You are on page 1of 37

PEDOMAN

PELAYANAN STERILISASI

RUMAH SAKIT UMUM KECAMATAN KALIDERES


Jalan Satu maret No. 48 Kel. pegadungan Kec. Kalideres, Jakarta Barat
Telp. 021-54390575
Email: rskalideres@gmail.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya buku Pedoman Pelayanan Unit Sterilisasi Rumah Sakit Umum Daerah
Kalideres dapat diselesaikan.

Pelayanan unit sterilisasi yang bermutu dapat memberikan kepuasan terhadap


pasien dan rasa percaya diri terhadap pelaksana dalam memberikan jasa
pelayanan serta mencegah infeksi nosokomial. Dalam rangka mewujudkan
pelaksanaan kegiatan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres agar
optimal, diperlukan pedoman pelayanan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan unit
sterilisasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres.

Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setingi-tingginya


kepada Tim Penyusun yang dengan segala upaya telah berhasil menyusun
pedoman ini yang merupakan kerjasama dengan berbagai pihak di lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres.

Jakarta, 2 Januari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan beupaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, harus ditunjang oleh keseluruhan unit
pelayanan, termasuk didalamnya penunjang medis. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial dan infeksi luka operasi. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukkan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit.
Kegiatan sterilisasi sendiri adalah proses pengolahan alat atau bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
didalamnya endospora dan dapat dilakukkan dengan proses kimia atau fisika.
Kegiatan inilah merupakan salah satu mata rantai penting dalam keberhasilan
pengendalian infeksi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka suatu rumah sakit mendirikan Instalasi
Pusat Sterilisasi/CSSD(CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTMENT) yang
bertanggung jawab langsung kepada Direktur/Wakil Direktur Rumah Sakit Kalideres.
Tugas dari Instalasi Pusat Sterilisasi sendiri memberikan pelayanan terhadap semua
kebutuhan kondisi steril (mikroorganisme, endospora) secara tepat dan cepat . Suatu
proses steriliasi instrumen dan bahan yang dilakukkan di Rumah sakit hendaknya
dilakukkan secara profesional, diperlukkan pengetahuan dan keterampilan tertentu
dari Sumber daya Manusia (SDM) di suatu Instalasi tersebut . Dengan SDM yang
profesional dan memiliki kemitraan yang baik tujuan utama Instalasi Pusat Sterilisasi
sebagai salah satu komponen utama dalam pencegahan resiko infeksi nosokomial
bagi pasien dan pegawai rumah sakit sendiri.
Dengan berkoordinasi dengan Panitia Pengendalian Infeksi (PPI) diharapkan
mampu bersinergi dalam meminimalkan resiko infesi di rumah sakit . Dengan
kegiatan yang meliputi perencanaan , pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan serta monitoring dan evaluasi.

B. Tujuan Pedoman
Umum: untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
Kalideres
Khusus :

1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan unit sterilisasi dii lingkungan


Rumah Sakit Daerah Kalideres.
2. Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi Instalasi
CSSD Rumah Sakit Umum Kalideres
3. Sebagai sebuah pedoman kerja, sebagai tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan unit sterilisasi di Rumah Sakit Umum Kalideres

C. Ruang Lingkup Pelayanan Sterilisasi

1. Perencanaan
Usaha yang di lakukan untuk menindak lanjuti setiap masalah dan kegiatan-
kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah.

2. Pengadaan

Melengkapi setiap alat/instrumen yang dibutuhkan oleh setiap unit/ruangan.

3. Dekontaminasi

Usaha atau tidakan dalam melakukan kegiatan dari mulai perendaman, pencucian
sampai dengan mengeringkan alat/instrumen dengan menambahkan desinfktan
untuk mengurangii bioburden dari instrumen atau linen yang akan disterilkan.

4. Pengemasan

Usaha atau tindakan yang dilakukan dalam mempertahankan sterilisasi alat dengan
cara membungkus peralatan medik yang akan disterilisasikan dan menjaga
sterilitas barang tersebut

5. Labelling

Usaha atau tindakan yang dilakukan dalam pemberian tanda atau lebeling
pada setiap instrumen/alat yang sudah disterilisasi, yang di dalamnya terdapat
tanggal sterilisasi, tanggal kadaluarsa, isi dan metode sterilisasi.

6. Proses sterilisasi

Usahaatautindakandalanmembunuh / memusnahkan / menghilangkan semua


bentuk mikroorganisme pada peralatan medis / objek termasuk endospora yang
dapat di lakukan melalui proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat
sterilisator.

7. Penyimpanan

Serangkaian usaha atau kegiatan dalam pengaturan dan penyusunan alat kesehatan
steril di dalam ruangan atau tempat penyimpanan yang sesuai dengan
keamanan yang dapat menjamin mutu alat kesehatan yang steril.

8. Pendistribusian

Serangkaian kegiatan dalam memenuhi kebutuhan unit pemakai dengan cara


melakukan kegiatan pengiriman alat / instrumen yang sudah steril. Pelayanan
dilakukan dengan memperhatikan dan menjamin mutu.

D. Batasan Operasional
1. Rumah sakit Umum Kalideres memiliki pusat sterilisasi mandiri yang mampu
memberikan pelayanan sterilisasi dengan baik
2. Memberikan pelayanan sterilisasi instrumen dan linen yang dibutuhkan semua unit di
rumah sakit

Istilah-istilah dalam sterilisasi :

1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen Oksida pada
sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
3. Autoclave adalah suatu alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakanuap bertekanan.
4. Bacilus stearothermophyllus adalah mkroorganisme yang dapat membentuk spora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk ujiefektifitas sterilisasi uap.
5. Bacilus subtilis adalh mikroorganisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida.
6. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
7. Bowie-dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin uap vakum.
8. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme
atau substansi lain yang berbahaya
9. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem thermal ( panas
) atau kimia.
10. Google adalah alat pelindung mata.
11. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkansuhu tertentu
secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri.
12. Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu
dan digunakan untuk menunnjukkanbahwa sterilisasi telah tercapai.
13. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan terhadap obyek yang disterilkan ditandai dengan
adanya perubahan warna.
14. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukkan mesin berjalan normal.
15. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana pada waktu
masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau tidakk dalam masa inkubasi.
16. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah.
17. Point of use adalah menunjukkan tempat pemakian alat.
18. Steril adalah kondisi bebas dari segala mikroorganisme termasuk spora
19. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia.
20. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
21. Termokopel adalah sepasang kabel termo elektrik untuk mengukur perbedaan suhu
dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.

