You are on page 1of 25

IRFAN MUHAMMAD YUSUF-15514026

SOAL-1
a. Kriteria pemilihan rute pipa bawah laut antara lain sebagai berikut:
1) Panjang Rute
Pemilihan rute pipa bawah laut yang optimal adalah yang terpendek. Pemilihan rute
terpendek akan memberikan beberapa keuntungan, diantaranya mengurangi jumlah
material yang diperlukan dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk proses instalasi
yang pada akhirnya akan mengurangi biaya yang diperlukan. Selain itu, dengan memilih
rute terpendek maka pressure loss pun akan berkurang. Idealnya, rute terpendek yang dapat
dibentuk oleh jaringan pipa bawah laut adalah garis lurus, tetapi hal ini sulit untuk
direalisasikan mengingat kondisi dasar laut yang beragam.
2) Kemudahan Instalasi
Dalam memilih rute pipa bawah laut, hal lain yang harus diperhatikan adalah kemudahan
proses instalasi. Sebisa mungkin, rute yang dipilih memiliki hambatan paling minimum
karena pada akhirnya proses instalasi akan berpengaruh terhadap biaya yang diperlukan
untuk melakukan instalasi.
3) Keamanan
Pemilihan rute pipa bawah laut yang optimal adalah yang paling aman dari risiko kerusakan
atau kegagalan, baik dalam proses instalasi ataupun dalam fase operasi. Faktor kemanan
ini dipengaruhi oleh kondisi dasar laut.
Salah satu contoh untuk mengoptimalkan rute pipa bawah laut adalah dengan memilih rute
yang tegak lurus terhadap kontur dasar laut, hal ini bertujuan untuk meminimalisir
kegagalan pada pipa apabila terjadi longsor dasar laut.
4) Biaya
Pemilihan rute pipa bawah laut yang optimal adalah rute yang menghasilkan biaya instalasi
lebih murah. Hal ini dipengaruhi oleh panjang rute dan juga kemudahan proses instalasi.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kriteria pemilihan rute pipa bawah laut yang optimal,
yakni:

 Kedalaman perairan
 Seabed features
 Existing Facilities

1|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
 Third Parties
 Shore Crossings
 Installation Constrains
 Future Marine Development & Activities
 Politik
b. Metode survey geoteknik di laut:
1) Cone Penetrometer (CPT)
Cone Penetration Test (CPT) merupakan salah satu metode investigasi geoteknik in-situ
yang digunakan untuk mendapatkan data tanah. Metode ini dapat digunakan untuk survey
di darat atau di laut. Cara kerja dari metode CPT di laut adalah dengan melakukan penetrasi
cone penetrometer kedalam tanah dengan bantuan sebuah rig drilling system. Ilustrasi dari
cone penetrometer dan rig drilling system dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1 Cone Penetrometer


(Sumber : The CPT in offshore soil investigations – a historic prespective,2010)

2|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
Gambar 2 Wheel-Drive Rig Drilling System
(Sumber : http://www.conepenetration.co.uk/images/wysiwyg_images/1187016003.gif )

Pada bagian ujung dari cone penetrometer dipasang sebuah probe yang berfungsi untuk
mengambil data dari tanah. Adapun beberapa jenis probe berdasarkan kegunaannya adalah
sebagai berikut :
 Friction cone
 Temperature cone
 Piezocone
 Seismic piezocone
 Electrical conductivity cone

Proses survey geoteknik CPT di laut biasanya menggunakan bantuan kapal. Proses
pengolahan data tanah dari hasil pembacaan dilakukan di atas kapal. Umumnya, rig drilling
system akan diletakkan ke dasar laut di lokasi pengeboran yang direncanakan. Rig drilling
system terhubung langsung dengan CPT rods dan winch yang menyangga rig drilling
system pada kapal. Pada bagian dalam CPT Rods terdapat probe yang terhubung dengan
kapal melalui kabel sehingga pengambilan data dapat berlangsung secara real time. Saat
rig drilling system sudah berada di dasar laut, selanjutnya akan dilakukan proses penetrasi
cone penetrometer hingga kedalaman yang ditentukan. Ilustrasi dari sistem survey
geoteknik CPT dapat dilihat pada Gambar 3.

