You are on page 1of 12

JOURNAL READING

HIPERLIPIDEMIA PADA GANGGUAN PENDENGARAN YANG


DISEBABKAN OLEH KEBISINGAN

DISUSUN OLEH:
Revina Afifa G99172010
Fransiska Natasha Wibowo G991903019
I Putu Ryan Mahendra G99172087
Oxdri Poespita Ningrum G99172131
Habiba Nur Laili G991903021

PEMBIMBING:
dr. Putu Wijaya Kandhi, Sp.THT-KL(K).,FICS

KEPANITERAAN KLINIK / PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK,
BEDAH KEPALA, DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2019
Hyperlipidemia in noise-induced hearing loss

Ning-Chia Chang, Ming-Lung Yu, Kuen-Yao Ho,


and Chi-Kung Ho

Otolaryngology–Head and Neck Surgery (2007) 137, 603-606

CRITICAL APPRAISAL

General Description
Design : Case-control study analyzed data
Subject : 4071 workers who were exposed to noise greater than 85
dBA
Title : Interesting, concise and straightforward
Authors : Clearly written constitution
Abstract : Clear and appropriate rules
Introduction : Contains the background and research objectives

Level of Evidence
Level IV

P-I-C-O Analysis
1. Population : 4071 workers who were exposed to noise greater than 85
dBA over a one-year period ( 1 January 2005 – 31 December 2005).
2. Intervention : Detailed history taking and examination was done. The
relationships of cholesterol and triglyceride levels with NHL were analyzed.
3. Comparison : No comparison
4. Outcome : This study found that individuals with hypertriglyceridemia
are at greater risk of NIHL. On the basis of this finding, workers exposed to high
noise levels should be educated on control of triglyceride levels to help reduce
their risk of NIHL.
V-I-A Analysis
1. Validity :
a. The references of this study are well-defined
b. This study was using standardized examination of patients with clinical case of
NHL
2. Importance :
a. To study the relationship of cholesterol and triglyceride levels with NHL.
b. The reader is confident in the truth of the results of this original research article
because the authors had analyzed all the results well.
3. Applicability :
This article may valuable to give the readers information about the high level of
cholesterol and triglyceride increasing NHL risk.
Hiperlipidemia pada Gangguan Pendengaran yang Disebabkan oleh
Kebisingan

Diterjemahkan dari:
Hyperlipidemia in noise-induced hearing loss

Ning-Chia Chang, Ming-Lung Yu, Kuen-Yao Ho,


and Chi-Kung Ho

Otolaryngology–Head and Neck Surgery (2007) 137, 603-606

Abstrak

Latar belakang: Gangguan pendengaran merupakan salah satu penyakit akibat


kerja. Lingkungan kerja yang bising sebagai dampak dari sektor industri. Hal ini
merupakan penyebab tersering terjadinya hearing loss. Di seluruh dunia, 16%
hearing loss pada orang dewasa disebabkan oleh lingkungan kerja yang bising.
Noise-induced hearing loss (NIHL) merupakan gangguan pendengaran akibat
terpapar bising di suatu lingkungan kerja dalam jangka waktu yang lama dan terus
menerus. NIHL merupakan jenis tuli sensorineural dan umumnya terjadi pada
kedua telinga. Dilakukan penelitian pada 4071 pekerja yang terpapar bising lebih
dari 85 dBA selama setahun serta kadar trigliserida dan cholesterol yang diperiksa
pada pekerja yang menderita NIHL, untuk mempelajari hubungan antara
hiperlipidemia dengan NIHL.
Metode: Sebuah studi Case-control dilakukan pada 4071 pekerja selama 1 tahun
(1 January 2005 – 31 December 2005). Anamnesis dan pemeriksaan dilakukan
untuk mengetahui hubungan kadar trigliserida dan cholesterol dengan NIHL.
Hasil: Sebanyak 4.071 kasus dianalisis. Setelah menyesuaikan usia dan jenis
kelamin, hipertrigliseridemia ditemukan berhubungan dengan NIHL, tetapi
hiperkolesterolemia ditemukan tidak berhubungan dengan NIHL.
Kesimpulan: Studi ini menemukan bahwa individu dengan hipertrigliseridemia
memiliki risiko NIHL yang lebih besar. Atas dasar temuan ini, pekerja yang
terpapar pada tingkat kebisingan yang tinggi harus dieduasi mengenai
pengendalian kadar trigliserida untuk membantu mengurangi risiko NIHL mereka.