E. Landasan hukum
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Pedoman instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit, depkes, 2009
4. Pedoman manajemen linen di rumahsakit, depkes, 2004
5. Pedoman dan Tata Laksana Pengendalian Infeksi Nosokomiall di Rumah Sakit
Umum Daerah Kalideres
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga yang bekerja di unit sterilisasi dibedakan sesuai dengan kapasitas
tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas fungsional dan administratif tenaga
manajer dan teknis pelayanan sterilisasi.
1. Koordinator CSSD
a) Tugas pokok
Menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan,
pencucian, penyimpanan dan penyaluran serta sterilisasi.

b) Fungsi Jabatan :
Menyelenggarakan urusan pelayanan sterilisasi yang efektif dan efisien,
melalui :

1) Penyedia fasilitas Sterilisasi


2) Pemelihara fasilitas Sterilisasi
3) Pemantau dan pengevaluasi fasilitas Sterilisasi
c) Misi Jabatan :
Tercapainya pelayanan Sterilisasi Sentral yang efektif dan efisien.
d) Uraian Tugas
1) Membuat Rencana Kerja Unit Sterilisasi Sentral
2) Membuat prosedur pelayanan Unit Sterilisasi.
3) Menyediakan fasilitas pelayanan Unit Sterilisasi.
4) Mengembangkan program kegiatan pelayanan Unit Sterilisasi.
5) Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan pelayanan Unit Sterilisasi.
6) Melakukan evaluasi secara berkala program kegiatan pelaksanaan pe
layanan Unit Sterilisasi.
7) Melakukan penilaian kinerja terhadap staf Unit Sterilisasi.

2. Pelaksana Unit Sterilisasi


a) Tugas pokok:

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan pensterilan


yang memenuhi persyaratan serta merencanakan pelaksanaan pensterilan
yang efektif dan efisien.
b) Fungsi Jabatan

1) Dekontaminasi
2) Pengemasan
3) Pelabelan
4) Pensterilan
5) Penyimpanan
6) Quality Control
7) Pemeliharaan
c) Misi jabatan:

Tercapainya pelayanan pensterilan alat yang cepat, tepat, aman, nyaman dan
terpadu sesuai standar yang ditetapkan.

d) Uraian Tugas :

1) Melakukan pemisahan barang-barang / alat berdasarkan kemampuan


sterilitasnya (suhu tinggi).
2) Melakukan dekontaminasi
3) Mengemas barang dengan pembungkus yang sesuai dengan kondisi dan
jenis barang.
4) Membukukan barang-barang (Instrumen, slang, linen) yang akan
disterilkan pada buku, sesuai tanggal pelaksanaan steril, nama ruangan,
nama set.
5) Mengatur dan menyusun set/alat di dalam mesin sterilisasi sesuai
dengan Prosedur kerja mesin steril.
6) Menjalankan mesin steril sesuai dengan prosedur mesin.
7) Melaporkan kondisi mesin kepada Penanggung Jawab CSSD, bila
ditemukan hambatan dalam pelaksanaan sterilisasi.
8) Aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap
manajemen Rumah Sakit, melalui kegiatan On The Job Training,
seminar, pelatihan atau media lainnya.
9) Melakukan tugas lain sesuai arahan atasan .
B. Distribusi Ketenagaan

Instalasi Sterilisasi (CSSD) dikoordinator oleh seorang Perawat dan memiliki 2 orang
staff.

C. Pengaturan Kerja
Guna mempelancar aktivitas kerja para personil di CSSD, maka di buatlah jadwal
kerja oleh koordinator instalasi. Untuk pengaturan jadwal tugas/shiff dilihat dari
jumlah personil yang ada dan di setiap shifnya diatur kembali siapa yang
bertugas di ruang kotor dan siapa yang bertugas di ruang bersih/steril. Shift di
unit sterilisasi menggunakan 2 shift (pagi, sore).
BAB III

STANDAR FASILITAS CSSD

Mengingat pusat sterilisasi merupakan bagian dari inti pelayanan penunjang


rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah menerima instrumen dan
linen medik baik bekas pakai ataupun baru dari semua unit- unit di rumah sakit untuk
selanjutnya melakukan sterilisasi dan mendistribusikan kepada unit lain yang
membutuhkan dalam kondisi steril, maka penentuan lokasi pusat sterilisasi perlu
di perhatikan :

A. Bangunan dan Denah CSSD

Pembangunan CSSD harus di desain sesuai dengan kebutuhan Rumah


Sakit dan rencana pengembangannya di masa mendatang,ketentuan yang harus
diperhatikan adalah :

1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m

2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m

3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m

4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m

5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450 m


Denah

DENAH RUANGAN CSSD

Keterangan :

Pintu/jendela Tempat cuci manual

Ruang packing Mesin autoclave

Ruang penyimpanan steril


dan linen
Pemilihan lokasi dipertimbangkan berdasarkan efisiensi kerja dan prinsip
pengendalian infeksi yaitu mengurangi lalu lintas transportasi alat steril dan menurunkan
risiko kontaminasi silang.

