You are on page 1of 13

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI

UNTUK KLIEN DENGAN HALUSINASI DI RUANG 8


RSJD. AMINO GONDOHUTOMO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Program Profesi Ners Praktik
Keperawatan Jiwa

Pembimbing Akademik:
Ns. Sri Padma Sari, MNS
Pembimbing Kinik:
Ns. Indrayaningsih, S.Kep

Disusun oleh :
Yohana Esti P 22020118220064
Ikha Nurjihan 22020118220065
Annisaa Muktiana W.K 22020118220069
Shelfi Widyastuti 22020118220090

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXXIII


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI
UNTUK KLIEN DENGAN HALUSINASI DI RUANG 8
RSJD. AMINO GONDOHUTOMO

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan (Suryenti &
Sari, 2017). Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang menempati
urutan 4 besar bersama dengan penyakit degeneratif, kanker, dan kecelakaan
(Hidayah, 2015).
Menurut World Health Organization (2009) memperkirakan 450 juta
orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa berat di
Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang. Riskesdas (2013) turut mencatat
proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu rumah tangga mengalami
gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2% di daerah
pedesaan. Sementara di perkotaan, proporsinya mencapai 10,7% (Riset
Kesehatan Dasar , 2013). Gangguan jiwa yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah
sendiri terdapat 3 orang perseribu penduduk dan 50% adalah akibat dari
kehilangan pekerjaan. Dengan demikian dari 32.952.040 penduduk Jawa
Tengah terdapat sekitar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa
(Hidayah, 2015).
Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering temui pada
pasien rumah sakit jiwa. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra
tanpa stimulasi eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan,
penciuman, dan perabaan). Gangguan jiwa halusinasi pada individu ditandai
dengan perubahan sensori persepsi yaitu merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Keliat, 2016).
Prevalensi pasien halusinasi di RSJD DR. Amino Gondohutomo tahun
2012 menunjukkan bahwa pasien halusinasi berjumlah 3.444 pasien dengan
rata-rata perbulan 287 pasien, tahun 2013 meningkat menjadi 3.665 pasien
dengan rata-rata perbulan 305. Pada bulan Januari 2014 jumlah pasien
halusinasi mencapai 300 pasien, kajadian ini menunjukan bahwa kasus
halusinasi semakin meningkat setiap tahunnya berdasarkan Pencatatan Rekam
Medis RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2013 (Hidayah,
2015).
Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien halusinasi
diantaranya bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menunjuk
ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium seperti
sedang membau-bauin sesuatu, menutup hidung (Yusuf, 2015).
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh klien yang mengalami halusinasi
adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana klien mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini klien dapat
melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan
merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan,
dibutuhkan penanganan halusinasi dengan segera dan tepat dimana langkah
pertama adalah dengan membina hubungan saling percaya melaui komunikasi
dengan klien halusinasi (Hidayah, 2015).
Terapi yang biasa diberikan dalam penatalaksanaan mengatasi
halusinasi berupa terapi psikofarmakodinamika, terapi ECT dan terapi
aktivitas kelompok (Hidayah, 2015). Terapi aktivitas kelompok merupakan
suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama – sama dengan
jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Suryenti & Sari,
2017).
Keuntungan dalam terapi aktivitas kelompok yaitu dapat mengobati
klien dalam jumlah banyak; anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah
– masalah mereka sehingga menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan –
perbedaan, dan meningkatkan klien untuk berpartisipasi dan bertukar pikiran;
memberikan kesempatan kepada klien untuk menggali gaya – gaya
berkomunikasi dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu menerima
umpan balik dari orang lain; anggota kelompok dapat belajar bermacam cara
dalam memecahkan masalah, serta dapat membantu memecahkan masalah
orang lain (Muhith, 2015).
Penggunaan kelompok dalam praktik keperawatan jiwa memberikan
dampak postif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan jiwa. Selain itu, dinamika kelompok tersebut membantu
pasien meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif
(Yusuf, 2015).

B. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi: Stimulasi Persepsi dengan tema
Mengenal Halusinasi

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengenal halusinasi
b. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi
b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi

D. Kriteria Klien
a. Klien kooperatif
b. Klien yang sehat secara fisik
c. Klien dengan halusinasi
E. Struktur Kegiatan
a. Tempat
Ruang 8 RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang
b. Hari/Tanggal
Kamis, 4 April 2019
c. Waktu
Jam 09.30 – 10.00 WIB
d. Jumlah Klien
10 klien
e. Setting Tempat : Peserta dan terapis duduk bersama dan membentuk
lingkaran di meja yang telah disediakan.