3|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
Gambar 3 Ilustrasi survey geoteknik CPT
(Sumber : https://kkurojjanawong.files.wordpress.com/2017/01/cone-penetration-test-cpt-in-offshore-seabed.jpg?w=663)

2) Undisturbed Oil Sampling


Undisturbed oil sampling merupakan metode survey geoteknik yang dilakukan dengan cara
mengambil sample tanah untuk selanjutnya diuji di laboratorium untuk mendapatkan data
tanah seperti relative densitiy, kandungan air di dalam tanah, dan juga property mekanik
tanah lainnya. Ilustrasi dari tanah yang diambil dari proses ini dapat dilihat pada Gambar
4.

Gambar 4 Contoh Sample Tanah dari proses undisturbed soil sampling


(Sumber : https://www.micromine.com/geobank-mining-software/geobank-module-sample-tracker/ )

Pengambilan sampling tanah dilakukan dengan alat bantu yang jenisnya bermacam-
macam, salah satunya adalah vibrocorers. Ilustrasi dari vibrocorers dapat dilihat pada
Gambar 5.

4|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
Gambar 5 Vibrocorer
(Sumber : http://www.vliz.be/en/vibrocorer-en)

Vibrocorer merupakan salah satu alat sampling berbentuk tabung silinder baja dan pada
bagian dalamnya terdapat plastic liner. Cara kerja instrument ini adalah dengan cara
digetarkan (vibrated) ke dalam dasar laut menggunakan bantuan mesin motor. Pada
umumnya, kedalaman penetrasi mencapai 8 meter untuk jenis tanah yang sesuai. Pada saat
proses penetrasi berlangsung, tanah akan masuk kedalam tabung silinder. Setelah proses
penetrasi selesai, selanjutnya tabung silinder diangkat dari dasar laut. Ketika sudah diatas
perairan, maka sampel tanah yang terdapat dalam tabung akan dibawa ke laboratorium
untuk selanjutnya diuji. Ilustrasi dari cara kerja vibrocorer dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Proses Kerja Vibrocorer


(Sumber : http://www.vibracoring.com/Tec10_framesyst.html)

5|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
3) Standard Penetration Test
Standard Penetration Test (SPT) adalah salah satu metode survey geoteknik untuk
menentukan properti tanah seperti relative density dan shear strength parameters. Metode
SPT menggunakan tabung baja yang di penetrasi ke dalam tanah menggunakan hammer
dengan berat tertentu. Pada saat pengoperasian, hammer ini akan dijatuhkan dari jarak
tertentu untuk memasukan tabung baja ke dalam tanah. Tabung biasanya akan di penetrasi
ke dalam tanah setiap 150 mm lalu akan dihitung jumlah ketukan hammer yang diperlukan
untuk melakukan penetrasi setiap 150 mm. Adapun tabung akan dipenetrasi ke dalam tanah
hingga kedalaman 450 mm. Jumlah ketukan untuk penetrasi 150 mm yang kedua dan
ketiga selanjutnya akan dijadikan nilai SPT blowcount value atau N-value. Data N-Value
digunakan untuk mengindikasikan relative density dari tanah dan untuk memperkirakan
shear strength properties.
Untuk melakukan SPT di laut, biasanya menggunakan bantuan sebuah platform kecil
sebagai dudukan untuk hammer dan tempat orang untuk bekerja. Ilustrasi dari SPT dapat
dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Contoh Pelaksanaan Surve Geoteknik Standard Penetration Test (SPT)

(Sumber: http://astectesting.com/sites/default/files/OffshoreSoilInvestigation_Zambales.jpg )

6|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
c. Metode Survey Geofisik
Metode Alat yang digunakan Output yang Proses Survey
dihasilkan
Side Scan  Side Scan Sonar Tow Fish,  Pemetaan profil 1. Pengecekan awal side scan sonar tow fish di air
Sonar digunakan untuk menghasilkan permukaan untuk memastikan alat berfungsi.
sinyal akustik dan menerima dasar laut 2. Side scan sonar tow fish di ikatkan ke bagian
kembali sinyal akustik yang (gambaran 2D) belakang speedboat.
dipantulkan oleh dasar perairan.  Pemetaan objek 3. Survey dilakukan dengan lintasan yang telah
di dasar laut, ditentukan
seperti bangkai 4. Side scan sonar memantulkan sinyal akustik ke
kapal, isolated dasar laut dan akan menerima pantulan sinyal
artefacts, dan dari dasar laut
sampah-sampah 5. Data logger yang terhubung dengan side scan
 Data logger,digunakan untuk material di sonar tow fish akan membaca data yang
membaca data yang dihasilkan dasar laut. dikumpulkan oleh side scan sonar.
dari side scan conar tow fish
 Alat Navigasi
 Speedboat, digunakan untuk
menarik side scan sonar towfish.

