You are on page 1of 6

ASUHAN KEPERAWATAN MOBUS HANSEN

1. PENGKAJIAN
1.1 biodata
kaji secara lengkap tentang umur , penyakit kusta , dapat mneyrang semua usia , jenis
kelamin , rasio pria dan wanita 2,3 : 1, 0 . paling sering terjadi pada daerah dengan
sosila etonomi yang rendah dan insidensinya meningkat pada daerah tropis atau sub
tropis . kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien untuk mnegtahui tingkat social
ekonomi , resiko trauma pekerjaan , dan kemungkinan kontak dengan penderita kusta .
1.2 keluhan utama.
Pasien sering dating ke tempat pelayanan ke kesehatan dengan keluhan dengan adanya
bercak putih yang tidak terasa , atau dating dengan keluhan kontraktur pada jari – jari

1.3 riwayat penyakit sekarang


pada saat melakukan anamnesis pada pasien kaji kapan lesi atau kontraktur ktersebut
timbul , sudah berapa lama timbulnya , dan bagaiamna proses perubahannya , baik
warna kulit maupun keluhan lainnya . pada beberapa kasus , ditemukan keluhan ,
dgatal , nyeri , panas , atau rasa tebal.
Kaji juga klien pernah menjalani pemeriksaan laboratorium . kaji juga pernakah
klien memakai obat kulit yang dioles atau diminum . karena pada beberapa kasus ,
reaksi obat juga dapat menimbulkan perubahan warna kulit dan reaksi alergi yang lain
.
1.4 riawayat penyakit terdahulu
salah satu factor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh yang menurun .
akibatnya m.leprae dapat masuk ke dalam tubuh oleh karena itu perlu dikaji adakah
riawayt penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah diderita .
1.5 riwayat penyakit keluarga
penyakit kusta bukan penyakit turunan , tetapi jika anggota keluarga atau tetangga
menderita penyakit kusta , resiko tinggi tertular sangat mungkin terjadi . perlu dikaji
adakah anggota keluarga lain yang menderita atau memiliki keluhan yang sama baik
yang masih hidup maupun yang sudah meninggal

1.6riwayat psikososial
Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikkan . ini disebabkan
adanya deformitas atau kecacatan yang ditimbulkan. Oleh karena itu , perlu dikaji
bagaimana konsep diri klien dan respon masyarakat disekitar klien

1.6 kebiasaan sehari- hari


pada saat melakukan anmnesis tentang pola kebiasaan klien sehari hari , rawat perlu
mengkaji status gizi , pola makan taua nutrisi klien . hal ini sangat penting , karena
factor gizi sangat berkaitan erat dengan system imun . apabila sudah ada deformitas
atau kecacatan , maka aktiviras dan kemampuan klien dalam menjalankan kegaiatn
sehari – hari dapat terganggu . disamping itu , perlu dikaji aktiitas yang dilakukan
klien sehari – hari . hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya cidera akibat
anastesia.
1.7 pemeriksaan fisik .
pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh tidak hanya terbatas pada lesi
saja . kelenjar regional juga harus diperiksa karena pada penderita kusta dpat pula
ditemukan adanya pembesaran beberapa kelenjar limfe. Pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan cara . inspeksi , palpasi , dan pemeriksaan sederhana dengan
menggunakan jarum , kapas , tabung reaksi (masing – masing dengan air panas dan es
) , pensil tinta , dan sebagianya .

inspeksi dilakuakan untuk menetapkan ruam yang ada pada kulit . biasanya , dapat
ditemukan adanya nakula hipopigmentasi / hyperpigmentasi dan eritematosa .dengan
permukaan yang kasar atau licin dengan batas yang kurang jelas atau jelas ,
bergantung apad tipe yang diderita . pada type tuberkuloit , dapat ditemukan ganguan
saraf kulit yang diserati dengan penebalan serabut saraf , nyeri tekan akibat
peradangan atau raeksi fibrosis , unhidrasi , kerontokan rambut ( sering dijumai pada
rambut alis dan bulumata ).

Pada kusta tipe lipromatus , dijumpai pada hidung pelana dan wajah singa (leonine
face) . selain itu , adapula kelainan otot berupa atrofi disuse otot diyang ditandai
dengan kelumpuhan otot ootot , diiikuti dengan kekauan sendi / kontraktur sehingga
terjadi clow hand , drop foot , dan drop hand . kelainan pada tulang dapat berupa
osteomielitis dan resorbsi tulang yang mengakibatkan pemendekan dan kerusakan
tulang (ujung bengkok ) , terutama jari – jari tangan dan kaki . pada penderita kusta
dapat juga ditemukan kelainan pada mata akibat kelumpuhan m.orbikularis okuli
sehingga terjadi lagopthalmus / amata tidak dapat dipejamkan . akibatnya , mata
menjadi kering dan berlanjut pada keratitis , ulkus kornea iritis , iridosiklitik , dan
berakhir pada kebutaan .
Pada testis dapat terjadi atrofi , yang mengakibatkan ginetomastia . kecacatan yang
sering diderita oleh penderita kusta disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepid an
neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta , juga cidera akibat anesthesia .

