You are on page 1of 29

KEPERAWATAN GERONTIK

APLIKASI DENGAN LANSIA

OLEH :

KELOMPOK 1

COK ISTI NOVIA TRISNA ANGGA DEWI (183222903)

DEVIRA PRADNYA PRATISISTA (183222904)

DEWA AYU LILIK SARASWATI (183222905)

FEBI PRAMITA LESTARI (183222906)

GEK FITRINA DWI SARIASIH (183222907)

GUSTI AYU INDAH PUSPA RANNI (183222908)

I DEWA AYU AGUNG YULI UMARDEWI (183222909)

I GUSTI AYU MURTINI (183222910)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang widhi Wasa karena
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Dengan
Lansia” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi
mencapai kesempurnaan makalah berikutnya.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melancarkan segala
usaha kita.

Denpasar, Pebruari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan
hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup
dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi tingginya. Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam mengantisipasi peningkatan
jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di bidang
kesehatan dan keperawatan.
Dengan semakin luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan
keberhasilan pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut
mendorong peningkatan kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan
adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih
memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat
serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua
yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan).
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh,
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan.
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur,
timbul keriput, rambut menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan
penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang
lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul.
Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti
suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak
mudah menerima ide baru.
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat
mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan
keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia
dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan
bahagia.
Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat
kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat. Salah satu
pelayanan kesehatan di masyarakat adalah posyandu lansia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Apa saja kebijakan – kebijakan program kesehatan lansia?
2) Apa saja strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan
lansia ?
3) Bagaimana dukungan keluarga terhadap kesejahteraan dan kesehatan
lansia ?
1.3 TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui kebijakan – kebijakan tentang
program kesehatan lansia
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui strategi dan kegiatan untuk promosi
kesehatan dan kesejahteraan lansia
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dukungan keluarga terhadap
kesejahteraan dan kesehatan lansia
1.4 MANFAAT
1. Mahasiswa mampu mengetahui kebijakan – kebijakan tentang program
kesehatan lansia
2. Mahasiswa mampu mengetahui strategi dan kegiatan untuk promosi
kesehatan dan kesejahteraan lansia
3. Mahasiswa mampu mengetahui dukungan keluarga terhadap
kesejahteraan dan kesehatan lansia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan-Kebijakan Program Kesehatan Lansia


Indonesia telah memiliki perundang-undangan, keputusan, peraturan dan
kebijakan untuk penganan lanjut usia diantaranya:
1. UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
2. UU No. 13/98 tentang kesejahteraan Lansia yang mengamanatkan kepada
pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial
bagi Lansia. agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang
wajar. Amanat terurai dalam pasal-pasal untuk 12 departemen, lembaga non
departemen serta kepada unsure masyarakat.
3. UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya
yang menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009 tentang
kesejahteraan sosial
4. Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008 tentang
pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat
5. RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai
masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan
kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat
masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar
adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah
Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat
dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah
keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara
professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang
salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat
(JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan
perhatian yang selayakn
Kewajiban pemerintah tersebut tertuang jelas di dalam Undang-Undang
No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Pada pasal 5, dituliskan delapan
hak para lansia yang harus dipenuhi pemerintah berkaitan dengan kesejahteraan
sosialnya. Diantaranya mendapatkan perlindungan social, bantuan social dan
pelayanan kesehatan.
2.2 Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia
2.2.1 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas
Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen
pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu
masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi
kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah
melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi
dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal –
hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan
lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi
kesehatan. Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia
sebagai kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam
masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai
pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif
dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan
untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan
harus benar – benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat
dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama menurut
usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia
memiliki tiga tujuan
1. Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan
Blakeney, 1994 )
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di
komunitas dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target
intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga serta
kelompok dan komunitas.