1. Lokasi CSSD terletak area rumahsakit berdekatan dengan kamar operasi , dengan luas
bangunan ± 80 m2
2. Mudah di jangkau oleh unit-unit lain.
3. Memiliki lampu penerangan dan pendingin udara yang baik dan memadai.
4. Bangunan dan ruang CSSD di lengkapi dengan alat pemadam kebakaran
untuk keselamatan.
C. Sarana Fisik, Prasarana, dan Peralatan
a. Sarana Fisik
Prinsipnya desain ruang sterilisasi terbagi atas ruang bersih dan ruang
kotor untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari petugas dan alat.
CSSD terdiri dari 9 ruangan, yaitu :

1. Ruang serah terima instrumen


Pada ruangan ini terjadi proses serah terima barang/instrumen kotor. Di ruangan
ini terdapat meja untuk serah terima instrument dan kursi. Selain itu, terdapat
tempat sampah medis. Ruangan ini dipisahkan oleh pintu dengan ruang lain.

2. Ruang ganti baju

Pada ruangan ini terdapat loker karyawan dan tempat ganti baju.

3. Ruang dekontaminasi

Pada ruangan ini terjadi proses dekontaminasi alat/instrumen. Suhu udara diatur
antara 18 C - 22 C dan kelembaban udara antara 45%- 75%. Pengecekkan suhu
dan kelembaban ruangan dilakukkan setiap hari oleh petugas ruangan tershift. Pada
ruangan ini dilakukan pemisahan sampah infeksius dan non infeksius. Air yang
digunakan untuk mencuci alat adalah air RO (untuk pembilasan terakhir), RO
diruangan ini dimonitor oleh unit sanitasi RS.

4. Ruang pengemasan alat

Di ruangan ini dilakukan proses pengemasan instrumen dan bahan linen maupun
pengemasan dan penyimpanan barang bersih.

5. Ruang Administrasi

Ruangan ini digunakan untuk kegiatan administrasi di CSSD.

6. Ruang Linen

Di ruangan ini linen disimpan untuk persiapan sterilisasi.

7. Ruang Sterilisasi

Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan menggunakan alat mesin uap
(steam).
8. Ruang Penyimpanan Alat Steril

Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi
dua pintu,maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.
Persyaratan ruang penyimpanan adalah dengan penerangan yang memadai, suhu
antara 18 C - 22 C dan kelembaban antara 45% - 75%, tekanan udara positif,
dinding lantai dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah
dibersihkan. Pengecekkan suhu dan kelembaban ruangan dilakukkan setiap hari oleh
petugas ruangan tershift. Alat steril di simpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai
dan minimum 43 cm dari langit-langit 5 cm dari dinding. Alat steril disimpan dalam rak
instrumen, untuk menghindari debu dan tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa
lainnya

9. Ruang serah terima instrumen

Pada ruangan ini terjadi proses serah terima barang/instrumen steril. Di ruangan
ini terdapat meja untuk serah terima instrument.

B. Prasarana dan Peralatan

Peralatan minimal yang tersedia di fasilitas Instalasi CSSD Rumah Sait


Umum kalideres adalah :
a) Peralatan yang dimiliki Instalasi CSSD RSUD Kalideres meliputi 2
jenis Autoklaf (manual, otomatis) sebagai sterilisator panas basah.
b) Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip, meliputi
:furniture/mebelair berupa meja, kursi, lemari buku, rak kaca, filling cabinet;
komputer dan printer; ATK (Alat Tulis Kantor), telpon
c) Peralatan penyimpanan :
 Peralatan penyimpanan umum (lemari/rak tertata rapi, terlindung
debu, kelembaban, cahaya langsung) serta lantai dilengkapi
dengan palet.
d) Lemari pendingin dan AC ruangan,
e) Listrik penerangan PLN dan genset, sarana air, ventilasi dan sistem
pembuangan limbah, kompressor
f) Jika terjadi listrik mati beralih ke dalam genset namun tidak semua alat
dikondisikan menyala untuk mengurangi beban genset.
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

Pengelolaan instrumen dan linen steril di Rumah Sakit Umum Kalideres


menggunakan sistem sentralisasi, yaitu suatu system pengelolaan instrumen dan linen steril
dengan memusatkan semua kegiatan pengelolaan pada satu unit.

Alur kegiatan Instalasi Sterilisasi sebagai berikut :

Alat Barang kotor Alat/barang /Alkes baru

PENERIMAAN DAN
USER PENCATATAN BARANG BARU

PENERIMAAN DAN PENGEMASAN DAN


LABELING
PENCATATN

YA STERILISASI
TIDAK
SELEKSI (PENCATAN
VOLUME DAN JENIS
BARANG )

DAN JENISBARANG KONTROL


INDIKATOR

PERENDAMAN

TIDAK YA

PENCUCIAN
GUDANG PENYIMPANAN
ALAT STERIL
PENGERNGAN

DISTRIBUSI BARANG
KELUAR
YA
SORTIR LAYAK
DISTERILKAN/TIDAK

TIDAK
TIDAK

KEMBALIKAN KE UNIT
PENGIRIM BARANG/ALAT
A. CAKUPAN KEGIATAN

Dalam upaya melindungi petugas CSSD dari bahaya kontaminasi dalam


menjalankantugasnya, petugas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Petugas dalam keadaan sehat jasmani rohani.


