Professional Documents
Culture Documents
PELAYANAN STERILISASI
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya buku Pedoman Pelayanan Unit Sterilisasi Rumah Sakit Umum Daerah
Kalideres dapat diselesaikan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan beupaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, harus ditunjang oleh keseluruhan unit
pelayanan, termasuk didalamnya penunjang medis. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nosokomial dan infeksi luka operasi. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukkan pengendalian infeksi di lingkungan rumah sakit.
Kegiatan sterilisasi sendiri adalah proses pengolahan alat atau bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
didalamnya endospora dan dapat dilakukkan dengan proses kimia atau fisika.
Kegiatan inilah merupakan salah satu mata rantai penting dalam keberhasilan
pengendalian infeksi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka suatu rumah sakit mendirikan Instalasi
Pusat Sterilisasi/CSSD(CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTMENT) yang
bertanggung jawab langsung kepada Direktur/Wakil Direktur Rumah Sakit Kalideres.
Tugas dari Instalasi Pusat Sterilisasi sendiri memberikan pelayanan terhadap semua
kebutuhan kondisi steril (mikroorganisme, endospora) secara tepat dan cepat . Suatu
proses steriliasi instrumen dan bahan yang dilakukkan di Rumah sakit hendaknya
dilakukkan secara profesional, diperlukkan pengetahuan dan keterampilan tertentu
dari Sumber daya Manusia (SDM) di suatu Instalasi tersebut . Dengan SDM yang
profesional dan memiliki kemitraan yang baik tujuan utama Instalasi Pusat Sterilisasi
sebagai salah satu komponen utama dalam pencegahan resiko infeksi nosokomial
bagi pasien dan pegawai rumah sakit sendiri.
Dengan berkoordinasi dengan Panitia Pengendalian Infeksi (PPI) diharapkan
mampu bersinergi dalam meminimalkan resiko infesi di rumah sakit . Dengan
kegiatan yang meliputi perencanaan , pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan serta monitoring dan evaluasi.
B. Tujuan Pedoman
Umum: untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
Kalideres
Khusus :
1. Perencanaan
Usaha yang di lakukan untuk menindak lanjuti setiap masalah dan kegiatan-
kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah.
2. Pengadaan
3. Dekontaminasi
Usaha atau tidakan dalam melakukan kegiatan dari mulai perendaman, pencucian
sampai dengan mengeringkan alat/instrumen dengan menambahkan desinfktan
untuk mengurangii bioburden dari instrumen atau linen yang akan disterilkan.
4. Pengemasan
Usaha atau tindakan yang dilakukan dalam mempertahankan sterilisasi alat dengan
cara membungkus peralatan medik yang akan disterilisasikan dan menjaga
sterilitas barang tersebut
5. Labelling
Usaha atau tindakan yang dilakukan dalam pemberian tanda atau lebeling
pada setiap instrumen/alat yang sudah disterilisasi, yang di dalamnya terdapat
tanggal sterilisasi, tanggal kadaluarsa, isi dan metode sterilisasi.
6. Proses sterilisasi
7. Penyimpanan
Serangkaian usaha atau kegiatan dalam pengaturan dan penyusunan alat kesehatan
steril di dalam ruangan atau tempat penyimpanan yang sesuai dengan
keamanan yang dapat menjamin mutu alat kesehatan yang steril.
8. Pendistribusian
D. Batasan Operasional
1. Rumah sakit Umum Kalideres memiliki pusat sterilisasi mandiri yang mampu
memberikan pelayanan sterilisasi dengan baik
2. Memberikan pelayanan sterilisasi instrumen dan linen yang dibutuhkan semua unit di
rumah sakit
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen Oksida pada
sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
3. Autoclave adalah suatu alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakanuap bertekanan.
4. Bacilus stearothermophyllus adalah mkroorganisme yang dapat membentuk spora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk ujiefektifitas sterilisasi uap.
5. Bacilus subtilis adalh mikroorganisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida.
6. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
7. Bowie-dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin uap vakum.
8. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme
atau substansi lain yang berbahaya
9. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem thermal ( panas
) atau kimia.