2.2.2 Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok


Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus –
individu atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan
keterampilan dan kompetensi individu atau keluarga untuk membuat
keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan
perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia
dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional.
Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan
dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :
a. Skrining kesehatan
b. Modifikasi gaya hidup
c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
d. Konseling
e. Kelompok pendukung
f. Pelayanan kesehatan primer
g. Imunisasi
h. Keamanan di rumah
i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah,
perawatan personal atau bantuan rumah tangga )
j. Makanan yang dikirimkan ke rumah
k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan
kunjungan rumah )
l. Manajemen kasus
m. Bantuan pemeliharaan di rumah

2.2.3 Intervensi berfokus pada komunitas


Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang
diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok
lansia yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas
adalah meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap
pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan dibutuhkan
dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia di
komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi
tindakan politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang
memengaruhi lansia di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas
adalah sebagai berikut
 Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang
menekankan pada masyarakat lansia
 Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan
sebagai older American Month ( bulan lansia Amerika )
 Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti
pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs
internet
 Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti
mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk
pelayanan di rumah
 Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia
proyek pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang
tersedia untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada
subkelompok asia
 Aktivitas pencegahan kejahatan
 Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
2.2.4 Kemitraan dengan Komunitas Lansia
Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan
berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi
meningkatkan kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang
efektif perawat kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan
bersama kelompok lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam
merencanakan promosi kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah hal
yang esensial karena lansia sensitif terhadap kehilangan potensi kemandiriannya.
Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa kemandirian mereka akan menngkat.
Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja dengan lansia di komunitas
antara lain:
1. Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti gereja,
senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
3. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
4. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau
penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar,
membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan /
atau pengeras suara yang adekuat.
5. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup
untuk berespons
6. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman
hidup
7. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
8. Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi 1
9. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa
nyaman pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau
menanyakan informasi baru atau informasi yang masih meragukan mereka
10. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
11. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas
serta kebijakan yang memengaruhi lansia

2.2.5 Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di komunitas


a. Pelayanan Kesehatan
Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan
pelayanan kesehatan primer yang teratur untuk
mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit kronik
kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya.
Pelayanan promosi kesehatan yang dapat mendasari
intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin,
pneumokokus )
2. Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit
kardiovaskuler, dan diabetes.
3. Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang
ada ( pendidikan kesehatan, manajemen kasus,dan
manajemen medikasi).
4. Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan
biaya ( termasuk biaya pengobatan alternatif ) dari
Medicare/Medicare Managed Care, asuransi
Medicare tambahan, dan program asuransi kesehatan
spesifik.
5. Program outreach dan upaya advokasi untuk
menjamin akses lansia pada sumber-sumber yang
dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan, pelatihan
kesehatan, dan pengendali akses di komunitas,
Personel yang ditugaskan bisa karyawan perusahaan
swasta, staf gereja, dan karyawan perudahaan BUMN
yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber
yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).
6. Rujukan kepada program bantuan farmasi negara
yang ada serta advokasi untuk membuat program
yang mereka butuhkan.
7. Pendidikan mengenai manajemen medikasi
( penjadwalan, kepatuhan, kalender, dan sebagainya ).
8. Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
9. One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
10. Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit
kronik.