Kata Kunci: Noice induced hearing loss, hiperlipidemia

Pendahuluan

Tuli akibat bising merupakan kondisi yang sering diakibatkan oleh


pekerjaan. Faktor predisposisi tuli akibat paparan bising dalam jangka waktu
panjang mungkin juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan genetik, kondisi tubuh
yang lemah, atau kebiasaan yang buruk. Faktor kebiasaan dapat diatasi dengan
program kesehatan kerja yang sesuai dan pendidikan, sedangkan perbedaan
genetik tidak bisa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui hubungan antara
tuli akibat bising dan hiperlipidemia, kondisi kesehatan yang buruk yang
dipengaruhi oleh perbedaan genetik, tubuh yang lemah, dan kebiasaan pribadi.
Ketika pengaruh hiperlipidemia diverifikasi, manajemen kadar lipid akan masuk
kedalam program edukasi kesehatan kerja bagi pekerja yang terpapar bising untuk
menurunkan risiko terjadinya tuli akibat bising.

Efek dari hiperlipidemia pada tuli sensorineural masih belum jelas,


meskipun beberapa penelitian menyatakan kemungkinan adanya gangguan
mikrosirkulasi karena hiperlipidemia menyebabkan penyakit di telinga bagian
dalam. Penelitian tersebut tidak memberikan bukti yang kuat mengenai hubungan
tersebut. Masih sedikit bukti mengenai hubungan hal tersebut dengan tuli akibat
bising. Untuk mengetahui hubungan yang mungkin, kami mengumpulkan data
demografi dan laboratoris pemeriksaan audiometri nada murni (PTA) dan hasil
pemeriksaan kesehatan pekerja yang terpapar bising dengan frekuensi lebih tinggi
dari 85 dB dengan periode lebih dari 1 tahun dan juga analisis hubungan antara
tuli akibat bising dan total kolesterol serum dan kadar trigliserid.

Alat dan Metode


Data yang didapatkan dari database dikelola oleh Departemen Kesehatan
bidang Pencegahan Penyakit, Rumah Sakit Universitas Kaohsiung. Data yang ada
di database dikontribusikan dari individu yang telah mendapatkan pemeriksaan
kesehatan yang diselenggarakan oleh departemen ini. Kami memasukkan semua
pekerja yang terpapar oleh level bising lebih dari 85 dBA. Menurut Pengadilan
Pekerja Taiwan pekerja yang terpapar bising lebih dari 85 dBA membutuhkan tes
PTA secara teratur. Kami mengumpulkan hasil dari tes ini dengan memperhatikan
data kadar trigliserid dan kolesterol puasa, usia, dan gender dari 1 Januari Januari
2005 hingga 31 Desember 2005. Para pekerja diperiksa dengan tes audimetri
menggunakan audiometer Beltone 120 (Beltone Electronics Corp Chicago, IL)
dan earphone TDH 50-P ( Beltone Electronic Corp) dikalibrasi dengan ISO 389
(1975) di ruangan sunyi dan kedap suara yang dimiliki perusahaan tersebut.
Semua tes audiometri diperiksa oleh pekerja yang terampil dan mendapatkan
kualifikasi dengan berdasar pada standar prosedur PTA dengan menggunakan 6
frekuensi (500, 1000, 2000, 3000, 4000, dan 6000 Hz) level pendengaran suara
bising didapatkan dari rata-rata level pendengaran bilateral yang tercatat di 2000,
3000, dan 4000 Hz, definisi yang disebutkan oleh Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) tercatat sebagai standard di 2002. Kami percaya bahwa
rata-rata level pendengaran pada frekuensi- frekuensi ini dapat digunakan untuk
mendeteksi NIHL. Level suara bising dibagi menjadi dua grup yakni kontrol
normal (25 dB) dan grup NIHL (25 dB).

Tabel 1 Perbedaan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok NIHL


Total Kontrol NIHL P value
Jumlah Kasus 4071 2997 1074
Gender <0,0001*
Wanita 530 452 78
Pria 3541 2545 996
Usia (y) 39,97±9,24 37,95±8,69 45,62±8,35 <0,0001**
Kadar
Kolesterol 178,04±31,36 176,85±31,53 181,36±30,66 <0,0001**
(mg/dL)
Kadar
trigliserid 136,67±119,48 133,65±124,32 145,07±104,41 0,0072**
(mg/dL)
Data ditampilkan dengan mean ±SD
*Tes chi square
** tes T pada pelajar

Subjek akan dibagi menjadi beberapa subdivisi yakni perbedaan trigliserid,


level serum kolesterol, dan grup usia. Pada dasarnya definisi hiperkolesterolemia
dan hipertrigliseridemia oleh Adult Treatment Panel III of National Cholesterol
Education Program (US National Institutes of Health, September 2002), subjek
dikategorikan ke dalam kelompok hipertrigliceridemia (150 mg/dL) atau normal
serta mereka juga dikategorisasikan ke dalam kelompok hiperkolesterolemia
(200 mg/dL) atau normal. Analisis statistic menggunakan SPSS software versi
12.0 (SPSS Inc, Chicago, IL) kemudian mengecek korelasi di dataset . Hasil
analisis deskriptif akan dijelaskan sebagai mean SD. Tes T pada pelajar digunakan
untuk analisis data berkelanjutan. Untuk data kualitiatif, analisis regresi logistik
digunakan untuk menghitung odds ratio (ORs) da 95% confidence intervals (95%
CIs). Perbedaan akan dianggap signifikan bila P 0,05. Penelitian ini telah
dibuktikan oleh The Institutional Review Board of Kaohsiung Medical University
Hospital.
Diskusi
Penelitian ini merupakan penelitian terbesar untuk mengetahui hubungan
antara hiperlipidemia dan NIHL. Penelitian ini menemukan bahwa pekerja yang
terpapar bising dengan hipertrigliseridemia merupakan risiko tinggi terjadinya
NIHL dibanding orang dengan kadar trigliserid normal. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara hiperkolesterolemia dan NIHL Penelitian-penelitian sebelumnya
yang meneliti tentang hubungan antara hiperlipidemia dan NIHL menghasilkan
hasil yang tidak konsisten yaitu beberapa mengemukakan bahwa peningkatan
risiko terjadinya SNHL terjadi pada orang dengan hiperkolesterolemia dan
beberapa yang lain tidak menemukan hubungan antara keduanya. Satu penelitian
melaporkan bahwa orang dengan kadar serum kolesterol yang meningkat
memiliki ambang batas pendengaran lebih baik. Namun, lebih banyak penelitian
yang fokus meneliti tentang hubungan antara kadar kolesterol dan kadar
pendengaran sensorineural. Hanya beberapa penelitian yang meneliti peranan
hipertrigliseridemia pada SNHL dan penelitian ini tidak menemukan hubungan
yang signifikan.

Patogenesis terjadinya NIHL masih belum jelas. Beberapa penelitian


histopatologi pada manusia dan hewan memberi hasil bahwa terlepasnya lamina
retikular dari sel Hensen, kerusakan pada sel rambut dan kegagalan sel pendukung
mungkin menjadi penyebab perubahan terbesar pada organ corti pada NIHL.
Beberapa penelitian menemukan peningkatan kadar Reactive Oxygen Species
(ROS) pada telinga dalam setelah terpapar bising memungkinkan kerusakan pada
sel rambut yang kemudian berujung menjadi NIHL. ROS terbentuk di telinga
dalam sebagai produk sampingan dari metabolisme oksigen di mitokondria.
Hantaran bising membuat pergerakan pada stereosilia sel rambut luar (OHC),
proses ini membutuhkan konsumsi energi yang tinggi. Untuk memproduksi energi
lebih, mitokondria mengkonsumsi oksigen lebih dan mengeluarkan produk
sampingan lebih, termasuk ROS dan radikal bebas. Kemungkinan lain penyebab
NIHL adalah bising yang menyebabkan penurunan aliran darah pada koklear atau
iskemia, yang menyebabkan penurunan suplai oksigen. Penurunan ini
menyebabkan fosforilasi mitokondria menjadi lebih tidak efisien dan
meningkatkan produksi ROS. Terbentuknya ROS dan radikal bebas menyebabkan
kematian sel secara apoptosis atau nekrosis. Usia berhubungan dengan perubahan
struktur telinga dalam yang berefek pada metabolisme dan produksi ROS serta
radikal bebas. Singkatnya, penurunan aliran darah pada koklear menyebabkan
penurunan suplai oksihen, penghantaran nutrien dan pembuangan material yang
tidak diperlukan

Regimen diet dapat membantu mencegah NIHL dengan cara


mengumpulkan ROS dan menstabilkan membran sel. Sebuah penelitian
melaporkan bahwa pengurangan 30% kalori, suplementasi antioksidan dan
konsumsi lemak dapat membantu mencegah presbikusis. Regimen ini sama
seperti yang disarankan untuk mengontrol hiperlipidemia. Walaupun penelitian ini
tidak menemukan hubungan langsung antara hiperkolesterolemia dan NIHL
namun penelitian ini menemukan hubungan antara hipertrigliseridemia dan NIHL.
Peneliti percaya bahwa regimen diet yang dapat membantu mengontrol kadar
serum trigliserid juga dapat membantu mencegah NIHL. Program edukasi
kesehatan kerja bagi pekerja yang terpapar tingkat kebisingan tinggi mungkin
dapat memberi saran tentang diet untuk membantu mengurangi risiko NIHL.

