Professional Documents
Culture Documents
1. PENGKAJIAN
1.1 biodata
kaji secara lengkap tentang umur , penyakit kusta , dapat mneyrang semua usia , jenis
kelamin , rasio pria dan wanita 2,3 : 1, 0 . paling sering terjadi pada daerah dengan
sosila etonomi yang rendah dan insidensinya meningkat pada daerah tropis atau sub
tropis . kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien untuk mnegtahui tingkat social
ekonomi , resiko trauma pekerjaan , dan kemungkinan kontak dengan penderita kusta .
1.2 keluhan utama.
Pasien sering dating ke tempat pelayanan ke kesehatan dengan keluhan dengan adanya
bercak putih yang tidak terasa , atau dating dengan keluhan kontraktur pada jari – jari
1.6riwayat psikososial
Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikkan . ini disebabkan
adanya deformitas atau kecacatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu , perlu dikaji
bagaimana konsep diri klien dan respon masyarakat disekitar klien
inspeksi dilakuakan untuk menetapkan ruam yang ada pada kulit . biasanya , dapat
ditemukan adanya nakula hipopigmentasi / hyperpigmentasi dan eritematosa .dengan
permukaan yang kasar atau licin dengan batas yang kurang jelas atau jelas ,
bergantung apad tipe yang diderita . pada type tuberkuloit , dapat ditemukan ganguan
saraf kulit yang diserati dengan penebalan serabut saraf , nyeri tekan akibat
peradangan atau raeksi fibrosis , unhidrasi , kerontokan rambut ( sering dijumai pada
rambut alis dan bulumata ).
Pada kusta tipe lipromatus , dijumpai pada hidung pelana dan wajah singa (leonine
face) . selain itu , adapula kelainan otot berupa atrofi disuse otot diyang ditandai
dengan kelumpuhan otot ootot , diiikuti dengan kekauan sendi / kontraktur sehingga
terjadi clow hand , drop foot , dan drop hand . kelainan pada tulang dapat berupa
osteomielitis dan resorbsi tulang yang mengakibatkan pemendekan dan kerusakan
tulang (ujung bengkok ) , terutama jari – jari tangan dan kaki . pada penderita kusta
dapat juga ditemukan kelainan pada mata akibat kelumpuhan m.orbikularis okuli
sehingga terjadi lagopthalmus / amata tidak dapat dipejamkan . akibatnya , mata
menjadi kering dan berlanjut pada keratitis , ulkus kornea iritis , iridosiklitik , dan
berakhir pada kebutaan .
Pada testis dapat terjadi atrofi , yang mengakibatkan ginetomastia . kecacatan yang
sering diderita oleh penderita kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepid an
neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta , juga cidera akibat anesthesia .
Palpasi
Pada palpasi ditemukan penebalan serabut saraf , macula anastetika pada tipe T dan
makula non anastetika pada tipe L , serta permukaan lesi yang kering dan kasar ,
selajutnya kita bisa melakukan pemerksaan sederhana untuk menunjang kepastian
diagnosis penyakit kusta dan juga untuk mengatahui ada atau tidaknya anastesia pada
lesi yang kita curigai melalui beberapa pengujian .
a. uji kulit
dilakukan dengan cara penggunaan jarum untuk mengathui rasa nyeri dilakukan
dengan meminta klien menyebutkan tempat mana yang lebih sakit atau lebih
terasa . kita dapat secara alamiah menggunakan kapas atau bulu ayam untuk
mengetahui sensasi raba. Jika masih belum jelas, kita lakukan pengujian terhadap
sensasi suhu , yaitu panas dan dingin, dengan menggunakan 2 tabung reaksi yang
disentuhkan secara bergantian dengan catatan penderita tidak melihat pada waktu
pengujian dilakukan dan menyebutkan rasa apa yang dirasakan.
b. uji keringat
pada penderita kusta, ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar
keringat. Uji ini dilakukan dengan cara menggores lesi dengan pensil tinta mulai
dari beberapa cm ddiluiar lesi melewati permukaan lesi dan keluar batas lesi.
Hasilnya pada bagian luar lesi goresan pensil akan mengembang berwarna ungu,
sedangkan didaerah lesi tidak.
b. Uji lepromin
Dilakukan untuk menentukan diagnosis dan sitif. Tipe bb , bl , ll. : Uji nepromin
negative.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Letih, lemah, kram otot, gangguan tidur.
Tanda : Kelemahan.
2. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang keluaga, pekerjaan, keuangan, kecacatan,
masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
3. Sirkulasi
Gejala : Kesemutan pada ekstremitas
4. Elimenasi
Tanda : pengeluaran urine menurun / tidak ada
5. Makanan / caiaran
Gejala : Penurunan berat badan / tidak ada
Tanda : Perubahan warna kulit / kering
6. Neurensensori
Gejala : Kesemutan, kram otot, gelisah
Tanda : Perubahan orientasi, prilaku
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Tidak terasa nyeri
Tanda : Prilaku berhati – hati
8. .Keamanan
9. Gejala : Adanya reaksi infeksi, penurunan rentang gerak.
Hasil yang dilihat pada mikroskop adalah bentuk kuman solid (utuh ), fragmental ( segmented )
atau granulated . struktur kuman dan kepadatan (densitas ) kuman dinyatakan dengan indeks
bakteri yang dalam hal ini dinyataka dengan +1 sampai +6 . daya tular dan dinyatakan dengan
indeks morfologi dengan menggunakan persentase .
DIAGNOSA
1. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan priritus
Diganosa
no intervensi rasional
1 menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap uadara yang kering
memiliki ventilasi dan kelembapan yang baik menimbulkan rasa gatal .
lingkungan yang nyaman
meningkatkan rrelaksasi
2 menjaga agar kulit selalu lembab tindakan ini mencegah
kehilangan air . kulit yang
kering dan gatal biasanaya
tidak dapat dikendalaikan
tetapi dapat disembuhkan
3 menjaga jadwal tidur yang teratur . pergi tidur pada saat dengan jadwal tidur yang
yang sama dan bangun pada saat yang sama teratur akan terpenuhi
kebutuhan tidur klien
4 menghindarai minuman yang mengandung kafein kafein meimiliki efek puncak
menjelang tidur malam hari. 2-4 jam sesudah dikonsumsi
5 melaksanaan gerak badan secara teratur gerak badan memberikan efek
yang menguntungkan
6 mengerjakan hal – hal yang ritual dan rutin menjelang tindakan ini memudahkan
tidur peralihan dari keadaan terjaga
menjadi keadaan tertidur