You are on page 1of 17

Tugas Mini Riset

Mata Kuliah: Biologi Molekuler

TEKNIK ANALISIS BIOLOGI MOLEKULER


Polimerase Chain Reaction (PCR)

Dosen Pengampu:
Dr. FAUZIYAH HARAHAP, M.Si

Oleh:

Tio Silvia Silitonga

4163141050

Kelas Biologi Dik D 2016

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik analisis biologi molekuler adalah salah satu kunci dalam
memahami dogma sentral dalam biologi. Keberadaan teknik ini akan membantu
kita memahami proses replikasi, transkripsi, tanslasi, dan lain-lain. Dengan teknik
ini dimungkinkan kita akan dapat mengenal organisme sampai pada tingkatan
molekuler yaitu sampai pada tingkatan DNA, RNA, asam amino, dan protein.
Permasalahan yang ada pada saat ini adalah latar belakang ilmu dan
keahlian yang dimiliki oleh mereka yang ingin mempelajari biologi molekuler
sangat beragam. Oleh karena itu pemahaman terhadap teknik biologi molekuler
menjadi sangat penting bagi para ilmuwan yang ingin menekuni bidang biologi
molekuler. Pengetahuan awal mengenai alat-alat yang dipakai dalam teknik
analisis biologi molekuler menjadi sangat penting untuk dipahami (Kusuma Sri
Agung Fitri. 2010).
Alat-alat tersebut bisa dikelompokkan berdasarkan alat utama dan alat
pendukung. Alat utama dapat berupa thermocycler, Elektroforesis, Geldoc
transiluminator, sequencer, dan lain-lain. Sedangkan alat-alat pendukung lainnya
diantaranya adalah oven, spektrofotometer, vortex, mikropipet, dan lain-lain.
Kemajuan bidang pendidikan di dunia tentunya diikuti pula oleh kemajuan
di bidang teknologi. Tidak bisa dipungkiri lagi kemajuan teknologi khususnya di
bidang kesehatan sangat diperlukan untuk menunjang kesehatan masyarakat.
Salah satu kemajuan dalam bidang kesehatan adalah reaksi berantai polymerase
atau biasa disebut PCR (Polymerase Chain Reaction).
Pada tahun 1993, Kary Mullis menemukan suatu metode replikasi
(perbanyakan DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dari metode
ini dihasilkanlah DNA dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat. Metode inilah yang disebut dengan PCR.
Teknik dari PCR ini banyak diaplikasikan dalam biokimia dan biologi
molekuler karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam teknik analisis biologi molekuler?
2. Bagaimana prinsip kerja alat-alat yang digunakan dalam teknik analisis
biologi molekuler?
3. Apa yang dimaksud dengan PCR?
4. Bagaimana tahapan-tahapan kerja dari PCR?
5. Apa manfaat dan kerugian dalam penggunaan PCR?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alat-alat utama dan pendukung yang digunakan dalam
teknik analisis biologi molekuler.
2. Untuk memahami prinsip kerja alat-alat utama dan pendukung yang
digunakan dalam teknik analisis biologi molekuler.
3. Untuk mengetahui PCR.
4. Untuk mengetahui tahapan-tahapan kerja dari PCR.
5. Untuk mengetahui manfaat dan kerugian dalam penggunaan PCR.
BAB II

HASIL ANALISIS

2.1 Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Teknik Analisis Biologi Molekuler

No Nama Alat Gambar Deskripsi Alat

Mesin PCR adalah mesin termosiklik


yang mengatur kenaikan dan
penurunan suhu secara bertahap.
DNA yang sudah diisolasi akan
dicampur dengan reagen/cairan yang
mengandung enzim-enzim dan
Polimerase primer DNA. Arti primer adalah
1. kode genetik/ potongan DNA yang
Chain Reaction
(PCR) ingin kita lihat dari kumpulan DNA
yang sudah diisolasi. PCR adalah
Replikasi DNA, dimana pada tahap
awal, kedua “kalung mutiara”-DNA
akan dipisahkan oleh proses
pemanasan (sampai 95ºC) (Klug dan
Cummings, 1994).

