Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
a. Pospartum Blues
Postpartum Blues adalah sindrom ibu baru dengan tanda dan gejala
sebagai berikut:
1) Reaksi depresi/disforia/sedih.
2) Sering menangis.
3) Mudah tersinggung.
4) Cemas.
5) Labilitas perasaan.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
8) Kelelahan.
9) Mudah sedih.
10) Cepat marah.
11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi
gembira.
12) Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta
bayinya.
13) Perasaan bersalah.
14) Pelupa.
b. Kesedihan dan dukacita/depresi
Depresi dapat berlangsung sekitar 3-6 bulan kelahiran bayi dan juga dalam
beberapa kasus sekitar 1 tahun pertama kehidupan bayi. Penyebab
terjadinya depresi karena respon terhadap sakit yang dirasakan saat
9
3. Manifestasi klinis
Seseorang dikatakan mengalami kecemasan dapat dilihat dari tanda
dan gejala yang dilihatkan dari tiap individu. Tanda dan gejala pada
kecemasan pada tiap individu bisa dilihat secara fisik, kognitif, perilaku dan
emosi. Jenita (2017) menyebutkan tanda dan gejala yang terlihat pada
individu yang mengalami kecemasan, diantaranya:
a. Tanda dan gejala secara fisik, seperti napas pendek, tekan darah dan nadi
meningkat, sianosis, akoreksia, diare atau konstipasi, gelisah, termor,
berkeringat, sulit tidur, dan sakit kepala.
b. Tanda dan gejala secara kognitif, dilihat dari cara mempersepsikan
sesuatu. Persepsi individu tersebut cenderung sempit.
c. Tanda dan gejala secara perilaku, ditandai dari gerakan individu, seperti
gerakan yang tersentak-sentak dengan cara bicara yang cepat dan
berlebihan.
d. Tanda dan gejala secara emosi, individu memperlihatkan rasa menyesal,
sedih yang terlalu mendalam, rasa takut, gugup, dan suka cita yang
berlebihan.
4. Etiologi
Sesuatu hal terjadi karena beberapa faktor. Begitu juga dengan
kecemasan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan. Menurut
Budi Anna K (2015) menyebutkan penyebab terjadinya kecemasan, antara
lain:
a. Ketakutan seseorang akan lingkungan yang tidak menerima kondisinya.
b. Kejadian-kejadian yang bisa menyebabkan trauma, seperti perpisahan,
bencana ataupun kehilangan.
c. Keputusasaan seseorang ketika gagal mencapai suatu tujuan.
12
b. Teori Interpersonal
Dalam teori ini, Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan bisa
timbul akibat individu tidak mampu bergaul dengan orang lain atau akibat
dari lingkungan yang tidak menerima keberadaan individu tersebut.
Individu yang mengalami kecemasan biasanya individu yang memiliki
tingkat kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Individu juga
akan mengalami kecemasan ketika kehilangan orang yang dicintainya.
c. Teori Perilaku
Pada teori perilaku, kecemasan akan muncul karena beberapa
konflik yang terjadi pada tiap individu. Konflik yang dapat terjadi, seperti
kegagalan dalam mencapai tujuan atau impian tertentu serta kondisi
diantara dua pilihan. Semakin banyak konflik yang terjadi, semakin besar
pula kecemasan yang akan muncul. Perilaku yang diperlihatkan individu
merupakan pengalaman yang dirasakan individu setelah mengalami
kecemasan.
d. Teori Keluarga
Kecemasan akan muncul pada tiap keluarga. Kecemasan muncul
dalam keluarga akibat perbedaan karakter tiap individu dalam keluarga.
Perbedaan yang heterogen yang biasa menyebabkan munculnya
kecemasan.
e. Teori Biologi
Dalam teori biologi, kecemasan timbul pada seseorang yang
mengalami gangguan pada neurotransmitter. Aktivitas neurotransmitter
GABA (gamma amino butyric acid) berhubungan dengan sistem regulasi
kecemasan karena keduanya berfungsi untuk mengontrol kecemasan.
Ketika neurotransmitter mengalami gangguan, kecemasan pada tiap
individu tidak dapat terkontrol. Selain itu, koping individu juga menjadi
tidak efektif akibat kurangnya suplai darah serta asupan nutrisi, pengaruh
racun, dan sebab lainnya.
14
7. Patofisiologi Kecemasan
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas
menimbulkan aktivitasvinvolunter pada tubuh yang termasuk dalam
mekanisme pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “mengaktifkan” tanda-
tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh.
Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang menyebabkan tubuh
mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan meningkatkan
tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat konstruksi pembuluh
darah perifer dan memirau darah dari sistem gastrointestinal dan reproduksi
serta meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong
jantung, otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya mengembalikan butuh ke
kondisi normal ataupun tanda ancaman berikutnya mengaktifkan
kembalirespon simpatis. (Videbeck, 2010)
Ansietas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis
yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas
motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk mengurangi
perasaan tidak nyaman, individu mencoba mengurangi tingkat
ketidaknyamanan tersebut dengan melakukan perilaku adaptif yang baru atau
mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi hal positif dan
membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya: menggunakan teknik
imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian pada pemandangan yang
indah, relaksasi tubuh secara berurutan dari kepala sampai jari kaki, dan
pernafasan yang lambat dan teratur untuk mengurangi ketegangan otot dan
tanda-tanda vital. Respon negatid terhadap ansietas dapat menimbulkan
perilaku maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan, sindrom nyeri,
dan respons terkait stress yang menimbulkan efisiensi imun. (Viedbeck,
2010)
15
8. Penatalaksanaan Kecemasan
Kecemasan dapat dapat dikurangi dengan dilakukannya penatalaksanaan
kecemasan. Penatalaksanaan kecemasan bisa dilakukan dengan cara medikasi
dan terapi perilaku kognitif. Menurut Isaacs (2005), penatalaksanaan
kecemasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Terapi Medis
Penatalaksanan secara medikasi yaitu pengobatan yang dilakukan
untuk mengurangi kecemasan dengan cara pemberian obat antiansietas.
Pentalaksanaan kecemasan secara medikasi pada gangguan kecemasan
secara umum dan panik berbeda, seperti berikut ini:
1) Gangguan kecemasan umum
Pada gangguan kecemasan umum, diberikan obat antiansietas
terutama obat benzodiazepin. Obat benzodiazepin tidak dianjurkan
dikonsumsi untuk jangka waktu yang panjang karena bisa
menyebabkan ketergantungan. Selain itu, juga diberikan obat
nonbenzodiazepin, seperti buspiron (BuSpar) dan juga diberikan
berbagai obat antidepresan.
2) Gangguan panik
Obat yang diberikan sama dengan pada gangguan kecemasan umum.
Tetapi pada gangguan panik obat antidepresan yang diberikan yaitu
trisiklik, obat yang sudah terkenal ampuh untuk mengobati panik.
b. Terapi perilaku kognitif
Penatalaksanaan dengan terapi perilaku kognitif yaitu penatalaksanaan
yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan dengan cara melakukan
beberapa terapi yang berfokus pada pola pikir dan isi pikir individu.
Pentalaksanaan kecemasan dengan terapi perilaku kognitif pada gangguan
kecemasan secara umum dan panik berbeda, sebagai berikut:
1) Gangguan kecemasan umum
Terapi perilaku kognitif yang dilakukan pada gangguan kecemasan
umum, seperti latihan relaksasi dan umpan balik biologik. Selain itu,
16
B6 : Lemah.
e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah,
keringat berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi
pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang
tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Hubungan Sosial:
1) Orang yang berarti: keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan
dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan
menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
Spiritual:
1) Nilai dan keyakinan
2) Kegiatan ibadah
f. Status Mental:
1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik
biasanya penampilannya tidak rapi.
2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang
keras.
3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
20
5) Afek : labil
6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung
dan mudah curiga, kontak mata kurang.
7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak
mampu menyelesaikan masalah.
8) Proses pikir : persevarsi
9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap
waktu, tempat dan orang (ansietas berat)
11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif
Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai
gangguan daya ingat jangka pendek
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan
orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan.
2) Kegiatan hidup sehari-hari
3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
4) Perawatan diri
5) Nutrisi
6) Tidur
h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat
dan panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa
21
k. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap
dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini
menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang
(inability to relax)
2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a) Kedutan otot atau rasa gemetar
b) Otot tegang/kaku/pegel linu
c) Tidak bisa diam
d) Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a) Nafas pendek/ terasa berat
b) Jantung berdebar-debar
c) Telapak tangan basah dingin
d) Mulut kering
e) Kepala pusing/rasa melayang
f) Mual, mencret, perut tidak enak
g) Muka panas/ badan menggigil
h) Buang air kecil lebih sering
i) Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b) Mudah terkejut/kaget
c) Sulit konsentrasi pikiran
d) Sukar tidur
e) Mudah tersinggung
23
Kriteria hasil:
Perencanaan Keperawatan
13) Kurangi rangsangan disekitar klien, seperti cahaya yang tidak terlalu
terang, tidak terlalu banyak orang, dan dekorasi ruangan yang tidak
terlalu berlebihan.
Rasional: kondisi sekitar klien yang tidak mendukung akan
memperburuk kecemasan yang dirasakan klien.
14) Jauhkan sumber-sumber yang dapat menambah ansietas.
Rasional: sesuatu yang mengganggu tidak membuat situasi menjadi
lebih baik dan ansietas sulit dikontrol.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tindakan yang sesuai dengan yang
telah direncanakan; mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dokter atau petugas kesehatan lain. (Judith, 2016)
Hari Kesatu:
Hari Kedua:
Hari Ketiga: