
bersih, tidak dan ouput output.
adanya yang akurat.
dyspneu / c. Anjurkan pada c. Untuk mencegah
ortpneu. pasien untuk kelebihan cairan.
c. Terbebas dari membatasi
distensi vena cairan yang
jugularis, reflek masuk.
hepato jugular d. Kolaborasi d. Untuk penambahan
(+) pemberian volume urine
d. Memelihara diuretik sesuai
tekanan kapiler instruksi.
paru, output
jantung dan
vital sign dalam
batas normal.
e. Terbebas dari
kelelahan,
kecemasan
atau
kebingungan.
f. Menjelaskan
indikator
kelebihan
cairan.
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Kerusakan Setelah dilakukan a. Monitor kulit a. Memantau kulit


integritas tindakan keperawatan akan adanya pasien
kulit selama 3x24 jam kemerahan.
berhubungan diharapkan kerusakan
dengan integritas kulit dapat b. Mobilisasi b. Menghindari
pruritus diatasi dengan kriteria pasien setiap adanya luka
hasil: 2 jam sekali
a. Integritas kulit c. Menhindari
yang baik bisa c. Anjurkan adanya gesekan
dipertahankan pasien untuk pada kulit
(sensasi menggunakan
elastisitas, pakaian yang
temperature, longgar d. Menjaga agar
hidrasi, kulit bersih dan
pikmentasi ) d. Libatkan kering
b. Tidak ada luka keluarga
atau lesi peda untuk
kulit. menjaga
c. Perfusi jaringan kebersihan
baik kulit agar
d. Menunjukkan tetap bersih
pemahaman dan kering
dalam proses
perbaikkan kulit
dan mencegah
terjadinya cedera
berulang.
e. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami.
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

3. Ketidak Setelah dilakukan a. Monitor adanya a. Memnatau


seimbangan tindakan penurunan keadaan pasien
nutrisi kurang keperawatan selama berat badan,
dari kebutuhan 3x24 jam diharapkan kadar albumin,
tubuh ketidakseimbangan total protein,
berhubungan nutrisi dapat diatasi hb, ht, keadaan
dengan dengan kriteria hasil: konjungtiva b. Agar memenuhi
penurunan a. Adanya pada pasien kebutuhan
nafsu makan peningkatan makan pada
berat badan b. Berikan pasien
b. Berat badan makanan yang
ideal sesuai trerpilih (sudah
dengan tinggi konsultasikan c. Agar memenuhi
badan dengan alhi gizi) kebutuhan
c. Tidak ada makan pada
tanda-tanda c. Anjurkan pasien pasien
malnutrisi untuk
d. Tidak terjadi menghabiskan
penurunan porsi makan
berat badan
d. Kolaborasi d. Sesuaikan
dengan ahli gizi dengan program
tentang diet
pasien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

DI RUANG MAWAR RS.KASIH IBU

OLEH :

1. Angelia Evi Pratiwi (1601005)

2. Christina Putri Pembayun (1601010)

3. Nancy Sulistyawati (1601037)

4. Nanang Pratomo R (1601036)

5. Sang Ayu Galuh Pamuji A (1601047)

6. Theresia Novita (1601051)

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2018

You might also like