Sentrifuga merupakan alat yang


digunakan untuk memisahkan bahan-
bahan berdasarkan perbedaan berat
2. Mikrosentrifuge jenis. Sentrifuga memiliki
kemampuan memutar 4000/menit.
Mampu melepaskan inti dari sel
(Khopkar, 1990).

Mikropipet adalah suatu alat yang


digunakan untuk memindahkan
cairan dalam jumlah kecil secara
akurat dalam satuan mikroliter.
Penggunaan pipet gelas seperti pipet
ukur dan pipet gondok tidak
mempunyai akurasi yang tinggi
3. Mikropipet
untuk volume kurang dari 1 ml.
Sehingga pada pemindahan cairan
dengan volume kecil kurang dari
1000 microliter, orang cenderung
menggunakan mikropipet, biasa juga
disebut dengan pipet otomatis
(Khopkar, 1990).
Berfungsi untuk menimbang bahan
yang akan digunakan dalam
praktikum dengan tingkat ketelitian
yang tinggi. Prinsip kerjanya adalah
menimbang bahan ujincoba dengan
Timbangan skala tertentu. Prosedur kerjanya
4.
Analitik adalah meletakkan bahan pada
timbangan tersebut. Melihat angka
yang tertera pada layar, dan angka itu
merupakan berat dari bahan yang
ditimbang (Dr. Emma Rochima,
2013).

Fungsi : untuk memanaskan bahan-


bahan kimia, sample serta zat-zat
pada suhu tertentu atau inkubasi pada
suhu tertentu
Cara Pemakaian Alat :
1. Hubungkan colokkan inkubator
Inkubator pada stop kontak
5. (Incubator 2. Tekan tombol Power untuk
Biosan) menyalakan
3. Susun tabung mikro eppendrof
yang berisikan zat yang akan
diinkubasi kedalam inkubator
4. Set suhu yang diinginkan
5. Tekan tombol start
6. Jika sudah selesai tekan tombol
power untuk mematikan
Fungsi hot plate sendiri untuk
menghomogenkan suatu larutan
dengan pengadukan. Prosedur kerja
dari hot plate adalah menggunakan
bidang magnetik berputar untuk
membuat stir bar atau batang
pengaduk yang tercelup didalam
cairan menjadi berputar dengan
sangat cepat sehingga mengaduk
6. Hot Plate
cairan tersebut hingga merata.
Bidang beputar tersebut dapat dibuat
baik dengan magnet berputar atau
dengan satu set eletktromanet statis
yang diletakkan dibawah bejana
dengan cairan. Magnetic stirrer
seringkali dilengkapi dengan
lempengan pemanas untuk
memanaskan cairan dalam bejana.
Fungsi : mengidentifikasi dan
menentukan berat molekul DNA

Cara penggunaan alat:


1. Letakkan gel ke dalam
elektroforesis chamber dan
tuangkan larutan TBE 1X sampai
gel terbenam, lalu Rentangkan
parafilm
2. Teteskan 1μL loading dey dengan
menggunakan mikropipet ke atas
parafilm kemudian campurkan
dengan 3μL DNA
3. Kemudian masukkan dengan hati-
Powersupplay hati ke dalam “well”/sumur gel.
7.
Elektroforesis Catat posisi dan urutan sampel
4. Pasang tutup alat elektroforesis
dan pasang katoda dan anoda pada
power supply.
5. Nyalakan mesin elektroforesis
dengan menekan tombol ON
6. Selanjutnya Tekan SET ENTER
untuk mengatur voltage dan timer
berdasarkan tingkat resolusi yang
diinginkan.
7. Setelah selesai ambil gel dan
matikan mesin elektroforesis
secara sempurna.

