You are on page 1of 20

BAYI BARU LAHIR

DI SUSUN OLEH:
1. MARLINA
2. DELVIANA
3. DESMA RAHMA SARI
4. YULISKA PUTRI
5. INDAH SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karunia- Nya, sehingga makalah yang berjudul tentang “Bayi Baru Lahir” ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Makalah ini tidak luput dari kesalahan. Kami sangat mengharapkan kritik dan

saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Kami mengucapkan terima kasih pada

Ibu dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama

kami mengikuti mata kuliah tersebut. Sekian dan terima kasih.

Palembang, September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan masalan .............................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Bayi baru lahir .................................................................... 5
2.1.1 Definisi .................................................................. 5
2.1.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal .............................. 5
2.1.3 Tahapan bayi baru lahir .......................................... 7
2.1.4 Penilaian awal pada bayi baru lahir........................ 7
2.1.5 Pencegahan kehilangan panas ................................ 8
2.1.6 Pemotongan tali pusat ............................................ 10
2.1.7 Pemberian vitamin K .............................................. 10
2.1.8 Memberi obat tetes/salep mata ............................... 11
2.1.9 Gawat janin ............................................................ 11
2.1.10 Penanganan bayi baru lahir bermasalah ................. 13
2.1.11 Indikasi rujukan ...................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin (Dewi, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) melaporkan setiap

tahunnya hampir 3 juta bayi di dunia hanya bisa bertahan hidup selama 28

hari. Bahkan banyak di antara bayi-bayi tersebut tidak sempat merasakan

nafas kehidupan. Setidaknya 2,6 juta bayi di dunia meninggal di dalam

kandungan dan lebih dari satu juta bayi meninggal dalam persalinan.WHO

melaporkan kasus, angka kematian bayi tertinggi ada di wilayah Asia Selatan

dan Afrika sub-Sahara setiap tahunnya, dan India, Nigeria dan Pakistan

berada di urutan teratas (Gates, 2014).

Menurut Laporan The World Fact Book, memperkirakan Angka

Kematian Bayi (AKB) di negara ASEAN tahun 2014, seperti Singapura

(sebesar 2,53 per 1.000 kelahiran hidup), Thailand (9,86), Brunei Darussalam

(10,48), Malaysia (13,69), Filipina (17,64), dan Vietnam (18,99). Di Indonesia

Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2014 lebih tinggi jika dibandingkan

1
dengan negara-negara di ASEAN yaitu sebesar 25,16 per 1.000 kelahiran

hidup (Santoso, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun

2015, Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Sumatera Selatan berjumlah

114 kasus dengan Kabupaten Musi Rawas yang paling banyak melaporkan

kasus kematian bayi yaitu 25 kasus, disusul Kabupaten Empat Lawang

sebanyak 23 kasus lalu Kabupaten Ogan Komering Ulu sebanyak 17 kasus

(Dinkes Prov. Sumsel, 2015).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2015, jumlah

kematian bayi sebanyak 52 kematian bayi dari 29.235 kelahiran hidup.

Penyebab kematian antara lain adalah BBLR, down syndrome, infeksi

neonatus, perdarahan intrakranial, sianosis, kelainan jantung, respiratory

distress syndrome, post op hidrosefalus, dan lainnya (Dinkes Kota Palembang,

2015).

Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai

faktor, diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi.

Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar

dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, ganggguan perinatal, dan

radang saluran napas bagian bawah (Ningsih, 2014).

Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi

terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang

baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan

2
kelainan-kelainan yang dapat meakibatkan cacat seumur hidup, bahkan

kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi

cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau

hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah

perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan

tumbuh kembang (Saifuddin, 2002).

Contoh lain misalnya kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu

lahir dapat menyebabkan masuknya cairan lambung kedalam paru-paru yang

mengakibatkan kesulitan pernapasan, kekurangan zat asam dan apabila hal ini

berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak. Kerusakan otak

dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Tak kurang penitng adalah

pencegahan tehadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat apdfa waktu

pemotongan tali pusat melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan

atau pada waktu memandikan membersihkan bayi dengan bahan atau cairan

atau alat yang kuarng bersih (Saifuddin, 2002).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas

lebih jauh tentang “Bayi Baru Lahir”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bayi baru lahir?