Palpasi
Pada palpasi ditemukan penebalan serabut saraf , macula anastetika pada tipe T dan
makula non anastetika pada tipe L , serta permukaan lesi yang kering dan kasar ,
selajutnya kita bisa melakukan pemerksaan sederhana untuk menunjang kepastian
diagnosis penyakit kusta dan juga untuk mengatahui ada atau tidaknya anastesia pada
lesi yang kita curigai melalui beberapa pengujian .
a. uji kulit
dilakukan dengan cara penggunaan jarum untuk mengathui rasa nyeri dilakukan
dengan meminta klien menyebutkan tempat mana yang lebih sakit atau lebih
terasa . kita dapat secara alamiah menggunakan kapas atau bulu ayam untuk
mengetahui sensasi raba. Jika masih belum jelas, kita lakukan pengujian terhadap
sensasi suhu , yaitu panas dan dingin, dengan menggunakan 2 tabung reaksi yang
disentuhkan secara bergantian dengan catatan penderita tidak melihat pada waktu
pengujian dilakukan dan menyebutkan rasa apa yang dirasakan.
b. uji keringat
pada penderita kusta, ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar
keringat. Uji ini dilakukan dengan cara menggores lesi dengan pensil tinta mulai
dari beberapa cm ddiluiar lesi melewati permukaan lesi dan keluar batas lesi.
Hasilnya pada bagian luar lesi goresan pensil akan mengembang berwarna ungu,
sedangkan didaerah lesi tidak.
b. Uji lepromin
Dilakukan untuk menentukan diagnosis dan sitif. Tipe bb , bl , ll. : Uji nepromin
negative.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Letih, lemah, kram otot, gangguan tidur.
Tanda : Kelemahan.

2. Integritas ego
Gejala : Masalah tentang keluaga, pekerjaan, keuangan, kecacatan,
masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

3. Sirkulasi
Gejala : Kesemutan pada ekstremitas

4. Elimenasi
Tanda : pengeluaran urine menurun / tidak ada

5. Makanan / caiaran
Gejala : Penurunan berat badan / tidak ada
Tanda : Perubahan warna kulit / kering

6. Neurensensori
Gejala : Kesemutan, kram otot, gelisah
Tanda : Perubahan orientasi, prilaku

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Tidak terasa nyeri
Tanda : Prilaku berhati – hati

8. .Keamanan
9. Gejala : Adanya reaksi infeksi, penurunan rentang gerak.

1.8 pemeriksaan penunjang


m.leprae merupakan bakteri berbentuk batang , dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
kerokan jaringan atau sediaan akus (smear). Setalah di cat dengan Zichl Nielsen ,
sediaan selanjutnya dilihat dengan dibawah mikroskop biasa dengan lensa objektif
100x . cara pengembalian sediaan adalah sebagai berikut dari
a. beri penjelasan pada penderita tentang tindakan yang akan dilakukan
b. korek septum nasi dengan oese untuk mendapatkan secret hidung (tindakan ini
sudah jarang dilakukan karena tidak nyaman buat penderita )
c. kerokan dihasilkan dengan membuat irisan dangkal dengan scalpel pada cupping
telinga yang sebelumnya didesinnfeksikan dengan kapas alcohol kemudian dijepitkan
dnegan jari sehingga pucat.
d. kerokan yang dihasilkan setelah mengadakan irisan dangkal dengan scalpel pada
lesi (muskula ) yang sebelumnya dijepit dengan pinset sampai pucat.
Luka sayatan cukup ditekan dengan kapas steril yang kering untuk menghentikan
pendarahan .

Hasil yang dilihat pada mikroskop adalah bentuk kuman solid (utuh ), fragmental ( segmented )
atau granulated . struktur kuman dan kepadatan (densitas ) kuman dinyatakan dengan indeks
bakteri yang dalam hal ini dinyataka dengan +1 sampai +6 . daya tular dan dinyatakan dengan
indeks morfologi dengan menggunakan persentase .

DIAGNOSA
1. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan priritus
Diganosa

Gangguan pola tidur berhubungan dengan pririritus

Tujuan : untuk mencapai istirahat tidur yang cukup

no intervensi rasional
1 menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap uadara yang kering
memiliki ventilasi dan kelembapan yang baik menimbulkan rasa gatal .
lingkungan yang nyaman
meningkatkan rrelaksasi
2 menjaga agar kulit selalu lembab tindakan ini mencegah
kehilangan air . kulit yang
kering dan gatal biasanaya
tidak dapat dikendalaikan
tetapi dapat disembuhkan
3 menjaga jadwal tidur yang teratur . pergi tidur pada saat dengan jadwal tidur yang
yang sama dan bangun pada saat yang sama teratur akan terpenuhi
kebutuhan tidur klien
4 menghindarai minuman yang mengandung kafein kafein meimiliki efek puncak
menjelang tidur malam hari. 2-4 jam sesudah dikonsumsi
5 melaksanaan gerak badan secara teratur gerak badan memberikan efek
yang menguntungkan
6 mengerjakan hal – hal yang ritual dan rutin menjelang tindakan ini memudahkan
tidur peralihan dari keadaan terjaga
menjadi keadaan tertidur

You might also like