7|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
Sub-bottom  Boomer, digunakan untuk  Citra lapisan 1. Pengecekkan awal boomer dalam air/kondisi basah
profilling mentransmisikan sinyal akustik tanah dan untuk memastikan bahwa boomer berfungsi
ke dalam dasar laut batuan di bawah dengan normal
dasar laut 2. Boomer diletakkan pada bagian belakang support
 Stratigraphy vessel dengan jarak tertentu dari thruster agar
 Ketebalan pengambilan data tidak terganggu
lapisan tanah 3. Survey dilakukan dengan lintasan yang telah
ditentukan
 Data Logger, digunakan untuk 4. Boomer akan mentransmisikan gelombang akustik
membaca data yang dihasilkan ke dasar laut dan tanah dibawahnya.
dari Boomer 5. Hydrophone akan menangkap gelombang yang
 Hydrophone,digunakan untuk dipantulkan oleh lapisan tanah
menangkap gelombang akustik 6. Data logger yang terhubung dengan
yang dipantulkan oleh lapisan hydrophone akan membaca data yang
tanah dikumpulkan oleh hydrophone.

 Alat Navigasi
 Speedboat, digunakan untuk
menarik instrument boomer

8|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
Magnetometer  Magnetometer sensor,  Citra metallic 1. Magnetometer sensor diposisikan berada dibelakang
digunakan untuk mengukur total object di dasar support vessel pada kedalaman tertentu untuk
amplitude dari medan magnet laut atau yang menghindari gangguan magnetic yang disebabkan
yang berada di bumi. terkubur di oleh support vessel itu sendiri.
dasar 2. Magnetometer akan membaca dan mengumpulkan
laut,seperti besarnya medan magnet dari objek metal.
sisa-sisa 3. Data dari magnetometer akan dibaca oleh data
bangkai kapal logger
laut.
 Alat Navigasi
 Data logger
 Speedboat, digunakan untuk
menarik magnetometer sensor.

9|Page
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
d. Istilah Fitur Seabed
No. Seabed Features Definisi Gambar
1. Active Faults Active Faults merupakan patahan dengan
aktivitas seismic yang masih aktif (terdapat
pergerakan lempeng) dan dapat menjadi sumber
penyebab terjadinya gempa di masa mendatang.

2. Boulder Fields Merupakan Kawasan di dasar perairan dimana


terdapat batu boulders yang merupakan batu
dengan ukuran lebih besar dari 256 mm.

3. Gas Hydrate Gas Hydrate merupakan bentuk solid (seperti


es) dari air yang mengandung molekul gas dan
tersimpan di bawah dasar laut.

10 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
4. Landslide Landslide merupakan peristiwa longsor tanah di
dasar laut. Landslide dapat terjadi salah satunya
akibat tanah tidak dapat menahan berat
sendirinya pada kemiringan tertentu atau dapat
disebabkan oleh gempa dasar laut.

5. Mine Fields Merupakan Kawasan di dasar perairan dimana


terdapat ranjau. Biasanya ranjau pada Mine
Fields merupakan sisa-sisa dari perang.

11 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
6. Mud Vulcanoes Mud Vulcanoes merupakan lumpur hasil erupsi
gunung api bawah laut. Mud Vulcanoes
biasanya mengandung gas.

7. Pock-marks Pock-marks merupakan kawah yang terbentuk


di dasar laut yang disebabkan akibat erupsi dari
gas atau liquids.

12 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
8. Sand Waves Sand Waves merupakan pergerakan sedimen di
dasar laut akibat adanya arus yang bekerja di
dasar laut.

9. Scarp Scarp merupakan profil dasar laut yang


memiliki kemiringan cukup curam sebagai hasil
dari erosi atau patahan atau perpindahan dua
lapisan kontur yang berbeda ketinggiannya.