b. Nutrisi
Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia
dalam mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit,
yang memperlambat perkembangan penyakit kronis yang di
derita. Dalam upaya membantu lansia meningkatkan dan
mempertahankan status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan
membangun kekuatan yang ada adalah hal yang sangat
membantu. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision
Screning Checklist ) yang dibuat oleh American Academy of
Family Physicians, American Dietetic Association, dan
National Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative,
1992 ) adalah alat pengkajian nutrisi yang sangat baik.
Berikut ini adalah program kemitraan dalam bidang
kesehatan nutrisi yang dapat Anda pertimbangkan.
c. “Makan sehat dan enak!”
Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang
berfokus pada nutrisi dasar dan manajemen resiko nutrisi
( rendah garam, rendah lemak, rendah gula, tinggi serat dan
sebagainya ). Apabila kebutuhan terhadap diet gula khusus
harus dibahas, pertimbangkan untuk mengadakan serial
kelas dan bentuk kelompok menurut ingkatran kebutuhan
diet spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih efektif jiak
penyajiannya sangat interaktif dengan para partisipan-
mencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif
yang ada, dan memasukkan makanan yang etnis.
Pemasangan poster dengan tulisan yang besar dan
berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang
tepat. Makalah juga bisa membantu. Ingat, lansia senang
membicarakan dan menceritakan pengalaman hidup
mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang menghadiri
kelas, seperti tongkat, kanduk kertas, makaronidan makanan
yang tidak cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari
toko yang menjual bahan makanan. Tantangan terbesarnya
adalah enumbuhkan minat para lansia
untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari
komunitas atau kelompok teman sebaya untuk membantu
marketing dan program outreach.
d. Olahraga dan Kebugaran
Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang
rentang kehidupan manusia. Olahraga untuk lansia harus
mempertimbangkan kesehatan dan status fungsionalnya. Di
bawah ini adalah beberapa bentuk program olahraga
kebugaran.
 “DUDUK MENENDANG KE ATAS: OLAHRAGA
UNTUK LANSIA”
Ketika mengadakan klinik skrining tekanan
darah dipusat nutrisi lansia, perawat mengobservasi
bahwa pengunjung sering kali datang sekitar pukul 8
pagi. Mereka mengisi waktu dengan duduk-duduk
sampai makan siang dihidangkan pada pukul 12
siang. Mereka bermain permainan meja seperti kartu
atau domino, tetapi aktivitas fisik mereka sedikit.
Ketika memeriksa tekanan darah, perawat
menanyakan tentang aktivitas fisik yang lansia
lakukan dan memperoleh informasi bahwa
kebanyakan lansia tidak merasa aman untuk berjalan
di sekitar lingkungan mereka atau mereka belum
mengetahui bentuk lain dari olahraga. Setelah
memvalidasi kebutuhan terhadap tipe olahraga
ringan ( low-impact ) yang dapat dilakukan di
kursi,suatu program dikembangkan dan beberapa
pertisipan dilatih sebagai instruktur olahraga.
Rogram tersebut dinamakan “Duduk, Menendang ke
Atas: Olahraga untuk Lansia”. Dengan bimbingan
sukarelawan instruktur olahraga, program telah
dimasukkan secara nyata ke dalam jadwal aktivitas
sehari-hari.
 Pencegahan jatuh
Jatuh adalah masalah besar pada lansia.
Anda mungkin hendak membangun sebuah tim
dengan ahli terapi oku pasional dan ahli terapi fisik
untuk mengadakan kelas pencegahan jatuh pada
lokasi tempat para lansia biasa berkumpul ( ya ,
mungkin saja anda tidak dapat mempengaruhi para
lansia untuk datang mengahadiri kelas ini yang
justru sangat mereka butuhkan; para lansia tersebut
berada di rumahanya karena meraka takut jatuh jika
mereka pergi keluar). Beberapa individu dapat
memberikan koesioner mengenai pengkajian jatuh,
sebagian lagi dapat melakukan tes keseimbangan,
mendemonstrasikan cara – cara untuk mencegah
jatuh dan memberikan konseling individual
mengenai hal – hal yang dapat menyebabkan jatuh.
Proyek kolaborasif multidisiplin ini dapat