10. Google adalah alat pelindung mata.
11. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkansuhu tertentu
secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri.
12. Indikator biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu
dan digunakan untuk menunnjukkanbahwa sterilisasi telah tercapai.
13. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan terhadap obyek yang disterilkan ditandai dengan
adanya perubahan warna.
14. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukkan mesin berjalan normal.
15. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana pada waktu
masuk rumah sakit tidak ada tanda / gejala atau tidakk dalam masa inkubasi.
16. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah.
17. Point of use adalah menunjukkan tempat pemakian alat.
18. Steril adalah kondisi bebas dari segala mikroorganisme termasuk spora
19. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia.
20. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
21. Termokopel adalah sepasang kabel termo elektrik untuk mengukur perbedaan suhu
dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.
E. Landasan hukum
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Pedoman instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit, depkes, 2009
4. Pedoman manajemen linen di rumahsakit, depkes, 2004
5. Pedoman dan Tata Laksana Pengendalian Infeksi Nosokomiall di Rumah Sakit
Umum Daerah Kalideres
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
b) Fungsi Jabatan :
Menyelenggarakan urusan pelayanan sterilisasi yang efektif dan efisien,
melalui :
1) Dekontaminasi
2) Pengemasan
3) Pelabelan
4) Pensterilan
5) Penyimpanan
6) Quality Control
7) Pemeliharaan
c) Misi jabatan:
Tercapainya pelayanan pensterilan alat yang cepat, tepat, aman, nyaman dan
terpadu sesuai standar yang ditetapkan.
d) Uraian Tugas :
Instalasi Sterilisasi (CSSD) dikoordinator oleh seorang Perawat dan memiliki 2 orang
staff.
C. Pengaturan Kerja
Guna mempelancar aktivitas kerja para personil di CSSD, maka di buatlah jadwal
kerja oleh koordinator instalasi. Untuk pengaturan jadwal tugas/shiff dilihat dari
jumlah personil yang ada dan di setiap shifnya diatur kembali siapa yang
bertugas di ruang kotor dan siapa yang bertugas di ruang bersih/steril. Shift di
unit sterilisasi menggunakan 2 shift (pagi, sore).
BAB III
Keterangan :
1. Lokasi CSSD terletak area rumahsakit berdekatan dengan kamar operasi , dengan luas
bangunan ± 80 m2
2. Mudah di jangkau oleh unit-unit lain.
3. Memiliki lampu penerangan dan pendingin udara yang baik dan memadai.
4. Bangunan dan ruang CSSD di lengkapi dengan alat pemadam kebakaran
untuk keselamatan.
C. Sarana Fisik, Prasarana, dan Peralatan
a. Sarana Fisik
Prinsipnya desain ruang sterilisasi terbagi atas ruang bersih dan ruang
kotor untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari petugas dan alat.
CSSD terdiri dari 9 ruangan, yaitu :
Pada ruangan ini terdapat loker karyawan dan tempat ganti baju.
3. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses dekontaminasi alat/instrumen. Suhu udara diatur
antara 18 C - 22 C dan kelembaban udara antara 45%- 75%. Pengecekkan suhu
dan kelembaban ruangan dilakukkan setiap hari oleh petugas ruangan tershift. Pada
ruangan ini dilakukan pemisahan sampah infeksius dan non infeksius. Air yang
digunakan untuk mencuci alat adalah air RO (untuk pembilasan terakhir), RO
diruangan ini dimonitor oleh unit sanitasi RS.
Di ruangan ini dilakukan proses pengemasan instrumen dan bahan linen maupun
pengemasan dan penyimpanan barang bersih.
5. Ruang Administrasi
6. Ruang Linen
7. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan menggunakan alat mesin uap
(steam).
8. Ruang Penyimpanan Alat Steril
Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi
dua pintu,maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.