Keterangan

Leader

Fasilitator

Observer

Klien

f. Metode TAK
Membuat “kertas ekspresi” untuk menggambarkan halusiansi klien

g. Pembagian Tugas
Peran Tugas Pemain
Leader - Memimpin pelaksanaan TAK Annisaa Muktiana WK
- Mengkoordinasi seluruh
kegiatan
- Memimpin diskusi
- Memotivasi peserta dalam Yohana Esti P
aktivitas kelompok Ikha Nurjihan
- Mengatur posisi peserta untuk
melaksanakan kegiatan
- Membimbing peserta selama
permainan diskusi
- Membantu leader dalam
Fasilitator
melaksanakan kegiatan
- Bertanggung jawab terhadap
program antisipasi masalah
- Menfasilitasi klien yang kurang
aktif
- Menjadi contoh bagi klien
selama kegiatan TAK
- Mengawasi dan mengamati
semua proses kegiatan yang
berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara
Observer Shelfi Widyastuti
- Melaporkan hasil pengamatan
pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi
kelompok

F. Alat yang di Gunakan


Alat terapi yang digunakan yaitu kertas, gambar, doubel tip, gunting,
bolpoin.

G. Tahap Pelaksanaan TAK


a. Persiapan
1. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi:halusinasi.
2. Membuat kontrak dengan klien.
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Tahap Orientasi
1. Salam Terapeutik
a) Salam dari teapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis.
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
2. Evaluasi/Validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu mengenal suara-suara yang didengar
b) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta ijin kepada terapis
2) Lama kegiatan 30 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c. Tahap Kerja
1. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal
suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
2. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara
berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditempel
di kertas yang disediakan.
3. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
suara yang biasa didengar
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaanya jika terjadi halusinasi
3. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan datang yaitu cara mengontrol
halusinasi
b) Menyepakati waktu dan tempat

H. EVALUASI
a. PERSIAPAN
1. Pre Planing telah di siapkan dan di konsultasikan kepada
pembimbing klinik pada hari Selasa, 2 April 2019.
2. Pelaksaan Terapi aktifitas kelompok dilaksanakan lebih awal dari
kontrak waktu yang telah ditentukan. Kontrak waktu awal
disepakati pukul 09.30 WIB, pelaksaan TAK dilaksanakan ukul
08.45 WIB.
3. Media dan alat disiapkan sebelum pelaksanaan TAK, diantaranya :
- Kertas ekspresi
- Pena
- Gambar
- Double tip
- Gunting
4. Materi TAK Telah dipersiapkan pada hari Sening, 1 April 2019.
b. PROSES
1. Kegiatan berlangsung di Ruang Irawan RSJD DR. Amino
Gondhohutomo.
2. Peserta yang berpartisipasi dalam TAK berjumlah 7 orang pasien
dengan Halusinasi dari total 10 orang yang direncakan.
3. TAK dilaksanakan selama 30 menit sesuai dengan Pre-Planning.
4. Peserta berpartisipasi secara aktif dari awal hingga akhir kegiatan
TAK
c. HASIL PELAKSANAAN
1. 7 peserta TAK (100%) mengikuti kegiatan TAK dari awal hingga
akhir
2. 7 peserta TAK (100%) dapat memilih gambar sesuai dan
menempelkan pada lembar ekspresi.
3. Hasil lembar ekspresi
Komponen Sub Komponen Jumlah Presentase
Pendengaran 6 86%
Isi
Penglihatan 1 14%
Pagi 4 57%
Waktu Siang 6 86%
Malam 6 86%
Sendirian 5 71%
Banyak Pikiran 3 43%
Situasi
Ramai 1 14%
Kesal 1 14%
Sedih 3 43%
Marah 2 28%
Perasaan
Senang 1 14%
Takut 2 28%
Hasil isi halusinasi sebagian besar mengalami halusinasi
pendengaran sebanyak 6 dari 7 peserta TAK (86%). Waktu
halusinasi didapatkan sebagian besar mengalami halusinasi pada
siang dan malam hari masing-masing sebanyak 6 dari 7 peserta
(86%). Situasi terjadinya halusinasi sebagian besar dialami ketika
peserta sedang sendirian sebanyak 5 dari 7 peserta (71%). Perasaan
yang dialami peserta ketika mengalami halusinasi sebagian besar
merasa sedih sebanyak 3 dari 7 peserta (43%)
4. 4 dari 7 peserta TAK (57%) dapat menceritakan isi, situasi,
perasaan, dan waktu Halusinasi yang dialami.
5. 7 peserta TAK (100%) dapat mengenali dan mengidentifikasi
halusinasi yang dialami.
LEMBAR OBSERVASI

No Nama Klien Mampu Mampu Mampu Mampu


Menyebut Menyebut Menyebut Menyebut
Halusinasi Waktu Situasi Perasaan
Terjadi Terjadi Saat
Halusinasi Halusinasi Halusinasi
J. Daftar Pustaka
Hidayah, A. N. (2015). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi-sensori terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien
halusinasi di RSJD DR. Amino Gondohutomo semarang. Jurnal
Keperawatan, Vol. 8, No. 1, 44-55.

Keliat. (2016). Keperawata Jiwa. Jakarta: EGC.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Riset Kesehatan Dasar . (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan.

Suryenti, V., & Sari, E. V. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok


stimulasi persepsi halusinasi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap arjuna rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi. Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2, 174-
183.

Yusuf, F. N. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.
Keliat, B.A.2004.Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta :
EGC
Wijayanti, D.Y. 2019. Buku Panduan Profesi. Semarang : UNDIP
LAMPIRAN

You might also like