berdampak sangat besar terhadap masalah yang
terkadang mengakibatkan lansia kehilangan
kemandiriannya atau bahkan dapat membawa
kepada kematian. Anda mungkin perlu memasarkan
proyek ini serta mendapatkan tempat untuk skrining,
tes keseimbangan, demonstrasi dan konseling.
Pertimbangkan untuk memiliki formulir pernyataan
dan persetujuan untuk menjalani tes keseimbangan
pada setiap kejadian jatuh.
 Keamanan komunitas
Dalam upaya menurunkan ketakutan lansia
terhadap kekerasan yang sering menghantui mereka,
perawat perlu bekerja sama dengan lembaga
penegak hukum setempat untuk mengembangkan
program komunitas. Prototipe program meliputi
neighborbood crime watch program, citizens on
patrol dan program keamanan organisasi
kemasyarakatan lainnya. Lansia membutuhkan
pendidikan yang mencakup program pertahan diri,
baik secara fisik maupun secara psikologis.
Kampanye media di masyarakat harus
berkonsentrasi pada upaya menumbuhkan
kewaspadaan lansia terhadap tipe – tipe kejahatan
spesifik di dalam masyarakat, termasuk frekuensi
dan waktu kejadian. Selain itu, menabungkan cek
bulanan untuk menurunkan kerentanan terhadap
kejahatan.
 Keamanan berkendara
Seiring dengan peningkatan presentasi lansia
di amerika, jumlah pengendara lansia juga semakin
banyak. Derekomendasikan agar pengendara lansia
belajar mengemudi kembali untuk
mengakomodasikan perubahan neuromuskular dan
sensorik yang terjadi seiring proses menua.
Pengendara lansia dianjurka untuk mengevaluasi
kemabli secara periodik kemampuan mereka dalam
mengemudi, termasuk pemerikasaan penglihatan /
pendengaran dan evaluasi perubahan fisik lainnya
dapat mempengaruhi mereka dalam berkendara.
AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving
Program untuk membantu pengendara yang berusia
lanjut meningkatkan kemampuan berkendaranya,
mencegah tabrakan kendaraan dan menghindari
pelanggaran lalu lintas (AARP, 1999a) . AARP juga
menerbitkan Older Driver Assesment and Resource
Guide ( panduan pengkajian dan sumber pengemudi
lansia) yang disediakan secara gratis. Pengemudi
yang berusia lanjut harus mengacu kepada sumber
ini atau sumber lain yang ada di komunitas.
 LEGISLASI SIGNIFIKAN DAN LANSIA
AMERIKA
Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang
penting patut untuk didiskusikan. Dua bagian
penting dari legislasi yang mempengruhi kehidupan
lansia di amerika adalah Social Security Act tahun
1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun 1965.
Social Security Act berisi banyak program bagi para
lansia, termauk bantuan finansial dan pelayana
kesehatan. Ketentuan utamanya adalah
meningkatkan sistem tunjangan bagi lansia dan
memungkinkan negara untuk memberikan santunan
kepada tunanetra, masyarakat yang sudah tua, serta
anak – anak cacat dan terlantar. Undang – undang ini
membentuk Social Security Board (badan pengaman
social) dan mekanisme untuk meningkatkan uang
pensiun dan tunjangan kesejahteraan. Satu
amandemen paling signifikan muncul pada tahun
1965, yang ditandai dengan berdirinya program
asuransi kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA
mengarahkan atensi negara kepaa kebutuhan lansia
dan mengesahkan the Administration On Aging
Within The Department Of Health And Human
Services. OAA mendanai riset serta pelatihan
gerontologi dan memfasiltasi program lokal, negara,
dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup
lansia. Selama bertahun – tahun, OAA telah
menetapkan bermacam – macam pelayanan untuk
lansia, termasuk lembaga yang melayani lansia,
pusat multiguna lansia, pelayanan nutrisi, program
relawan, pendidikan kesehatan, pelayanan
transportasi, pelayanan kesehatan dirumah, dan
aktivitas kesehatan preventif. Legislasi lain yang
membantu peningkatan kualitas hidup lansia adalah
The Age Discrimonation Act tahun 1974 yang
mencegah diskriminasi pada lansia dalam pekerjaan
dan mencegah pensiun yang dipaksakan ; research
on aging act tahun 1974, yang membentuk National
Institute Of Aging dalam The National Institute Of
Health dan American Disabilities Act tahun 1990
yang menjamin hak – hak warga amerika yang
mengalami kecacatan.

