Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar anatara 20% sampai 89% dengan
menetapkan Hb 11gr % sebagai dasarnya. Angka kejadian anemia dalam kehamilan di Indonesia
menunjukan nilai yang cukup tinggi. (Manuaba. I.B.G).
Berdasarkan hasil survey cepat anemia gizi pada ibu hamil di Kandangserang pada tahun 2006
jumlah ibu hamil yang mengalami anemia gizi sebesar 27,30%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi anemia gizi dibandingkan hasil pengukuran kada Hb tahun 2001 sebesar 20,60%. (Data
Kesehatan Provinsi Sumsel, 2007).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan seluruh dunia dalam keadaan hamil. Sebagian besar
kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar sekitar 15% menderita komplikasi berat,
dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan
kematian lebih dari setengah juta setiap tahun. (Saifudin, 2010).
Agar mampu memeberikan asuhan kebidanan secara komprehensif, cepat dan tepat kepada ibu hamil
dengan anemia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono, 2008 : hal 213). Kehamilan, persalinan dan nifas pada dasarnya
merupakan proses alamiah yang di alami oleh seorang wanita.
Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh
jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan
dengan jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun.
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11 gr %. Bahaya anemia pada ibu
hamil tidak hanya berpengaruh pada keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya
(wibisono, Hermawan,dkk 2009).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, hal ini penting
dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak mengalami
anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya
(Proverawati 2011).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau adanya
gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono,Hermawan dkk,2009).
2.1.1 Etiologi
c. Mal absorpsi
Gastrointestinal dapat menghambat suplai makanan dalam lambung sehingga kadar zat besi yang
dikandung didalam makanan tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
b) Perdarahan.
2.1.2 Patofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil
dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi
peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member
efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2010 hal 450-
451).pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma
30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk
membantu meringankan kerja jantung.
Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan
mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.
4. Wajah, selaput lendir mata, kelopak mata, bibir dan kuku penderita terlihat pucat
1. Mual muntah
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat
besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
Pengobatannya adalah:
ü Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero
bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
ü Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya
gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002).
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10
ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa
didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli
dapat digolongkan sebagai berikut:
Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis,
sinar roentgen, racun dan obat-obatan.(Sarwono,2010).
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita
dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih
berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita anemia.
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 Hal ini erat
hubungannya dengan defisiensi makanan.
2.5.1UMUR
Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya
adalah umur ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik
dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian
pada masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur
tubuhnya atau takut gemuk.
Ibu cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat
bisa terjadi anemia. Sedangkan pada usia di ats 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi
rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan sampai persalinan
(Anonim, 2010).
2.5.2 Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati.
Paritas 1-3 merupakan paritas I paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan parits
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 dapat di kurangi atau
di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
( Sarwono, 2010 ).
Setelah kehamilan yang ketiga resiko anemia (kurang darah) meningkat. Hal di sebabkan karena pada
kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan dinding uterus yang
biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin.
Status gizi dinilai berdasarkan perhitungan Antropometri WHO NCHS ( National Center Of Health
Statistic ), yaitu pengukuran dan berbagai dimensi fisik tubuh seperti barat terhadap umur (BB/U), tinggi
badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan
di kelompokkan. Menurut klasifikasi Departemen Kesehatan Indonesia menjadi gizi buruk (BB/U < 60 %),
gizi kurang (BB/U 60-80%) dan gizi lebih (BB/U > 110%).
Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relative besar. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan janin di
dalam kandungan. Peningkatan kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitami E2
(Riboflapin), Vitamin A,D dan B1, Mineral,La, dan Fe.
Kondisi gizi dan komsumsi ibu hamil yang kurang akan menyebabkan anemia dan berpengaruh terhadap
kondisi janin dan bayi yang di lahirkan. Kekurangan gizi pada saat hamil akan menimbulkan berbagai
kesulitan. Oleh karena itu, kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil harus dapat terpenuhi. ( Hadju
Veni, 2004 hal 11 ).