Penelitian retrospektif ini memiliki kekurangan. Pertama, data yang


digunakan tidak mencantumkan secara jelas dosis paparan kebisingan. Oleh
karena Council of Labor Affairs membatasi paparan bising hanya sampai 90 dBA,
maka peneliti mengasumsikan bahwa pekerja dalam penelitian ini terpapar level
bising antara 85 sampai 90 dBA SPL.

Keterbatasan lainnya adalah peneliti tidak memiliki riwayat lengkap


masing-masing individu tentang total waktu paparan kebisingan. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini, peneliti menggunakan data dari salah satu
penelitian peneliti. Pada penelitian tersebut, kuisioner tentang total waktu paparan
kebisingan, kebiasaan merokok, penggunaan obat ototoksik dan penggunaan alat
pelindung dari kebisingan menjadi bagian dari populasi untuk penelitian. Peneliti
menemukan hubungan positif antara usia dan total waktu paparan bising (N =
217, koefisien korelasi Spearman = 0.517). penelitian terbaru menjelaskan bahwa
usia menjadi faktor terkuat yang mempengaruhi pendengaran akibat bising.
Keterbatasan yang terakhir adalah tes pendengaran dilaksanakan di
ruangan yang tidak kedap suara. Walaupun tes dilaksanakan di ruang pertemuan
yang tenang, terdapat suara bising tambahan. Meskipun suara bising tambahan
yang terdengar berada pada frekuensi rendah dan rata-rata level kebisingan yang
terekam sekitar 2000, 3000 dan 4000 Hz, maka suara bising tambahan dapat
diabaikan.

Hasil

Total sebanyak 4071 subyek diteliti (530 perempuan, 13.0%; 3541 laki-
laki, 87.0%), dengan usia rata-rata 39,97 ± 9.24 tahun, berkisar dari usia 18
sampai 68 tahun. Terdapat 2997 kontrol (73.6%) dan 1074 kasus NIHL (26.4%)

Perbedaan antara kelompok kontrol dan NIHL

Seperti yang tertera pada Tabel.1, terdapat perbedaan yang signifikan


dalam bagaimana jenis kelamin didistribusikan ke dalam kelompok kontrol dan
NIHL. Kelompok NIHL mempunyai proporsi yang lebih besar pada laki-laki,
memberi kesan jika lebih banyak laki-laki yang memiliki tingkat pendengaran
kebisingan yang abnormal. Kelompok NIHL lebih tua 7,68 tahun dari kelompok
kontrol (t test, P < 0.001). Kelompok NIHL mempunyai kadar kolesterol rata-rata
sebesar 4.51 mg/dL lebih tinggi dari kelompok kontrol. (t test, P < 0.001). Mereka
juga memiliki kadar trigliserida rata-rata yang lebih tinggi 11,42 mg/dL dari
kelompok kontrol (t test, P < 0,01).
Tabel.1 Perbedaan antara kelompok kontrol dan NIHL

Efek hiperlipidemia pada gangguan pendengaran akibat bising

Teknik regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan hantra


hiperlipidemia dengan tingkat pendengaran suara bising. Usia dan jenis kelamin
disesuaikan untuk mengidentifikasi efek independen dari hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia pada NIHL.

Sebelum menyesuaikan usia dan jenis kelamin, teradapat hubungan yang


signifikan antara hiperkolesterolemia dan NIHL (OR = 1,213; 95% CI, 1,028-
1,433; P < 0.05). Setelah menyesuaikan beberapa faktor ini, signifikansi hilang
(OR [aOR] = 0,951; 95% CI 0.795-1.138; P > 0.05). Hipertrigliseridemia
berhubungan signifikan dengan NIHL sebelum dan sesudah penyesuian usia dan
jenis kelamin dengan OR = 1.365 (95% CI, 1.174-1.586; P < 0.001) dan aOR =
1.281 (95% CI, 1.088-1.507; P < 0.005).
Tabel.2 OR dan 95% confidence interval dari hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia dalam hubungannya dengan NIHL.

Kesimpulan

Meskipun pada penelitian ini tidak didapatkan hasil yang signifikan secara
statistik pada hubungan antara hiperkolesterolemia dan tuli akibat bising, tapi
didapatkan pekerja dengan hiperkolesterolemia memiliki 28% risiko lebih tinggi
mengalami tuli akibat bising. Mekanisme pasti hipertrigliseridemia meningkatkan
kejadian tuli akibat bising perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil dari
penelitian ini, perlunya program pendidikan kesehatan kerja untuk pekerja dengan
paparan bising intensitas tinggi, termasuk informasi mengenai kadar trigliserid
serum yang terkontrol untuk menurunkan risiko tuli akibat bising.

You might also like