Persyaratan ruang penyimpanan adalah dengan penerangan yang memadai, suhu
antara 18 C - 22 C dan kelembaban antara 45% - 75%, tekanan udara positif,
dinding lantai dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah
dibersihkan. Pengecekkan suhu dan kelembaban ruangan dilakukkan setiap hari oleh
petugas ruangan tershift. Alat steril di simpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai
dan minimum 43 cm dari langit-langit 5 cm dari dinding. Alat steril disimpan dalam rak
instrumen, untuk menghindari debu dan tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa
lainnya
Pada ruangan ini terjadi proses serah terima barang/instrumen steril. Di ruangan
ini terdapat meja untuk serah terima instrument.
TATALAKSANA PELAYANAN
PENERIMAAN DAN
USER PENCATATAN BARANG BARU
YA STERILISASI
TIDAK
SELEKSI (PENCATAN
VOLUME DAN JENIS
BARANG )
PERENDAMAN
TIDAK YA
PENCUCIAN
GUDANG PENYIMPANAN
ALAT STERIL
PENGERNGAN
DISTRIBUSI BARANG
KELUAR
YA
SORTIR LAYAK
DISTERILKAN/TIDAK
TIDAK
TIDAK
KEMBALIKAN KE UNIT
PENGIRIM BARANG/ALAT
A. CAKUPAN KEGIATAN
1. Perencanaan
2. Pengadaan
5. Pengemasan
7. Proses sterilisasi
9. Distribusi alat
Dalam cakupan kegiatan pelayanan di CSSDmeliputi :
1. Perencanaan
a. Rencana kegiatan.
2. Pengadaan
1) Kasa biasa
2) Kasa Deppers
1) Linen
a. Pengertian
Proses untuk mengurangi jumlah mikroorganisme atau subtansi lainyang
berbahayasehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
a. Pengertian
Prosedur yang dilakukan untuk membungkus alat/bahan yang sudah bersih dan
kering dengan menggunakan kemasan linen, kontainer, pouches sesuai dengan
kebutuhan sebelum proses sterilisasi.
4) Mudah digunakan.
8) Bahan pengemas harus dapat menjaga sterilisasi isinya selama masa kadaluarsa.
Tujuan :
b. Kemasan linen
Pengertian : Bahan kemasan yang terbuat dari kain dan dibuatrangkap.
Kelemahannya :
Pengemasan dengan kain dilakukan pada alat yang sering dipakai (masa kadaluarsa
2 minggu) dan kemasan cukup besar.
c. Kemasan kontainer
Pengertian : Alat pengemas yang terbuat dari logam dengan bentuk bulat yang
mempunyai konstruksi uap dapat masuk dengan baik. Pengemasan dengan
kontainer dilakukan pada alat dalam jumlah banyak dan masa
penyimpanannya/kadaluarsa 1 bulan. Kontainer sebelum di isi dibersihkan dengan
alhohol dan yang dikemas dalam kontainer adalah 1 set instrumen (misal : set SC,
Laparatomi, dll ) yang sudah dilapisi duk pada keranjang dalam.
2) Sulit disobek
Pengemasan dengan kertas pouches dilakukan pada alat siap pakai dan masa
penyimpanannya/kadaluarsanya 1 bulan. Alatdikemas satuan atau set yang
sedikit.(misal : set gv, gunting, dll). Kemasan tidak berat dan tidak besar (misal :kasa,
duk, jaslepasan).
6. Pemberian tanda/labeling
Pengertian : Suatu prosas yang dilakukan untuk memberikan tanda atau label
terhadapalat/bahan yang akan disterilkan dengan menggunakan indikator, baik indikator
luar atau indikator dalam.
b. Load keberapa
7. Proses sterilisasi
Pengertian : Prosedur yang dilakukan terhadap bahan, alat atau instrumen dengan
menggunakan mesin uapatau palsma etilen oxide dan setelah proses selesai tidak
diketemukan adanya mikrooganisme hidup.