2.5.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda secara subjektif. Keadaan anemia ini bisa
disebabkan karena pengetahuan ibu hamil tentang gizi yang rendah, sehingga masalah konsumsi dari
menu makanaan masih rendah dan tidak teratur. Selain memang jumlah zat besi yang dapat di serap
dari bahan makanaan hanya sedikit.
Kurangnya pengetahuan dan salah konsep tentang kebutuhan gizi dan nilai pangan adalah umum
dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi
merupakaan faktor penting masalah kurang gizi. Sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah
kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-
hari. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, menurut Roger (1974).
b. Persalinan permaturus
g. Mola hidatidosa
h. Hiperemesis gravidarum
i. Perdarahan anterpartum
j. Ketuban pecah dini (KPD)
c. Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan.
d. Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan post partum karena atonia
uteri.
e. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
a. Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri memudahkan infeksi puerperium
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia
akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk :
g. Intelegensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi yang menghambat pertumbuhan
janin.
Menegakkan diagnosa pada ibu hamil dilakukan dengan melakukan hal dibawah ini, antara lain:
2.7.1 Anamnesa
Pada anemnese akan didapatkan keluhan lelah, sering pusing, mata berkunang -kunang dan keluhan
mual, muntah lebih berat pada hamil muda. (Manuaba, I.B.G, 2010). Bila terdapat keluhan lemah,
Nampak pucat, mudah pingsan,sementara masih dalam batas normal, maka perlu dicurigai anemia
defesiensi zat besi ( Saifuddin A.B, 2002 hal.282 ).
2.7.2 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu hamil bertujuan untuk mengetahui kadar Hb yang ada
dalam darah ibu. Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan sebanyak dua kali trimester I dan trimester
III. Pemeriksaa Hb bertujuan untuk mengetahui apakah ibu hamil dengan anemia yang ringan, sedang
atau berat.
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil
sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai
pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga Untuk mencegah anemia pada ibu
hamil.
üntuk Mengkonsusmsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat besi pada tubuh. Yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral.
· Karbohidrat dapat diperoleh dari nasi, ubi, jagung, gandum, dan roti.
üntuk Hindari minum teh atau kopi bersamaan dengan makan akan mempersulit penyerapan zat besi,
untuk itu jangan meminum tablet Fe bersamaan dengan kopi atau teh.
üntuk Mengkonsumsi zat besi pada wanita hamil dianjurkan 18 mg per hari atau sehari satu tablet.
üntuk Periksa secepat mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia agar langkah pencegahan bisa
segera dilakukan.
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan sehingga hanya perlu di perlukan
kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari. ( Arisman, 2004 Hal. 150 –
151 ).
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau
glukonas ferosus. ( Wiknjosastro, 2005 Hal. 452 ).
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3
bulan setelah melahirkan. ( Arisman, 2004 hal 153 ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
3. Riwayat menstruasi :
· Menarchea : 14 tahun
H A M I L I N I
· HPHT : 21November-2018
· HPL : 28-Agustus-2019
· Keluhan :
ü Trimester III :-
· Pola Eliminasi
ü Sebelum hamil :
ü Saat hamil :
ü Sebelum hamil : melakukan aktivitas sendiri dirumah, seperti biasanya, yaitu mencuci, memasak, dan
menyapu.
ü Saat hamil : mengurangi aktivitas seperti sebelum hamil dan dibantu oleh suami
· Sexsualitas : 2x/minggu
· Imunisasi :
ü TT II : Belum didapatkan
· Kontrasepsi :-
6. Riwayat kesehatan :
Air putih
Gelas teh
Gelas susu
ü Minum : 8 gelas/hari
2. Pemeriksaan fisik :
· BB sebelum hamil : 47 kg
· BB saat hamil : 50 kg
· TB :155 cm
· LILA : 24 cm
3. Tanda Vital :
· TD : 100/70 mmHg
· Pols : 80x/i
· RR : 24x/i
· S : 36
4. Kepala :
5. Mata : simetris
· Konjungtiva : pucat
6. Hidung : simetris
8. Telinga : simetris
9. Leher :
10. Dada :
· Mamae : simetris
11. Aksila :
· Pembesaran : Ada
· Linea : nigra
o Leopold II :-
o Leopold III :-
o Leopold IV :-
· Auskultasi :_
13. Genetalia :
14. Nyeri periksa Costa Vertebrae Angel Tendernes (CVAT) : Tidak Ada
15. Ekstremitas :
· Odema : Tidak Ada
· Hb : 9 gr%
· Glukosa urine :-
· Proteine urine :-
· Golongan darah :-
Diagnosa:
ü anemia:
o konjungtiva pucat
masalah:
kebutuhan:
Tidak Ada
Langkah V: Perencanaan
6. beritahu ibu tentang cara mengkonsumsi obat penambah darah yang benar
Pols: 80x/i
RR: 24x/i
Suhu: 36 c
LILA: 24 cm
Hb: 9 gr%
2. menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan ibu yang sering lelah itu terjadi karena kurangnya nutrisi
yang masuk kedalam tubuh ibu, maka ibunya mengalami penurunan kadar Hb sehingga ibu merasa lelah
dan lemas.
