Professional Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN ANAK - I
Oleh :
Ade Mawar 11161001 Diana 11161012
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat serta
karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Bayi
Dengan Asfiksia”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi satu tugas dalam mata kuliah
Keperawatan Anak I. Selain itu, pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk dapat menambah
informasi serta wawasan kepada pembaca.
1. Ibu Ns. Yanti Riyantini, M.Kep. Sp. Kep, An selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Anak - I
2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman - teman yang telah banyak membantu menyusun dalam meyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................16
B. Saran ..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah jika dibandingkan
dengan negara tetangga meskipun program pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan Indonesia.
Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk
yang ditunjukkan antara lain dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi
(AKB), anak balita dan ibu, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi
kurang (Depkes RI 2005). Diperkirakan sekitar 27% seluruh angka kematian
neonatus di seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia neonatorum (WHO 2013).
Asfiksia merupakan kegagalan untuk bernafas secara cukup dari bayi yang baru
lahir. Bayi asfiksia bila tidak segera dilakukan tindakan keperawatan makan akan
berakibat fatal bagi kelangsungan hidupnya.
Laporan WHO menyebutkan bahwa AKB kawasan Asia Tenggara
merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000 setelah kawasan
Afrika. Indonesia merupakan negara dengan AKB tertinggi kelima untuk negara
ASEAN yaitu 35 per 1.000, dimana Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor Leste
46 per 1.000, Kamboja 36 per 1.000 pada tahun 2011 (WHO 2012). WHO (2012)
juga menyebutkan bahwa pada tahun 2000 – 2010, Case Fatality Rate (CFR)
asfiksia untuk bayi yang berusia dibawah 5 tahun di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 11%.
Asfiksia dapat terjadi pada periode antepartum, intrapartum maupun
postpartum. Sembilan puluh persen kejadian asfiksia terjadi pada periode
antepartum dan intrapartum sebagai akibat dari kurangnya kemampuan plasenta
untuk menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan ion hidrogen
dari janin. Sepuluh persen sisanya merupakan periode postpartum biasanya
kekurangan sekunder pada sistem pernafasan jantung atau saraf (NFF: New Born
Care 2005). Asfiksia berarti hipoksia progresfi, penimpunan karbondioksida dan
asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan
otak atau kematian (Saifudin 2001).
0
Upaya yang paling penting adalah mencegah terjadinya persalinan preterm
semaksimal mungkin dengan pemeriksaan antenatal yang baik, meningkatkan
status gizi ibu, mencegah pernikahan muda dan mencegah serta mengobati infeksi
intra uterin. Apabila bayi terpaksa lahir sebagai bayi kurang bulan (BKB), maka
manajemen yang cepat tepat dan terpadu harus sudah mulai dilaksanakan pada saat
antepartum, intrapartum dan postpartum atau pasca natal (Kosim, 2006).
Pendidikan dan pengenalan ibu hamil pada faktor-faktor pencetus terjadinya
asfiksia penting sebagai usaha penurunan angka kematian akibat asfiksia, selain itu
tenaga kesehatan juga harus benar-benar memahami tanda dan gejala, menghitung
Apgar Score, mengenali penyebab serta tindakan resusitasi yang harus dilakukan
saat menghadapi bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga bayi dapat terselamatkan
dan angka mortalitas akibat asfiksia menurun. Maka dari itu kami akan membahas
dasar-dasar tentang asfiksia pada bayi baru lahir serta tindakan resusitasi yang
perlu dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Asfiksia ?
2. Apa etiologi dari Asfiksia?
3. Apa manifestasi klinis dari Asfiksia ?
4. Bagaimana pathway dari Asfiksia?
5. Apa klasifikasi dari Asfiksia?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari Asfiksia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Varises Esofagus ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari Asfiksia ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Asfiksia
2. Untuk mengetahui etiologi Asfiksia
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asfiksia
4. Untuk mengetahui pathway dari Asfiksia
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Varises Esofagus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Varises Esofagus
1
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Varises Esofagus
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Varises Esofagus
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Betz et al. (2001) terdapat empat faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya asfiksia, yaitu
1. Faktor ibu
a. Hipoksia Ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik
atau anestesidalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliranoksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini
sering ditemukan pada gangguankontraksi uterus, hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
4
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah
dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali
pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan
janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa halyaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,
trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial,
kelainan kongenital pada bayi misalnyahernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
5
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik,
kejang, nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol padamata yang terdiri
dari tremor kecil yang cepat ke satu arah danyang lebih besar, lebih
lambat, berulang-ulang ke arah yangberlawanan) dan menangis kurang
baik/tidak baik.