Elektroforesis gel adalah metode untuk


pemisahan dan analisis makromolekul
(DNA , RNA dan protein) dan
fragmennya, berdasarkan ukuran dan
muatannya. Ini digunakan dalam kimia
klinis untuk memisahkan protein
Electrophoresis dengan muatan atau ukuran (agarosa
8. Buffer IEF, pada dasarnya ukuran bebas)dan
dalam biokimiadan biologimolekuler
untuk memisahkan populasi campuran
dari fragmen DNA dan RNA, untuk
memperkirakan ukuran fragmen DNA
dan RNA atau untuk memisahkan
protein dengan muatan.
Fungsi : untuk mendokumentasikan
band-band pada gel hasil running
elektroforesis

Cara Pemakaian alat:


1. Ambil agar yang telah di
elektroforesis letakkan kedalam
alat Biostep
2. Pastikan alat Biostep dalam
keadaan tertutup
3. Aktifkan gel documentation
system Dengan cara : - Tekan ON
- Tekan TOP - Tekan Trans -
9. Biostep Tekan Prepar
4. Turn on komputer, pilih program
biostep
5. Hidupkan kamera
6. Pada program biostep pilih camera
→ live camera image →
Exposture Procesed
7. Pada layar komputer akan terlihat
band-band pada gel elektroforesis
8. Untuk menyimpan gambar klik
export dan simpan dalam bentuk
GPEG
9. Setelah selesai disimpan, shut
down komputer
10. Putuskan semua sambungan listrik

10. Maxfill Berfungsi untuk memindahkan DNA


Gel agarosa adalah suatu
polisakarida yang diekstraksi dari
berbagai jenis ganggang merah, atau
poliakrilamid yang mampu
melakukan separasi DNA dengan
11. Agarose
kisaran ukuran yang luas. Dengan gel
agarosa dapat dilakukan pemisahan
sampel DNA dengan ukuran dari
beberapa ratus hingga 20.000 pasang
basa (pb).

Larutan penyangga (buffer)


adalah larutan yang dapat menjaga
(mempertahankan) pHnya dari
penambahan asam, basa, maupun
pengenceran oleh air. pH larutan
12. Buffer buffer tidak berubah (konstan)
setelah penambahan sejumlah asam,
basa, maupun air. Larutan
buffer mampu menetralkan
penambahan asam maupun basa dari
luar.

Alat ini untuk berfungsi untuk


pemurnian DNA genomik dari darah,
13. GD Column jaringan, sel, bakteri, apusan, dan
bercak darah (Kryndushkin DS,
Alexandrov IM, Ter-Avanesyan MD,
Kushnirov VV, 2003).
Fungsi :

1. Untuk kultur sel maupun jaringan


UV4 PCR yang dilakukan secara steril dan
14. (Sterilization aseptis
Cabinet)
2. Untuk preparasi sampel yang
membutuhkan kondisi steril dan
aseptis

Biopointe Pre-
15. sterilized Wadah sterilisasi.
(Rached)

Fungsi : Mencampurkan suatu zat agar


homogen

Cara Pemakaian Alat


1. Tekan tombol ON
2. Sentuh atau tempelkan wadah yang
16. Multi Vortex berisikan zat yang akan
dihomogenkan pada permukaan disc
3. Secara otomatis permukaan disc
akan bergetar
4. Jika sudah selesai tekan tombol
OFF untuk mematikan
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian PCR


Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah reaksi penggandaan DNA
menggunakan mesin thermal cycler (mesin PCR).Prinsip kerja alat ini adalah
dengan menaikan dan menurunkan temperatur dalam periode waktu tertentu untuk
mendenaturasi DNA, menempelkan primer pada DNA (annealing) dan
menggandakannya (elongasi atau ekstensi). Proses amplifikasi PCR melibatkan
variasi suhu yang mendekati suhu didih air, jadi diperlukan enzim polimerase
yang tetap stabil dalam temperatur yang tinggi. Pada proses PCR, enzim
polimerase yang digunakan berasal dari bakteri Thermus aquaticus (Taq) yang
hidup di lingkungan bersuhu lebih dari 90 0C.
Penerapan PCR banyak dilakukan di bidang biokimia dan biologi
molekular karena relatif murah dan hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil.
DNA yang jumlahnya sangat kecil, misalnya beberapa folikel rambut juga dapat
dikarakterisasi dengan metode ini. PCR dapat memproduksi DNA secara
cepat,bahkan ketika tidak ada lagi duplikat dari DNA itu yang diketahui. PCR
memiliki banyak metode untuk memperbanyak, seperti menghasilkan duplikat
DNA. Tugas merangkai DNA dapat dilakukan juga oleh PCR. Misalnya untuk
mengetahui segmen DNA dari pasien yang menderita penyakit mutasi genetik.