2. Ruangan dalam keadaan bersih dan tertata rapih.
3. Pembersihan secara menyeluruh diruangan CSSD.
4. Sebelum bekerja melakukan kewaspadaan standar (tubuh bersih, cuci tangan sebelum
dan sesudah beraktifitas).
5. Menggunakan APD: penutup kepala, apron , masker, goggle dan sarung tangan
bila sedangmelakukan proses pencucian instrumen.
6. Dilarang merokok di ruang CSSD.
7. Bekerja sesuai standar operasional prosedur.
8. Setelah melaksanakan tugas dan kewajiban, maka petugas diharuskan:
a. Mematikan aliran listrik mesin sterilisasi dan alat-alat yang tidak diperlukan
b. Membersihkan dan mengembalikan alat dan bahan pada tempatnya
9. Memastikan bahwa semua pekerjaan telah dilakukan dengan benar.
10. Mencatat kegiatan dalam buku laporan harian CSSD
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan di CSSD ada beberapa tahap yang harus
di lakukan,yaitu meliputi:

1. Perencanaan

2. Pengadaan

3. Penanganan alat / bahan pra sterilisasi

4. Dekontaminasi dan pencucian alat

5. Pengemasan

6. Pemberian tanda atau lebeling

7. Proses sterilisasi

8. Penyimpanan alat steril

9. Distribusi alat
Dalam cakupan kegiatan pelayanan di CSSDmeliputi :

1. Perencanaan

Perencanaan di buat oleh kepala instalasi berdasarkan :

a. Rencana kegiatan.

b. Rencana biaya investasi.

c. Rencana biaya rutin.

2. Pengadaan

a. Pengadaan alat/bahan sesuai dengan kebutuhan dengan mengacu pada


perencanaan yang di buat dan telah disetujui direksi.
b. Pengadaan dilakukan melalui permintaan ke logistik.
c. Pengadaan dilakukan sesuai kebutuhan Rumah Sakit RSUD Kalideres.
3. Penanganan alat/bahan pra sterilisasi

a. Bahan baru untuk sekali pakai


Bahan baru sekali yang disiapkan di CSSD adalah bahan darikasa dan kapas.
Jenis kasa dan kapas sebagai berikut :

1) Kasa biasa

2) Kasa Deppers

3) Kasa laparotomy/ roll hass

b. Bahan baru dipakai ulang

1) Linen

2) Instrumen / alat medis

4. Dekontaminasi dan Pencucian Alat

a. Pengertian
Proses untuk mengurangi jumlah mikroorganisme atau subtansi lainyang
berbahayasehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.

b. Tujuan dari proses dekontaminasi adalah :


Untuk melindungi petugas yang berhubungan langsung dengan alat-alat
kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut daripenyakit
yangdapat disebabkan oleh mikroorganisme pada alat-alat tersebut.
c. Kriteria instrumen berdasarkan Spaulding dibagi berdasarkan paparan
instrumen terhadap bagian tubuh pasien:

1) Non kritikal : yang kontak dengan kulit, dilakukan desinfeksi


tingkat rendah/menengah yang dapat membunuh sebagian besar
mikroorganisme.
2) Semikritikal : yang kontak dengan membran mukosa tubuh/kulit yang luka,
dilakukan desinfeksi tingkat tinggi yang dapat membunuh semua
mikroorganisme kecuali beberapa bentuk spora.
3) Kritikal : yang kontak dengan organ tubuh dalam, dilakukan sterilisasi yang dapat
membunuh semua mikroorganisme.
5. Pengemasan

a. Pengertian

Prosedur yang dilakukan untuk membungkus alat/bahan yang sudah bersih dan
kering dengan menggunakan kemasan linen, kontainer, pouches sesuai dengan
kebutuhan sebelum proses sterilisasi.

Ada tiga prinsip dasar pengemasan:

1) Bahan pengemas harus mudah dibuka dan amansterilan harus dapat


menyerap dengan baik keseluruh permukaan kemasan dan isinya.
2) Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Persyaratan bahan pengemas:

1) Sesuai dengan metode sterililsasi yang dipakai.

2) Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri.

3) Kuat dan tahan lama.

4) Mudah digunakan.

5) Tidak mengandung racun.

6) Bahan pengemas dapat disegel dengan baik.

7) Bahan pengemas harus mudah dibuka dan aman.

8) Bahan pengemas harus dapat menjaga sterilisasi isinya selama masa kadaluarsa.
Tujuan :

a) Menjaga sterilitas instrument.


b) Mengetahui batas kadaluarsa.
c) Memudahkan dalam pemakaian.

b. Kemasan linen
Pengertian : Bahan kemasan yang terbuat dari kain dan dibuatrangkap.

Kelebihannya : Dapat dipakai ulang, murah, kuat dan mudahdigunakan.

Kelemahannya :

1) Bukan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air.

2) Suhu panas dapat menyebabkan linen mudah robek.

Pengemasan dengan kain dilakukan pada alat yang sering dipakai (masa kadaluarsa
2 minggu) dan kemasan cukup besar.

c. Kemasan kontainer
Pengertian : Alat pengemas yang terbuat dari logam dengan bentuk bulat yang
mempunyai konstruksi uap dapat masuk dengan baik. Pengemasan dengan
kontainer dilakukan pada alat dalam jumlah banyak dan masa
penyimpanannya/kadaluarsa 1 bulan. Kontainer sebelum di isi dibersihkan dengan
alhohol dan yang dikemas dalam kontainer adalah 1 set instrumen (misal : set SC,
Laparatomi, dll ) yang sudah dilapisi duk pada keranjang dalam.

d. Kemasan kertas pouches


Pengertian : Bahan kemasan yang terbuat dari kertas dan plastik dibuat dalam
bentuk kantong/rol dengan berbagai ukuran.

Kriteria kertas yang dipakai :

1) Tidak tembus air

2) Sulit disobek

3) Merupakan penahan bakteri yang baik


4) Bebas dari bahan beracun

Pengemasan dengan kertas pouches dilakukan pada alat siap pakai dan masa
penyimpanannya/kadaluarsanya 1 bulan. Alatdikemas satuan atau set yang
sedikit.(misal : set gv, gunting, dll). Kemasan tidak berat dan tidak besar (misal :kasa,
duk, jaslepasan).