2. Apa saja ciri-ciri bayi baru lahir normal?

3. Bagaimana penilaian awal bayi baru lahir?

3
4. Bagaimana cara pencegahan kehilangan panas?

5. Apa saja jenis-jenis gawat janin?

6. Bagaimana cara penangananan bayi baru lahir bermasalah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian bayi baru lahir.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri bayi baru lahir normal

3. Untuk mengetahui penilaian awal bayi baru lahir

4. Untuk mengetahui cara pencegahan kehilangan panas

5. Untuk mengetahui jenis-jenis gawat janin

6. Untuk mengetahui cara penangananan bayi baru lahir bermasalah

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Bayi Baru Lahir

2.1.1 Definisi

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin (Dewi, 2011).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2011).

2.1.2 Ciri-ciri bayi baru lahir normal

Menurut Dewi (2011), ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :


1. Lahir aterm antara 37-42 minggu

2. Berat badan 2500-4000 gram

3. Panjang badan 48-52 cm

4. Lingkar dada 30-38 cm

5. Lingkar kepala 33-35 cm

6. Lingkar lengan 11-12 cm

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

8. Pernapasan + 40-60 x/menit

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup

5
10. Rambut lanugo tidak telihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna

11. Kuku agak panjang dan lemas

12. Nilai APGAR > 7

13. Gerak aktif

14. Bayi lahir langsung menangis kuat

15. Refleks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi

dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

17. Refleks moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan

baik

18. Refleks grasping (menggenggam) sudah baik

19. Genitalia

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada

skrotum dan peis yang berlubang

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang

berlubang serta adanya labia minora dan mayora

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam

pertama dan berwarna hitam kecoklatan

6
2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir

Menurut Dewi (2011), tahapan bayi baru lahir antara lain :


1. Tahap I

Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada


tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray
untuk interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap II

Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian


selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap III

Disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang

meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

2.1.4 Penilaian Awal Pada Bayi Baru Lahir

Penilaian awal pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan observasi

melalui pemeriksaan nilai APGAR. Penilaian APGAR ini merupakan standar

evaluasi untuk bayi baru lahir, dimana nilai ini dapat mengidentifikasi bayi

tersebut membutuhkan tindakan resusitasi atau tidak. Bayi yang sehat harus

mempunyai nilai APGAR 7-10 pada 1-5 menit pertama kehidupannya

(Rohani dkk, 2011:253)

7
Tabel 1. Cara penilaian APGAR pada bayi baru lahir
TANDA 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(penampakan, warna) ekstremitas biru kemerah-merahan

Pulse (nadi, denyut jantung) Tidak teraba Lambat (> 100 per menit)
(< 100 permanit)

Grimace (mimik, iritabilitas Tidak ada Hanya pergerakan Menangis, batuk,


refleks terhadap stimulasi wajah ketika bersih
pada telapak kaki) distimulasi

Activity (aktivitas, tonus Lemah Ekstremitas fleksi Gerakan aktif


otot) sedikit

Respiratory (pernapasan, Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat, usaha
upayabernapas) napas baik.

Sumber : Rohani, dkk (2011:253)


Interpretasi :
1. Nilai 1-3 asfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)

2.1.5 Pencegahan Kehilangan Panas

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga akan

mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin

menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan

darah bayi. Pada lingkungan dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme

menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk

mendapatkan kembali panas tubuhnya (Rohani, 2011:250).