3.2 Komponen-komponen pada PCR


a. DNA template
DNA template merupakan cetakan DNA atau DNA yang menjadi patokan
untuk menggandakan DNA yang lain.

b. Enzim DNA polymerase


DNA polimerase adalah enzim penting dalam replikasi DNA maupun
dalam reparasi DNA. DNA polimerase merupakan sebuah enzim yang
mengkatalisasi reaksi polimerisasi deoksiribonukleotida menjadi rantai
DNA, dengan kata lain enzim ini mengkatalisasi reaksi pembentukan DNA
.
c. Primer
Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek
yang menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau
polimerisasi DNA. Jadi jangan membayangkan kalau PCR mampu
menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya kira-kira 3
juta bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu
sepanjang maksimum 10000bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa sampai
40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen
dengan DNA template, jadi dirancang agar menempel mengapit daerah
tertentu yang kita inginkan.

d. dNTP
dNTP merupakan building blok atau bisa disebut ‘batu bata’ penyusun
DNA yang baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun
DNA,yaitu dATP, dCTP, dGTP dan TTP.

e. Buffer
Buffer yang biasanyaterdiri atas bahan-bahan kimia untuk mengkondisikan
reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase.

f. Ion logam
 Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor bagi
enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak
dapat bekerja.
 Ion logam monovalen, kalsium (K+).

3.3 Tahap-Tahap pada PCR

1. Denaturasi
Denaturasi dilakukan pada suhu 90-95°C, sehingga terjadi pemisahan
utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal DNA yang menjadi cetakan (template)
tempat penempelan primer dan tempat kerja DNA polimerase.
2. Annealing
Selanjutnya, suhu diturunkan untuk penempelan primer oligonukleotida
pada sekuens yang komplementer pada molekul DNA cetakan. Tahap ini disebut
annealing. Suhu campuran diturunkan sampai mencapai ~55°C atau sesuai
melting temperature (Tm) dari primer oligonukleotida (Glick & Pasternak, 2003).
Selama tahap ini, primer berpasangan dengan sekuens komplementernya di dalam
DNA cetakan. Primer oligonukleotida melekat pada masing-masing utas tunggal
DNA dengan arah yang berlawanan; satu primer melekat pada ujung untai DNA
sense, sedangkan primer yang lain melekat pada ujung utas DNA antisense.

3. Ekstensi
Tahap selanjutnya adalah tahap ekstensi yang dilakukan pada suhu 72°C.
Suhu ini merupakan suhu optimum untuk kerja enzim Taq DNA polimerase. Pada
tahap ini enzim Taq DNA polimerase mengkatalis reaksi penambahan
mononukleotida pada primer yang sesuai dengan utas DNA komplemen yang
berada di sebelahnya. Suhu pada setiap tahap diatur sedemikian rupa sehingga
dihasilkan amplifikasi sekuens target DNA yang efisien.

3.4 Keuntungan dan Kerugian pada PCR

3.4.1 Keuntungan
 Dengan jumlah yang sedikit dari susunan DNA dapat digunakan seperti
halnya satu sel yang kecil
 Adanya degradasi DNA menjadi fragmen-fragmen hanya beberapa ratus
pasang dapat juga digunakan untuk amplifikasi
 Banyaknya angka copy dari urutan DNA yang spesifik dapat di
amplifikasi secara simultan dengan reaksi multiplex PCR
 DNA kontaminan, seperti jamur dan bakteri, tak dapat teramplifikasi
karena hanya digunakan yang spesifik untuk manusia saja.
 ‘Commercial kits’ sekarang sudah avalable untuk simpel reaksi PCR dan
amplifikasinya.
3.4.2 Kerugian
 Target dari susunan DNA dapat tak teramplifikasi dengan adanya atau
munculnya penghambat PCR pada DNA yang telah di ekstrak.
 Amplifikasi dapat gagal jika terjadi perubahan urutan pada primer-binding
pada susunan genom DNA
 Kontaminasi dari sumber manusia lain selain dari barang bukti forensic
tersebut atau kontaminasi sampel DNA teramplifikasi yang tak hati-hati
oleh petugas laboratorium forensik.