6
D. PATHWAY ASFIKSIA
7
E. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia Ringan (vigorus baby) : Skor APGAR 7-10 bayi dianggap sehat
dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia) : Skor APGAR 4-6, pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari100 X/ menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100 X/ menit, tonus otot buruk, sianosis berat,
dan kadang/kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan
henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang pada saat post
partum, pemeriksaan fisik sama pada asfiksia berat.
Nilai 0 1 2
Tidak
Nafas ada Tidak teratur Teratur
Denyut Tidak
jantung ada <100 >100
Tubuh merah
Biru jambu, kaki
atau dan tangan Merah
Warna kulit pucat biru jambu
Gerakan/tonus Tidak
otot ada Sedikit fleksi Fleksi
Refleks Tidak
(menangis) ada Lemah/lambat Kuat
Keterangan :
Nilai 0-3 :Asfiksia berat
Nilai 4-6 :Asfiksia sedang
Nilai 7-10 :Normal
8
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke- 1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari < penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan
resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis.
13
2. Keluhan utama
Bn. S masuk ruang perinatologi kiriman dari Rumah Sakit Bahkti Asih
dengan keluhan nangis merintih, perut kembung, sesak nafas disertai dengan
lender, akral dingin, reflek premitif positif tetapi lemah, tampak retraksi dada,
keadaan umum lemah, apgar skore lahir 4/5/6. Bn. S lahir spontan dengan
ekstraksi vakum usia kehamilan 39 minggu.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan, ibu di
anjurkan banyak mengkonkumsi buah dan sayur, mendapatkan penyuluhan
persiapan menjelang persalinan. Selama hamil ibu mendapatkan vitamin
dan suplemen penambah darah. Ibu mengalami kenaikan berat badan
selama hamil adalah 10 kg.
b. Natal
Ibu mengatakan ketuban sudah pecah sejak 15 jam, pada jam 06.00
pagi ibu sudah pembukaan 7 tapi pembukaan tidak bertambah sehingga
dilakukan vakum ekstraks jam 12.30 siang, tidak ada komplikasi persalinan.
Cara melahirkan dengan spontan di RS Bhakti Asih.
c. Post natal
Usaha nafas bayi spontan, apgar lahir 4/5/6, obat yang diberikan
pada Bn. S setelah masuk ke ruang perinatologi adalah infuse D 10
%*ml/jam, ampisilin 80 gr/12jam, O2 headbox 5 lpm, belum ada reaksi
antara bayi dan orang tua, tidak ada trauma lahir. Bn. S Sudah Meconium
tapi belum BAK.
14
4. Riwayat keluarga
Genogogram
Keterangan :
Perempuan Serumah
Pasien X Meninggal
5. Riwayat social
Hubungan orang tua dengan bayi belum terjalin karena Bn. S segera di
rujuk ke RS. Sari Asih karena Bn. S mengalami Asfiksia. Anak yang lain : ibu
mengatakan Bn S sekarang adalah anak pertama mereka. Lingkungan rumah
dipedesaan yang padat penduduknya.
6. Keadaan kesehatan saat ini
a. Diagnose medis : asfiksia sedang,
b. Lahir spontan dengan indikasi vacum ekstrasi.
15
c. Bn. S dipuasakan sampai jam 06.00 pagi,
d. Status cairan infuse D 10 % 10cc/jam,
e. Terapi obat mendapatkan ampisilin 80 mg/12 jam, injeksi vitamin K,
aktivitas bayi sangat lemah.
f. Tindakan keperawatan yang dilakukan :
1) Mengobservasi keadaan umum bayi
2) Mengukur vital sign
3) Mengukur antropometri
4) Memberikan terapi O2 headbox
5) Melakukan suction
6) Memasang NGT dan infuse
7) Memberikan terapi cairan infuse D 10% 10cc/jam
8) Megobservasi respirasi
9) Menilai Apgar skore
10) Mengobservasi tanda kejang dan sianosis
11) Mengganti baju dan popok bayi
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Kesadaran : apatis E2 V4 M4
c. Tanda vital : HR : 145x/menit, RR : 66x/menit, suhu : 36 C,
d. Antropometri : BBL : 3800 gram, LiLa : 11 cm, LD : 32,5 cm, PB :
50 cm, LP : 34 cm, LK : 31,5 cm
e. Refleks : Moro (+), menggenggam (+), isap (+), reflex lemah.
