Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Kasus
Tanggal : 30 Maret 2013 Pukul : 10.00 WIB
1.
Pengkajian
a.
Identitas
1)
Identitas anak
a)
b)
Umur : 9 bulan
c)
d)
Anak ke : Pertama
e)
2)
44
b.
Riwayat Kesehatan a)
Hepatitis B1 : 27 – 6 – 2012 (12)Campak : Ibu mengatakan ingin mengimuni- sasikan imunisasi campak pada anaknya
(13)Imunisasi lain : Tidak ada b) Riwayat penyakit lalu Ibu mengatakan anak pernah menderita sakit batuk,
pilek dan demam seminggu yang lalu, tetapi dapat sembuh setelah diberi obat dari bidan
c)
Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit. d)
Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun seperti:
hipertensi, DM dan jantung, kemudian penyakit menular seperti: TBC, Hepatitis. e)
Yang mengasuh Ibu mengatakan anaknya diasuh sendiri oleh orang tuanya. (2)
Hubungan dengan anggota keluarga Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik/ harmonis. (3)
Hubungan dengan teman sebaya Ibu mengatakan anaknya senang bermain dengan teman sebayanya. (4)
Nutrisi Ibu mengatakan sejak lahir sampai umur 6 bulan anaknya hanya diberi ASI eksklusif saja, setelah umur
6 bulan anaknya mulai diberi makanan pendamping seperti bubur
47 susum, kacang hijau, selain ASI ibu juga memberikan susu formula dan setelah umur 9 bulan diberi makan
tambahan nasi dan sayuran hijau. b)
Mandi /
Personal Hygene
(1)
Pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi jam 07.00 WIB. (2)
Eliminasi (1)
Pemeriksaan Fisik 1)
Status Generalis a)
Kesadaran : Composmentis
50 c.
Diagnosa Potensial
Tidak ada.
4.
Tindakan Segera
Tidak dilakukan.
5.
Perencanaan
Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 12.00 WIB a.
Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas e.
Pelaksanaan
Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 12.30 WIB a.
Pukul 12.35 WIB memberitahu ibu tentang pentingnya imunisasi campak, yaitu suatu upaya untuk memberi kekebalan
secara aktif terhadap virus campak, yang bertujuan untuk mencegah penyakit campak yang diberikan pada usia 9 bulan. c.
Pukul 12.40 WIB menyiapkan alat vaksin campak, antara lain spuit ukuran 1 cc, vaksin campak 0,5 ml dan
kapas alkohol/ tupres. d.
Pukul 12.45 WIB melakukan imunisasi campak pada balita dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1)
Menyuntikkan vaksin campak secara SC dengan sudut 45 derajat dan vaksin disuntikkan sampai habis 7)
Pukul 12.55 WIB memberikan pada ibu Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh untuk mengatasi demam pada anak. f.
Pukul 12.55 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau, susu
dan buah-buahan.
52 g.
Pukul 12.55 WIB memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai. h.
Pukul 13.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya. i.
Pukul 13.00 WIB Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
7.
Evaluasi
Tanggal: 30 Maret 2013 Pukul: 13.00 WIB a.
Alat vaksin campak sudah disiapkan, antara lain spet, vaksin campak 0,5 ml dan kapas alkohol/ tupres. d.
Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup 120 ml 2 x 1 sendok teh yang telah
diberikan oleh bidan. f.
Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti nasi, sayuran hijau,
susu dan buah-buahan. g.
54 4. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan pada anaknya E : Evaluasi Tanggal
31 Maret 2013 Pukul 11.00 WIB 1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan anaknya 2. Ibu bersedia untuk memberikan makanan
yang bergizi pada anaknya 3. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah selesai 4. Ibu bersedia
datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan-keluhan yang timbul pada anaknya.
55
B.
Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas tentang kendala atau hambatan selama melakukan
Asuhan Kebidanan pada klien. Kendala tersebut menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan
kasus. Dengan adanya kesenjangan tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan. Setelah dilakukan asuhan
kebidanan pada balita An. Q umur 9 bulan dengan riwayat imunisasi campak di RB Marga Waluya Surakarta.
Penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis temukan sejak
melakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi,
penulis uraikan sebagai berikut:
1.
Pengkajian
Pengkajian yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data subyektif
dan data penunjang (Nursalam, 2003). Pada data obyektif diperoleh dengan pemeriksaan fisik untuk mengetahui
keadaan umum pasien selama imunisasi yang dikaji dari kepala sampai dengan kaki untuk mengetahui adanya kelainan atau
tidak. Data subyektif pada balita An. Q dengan imunisasi campak bahwa ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu
mengatakan anaknya tidak sedang sakit. Data obyektif pada balita An. Q dengan imunisasi campak terlihat sehat
dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data yang diperoleh pada kasus An. Q dengan
56 imunisasi campak didapatkan data An. Q berumur 9 bulan dengan imunisasi campak keadaan umumnya baik. Pada langkah
pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
2.
Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2004). Data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menurut diagnosa kebidanan. Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan kebutuhan.
Pada An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak adapun masalah yang dihadapi klien tidak ada, sehingga kebutuhan
pada kasus ini adalah juga tidak ada, sehingga pada langkah interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan praktek di lapangan.
3.
Diagnosa Potensial
Setelah dilakukan asuhan kebidanan yang tepat dan cermat serta didukung kerjasama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri
maka pada kasus An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak tidak muncul demam ringan, infeksi ringan
pada saluran nafas dan diare karena antisipasi yang tepat. Diagnosa potensial yang terjadi pada balita dengan
setelah imunisasi campak menurut Hidayat (2008) adalah demam dan ruam merah karena
antisipasi yang tepat, maka diagnosa potensial tidak muncul. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
4.
Antisipasi
Antisipasi yang dapat dilakukan menurut Achmadi (2006) adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengantisipasi demam. Pada langkah ini penulis melakukan antisipasi yang sama dengan teori sehingga tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus An. Q umur 9 bulan dengan imunisasi campak
antisipasi tidak dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan.
5.
Perencanaan
Pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak perencanaan yang akan dilaksanakan yaitu: a.
Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas e.
58 j.
Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan pada balita dengan
imunisasi campak yaitu menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang keadaan anaknya, jelaskan pada ibu
pentingnya imunisasi campak, siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas, berikan
vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk
tetap memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak serta
anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam hal pemberian terapi.
6.
Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan asuhan menyeluruh (Varney, 2004). Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan
rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya dukungan dari keluarga. Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan praktek dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
7.
Evaluasi
Pada An. Q dengan riwayat imunisasi campak setelah dilakukan asuhan didapatkan evaluasi yaitu:
59 a.
Ibu sudah mengerti tentang cara perawatan anak di rumah dan ibu bersedia melakukan perawatan di rumah. d.
Ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada anaknya. e.
Ibu mengerti tentang nutrisi yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan untuk anaknya. f.
Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada pasien e.
Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
60