10. Seabed Undulation Seabed Undulation merupakan kondisi profil


dasar perairan yang bergelombang.

13 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
SOAL-2
a. Penentuan Rute Pipa

= Rute Pipa

14 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
= Rute Pipa

b. Jumlah Crossing:
 Platform KL-Titik A :
- 2 crossing antara pipa yang di desain dengan pipa existing
 Platform KL-Titik B :
- 4 crossing antara pipa yang di desain dengan kabel existing

15 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
SOAL-3
a. Jarak ROW (right of way) untuk pipa gas di darat adalah 9 meter.
Jawaban didasarkan atas Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor
300.K/38/M.PE/1997 Pasal 8 ayat (1) disebutkan bahwa pengusaha wajib menyediakan tanah
untuk tempat digelarnya Pipa Penyalur dan ruang untuk Hak Lintas Pipa (Right Of Way) serta
memenuhi ketentuan Jarak Minimum. Untuk besarnya Jarak Minimum pipa transmisi gas yang
digelar di darat, diatur pada pasal selanjutnya, yakni Pasal 9 ayat (1) yang berbunyi, “Pipa
Transmisi Gas dan Pipa Induk yang digelar di daratan dengan tekanan lebih dari 16 (enam
belas) bar, harus dirancang sesuai ketentuan klasifikasi lokasi kelas 2 (dua) serta memenuhi
ketentuan pasal 7 dengan Jarak Minimum ditetapkan sekurang-kurangnya 9 (sembilan)
meter.”
b. Pipa yang melalui (crossing) sungai harus dikubur/dipendam sekurang-kurangnya 2 (dua)
meter di bawah dasar normalisasi sungai atau saluran irigasi.
Jawaban didasarkan atas Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor
300.K/38/M.PE/1997 pasal 13 ayat (1) yang berbunyi, “Pipa Penyalur yang digelar melintasi
sungai atau saluran irigasi wajib ditanam dengan kedalaman sekurang-kurangnya 2 (dua)
meter di bawah dasar normalisasi sungai atau saluran irigasi.”
c. Pipa di laut diperbolehkan untuk tidak dikubur untuk kedalaman 13 (tigabelas) meter atau
lebih.
Jawaban didasarkan atas Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor
300.K/38/M.PE/1997 pasal 13 ayat (3) huruf b yang berbunyi, “Dalam hal kealaman dasar
laut 13 (tigabelas) meter atau lebih maka pipa dapat diletakkan di dasar laut, serta dilengkapi
dengan sistem pemberat agar pipa tidak tergeser atau berpindah.”
d. Analisis risiko perlu dilakukan terhadap pipa bawah laut dalam hal terjadi perubahan kondisi
lingkungan pada jalur pipa.
Jawaban didasarkan atas Keputusan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor
300.K/38/M.PE/1997 pasal 15 ayat (1) yang berbunyi, “Dalam hal terjadi perubahan kondisi
lingkungan pada jalur pipa, pengusaha wajib melakukan analisis risiko untuk menetapkan
langkah pengaman tambahan.”

16 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
e. Pemeriksaan keselamatan kerja dilakukan terhadap beberapa instalasi berikut ini:
1) Instalasi Eksplorasi dan Eksploitasi:
a) Instalasi pemboran ;
b) Instalasi produksi ;
c) Instalasi pengumpul ;
d) Instalasi lainnya yang terkait dengan kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi.
2) Instalasi Pemurnian dan Pengolahan:
a) Instalasi Pemurnian dan Pengolahan ;
b) Pembongkaran dan Pemuatan ;
c) Instalasi lainnya yang terkait dengan kegiatan Pemurnian dan Pengolahan baik
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan kegiatan termaksud.
3) Instalasi Penimbunan dan Pemasaran:
a) Instalasi Seafed Depot ;
b) Instalasi Inland Depot ;
c) Instalasi Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) ;
d) Instalasi Transit Terminal ;
e) Instalasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Gas (SPBG) ;
f) Instalasi lainnya yang terkait dengan Kegiatan penimbunan dan pemasaran.