6. Pemberian tanda/labeling
Pengertian : Suatu prosas yang dilakukan untuk memberikan tanda atau label
terhadapalat/bahan yang akan disterilkan dengan menggunakan indikator, baik indikator
luar atau indikator dalam.

Dalam memberikan tanda/label tersebut harus menyertai :

a. Tanggal proses sterilisasi

b. Load keberapa

c. Tanggal batas kadaluarsa

7. Proses sterilisasi
Pengertian : Prosedur yang dilakukan terhadap bahan, alat atau instrumen dengan
menggunakan mesin uapatau palsma etilen oxide dan setelah proses selesai tidak
diketemukan adanya mikrooganisme hidup.

Metode yang digunakan adalah :

a. Sterilisasi suhu tinggi : mesin steam

Mesin steamdiatur sesuai tehnik sterilisasi masing-masing jenis bahan, proses dicatat dalam
buku/form catatan harian operasional mesin steam.

Alat/bahan yang diproses adalah:

a. Alat medik dari bahan kaca/plastik

b. Alat medik dari bahan karet

c. Alat medik dari bahan stainless/logam

d. Bahan linen/kain

Ketentuan sterilisasi :

a. Alat sudah bersih dan kering


b. Alat dikemas dengan pouches, kontainer atau linen

c. Proses strelisasi delakukan dengan suhu 134˚C, 121˚C atau dengan plasma etilen oxide

Pre Cleaning

Dengan deterjen / enzymatic

Petugas dengan APD sesuai

Cleaning

Dibersihkan dengan disikat di air


mengalir sampek bersih dan tiriskan

Petugas dengan APD sesuai

Sterilisasi

Untuk alat kritis Desinfeksi

Yaitu peralatan yang masuk

jaringan / pembuluh darah


Desinfeksi Tingkat Desinfeksi Tingkat
Tinggi Rendah

Untuk alat semi kritikal Untuk alat nonkritikal

Yaitu alat yang kontak Yaitu alat yang kontak


Mesin uap dengan membran dengan kulit utuh
mukosa
Menggunakan suhu Tensimeter, termometer
134°C dan 121°C Perendaman ETT,
dengan
NGT Swab dengan alkohol
70-90%
Contoh: Instrumen yang bahan kimiawi yang
terbuat dari stainless, sesuai
kassa, linen

Bilas dengan air


mengalir

* Untuk alat-alat semikritikal (ETT dan NGT) di ruang lingkup Rumah Sakit Umum Kalideres
diperkenankan melakukkan re-use untuk meminimalkan penularan infeksi (patient safety)

8. Penyimpanan alat steril


Pengertian: Menyimpan instruman dan linen setelah proses sterilisasi agar kondisi
sterilitas instrumen dan linen terjaga hingga alat/bahan tersebut di distribusikan.
Penyimpanan alat/bahan dilakukan setelah proses sterilisasi selesai, sebaiknya disimpan
di ruang steril atau pada tempat yang bersih, bebas dari debu dan serangga, penerangan
yang memadai, mempunyai tekanan ruangan yang positif, ada pengatur suhu dan
kelembaban.

Tujuan :

a. Menjaga/mempertahankan sterilitas alat/bahan


b. Menjamin kelancaran pelayanan
c. Memudahkan persiapan distribusi ke unit perawatan

9. Distribusi alat

Pengertian : Proses pengembalian/pengiriman alat yang telah di sterilkan ke unit


perawatan sesuai dengan jumlah dan nama set/ alat yang dikirim dari unit perawatan.

a. Kelancaran pelayanan
b. Menjaga/menjamin sterilitas alat/bahan pada saat diterima di unit perawatan

10. Cakupan pelayanan

Cakupan pelayanan alat/bahan steril dari CSSDmeliputi :

a. Semua unit poliklinik


b. Semua unit penunjang medis
c. Instalasi Gawat Darurat
d. Semua rawat inap
e. Kamar operasi

11. Pelayanan

a. Pelayanan untuk unit perawatan dan unit rawat jalan


b. Alat disediakan dan dikelola oleh CSSD
b. Alat dan bahan steril dilayani berdasarkan kebutuhan unit pemakai.
c. Pengiriman alat untuk di sterilkan pada pukul 08.00 - 10.00 wib menggunakan
bukuekspedisi.
d. Pengambilan alat steril oleh petugas unit pemakai, pada pukul 15.00 - 17.00
wibsesuai buku ekspedisi pengiriman alat kotor.

Pelayanan jasa sterilisasi untuk kamar bedah :

a. Alat disediakan dan dikelolah oleh unit kamar bedah.


b. Alat kotor diantar oleh petugas kamar bedah ke CSSD dengan mengisibukuekspedisi.
c. Alat dicuci dan dikemas di CSSD.
d. Alat steril siap pakai diambil oleh petugas kamar bedah.

B. PEMELIHARAAN ALAT

1. Pemeliharaan peralatan sterilisasi secara rutin & berkala


Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari. Pembersihan mingguan
danpengawasan lainnya sesuai dengan instruksi kerja yang dibuat. Kebersihan alat
danruangan menurunkan risiko kontaminasi terhadap alat steril.