2.2.6 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia


Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang
dominan pada saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering
terjadi di kalangan lansia – penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan
akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun gambaran suram tentang
penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami penyakit kronis
secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua dengan
penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk beradaptasi
terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas ( misalnya penundaan
awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap akhir
kehidupan ). Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal
yang mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk
merawat lansia. Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa
pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup
20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan.

2.2.7 Promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan


Penelitian terbaru menemukan bahwa lansia tertarik dalam promosi
kesehatan dan banyak lansia pada saat ini mempraktikan lebih banyak
perilaku promosi kesehatan daripada kelompok usia yang lebih muda.
Ketika ditanyakan perilaku apakah yang mereka inginkan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya lansia menyebutkan hal
– hal seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap
kehidupan olahraga, nutrisi, istirahat dan relaksasi memantau tekanan
darah dan pemeriksaan kesehatan dan disiplin diri sendiri untuk
melakukan sesuatu yang tidak terlalu berat. Hal – hal tersebut sebenarnya
mewakili suatu kombinasi perilaku promosi kesehatan dan perlindungan
kesehatan ( pencegahan ) Menurt pender promosi kesehatan adalah pola
multidimensional dari tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri
sendiri yang dapat membantu memelihara atau meningkatkan kesehatan
aktualisasi diri dan pemenuhan kebutuhan individu. Perilaku – perilaku
tersebut misalnya melakukan aktivitas fisik dan mental secara teratur
memperoleh nutrisi istirahat dan relaksasi yang adekuat dan memelihara
jaringan dukungan sosial; semua itu merupakan perilaku promosi
kesehatan karena dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan
seseorang.
Promosi kesehatan untuk lansia, tidak difokuskan pada penyakit
atau ketidakmampuan terapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia
tersebut. Promosi kesehatan berusaha untuk memaksimalakan potensi
lansia dan meminimalkan efek penuaan. Aktivitas promosi kesehatan
utama yang tepat untuk lansia adalah aktifitas fisik, mental, dan sosial
secara teratur, nutrisi adekuat, pengendalian berat badan dan menejemen
stres.
Penemuan ini menunjukkan kesempatan yang unik bagi profesi
keperawatan. Perawat memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dalam porsi yang penting bagi populasi dengan menggunakan
kerangaka kerja promosi kesehatan untuk mengorganisasikan dan
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia. Pendekatan ini mendorong
perawat untuk memandang lansia secara positifuntuk mengidentifikasi dan
membangun kekuatan daripada memusatkan pada keterbatasan dan
masalah. Periilaku perlindungan kesehatan adalah aktifitas yang diarahkan
untuk mengurangi resiko individu terhadap perkembangannya penyakit
tertentu. Misalnya pemeriksaan kesehatan secara teratur dan penggunaan
obat – obatan secara tepat merupakan perilaku perlindungan kesehatan.
Beberapa perilaku ada yang termasuk promosi kesehatan dan perlindungan
kesehatan. Misalnya, olah raga secara teratur merupakan perilaku untuk
melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko seseorang
menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, diabetes melitus pada saat
dewasa akibat obesitas dan osteoporosis. Pembatasan diet khusus, seperti
diet rendah kolesterol atau diet tinggi serat merupakan perilaku untuk
perlindungan kesehatan melawan penyakit kardiovaskular dan beberapa
jenis kanker. Penjelasan selengkapnya tentang perlindungan kesehatan
terhadap masalah – masalah yang sering terjadi pada lansia

2.2.8 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz,
pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azaz
a. Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years
that Have Been Added to Life, dengan prinsip
kemerdekaan (independence), partisipasi, perawatan,
pemenuhan diri, dan kehormatan.
b. Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add
Life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to
Life. Yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut WHO (1982), pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Menikmati hasil pembangunan.
b. Masing-masing lansia memiliki keunikan.
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
d. Lansia turut memilih kebijakan.
e. Memberikan perawatan dirumah.
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah.
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar
generasi.
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai
dengan lansia.
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan
karya.
j. Lansia beserta keluarga aktif memeliharan
kesehatan lansia.
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi
lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion),
pencegahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara
langsung dan tidak langsung untuk menigkatkan
derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan
untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga
professional dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma social.
Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-
orang mengubah gaya hidup mereka dan bergerak
kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk
membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup
mereka.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah


sebagai berikut:
 Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan
mengurangi jatuh, mengurangi bahaya
kebakaran dalam rumah, meningkatkan
penggunaan alat pengaman dan mengurangi
kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
 Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang
bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan
bahan-bahan kimia dan menigkatkan
penggunaan system keamanan kerja.
 Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara
yang buruk, bertujuan untuk mengurangi
penggunaan semprotan bahan-bahan kimia,
mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengelolaan rumah tangga terhadap bahan
berbahaya, serta mengurangi kontaminasi
makanan dan obat-obatan.
 Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan
gigi dan mulut yang bertujuan untuk
mengurangi karies gigi serta memelihara
kebersihan gigi dan mulut.

Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia,


baik perorangan maupun kelompok lansia adalah
dengan cara sebagai berikut:

 Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.


 Mau menerima keadaan, sabar dan optimis,
serta meningkatkan rasa percaya diri dengan
melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
 Menjalin hubungan teratur dengan keluarga
dan sesama.
 Olahraga ringan setiap hari.
 Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan
yang sesuai, dan banyak minum (sebaiknya air
putih).
 Berhenti merokok dan meminum minuman
keras.
 Meminum obat sesuai anjuran dokter.
 Kembangkan hobi atau minat sesuai
kemampuan.
 Tetap memeliharan dan bergairah dalam
kehidupan seks.
 Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.

Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.

 B-Berat badan berlebihan harus dihindari.


 A-Atur makanan yang seimbang.
 H-Hindari factor resiko penyakit jantung
iskemik dan situasi menegangkan.
 A-Agar terus merasa berguna dengan
mengembangkan kegiatan atau hobi yang
bermanfaat.
 G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
 I-Ikuti nasihat dokter.
 A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan
secara berkala.

b. Preventif
 Mencakup pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
 Melakukan pencegahan primer, meliputi
pencegahan pada lansia sehat, terdapat factor
resiko, tidak ada penyakit dan promosi
kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah
sebagai berikut.
- Program imunisasi, misalnya vaksin
influenza.
- Konseling : berhenti merokok dan
minum beralkohol.
- Dukungan nutrisi.
- Exircise.
- Keamanan didalam dan disekitar
rumah.
- Manajemen stress.
- Penggunaan medikasi yang tepat.
 Melakukan pencegahan sekunder, meliputi
pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala,
dari awal penyakit hingga terjadi gejala
penyakit belum tampak secara klinis, dan
mengidap factor resiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara
lain adalah sebagai berikut.
- Control hipertensi.
- Deteksi dan pengobatan kanker.
- Screening : pemeriksaan rectal,
mammogram, papsmear, gigi mulut dan
lain-lain.
 Melakukan pencegahan tersier, dilakukan
sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat;
mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan; serta perawatan bertahap,
tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2)
rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)
perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah
sebagai berikut.
- Mencegah berkembangnya gejala dengan
memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi
ketidakmampuan akibat kondisi kronis.
Misalnya osteoporosis atau inkontinensia
urine/fekal.
- Mendukung usaha untuk mempertahankan
kemampuan berfungsi.

2.3 Dukungan Keluarga Terhadap Kesejahteraan dan Kesehatan Lansia


2.3.1 Pengertian keluarga
Badan sensus Amerika mendefinisikan keluarga secara tradisional yaitu
keluarga terdiri dari orang-orang yang tergabung karena hubungan pernikahan,
hubungan darah, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah (Friedman,
2003). Menurut Dep Kes R.I (1998, dalam Achjar, 2010) keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan
dalam kelompoknya sendiri. Duvall dan Logan (1986) mengatakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta
sosial individu yang ada didalamnya. Sedangkan Bailon dan Maglaya (1978)
mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karna
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).

