Professional Documents
Culture Documents
(LUKA BAKAR)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia -Nya sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Combustio
(Luka Bakar)” sebagai salah satu tugas untuk mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah.
Banyak halangan yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas ini, namun
berkat rahmat dan karunia -Nya serta bantuan dari semua pihak, maka tugas ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut membantu.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu semua saran dan kritikan yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan. Akhirnya penyusun berharap, semoga
tugas ini bermanfaat untuk kita semua dan khususnya bagi para pembaca yang
membutuhkan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas akhir selanjutnya.
Sekian terima kasih penyusun sampaikan semoga Tuhan memberikan balasan
pahala atas amal yang diberikan dan semoga tugas makalah ini berguna baik
penyusun maupun pihak lain yang memanfaatnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai penahan
penting dalam sistem fisiologi tubuh. Kulit berfungsi sebagai indra perasa yang
menerima rangsangan panas, dingin rasa sakit,halus dan sebagainya. Kulit yang
berfungsi menjaga stabilitas suhu badan dan mencegah penguapan air yang
berlebihan. Dalam hal pencegahan infeksi, kulit merupakan pelindung yang
menghalangi masuknya mikroba dan bahan-bahan asing lain yang mempunyai
sifat patogenik. Kulit sebagai alat ekskresi kelenjar minyak (Anonim, 2008).
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan
disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel
listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat
(Triana, 2007). Luka bakar atau combustio merupakan masalah yang sangat
signifikan oleh karena itu perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan
tenaga medis yang profesional.
Penyembuhan luka merupakan proses biologis yang dinamis meliputi
berbagai mekanisme yang kompleks yaitu: berbagai fase pembekuan darah,
proses inflamasi, proliferasi sel, pertumbuhan atau pembentukan pembuluh
darah baru dan rekonstruksi matriks ekstrasel atau repair dan remodeling.
Interaksi faktor-faktor pertumbuhan dan sel epitel fibroblast dan sel endotel
berperan penting dalam proses biologis penyembuhan luka. Transplantasi
jaringan kulit sampai saat ini masih merupakn pilihan utama untuk menutup
jaringan lukit yang terbuka luas. Metode transplantasi ini menimbulkan
berbagai masalah seperti timbulnya jaringan parut,nyeri permanen pada bagian
kulit yang di ambil dan lain-lain (Triana, 2007).
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Combustio (Luka Bakar)
2. Tujuan Khusus
N. Untuk Mengetahui Definisi Combustion
O. Untuk Mengetahui Klasifikasi Combustio
P. Untuk Mengetahui Etiologi Combustio
Q. Untuk Mengetahui Patofisiologi Combustio
R. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Combustion
S. Untuk Mengetahui Bagaimana Penyembuhan Luka Combustio
T. Untuk Mengetahui Berapa Luas Luka Combustio
U. Untuk Mengetahui Komplikasi Luka Combustion
V. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Combustio
W. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Combustio
X. Untuk Mengetahui Tatalaksana Combustio
Y. Untuk Mengetahui Perawatan Luka Combustio
BAB II
TINJAUAN TEORI
kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum
luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar
natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi
segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat
destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya
cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat
kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena
kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan
masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus
luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan
respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak
9
migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan
berhenti dan mulailah proses pematangan.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa
nyeri atau gatal.
22
23
14. Nyeri/kenyamanan:
Gejala:
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan:
Gejala:
Terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
25
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka
baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai
bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik)
dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar
(luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka
bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut
:
DEWAS
BAG TUBUH 1 TH 2 TH
A
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade
tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan
lamanya kesembuhan luka
28
nadi perifer.
Rasional :
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon
kardiovaskuler .
b. Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan hemates
sesuai indikasi.
Rasional :
Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk meyakinkan
rata-rata haluaran urine 30-50 ml / jam (pada orang dewasa). Urine bisa
tampak merah sampai hitam pada kerusakan otot massif sehubungan
dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin.
c. Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak
Rasional :
Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses
inflamasi dan kehilangan melalui evaporasi besar mempengaruhi
volume sirkulasi dan haluaran urine, khususnya selama 24-72 jam
pertama setelah terbakar.
d. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Pergantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan
selanjutnya. Peningkatan berat badan 15-20% pada 72 jam pertama
selama pergantian cairan dapat diantisipasi untuk mengembalikan
keberatan sebelum terbakar kira-kira 10 hari setelah terbakar.
e. Selidiki perubahan mental
Rasional:
Penyimpanan pada tingkat kesadaran dapat mengidentifikasikan
ketidakadekuatan volume sirkulasi atau penurunan perfusi serebral.
f. Observasi Observasi distensi abdomen, hematemesess, feses hitam,
hemates drainase NG dan feses secara periodik.
Rasional :
Stress (curling) ulkus terjadi pada setengah dan semua pasien pada luka
bakar berat (dapat terjadi pada awal minggu pertama).
31
Intervensi :
a. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur
perawatan
Rasional :
Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas,
memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerjasama.
b. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan
keputusan kapanpun mungkin
Rasional :
Meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama menurunkan perasaan tak berdaya
atau putus asa.
c. Dorongan pasien untuk bicara tentang luka bakar bila siap
Rasional :
Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk
membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
d. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk
bertanya dan berikan jawaban terbuka atau jujur.
Rasional:
Pertanyaan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat
membantu pasien atau orang terdekat menerima realita dan mulai
menerima apa yang terjadi.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan krisis situasi kecacatan.
Kriteria hasil:
a. Menyatakan penerimaan situasi diri
b. Bicara dengan keluarga atau orang terdekat tentang situasi perubahan
yang terjadi.
c. Membuat tujuan realitas atau rencana untuk masa depan
d. Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negatif
Intervensi :
a. Kaji makna kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat
Rasional :
Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba, tak diantisipasi
35
A. Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka
kecil penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar
memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin
ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman
luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar
yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal.
Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan
makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin
berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
B. Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip
steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua,
muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati
setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar.
36
DAFTAR PUSTAKA
Pertiwi, D. T. (2013). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Tn. S
dengan Luka Bakar Derajat II di Ruang Kantil RSUD Karanganyar.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Purwaningsih, L. A., & Rosa, E. M. .Respon Adaptasi Fisiologis dan
Psikologis Pasien Luka Bakar yang diberikan Kombinasi Alternative
Moisture Balance Dressing dan Seft Terapi di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Muhammadiyah Journal Of Nursing, 41-49.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM
Kesehatan.
Putra, Y. G. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. I Dengan Luka Bakar
Di Ruang Luka Bakar Rumah Sakit Sardjito. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surya Global Yogyakarta
Renol. (2016). Seminar Kasus Dengan Combustio Pada Tn.A Di Ruangan
Anyrlir Kelas II di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. Fakultas
Kedokteran & Ilmu Kesehatan Program Studi D III Keperawatan
Universitas Abdurrab Pekanbaru
37