Mesin yang digunakan untuk proses sterilisasi :

a. Mesin steril system uap (steam), suhu : 134C dan 121C merk Tuttnauer dan Cellitron
Prosedur operasional sesuai prioritas, sebagai berikut:

a. Pemanasan mesin autoclave


b. Untuk operasional mesin autoclave dilakukan tes sepertites bouwie dick,dengan
tujuan untuk mengetahui fungsi mesin autoclave tersebut apakah dapatdipergunakan
atau tidak.
c. Mesin autoclave dioperasikan bila kapasitas sudah mencukupi.
d. Manual operasional harus terlampir pada mesin autoclave.
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan rutin terhadap
alatyaitu :

a. Filter air di ganti tiap bulan.


b. Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak
rumahsakit setelah mendapat pelatihan dari suplier.
c. Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak yang
kompeten melakukannya.
d. Staf yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh pihak
berwenangatau vendor mesin sterilisasi tersebut.
Pemeliharaan dan penggantian komponen tertentu harus dilakukan oleh orang
yangberkualifikasi. Contoh komponen tersebut adalah penggantian filter, perangkap
steam(steam traps), pipa drainase,valve dan gasket pintu. Tidak berfungsinya komponen
–komponen kritis dapat menjadi penyebab kegagalan pembacaan parameter
prosessterilisasi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya melakukan pemeliharaan


danpencegahan kerusakan:

a. Garansi mesin.
b. Suku cadang esensial harus selalu tersedia.
c. Kontrak service dengan suplier atau pihak lain yang kompeten.
d. Stabilisator voltase dan saklar otomatis ke generator untuk keadaan darurat.
b. Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai.

2. Kalibrasi Alat

Kalibrasi secara periodik sesuai dengan instruksi manual dari produsen mesin.
Beberapacontoh hal yang dikalibrasi adalah pengukur suhu dan tekanan, pencatatan
waktu danelemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan oleh orang terlatih
untukmenjamin mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif.

3. Pendokumentasian

Setiap mesin sterilisasi yang ada harus mempunyai pencatatan sebagai


dokumentasi.Dokumentasi ini harus tersedia pada penanggung jawab mesin sterilisasi,
teknisi rumahsakit atau pihak lain yang telah melakukan perawatan mesin.Beberapa
informasi yang tersedia meliputi:

a. Tanggal permohonan service mesin.


b. Model dan nomor seri mesin sterilisasi.
c. Nama pemohon dan pemberi izin service.
d. Alasan permohonan service.
e. Deskripsi service yang dilakukan (misal kalibrasi).
f. Jenis dan kuantitas suku cadang yang diganti.
g. Nama orang yang melakukan service.
h. Tanggal perbaikan dilakukan.
4. Alat Pelindung Diri

Unit CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron yang tahan
terhadapcairan, penutup kepala, masker, sarung tangan, gogle dan alas kaki, APD harus
dipakaioleh petugas saat melakukan proses pencucian instrumen, APD harus di lepas
saatmeninggalkan ruang dekontaminasi.

BAB V

LOGISTIK
Jumlah perkiraan pemakaian alkes CSSD per-bulan dan per-enam bulan

NO NAMA BARANG JUMLAH/ SATUAN JUMLAH/

BULAN 6 BULAN

1 Sterizyme 1 Galon 6 galon

2 Apron 100 pcs 600 pcs

3 Autoclave tape 1 roll 6 roll

4 Biological indicator steam 16 ampul 96 ampul

5 Bowie dict test 4 pcs 24 pcs

6 Handscoen rumah tangga 1 pasang 6pasang

7 Kertas print Autoclave 2 roll 12 roll

8 Label indicator steam 2 dus 12 dus

9 Masker 100 pcs 600 pcs

10 Handrub 1000 cc 6000 cc

11 Pouces steam 7,5 x 200 1 roll 6 roll

12 Pouces steam 10 x 200 1 roll 6 roll

13 Pouces steam 25 x 200 1 roll 6 roll

14 Pouces steam 40 x 200 0,5 Roll 3 roll

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN
A. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Seluruh petugas Rumah sakit menggunakan dua identitas pasien untuk proses
identifikasi pasien, yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien. Identifikasi dilakukan
setiap sebelum melakukan prosedur, terutama prosedur :

a. Memberikan obat, transfusi darah atau produk darah


b. Mengambil darah atau spesimen lainnya untuk pemeriksaan
c. Memberikan perawatan atau prosedur pelayanan

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Untuk perintah verbal atau melalui telepon, staf yang menerima instruksi
harusmenuliskan dan membacanya kembali kepada pemberi instruksi (READ BACK).
Pemberi instruksi harus melengkapi dokumentasi verifikasi dalam waktu kurang dari 1
x 24 jam. Saat melakukan pelaporan, semua petugas Rumah sakit menggunakan
teknikSBAR(Situation–Background–Assessment–Recommendation).

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran. Kemasan elektrolit pekat diberi
label kuning dan penyimpanannya hanya terpusat di farmasi, OK, IGD, UPI dan kamar
bersalin. Obat narkotika disimpan di Farmasi dalam lemari 2 pintu berkunci, Kamar
Bedah, Unit Pelayanan intensif dan Emergency Trolley.

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi


Untuk memastikan pembedahan yang tepat sisi, tepat prosedur dan tepat pasien,
dilakukan penandaan lokasi operasi (MARKING), terutama :

a. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri


b. Multiple structure (jari tangan, jari kaki)
c. Multiple level (Operasi tulang belakang, cervical, thoracal, lumbal)
d. Multiple lesi yang pengerjaannya bertahap
Sebelum dilaksanakan operasi, dilakukan prosedur TIME OUT untuk memastikan
tepat pasien, tepat prosedur dan tepat lokasi operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Rumah sakit memberlakukan 6 langkah cuci tangan sesuai standar oleh WHO, yang
dilakukan pada saat :

a. Sebelum menyentuh pasien


b. Sebelum melakukan prosedur bersih/aseptic
c. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah menyentuh area sekitar pasien

6. Pengurangan risiko pasien jatuh


Seluruh pasien rawat inap di Rumah sakit dinilai risiko jatuhnya. Pengkajian risiko
ulang dilakukan jika ada perubahan kondisi, pengobatan atau setelah 3 hari penilaian
awal.