2.3.2 Komponen-komponen dukungan keluarga


Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima seseorang
dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan sosial yaitu orang-
orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota keluarga, orang tua dan
teman (Marliyah, 2004).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Menurut Friedman (1998,
dalam Wijayanto, 2008), ikatan keluarga adalah orang yang paling dekat
hubungannya dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam
mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang-orang yang hidup dalam lingkungan
yang bersikap supportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak
memiliki keluarga.
Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:
1) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu pengetahuan
terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat
menahan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek
dukungan ini berupa nasehat, usualan saran, perunjuk dan informasi.
2) Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang
mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja maupun peran
sosial yang meliputi pemberian umpan balik, informasi, atau penguatan.
3) Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat
berwujud barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan
peralatan yang yang dibutuhkan. Memberi bantuan dan melaksanakan
aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi lingkungan.
4) Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan,
kepedulian, dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa
individu yang bersangkutan diperhatikan.
2.3.3 Peran anggota keluarga terhadap lansia
Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga diantaranya
menjaga dan membersihkan rumah, mengelola keuangan, belanja, kesempatan
untuk sosialisasi, menasihati, menemani ke pelayanan kesehatan, memasak dan
menyediakan makanan, mengingatkan untuk berobat, menjaga janji, mengawasi,
melakukan perawatan, pemantauan dan administrasi obat-obatan.
Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa hal
yang dapat dilakukan keluarga dalam menjalankan perannya terhadap lansia
antara lain melakukan pembicaraan yang terarah, mempertahankan kehangatan
keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam
hal transportasi, memberikan kasih sayang, menghormati, mintalah nasihatnya
untuk peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga,
membantu mencukupi kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti
kegiatan-kegiatan di luar rumah, memeriksakan kesehatan secara teratur.
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan lansia,
keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut ini hal-hal yang
mempengaruhi kemampuan keluarga memberi dukungan pada lansia yaitu
(Lueckenotte, 2000) :
1) Meningkatnya usia lansia “old-old” (>85 tahun).
2) Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang bisa
merawat lansia lebih sedikit.
3) Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan
perawatan primer adalah wanita.
4) Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang berjauhan
dengan keluarga mengakibatkan kesulitan memberikan perawatan.
5) Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan
menimbulkan konflik bagi anak untuk memberikan perawatan karena
berbedanya pandangan antara saudara kiri.
Menurut Carter dan McGoldrick (didalam Maryam, 2008) tugas
perkembangan keluarga dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap
kehilangan pasangan, pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
2.3.4 Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan keluarga. Terdapat beberapa fungsi
keluarga menurut Friedman (2003) yaitu:
1) Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senamg maupun
sedih, dengan melihat bagaimana keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma. Bagaimana keluarga produktif terhadap
sosial.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh
anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan
fisisk, spiritual, mental dengan cara merawat dan memelihara anggota
keluarga serta mengenali kondisi sakit setiap anggota kelarga.
4) Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan
dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga.
5) Fungsi biologis
Bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tapi untuk memelihara
dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
7) Fungsi psikologis
Terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman,
memberikan perhatian diantara anggota keluarga (Achjar, 2010).
2.3.5 Pendekatan yang bisa dilakukan keluarga pada lansia
Menurut Lueckenotte (2006), ada beberapa pendekatan yang bisa
dilakukan keluarga terhadap lansia yaitu:
1) Memahami persepsi dan perasaan lansia
2) Dekati lansia dengan baik, sehingga lansia tidak merasa ketergantungan
3) Sarankan satu perubahan dalam satu waktu, karena umumnya orang sulit
untuk menerima perubahan
4) Pertimbangkan siapa yang cocok untuk berbicara pada lansia

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya. promosi kesehatan dan strategi
proteksi kesehatan untuk komunitas lansia, intervensi berfokus – individu
atau kelompok, intervensi berfokus pada komunitas, kemitraan dengan
komunitas lansia , kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan
lansia di komunitas, peran perawat dalam promosi kesehatan untuk lansia,
promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan, upaya pelayanan kesehatan
terhadap lansia. Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam
kehidupan lansia, keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia.

3.2 SARAN
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan dalam keperawatan keluarga khususnya
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henry. 2010. Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta : CV. Sagung Seto

Anderson, Elizabeth T.2006.Keperawata Komunitas Teori dan Praktik.Jakarta:


EGC

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga, jakarta : EGC

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba

Mickey Stanley, Patricia Gauntleff Seare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik


Edisi 2.Jakarta:ECG

Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:


Salemba Medika

Wijayanto, A. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia Terhadap Kondisi


Sosial Lansia. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Pemukiman
ENCLOSURE vol. 7,No 1. Maret 2008.
29

You might also like