8
Menurut Rohani (2011:251), Kehilangan panas tubuh pada bayi baru
lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut ini :
a. Evaporasi. Adalah cara kehilangan panas karena menguapnya cairan

ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak

segera dikeringkan.

b. Konduksi. Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi diletakkan di atas meja,

timbangan atau tempat tidur.

c. Konveksi. Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar

dengan udara sekitar yang lebih dingin, misalnya tiupan kipas angin,

penyejuk ruangan tempat bersalin dan lain-lain.

d. Radiasi. Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan

dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari

temperatur tubuh bayi.

Gambar 2.1 Kehilangan panas tubuh bayi

9
2.1.6 Pemotongan Tali Pusat

Dengan meletakan bayi baru lahir lebih rendah atau sejajar dengan

vulva untuk beberapa detik sebelum dilakukan penjepitan tali pusat dengan

menggunakan klem DTT, maka akan mengalirkan tambahan darah sebanyak

80 ml ke sirkulasi bayi baru lahir. Menunda penjepitan dan pemotongan tali

pusat sekitar 1-2 menit kemudian lakukan penjepitan tali pusat dengan klem

pada sekitar 3 cm dari diding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan

tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu

(agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).

Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama

pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem

tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi.

Sedangkan tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem

tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Setelah memotong tali pusat ganti handuk basah dan selimut bayi dengan

selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi

diselimuti dengan baik (Rohani, 2011:252).

2.1.7 Pemberian Vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir

dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya

perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu

10
diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi

diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg I.M (Saifuddin, 2002: 135).

2.1.8 Memberi Obat Tetes/Salep Mata

Dibeberapa negera perawatan mata bayi baru lahir secara hukum

diharuskan untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Didaerah dimana

prevlensi gonorea tinggi, setiap bayi baru lahri perlu diberi salep mata sesudah

5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual). (Saifuddin, 2002: 135).

2.1.9 Gawat Janin

Menurut Rohani (2011:254) gawat janin adalah ketika janin tidak

memperoleh oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui dengan hal-hal

sebagai berikut:

1. Frekuensi bunyi jantung kurang 120 atau lebih 160x/menit

2. Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali)

3. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan (jika bayi

keluar dengan letak kepala)

Cara mencegah gawat janin adalah sebagai berikut:

1. Gunakan partograf untuk memantau persalinan

2. Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Ibu hamil

yang berbaring terlentang dapat mengurangi aliran darah ke rahimnya

11
Cara mendeteksi gawat janin dalam persalinan adalah sebagai berikut:

1. Periksa frekuensi bunyi jantung janin setiap 30 menit ada kala I dan

setiap15 menit sesudah pembukaan lengkap

2. Periksa ada/tidaknya air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Cara menangani gawat janin adalah sebagai berikut:

1. Bila terdapat tanda gawat janin:

Tingkatkan oksigen pada janin dengan cara sebagai berikut:

a. Mintalah si ibu mengubah posisi tidurnya

b. Berikan cairan kepada ibu secara oral dan atau IV

c. Berkan oksigen (bila bersedia)

2. Bila frekuensi bunyi jantung masih tidak normal

a. Rujuk

b. Bila merujuk tidak mungkin, siaplah untuk menolong BBL dengan

asfiksia

Menurut Saifuddin (2002:M-116), masalah / kondisi akut perlu tindakan

segeraka dalam 1 jam kelahiran, seperti:

1. Tidak bernafas

2. Sesak nafas

3. Sianosis sentral (kulit biru)

4. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

5. Letargis

6. Hipotermia /stres dingin (suhu aksila < 36,50C)

12
7. Kejang

Kondisi yang perlu tindakan awal seperti :

1. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)

2. Potensial sifilis (ibu dengan gejala tau serologis positif)

2.1.10 Penanganan Bayi Baru Lahir Bermasalah

Menurut Saifuddin (2002:M-122), penanganan bayi baru lahir bermasalah

antara lain:

1. Bayi berat lahir rendah

Jika bayi sangat kecil (<1500 g atau < 32 minggu) sering terjadi masalah

yang berat misalnya sukar bernafas, sukar pemberian minum, ikterus berat

dan infeksi. Bayi rendah terjadi hipotermia jika tidak dalam inkubator.