3.5 Hasil Penelitian Dengan Menggunakan PCR

Penelitian PKM oleh Hary Prakasa di Laboratorium Biologi Universitas Negeri


Medan : “Barcode DNA Edelweis (Anaphalis) di Sumatera Utara”

Ringkasan Hasil Penelitian

1. Pengambilan Titik Koordinat dan Pengambilan Sampel


Informasi letak tumbuhan edelweiss yang masih ada di Sumatera Utara
dicari menggunakan literatur dan informasi dari masyarakat secara langsung.
Pengambilan titik koordinat menggunakan GPS (GPS-Garmine Etrex) dan pada
setiap titik pengambilan koordinat dilakukan juga pengambilan sampel daun dari
dari 20 spesies secara random sampling yang tersebar di Sumatera Utara untuk di
analisis secara molekuler di Laboratorium Molekuler Universitas Negeri Medan.

2. Isolasi DNA
Isolasi DNA menggunakan DNA extraktion kit (Ilustra Phytopure).
Sampel daun ditimbang sebanyak 0,5 gr kemudian digerus menggunakan mortar
steril dan diberi tambahan 500 l Reagen Phytopure I ke dalam mortar hingga
sampel menjadi halus. Campuran sampel dan reagen tersebut dituang kedalam
tube 1,5 ml dan ditambahkan Reagen Phytopure II sebanyak 200 l, divortex
hingga homogen dan diinkubasi pada suhu 650C selama 10 menit dan didiamkan
di dalam es selama 20 menit. Setelah itu, menambahkan 500 l cloroform dingin
dan 50 l Reagen Resin Phytopure ke dalam tube. Tahap selanjutnya, campuran
disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang
dihasilkan dipindahkan ke dalam tube 1,5 ml yang baru dan diberi tambahan
isopropyl alcohol dengan perbandingan supernatan : isopropyl alcohol = 1:1
kemudian vortex hingga homogen, kemudian dilanjutkan kembali sentrifugasi
selama 10 menit dengan kecepatan 10.000 rpm. Supernatan yang dihasilkan
dibuang dan tertinggal pelet yang transparant di dasar tube. Pelet dicuci
menggunakan 100 l ethanol 70%. Pencucian dilakukan tiga kali dengan
membuang supernatan setelah sentrifugasi. Pelet kemudian dikering anginkan dan
ditambahkan dengan 50 l TE Buffer 1x untuk storage.

3. PCR ISSR dan PCR trnL-F


PCR (polymerase chain reaction) menggunakan penanda ISSR dilakukan
dengan menggunakan primer 5 primer ISSR (Zietkiewicz et al., 1994)
menggunakan PCR mix 2G Fast Ready Mix with Dye (KAPA BIOSYSTEMS),
ddH2O, dan DNA template. Reaksi PCR dilakukan dengan mencampurkan 10 l
PCR mix, 2,5 l primer, 2,5 l DNA template, dan 5 l ddH2O dengan total
volume 20 l ke dalam PCR tube 0,2 ml. PCR menggunakan penanda sekuen
trnL-F dilakukan dengan menggunakan primer trnL-F forward 5’-GGTTCAAGT
CCCTCTATCCC -3’ dan primer trnL-F reverse 5’-ATTTG AACTGGTGACAC
GAG -3 dengan total reaksi PCR 50 l (5l primer forward, 5l primer reverse, 5
DNA template, 10l ddH2O, 25 l PCR mix). Reaksi PCR diprogram dengan
formula predenaturasi pada suhu 970C selama 3 menit, kemudian dilanjutkan
dengan 35 siklus PCR yang terdiri denaturasi (950C selama 1 menit), annealing
(360C selama 1 menit) dan elongation (720C selama 2 menit). Tahapan diakhiri
dengan post-elongation pada suhu 720C selama 5 menit. Produk PCR kemudian
disimpan dalam lemari es untuk storage.