Jawaban didasarkan atas Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor
84.K/38/DJM/1998 Lampiran I.

f. Ketentuan pemendaman instalasi pipa bawah air adalah sebagai berikut:


1) Dari garis pantai menuju arah lepas pantai sampai dengan kedalaman perairan kurang
dari 20 (dua puluh) meter, instalasi pipa harus dipendam 2 (dua) meter di bawah
permukaan dasar perairan (natural seabed);
2) Pada perairan mulai dari kedalaman 20 (dua puluh) meter ataulebih, instalasi pipa dapat
digelar di atas permukaan dasar perairan (natural seabed) dan harus diusahakan tetap
stabil pada posisinya; dan
3) Pemendaman harus duduk stabil pada posisinya.

17 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
Sementara itu, ketentuan pemendaman instalasi kabel bawah air adalah sebagai berikut:

1) Dari garis pantai menuju arah lepas pantai sampai dengan kedalaman perairan 10
(sepuluh) meter, instalasi kabel harus dipendam 2 (dua) meter di bawah permukaan
perairan;
2) Pada perairan mulai dari kedalaman 10 (sepuluh) meter sampai 15 (lima belas)
meter, instalasi kabel harus dipendam 1 (satu) meter di bawah permukaan dasar
perairan;
3) Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 (lima belas) meter dan kurang dari
28 (dua puluh delapan) meter, instalasi kabel harus dipendam 0,5 meter sedangkan
pada perairan yang kedalamannya lebih dari 28 (dua puluh delapan) meter kabel
dapat digelar di atas permukaan dasar perairan dan harus diusahakan tetap stabil
pada posisinya; dan
4) Pemendaman harus duduk stabil pada tempatnya.

Jawaban didasarkan atas Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 129 Tahun 2016 Tentang
“Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan” pasal 64 ayat (2)
huruf a dan b.

g. Pembangunan instalasi pipa bawah air dan kabel bawah air dapat dilakukan tanpa harus
dilakukan pemendaman untuk lokasi tertentu dan setelah dilakukan kajian penilaian analisa
resiko (risk assessment), adapun lokasi-lokasi yang dimaksud antara lain:
1) Dasar perairan yang keras (batu atau karang);
2) Persilangan (crossing) dengan instalasi eksisting;
3) Pengaruh terhadap daya hantar;
4) Daerah lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Jawaban didasarkan atas Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 129 Tahun 2016 Tentang
“Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan” pasal 65 ayat (1) dan
(2).

18 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
h. Aspek yang harus diliput dalam melakukan risk assessment pipa bawah laut antara lain:
1) Aspek teknis persilangan (crossing) pipa dan/atau kabel, daya hantar dan kondisi
alam (dasar laut yang keras);
2) Aspek teknis pengamanan (protection) pipa dan/atau kabel selain dengan
pemendaman;
3) Aspek teknis keselamatan pelayaran dari keberadaan instalasi pipa dan/atau kabel
dengan analisa kejatuhan jangkar (dropped anchor), garukan jangkar (dragged
anchor) dan kapal tenggelam (ship sinking); dan
4) Aspek teknis lain yang bersifat strategis.

Jawaban didasarkan atas Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 129 Tahun 2016
Tentang “Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan” pasal
82 ayat (3).

19 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026
SOAL-4

SOAL  4
( a)
D  20in SMYS  42000psi E  200GPa f  0.1 fa  f  SMYS
Persamaan Bending Stress
RminBendingStress  E D  ( 2 f  SMYS)
3
RminBendingStress  1.754  10 m

Persamaan Janseen VH

RminJanseenVH  ( 3 E D)  ( 4 fa )
3
RminJanseenVH  2.631  10 m

(b ) SMYS2  65000psi fa2  f  SMYS2


Persamaan Bending Stress
RminBendingStress2  E D  ( 2 f  SMYS2)
3
RminBendingStress2  1.134  10 m
Persamaan Janseen VH
RminJanseenVH2  ( 3 E D)  ( 4 fa2)
3
RminJanseenVH2  1.7  10 m

Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan Bending Stress, apabila Radius curvature
pipa adalah 1500 m, maka kondisi pipa aman karena besar radius curvature lebih besar
dari radius curvature minimum, yakni 1134 m

Berdasarkan hasil perhitungan dari persamaan Janseen VH, apabila Radius curvature pipa
adalah 1500 m, maka kondisi pipa tidak aman karena besar radius curvature lebih kecil
dari radius curvature minimum, yakni 1700 m

20 | P a g e
Irfan Muhammad Yusuf-15514026

You might also like