3. Memberikan penkes tentang gizi bagi ibu hamil, yaitu bahwa ibu hamil harus mengkonsumsi
makanan yang sehat dan seimbang, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat yang dapat diperoleh
ibu dari nasi, jagung, kentang dan gandum. Makanan yang mengandung protein, yang dapat diperoleh
ibu dari ikan, tempe, tahu dan telur. Makanan yang mengandung lemak yang dapat diperoleh ibu dari
santan, dan margarine. Makanan yang ,mengandung vitamin yang dapat diperoleh ibu dari buah-buhan
seperti pepaya, jeruk. Makanan yang mengandung mineral dapat diperoleh ibu dari air yang
diminumnya seperti air putih.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu dengan mengurangi aktivitas ibu, tidur siang 2
jam dan tidur malam 8 jam. Mengurangi aktivitas ibu agar ibu tidak terlalu lelah dan capek.
6. Mengajarkan cara mengkonsumsi tablet Fe yang benar yaitu tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan
air teh, karena akan menghambat absorbsi zat besinya bagi tubuh ibu
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang, apabila ibu merasakan pusing, atau masalah
ibu yang sering capek tidak bisa diatasi juga.
1. Ibu sudah tahu dan mngerti dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepadanya
3. Ibu sudah tahu dan mengerti dengan gizi dan makanan sehat seimbang untuk ibu hamil
4. Ibu sudah tahu dan menegrti kenapa ibu dianjurkan untuk istirahat yang cukup
6. Ibu sudah tahu dan mengerti tentang cara mengkonsumsi tablet Fe yang benar
7. Ibu sudah tahu dan mengerti tentang perlunya kujungan ulang, dan ibu mau melakukannya
8. Ibu sudah tahu dan mengerti tentang apa yang disampaikan kepadanya
PENUTUP
4.1 . Kesimpulan
Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono, 2008 : hal 213). Kehamilan, persalinan dan nifas
pada dasarnya merupakan proses alamiah yang di alami oleh seorang wanita.
Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh
jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, hal ini penting
dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak mengalami
anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya
(Proverawati 2011).
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil
sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai
pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga di ketahui adanya infeksi parasit.
(Manuaba, I. B. G. 2010)
Pengobatan efektif anemia pada ibu hamil dilakukan dengan menghilangkan penyebabnya atau
memperbaiki kelainan primernya. Suplemen besi, asam folat, dan vitamin B12 bisa diberikan pada
penderita anemia akibat pendarahan dan defisiensi besi. Hasil penelitian Sood, S K membuktikan bahwa
wanita hamil yang mendapat pil besi ditambah dengan asam folat dan vitamin B12 kadar Hbnya naik
lebih tinggi dari pada wanita hamil yang mendapatkan pil besi saja
4.2 Saran
Semoga pada makalah ini dapat diambil pembelajarannya dan bisa diterima dan dibaca oleh pembaca
dan penilai. Penulis menyarankan agar dapat membaca makalah ini dikarenakan penulis membuatnya
bertujuan untuk menambah pengetahuan kita.
Penulis sadar akan kekurangan penulisan makalah ini. Maka dari itu tim penulis mengharapkan
kritikan dan saran untuk membuat makalah ini menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.