4. Visualisasi hasil PCR, Scoring dan Sekuensing


Visualisasi hasil PCR menggunakan gel agarose 1% (1 gram agarose dan
100 ml buffer TBE) yang telah diberi SYBR R Safe DNA Gel Stain sebanyak 4
ƒÝl. sebanyak 6 ƒÝl produk PCR di running bersama dengan marker 100 bp DNA
Ladder menggunakan elektroforesis dengan tegangan 100 Volt selama 45 menit.
Visualisasi pita yang muncul dilakukan dengan menggunakan Gel
Documentation. Visualisasi hasil PCR ISSR akan di scoring dengan menggunakan
software Gel Pro Analyzer. Visualisasi hasil PCR trnL-F akan di kirim ke First
Base DNA Sequencing Service untuk di sekuensing.

5. Analisis Data Mokuler


Data molekuler berupa hasil scoring akan dianalisis menggunakan
software NTSys 3.1 untuk membangun dendogramnya, data berupa hasil
sekuensing akan dianalisis menggunakan software BioEdit 7.0.1 untuk
membentuk sekuen konsensus dan menggunakan software MEGA 6.06 untuk
membangun pohon filogenetik berdasarkan sekuen DNA yang diperoleh dengan
tambahan data sekuen dari GeneBank.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Teknik biologi molekuler menyebabkan perkembangan dan pemahaman
ilmu parasitologi berkembang pesat. Mulai identifikasi, deteksi dan pencarian
obat, antigen dll, dapatdilakukan dengan lebih cepat dan akurat sehingga tidak
terjadi kesalahan deteksi fatal.
Alat-alat pendukung utama yang digunakan dalam teknik analisis biologi
molekuler, antara lain: Polimerase Chain Reaction (PCR), Mikrosentrifuge,
Mikropipet, Timbangan Analitik, Inkubator (Incubator Biosan), Hot Plate,
Powersupplay Elektroforesis, Electrophoresis Buffer, Biostep, Maxfill, Agarose,
Electrophoresis Buffer, GD Column, UV4 PCR (Sterilization Cabinet), Biopointe
Pre-sterilized (Rached), Multi Vortex dimana masing-masing alat memiliki
fungsi, prinsip dan prosedur kerja yang spesifik dan berbeda-beda.
Salah satu teknik perbanyakan DNA yang juga banyak dimanfaatkan
adalah PCR yang telah dijelaskan. Jadi, PCR merupakan metode replikasi DNA
secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dari metode ini dihasilkanlah
DNA dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relative singkat, sehingga
memudahkan berbagai macam metode yang memanfaatkan DNA. PCR ini pun
memiliki tiga tahap, yaitu peleburan (melting), annealing (penempelan) dan
ekstensi. Tahapan ini dilakukan dalam 20-30 kali siklus.

4.2 Saran
Saya berharap makalah yang telah saya susun ini dapat berguna bagi
pembaca terlebih lagi dalam memahami dan mengenal alat-alat praktikum di
laboratorium biologi molekuler dan juga mengetahui fungsi-fungsi alat tersebut
agar tidak terjadi kesalahan penggunaan alat dalam suatu proses penelitian serta
saya berharap hasil penelitian yang diperoleh akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anshary, Hilal. 2011. Identifikasi Molekuler Dengan Teknik Pcr-Rflp Larva


ParasitAnisakis spp (Nematoda: Anisakidae) Pada Ikan Tongkol (Auxis
thazard) Dan Kembung (Rastrelliger kanagurta) Dari Perairan Makassar.
Jurnal Perikanan 12 (2):70-77.

Dr. Emma Rochima, SPi., M.Si. 2013. Modul Biokimia Perairan.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.

Klug, W. S. & M. R. Cummings. 1994. Concepts of genetics. 4th ed. Prentice


Hall. Englewood cliffs: xvi + 779 hlm.

Kryndushkin DS, Alexandrov IM, Ter-Avanesyan MD, Kushnirov VV (2003).


"Yeast [PSI+] prion aggregates are formed by small Sup35 polymers
fragmented by Hsp104". Journal of Biological Chemistry. 278 (49):
49636–43.

Kusuma Sri Agung Fitri. 2010. Makalah PCR. Sumedang : Universitas


Padjajaran.

You might also like