You are on page 1of 2

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap Penerapan H{i>lah


pada Fatwa DSN tentang Syariah Charge Card” ini merupakan
kajian kepustakaan yang menjawab dari dua pertanyaan pertama
apa dasar hukum penetapan fatwa DSN tentang Syariah Charge
Card. Kedua bagaimana penerapan h}i>lah pada fatwa DSN
tentang Syariah Charge Card.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam skripsi ini
adalah dengan cara dokumentasi, yaitu penghimpunan data-data
yang ada di fatwa DSN tentang Syariah Charge Card, buku-buku,
majalah, jurnal ilmiah, surat kabar dan sumber-sumber tertulis lain
yang memiliki relevansi terhadap penerapan h{i>lah pada fatwa
DSN tentang Syariah Charge Card. Sedangkan metode analisis
yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu dengan pola
pikir deduktif yang menjelaskan tentang hal-hal yang bersifat
umum berkaitan dengan h{i>lah yang digunakan untuk
menganalisis fatwa DSN tentang Syariah Charge Card, agar dapat
diambil sebuah kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Dasar hukum yang
digunakan dalam penetapan fatwa ini adalah Al-Qur’an, As-Sunnah
dan ijtihad, fatwa para sahabat, tabi’in, ulama dan beberapa
kaidah-kaidah fiqih. H}i>lah adalah suatu jalan penyelesaian yang
bersifat “tidak langsung” dan “tersembunyi”. H{i>lah masih
menjadi perbedaan dikalangan ulama, hi>lah pada fatwa ini
terletak pada ketentuan denda. Namun h}i>lah dalam fatwa ini
adalah hi>lah masru’ah (hi>lah yang dibolehkan) karena tujuanya
untuk meninggalkan perkara yang haram dan mencapai suatu yang
halal. Meskipun tidak secara tegas mengungkapnya seacara
eksplisit, ternyata ditemukan menggunakan konsep ini, salah
satunya fatwa tentang syariah charge card yang tampaknya
menggunakan konsep ini.
Dengan adanya h}i>lah sebagai strategi hukum pada fatwa
tentang syariah charge card, bagi DSN-MUI sebagai lembaga fatwa ,
hendaklah menelaah terlebih dahulu, penggunaan h{i>lah pada
suatu fatwa, baik ditelaah dari maqa>shid al-syari>ah, qasd al-
mukallaf, wasa>’il, maslahah, azi>mah dan rukhs}ha, agar tidak
menjadi batalnya hukum. Untuk pihak issuer seharunya
mengingatkan card holder tidak terlambat agar dalam pembayaran
tagihan, yang bisa menjadi riba. Sedangkan untuk card holder,
sudah saharusnya dan menjadi kewajiban untuk membayar tagihan
secara tepat waktu.

You might also like