B. Definisi

1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,
Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
Yang termasuk Kejadian Sentinel adalah :

a. Kematian yang tidak diharapkan yang tidak berhubungan dengan sebab-sebab


alamiah dari penyakit pasien atau kondisi dasar dari pasien.
b. Kehilangan fungsi yang bersifat permanen dan utama yang tidak berhubungan
dengan sebab-sebab alamiah dari penyakit pasien atau kondisi dasar dari pasien.
c. Tempat yang salah, prosedur yang salah, pasien yang salah dalam tindakan
operasi.
d. Penculikan bayi atau anak
e. Tertukarnya bayi atau anak ke orang tua yang salah
f. Pemerkosaan
g. Reaksi transfusi hemolitik
h. Pasien bunuh diri
8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien,
analisis dan solusi untuk pembelajaran.
9. Medication error terjadi akibat pemberian obat ataupun salah mendiagnosis yang
berdampak pada kesalahan dalam pemberian obat.

C. Pencegahan Kecelakaan pada pasien

Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya


kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-alat /
instrumen yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, desinfeksi, pengemasan,
sterilisasi dan penangannan barang steril secara tepat dan benar sesuai dengan standar
operasional prosedur yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk
mencegah terjadinya kecelakaan / luka pada pasien. Pengguna barang yang belum diuji
kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan
tindakan. alat-alat terkontaminasi atau nonsteril (seperti instrumen bedah) apabila
digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

D. Saran Tindakan Aman

1. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum didistribusikan dari CSSD


sesuai dengan petunjuk pabrik dan SPO
2. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas dari pengotor,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi agar selalu dalam keadaan tertutup pada saat
trasportasi menuju daerah dekontaminasi.
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi
mengalami pengujian secara teratur dan di jamin bekerja secara baik.
5. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam keadaan lengkap dan
berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimi, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum).
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Pencegahan kecelakaan pada petugas

Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan


CSSD menjadi tanggung jawab petugas setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas,
terhadap bahaya -bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD. Pada dasarnya
kecelakaan dapat di hindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat
ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja
secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat di turunkan secara signifikan.

1. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap daerah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di
lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, Penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim
menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat duilakukan secara efektif dengan
menggunakan Alat Palindung Diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki,
gaun anti cairan, masker, maupun goggle mata. Penyediaan alat pelindung diri menjadi
tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab petugas untuk
melindungi dirinya dengan menggunakan Alat Pelindung Diri secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum
dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat
memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen kedalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit.

Saran tindakan aman

a. Jangan sekali-kali memasukkan tangan kedalam wadah berisi barang


terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrumen satu per satu.
c. Pastikan agar bagian yang runcing dari instrumen mengarah berlawanan terhadap
tubuh kita pada saat transportasi.
d. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan
tusukan dan tidak di buang pada tempat sampah biasa.
e. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrumen lain
dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya luka
pada petugas lain dengan penanganan normal.
f. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman dan
gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit
dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
g. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan.
2. Penyiapan Proses Sterililsasi dan daerah sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasisecara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih
terjamin. Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat
terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas (Sterilisasi uap atau kreta barang yang
panas). Luka bakar elekrris, Akibat penggunaan instrumen/alat listrik. Luka pada mata
akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.

Saran Tindakan Aman

a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menanganikereta mesin sterilisasi
atau pada saat berhubungan dengan obyek lain bersuhu tinggi.
b. Letakkan kereta mesin sterilisasi di luar daerah lalu lalang petugas CSSD lain untuk
menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
c. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas” dan
pemotong kantung sterilisasi (Pouches).
d. Diwajibkan general checkup karyawat secara rutin , pemberian vaksinasi, pemberian
extra fooding.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

MONITORING DAN EVALUASI PROSES STERILISASI

A. Penggunaan indikator
Usaha – usaha pengendalian infeksi dan pencegahan infeksi nosokomial kini
marak dibicarakan di lingkungan rumah sakit. Oleh karenanya sterilisasi merupakan
salah satu hal penting dalam pencegahan infeksi nosokomial. Untuk mengusahakan
sterilisasi kita melakukan proses yang disebut sterilisasi. Tujuan pelayanan sterilisasi
adalah untuk menyediakan produk /bahan/alat medik yang steril, tetapi bukan berarti
sekedar menghasilkan barang – barang steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan
diperlukan mekanisme yang ketat. Kontrol proses sterilisasi yang ketat akan
memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang kita sediakan adalah benar-benar
steril. Caranya dengan melakukan kultur atau uji sterilitas dari setiap produk yang
disterilkan. Sayangnya cara ini sangat tidak praktis dan juga mahal untuk dilakukan
dirumah sakit. Oleh karenanya, sebagai jalan keluar kita perlu melakukan apa yang
disebut Monitoring Proses Sterilisasi, yaitu memonitor proses sterilisasi yang kita
lakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :

1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.


Setiap kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa tanggal
proses sterilisasi dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi, karena
dengan pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya
melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah didistribusikan.

2. Data Mesin Sterilisasi.


Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :

a. Nomor lot.
b. Informasi kemasan.
c. Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi).
d. Nama operator.
e. Data hasil pengujian biologis.
f. Data respon terhadap indikator kimia.
g. Data hasil dari uji Bowie Dick.
Dengan alasan dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan
memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai
sehingga akuntabilitas proses terjamin dan apabila ada barang yang harus ditarik
ulang akan menjadi lebih mudah.

3. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengidentifikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok, walaupun
kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut.

Jenis-jenis indikator sterilisasi

a. Indikator Mekanik
b. Indikator Kimia
c. Indikator Biologi

B. Indikator mekanik
Adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi seperti gauge, table dan indikator suhu
maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.
Monitoring menggunakan indikator mekanik saja tidak cukup, diperlukan indikator
lainnya untuk memberikan jaminan bahwa proses sterilisasi telah tercapai.

C. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada objek yang
disterilkan dengan adanya perubahan warna.

Indikator kimia terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Indikator Eksternal
Indikator Eksternal digunakan pada di bagian luar kemasan. Indikator ini memberikan
informasi bahwa barang tersebut telah melewati proses sterilisasi dengan terjadinya
perubahan warna.

Indikator ini bermanfaat karena :

a. Memberikan bukti visual, bahwa barang tersebut sudah melewati proses


sterilisasi.
b. Dapat membedakan antara barang yang sudah dan belum disterilisasi.
c. Dan sebagai segel / pengaman kemasan.
2. Indikator Internal
Indikator internal berbentuk strip dan digunakan pada setiap kemasan atau pada
daerah yang paling sulit dicapai sterilan. Indikator internal memberikan informasi
bahwa benda / alat didalam kemasan telah melewati proses sterilisasi. Informasi
diketahui dengan adanya perubahan warna indikator. Indikator internal memberikan
respon terhadap beberapa parameter sterilisasi, sehingga dengan terjadinya
perubahan warna dapat diketahui sterilan telah berpenetrasi kedalam kemasan.

3. Indikator Bowie-Dick test


Indikator Bowie-Dick digunakan untuk menilai efesiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi.
Oleh karenanya hanya digunakan pada metode sterililsasi uap panas yang
menggunakan sistem vakum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator kimia
memberikan informasi dengan segera bahwa suatu barang sudah melewati proses
sterilisasi dan parameter atau kondisi yang diperlukan untuk proses sterilisasi sudah
terpenuhi. Memberikan informasi secara spesifik pada setiap kemasan. Tetapi
indikator kimia belum menjamin tercapainya keadaan steril tetapi hanya
menunjukkan bahwa suatu barang sudah melewati kondisi sterilisasi dalam suatu
siklus sterilisasi.

D. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang
bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terukur dan terkontrol dalam suatu
proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan
mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non patogenik dan sangat resisten
dalam jumlah tertentu. Apabila selama proses sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh,
maka dapat diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan barang
yang kita sterilkan bias disebut steril. Sampai saat ini indikator biologi merupakan
referensi dasar untuk menentukan tercapainya kondisi sterilisasi.

E. Pengontrolan Barang Kadaluarsa


Guna mencegah pengguanaan alat/instrumen yang kadaluarsa terhadap pasien
sehingga terhindar dari infeksi dan juga mengendalikan alat/instrumen agar terkontrol
batas kadaluarsanya dengan melakukan sterilisasi ulang pada alat yang kadaluarsa,
maka dengan itu diadakan pengontrolan barang steril di unit perawatan ataupun di unit
rawat jalan oleh petugas CSSD minimal seminggu sekali. Adapun batasan kadaluarsa
untuk instrumen yang memakai pembungkus pouches atau pun instrumen/set yang
memakai kontainer yaitu batas kadaluarsanya 1 bulan, sedangkan untuk alat/instrumen
yang yang menggunakan pembungkus linen atau peper green/blue batas
kadaluarsanya yaitu 14 hari. Dan apabila sampai dengan batas kadaluarsa
alat/instrumen atau set pelum terpakai, maka dilakukan proses sterilisasi ulang.

F. Pengawasan Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi


Untuk memastikan metode sterilisasi Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
dilaksanakan sama di seeluruh unit terkait, petugas CSSD melakukan pemantauan
langsung di unit tersebut, sehingga proses tindakan dan tahapan sama atau seragam
seperti di CSSD. Unit yang melakukan sterilisasi di luar CSSD adalah di Poli Gigi,
sedangkan unit yang melakukan DTT adalah di Kamar Bedah, IGD, Perina, HCU,
Rawat inap. Untuk jadwal pelaksanaan yang di tentukan adalah :

1. Laringskop, Kamar Bedah dan Unit – unit dilakukan pemantauan pada minggu
pertama.
Apabila tidak dapat dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan akan diganti pada minggu
ke tiga dan minggu ke empat. Hasil pemantauan akan di tuangkan di formulir
pemantauan DTT dan Sterilisasi di Rumah Sakit.

G. Swab Instrumen
Untuk mengetahui apakah barang/instrumen yang telah disteril masih layak
dipakai dalam jangka waktu tertentu maka dilakukan uji tes swab terhadap instrumen
tersebut yang bekerja sama dengan KPPI-RS. Swab ini dilakukan secara berkala oleh
KPPI-RS yaitu 6 bulan sekali. Dan hasilnya ini nanti dapat digunakan untuk mengetahui
batas kadaluarsanya instrument baik yang dibungkus dengan pouches, kontainer
ataupun dengan linen.
BAB IX

PENUTUP

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menjadi


tantanganyang harus diantisipasi para praktisi pelayanan kesehatan. selain itu kita juga di
tuntutmemberikan pelayanan yang profesionaldengan diberlakukannya undang-undang
tentang praktekkedokteran yang ditujukan bagi kepastian hukum baik bagi penerima
pelayanan kesehatanmaupun pemberi pelayanan kesehatan. Kejadian infeksi nosokomial
adalah infeksi yang dapatatau timbul pada waktu pasien di rawat di rumah sakit. Bagi pasien
di rumah sakit, infeksinosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi
penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi
nosokomial mungkuin tidak menyebabkan kematian pasien namun menyebabkan pasien
dirawat lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam
kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya lebih
besar.

Pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) merupakan suatu


kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan
dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan.

Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan melaksanakan
CSSD yang baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di
lingkungan pusat sterilisasi setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap
bahaya yang mingkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan
dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan
memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka risiko
terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan menteri kesehatan RI nomer 1045/Menkes/per/XI/2006 tentang pedoman


organisasi rumah sakit dilingkungan departemen kesehatan
2. Standar pelayanan rumah sakit, direktorat jenderal pelayanan medik, departemen
kesehatan RI, cetakan kelima, 1999
3. Pedoman instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit, departemen kesehatan RI, 2009

You might also like