Bayi ini memerlukan pelayanan kesehatan khusus. Rujukan harus segera

dilakukan ke tempat pelayanan yang sesuai bagi bayi baru lahir sakit atau

kecil sedini mungkin.

2. Letargi

Jika bayi letargi(tonus otot rendah, tidak ada gerakan), sangat mungkin

bayi sakit berat dan harus segera di rujuk ketempat pelayanan yang sesuai.

3. Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau bayi

yang diresusitasi atau dipisahkan dari ibu. Dalam kasus-kasus ini, suhu

dapat cepat turun < 350C. Hangatkan segera:

13
a. Jika bayi sakit berat atau hipotermia berat (suhu aksiler < 350C)

- Gunakan alat yang tersedia (inkubator, radiant heater, kamar

hangat, tempat tidur hangat)

- Rujuk segera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai

NICU

- Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau >

60 x permenit, tarikan dinding dada kedalam atau merintih), beri

oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.

b. Jika bayi tidak begitu tampak sakit dan suhu aksiler 350C atau lebih

- Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain

lunak, kering selimuti dan pakai topi untuk menghindari

kehilangan panas

- Dorong ibu untuk segera menyusui, setelah bayi siap

- Pantau suhu aksiler setiap jam sampai normal

- Bayi dapat diletakkan dalam inkubator atau dibawah radiant

heater.

4. Kejang

Kedajang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang dapat

disebabkan oleh meningitis, ensefalopati atau hipoglikemia berat.

a. Pastikan bayi dijaga tetap hangat, bungkus bayi dengan kain lunak,

kering, selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas

b. Rujuk segera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU

14
2.1.11 Indikasi Rujukan

Menurut Saifuddin (2002:338), kondisi atau tanda-tanda berikut ini

merupakan indikasi rujukan, yaitu:

1. Bayi berat lahir rendah < 2000 gram

2. Bayi tidak mau minum ASI

3. Tangan dan kaki bayi teraba dingin

4. Bayi mengalami gangguan / kesulitan bernafas

5. Bayi mengalami perdarahan atau tersangka perdarahan

6. Bayi mengalami kejang-kejang

7. Bayi mengalami gangguan saluran cerna disertai muntah-muntah, diare

atau tidak buang air besar sama sekali dengan perut membuncit

8. Bayi menunjukkan tanda infeksi berat seperti meningitis atau sepsis

9. Bayi menyandang kelainan bawaan

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama

kehidupan manusia. Pada masa ini terjadi proses penyesuaian sistem tubuh

bayi dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Masa ini adalah

masa yang perlu mendapatkan perhatian dan perawatan yang ekstra karena

pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi (Lusa, 2013).

Penatalaksanaan 1 jam pertama bayi baru lahir meliputi pencegahan

kehilangan panas, tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru

lahir, rangsangan taktil, perawatan tali pusat, memulai pemberian ASI,

menimbang berat badan dan menukur LILA bayi baru lahir, upaya profilaksis

terhadap gangguan mata, pemberian Vit K, pencegahan infeksi, Pemberian

imunisasi pada bayi baru lahir (Lusa, 2013).

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa dalam melakukan penatalaksanana pada bayi baru lahir. Selain itu

demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari diharapkan saran dan

masukan dari berbagai pihak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nany Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika

Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera


Selatan. http://www.dinkes.go.id, diakses 25 September 2017.

Dinkes Kota Palembang. 2015. Profil Kesehatan Kota Palemban.


http://www.dinkes.go.id, diakses 25 September 2017.

Gates, Melinda .2014. Angka kematian bayi bayi menurut data WHO.
http://www.kompas.com, diakses 25 September 2017.

Ningsih. 2014. Angka kematian bayi di Indonesia. http://www.jpnn.com, diakses 25


September 2017..

Rohani, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba
Medika

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Santoso. 2014. Angka kematian bayi di ASEAN. http://www.santoso.blogspot.com,


diakses 25 September 2017

17

You might also like