f. Aktivitas / tonus : aktif, tanda-tanda kejang, menangis lemah
g. Kepala/ leher : frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat,
gambaran wajah simetris, molding bersesuaian
h. Mata : bersih, ada keduanya, reflex cahaya (+/+)
i. THT : telinga normal, palatum normal, hidung bilateral
j. Abdomen : kembung, tali pusat segar, lingkar perut 34 cm
k. Thorax : simetris, terdapat retraksi dada
16
l. Paru-paru :
1) Suara nafas : stidor sebelum di suction, terdengar di semua
lapang paru
2) Respirasi : spontan, tampak sesak, RR 66x/menit, menggunaka
headbox
m. Jantung : bunyi jantung normal
n. Extremitas : aktremitas bergerak semua, dan simetris, tidak ada
kelainan
o. Umbilicus : normal
p. Genetalia : laki-laki normal, testil turun.
q. Anus : paten
r. Spina : normal
s. Kulit : warna kulit pucat, sianosis
t. Suhu : 36 C, penghangat radian
8. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul : bayi hanya tidur
b. Motorik halus : gerakan mata ada, reflex (+)
c. Kognitif dan bahasa : bayi menangis jika merasa tidak nyaman
d. Motorik kasar : bayi menggerakkan kaki dan tangan jika ada respon dari
sekitar.
e. Kesimpulan : bayi menangis saat merasa tidak nyaman dan mengeluarkan
suara saat menangis ( merintih ).
9. Analisa data
Data Problem Etiologi
DS : - Ketidakefektifan pola Hipoventilasi
DO : nafas
1) Ekspansi dada tidak sama kanan
kiri
2) Terdengar suara nafas tambahan
3) RR : 66x/menit
17
4) Bernapas menggunakan otot napas
tambahan
5) Bayi tampak sesak
6) Bayi terpasang O2 HB 5lpm
DS : - Bersihan jalan nafas Produksi mucus
DO : tidak efektif banyak
1) Bayi tampak sulit bernafas
2) Terdapat secret dimulut
3) Bayi terpasang O2 HB 5lpm
4) RR : 66x/menit
5) HR : 145x/menit
6) Retraksi dada (+)
DS : - Resiko hipotermi Transisi
DO : lingkungan luar
1) Akral dingin
2) Suhu 36 C
3) R : 66x/menit
4) Bayi tampak lemah
5) Kuku jari tampak sianosis
6) Apgar skore lahir 4/5/6
18
11. Intervensi Keperwatan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan
1) Buka jalan napas
pola nafas b.d tindakan keperawatan
2) Posisikan bayi untuk
hipoventilasi selam 3x24 jam,
memaksimalkan ventilasi dan
diharapkan pola napas
mengurangi dispnea
bayi efektif dengan
3) Auskultasi suara napas, catat
kriteria :
adanya suara tambahan
Kecepatan dan
4) Identifikasi bayi perlunya
irama respirasi
pemasangan alat jalan napas
dalam batas normal
buatan
Tidak adanya bunyi
5) Kolaborasi dalam pemeriksaan
nafas tambahan
AGD
Denyut jantung bayi
Monitor Respirasi (3350) :
normal
1) Monitor kecepatan, irama,
Bayi menunjukkan
kedalaman dan upaya bernapas
upaya bernafas
2) Monitor pergerakan,
spontan
kesimetrisan dada, retraksi dada
Ekspansi dada
dan alat bantu pernapasan
simetris
3) Monitor adanya penggunaan otot
diafragma
19
Vital sign dalam 5) Kolaborasi dengan tim medis
batas normal pemberian terapi obat
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A (2006). Buku Ajar Neonatologi. Edisi
1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Hidayat. A.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Media. Jakarta
Markum. A.H. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta
Nursalam. dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat
dan bidan). Salemba Medika: Jakarta
https://www.academia.edu/20592936/LP_dan_Askep_Asfiksia
https://www.slideshare.net/septianraha/145599463-lpasfiksiapadabayi
https://www.academia.edu/35355889/Askep_Asfiksia_Neonatorus
22