Mesin steamdiatur sesuai tehnik sterilisasi masing-masing jenis bahan, proses dicatat dalam
buku/form catatan harian operasional mesin steam.
d. Bahan linen/kain
Ketentuan sterilisasi :
c. Proses strelisasi delakukan dengan suhu 134˚C, 121˚C atau dengan plasma etilen oxide
Pre Cleaning
Cleaning
Sterilisasi
* Untuk alat-alat semikritikal (ETT dan NGT) di ruang lingkup Rumah Sakit Umum Kalideres
diperkenankan melakukkan re-use untuk meminimalkan penularan infeksi (patient safety)
Tujuan :
9. Distribusi alat
a. Kelancaran pelayanan
b. Menjaga/menjamin sterilitas alat/bahan pada saat diterima di unit perawatan
11. Pelayanan
B. PEMELIHARAAN ALAT
a. Mesin steril system uap (steam), suhu : 134C dan 121C merk Tuttnauer dan Cellitron
Prosedur operasional sesuai prioritas, sebagai berikut:
a. Garansi mesin.
b. Suku cadang esensial harus selalu tersedia.
c. Kontrak service dengan suplier atau pihak lain yang kompeten.
d. Stabilisator voltase dan saklar otomatis ke generator untuk keadaan darurat.
b. Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai.
2. Kalibrasi Alat
Kalibrasi secara periodik sesuai dengan instruksi manual dari produsen mesin.
Beberapacontoh hal yang dikalibrasi adalah pengukur suhu dan tekanan, pencatatan
waktu danelemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus dilakukan oleh orang terlatih
untukmenjamin mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif.
3. Pendokumentasian
Unit CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron yang tahan
terhadapcairan, penutup kepala, masker, sarung tangan, gogle dan alas kaki, APD harus
dipakaioleh petugas saat melakukan proses pencucian instrumen, APD harus di lepas
saatmeninggalkan ruang dekontaminasi.
BAB V
LOGISTIK
Jumlah perkiraan pemakaian alkes CSSD per-bulan dan per-enam bulan
BULAN 6 BULAN
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Seluruh petugas Rumah sakit menggunakan dua identitas pasien untuk proses
identifikasi pasien, yaitu nama pasien dan tanggal lahir pasien. Identifikasi dilakukan
setiap sebelum melakukan prosedur, terutama prosedur :
B. Definisi
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan,
Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
Yang termasuk Kejadian Sentinel adalah :
KESELAMATAN KERJA
a. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menanganikereta mesin sterilisasi
atau pada saat berhubungan dengan obyek lain bersuhu tinggi.
b. Letakkan kereta mesin sterilisasi di luar daerah lalu lalang petugas CSSD lain untuk
menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
c. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas” dan
pemotong kantung sterilisasi (Pouches).
d. Diwajibkan general checkup karyawat secara rutin , pemberian vaksinasi, pemberian
extra fooding.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Penggunaan indikator
Usaha – usaha pengendalian infeksi dan pencegahan infeksi nosokomial kini
marak dibicarakan di lingkungan rumah sakit. Oleh karenanya sterilisasi merupakan
salah satu hal penting dalam pencegahan infeksi nosokomial. Untuk mengusahakan
sterilisasi kita melakukan proses yang disebut sterilisasi. Tujuan pelayanan sterilisasi
adalah untuk menyediakan produk /bahan/alat medik yang steril, tetapi bukan berarti
sekedar menghasilkan barang – barang steril. Untuk menjamin sterilitas alat/bahan
diperlukan mekanisme yang ketat. Kontrol proses sterilisasi yang ketat akan
memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang kita sediakan adalah benar-benar
steril. Caranya dengan melakukan kultur atau uji sterilitas dari setiap produk yang
disterilkan. Sayangnya cara ini sangat tidak praktis dan juga mahal untuk dilakukan
dirumah sakit. Oleh karenanya, sebagai jalan keluar kita perlu melakukan apa yang
disebut Monitoring Proses Sterilisasi, yaitu memonitor proses sterilisasi yang kita
lakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik.
a. Nomor lot.
b. Informasi kemasan.
c. Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi).
d. Nama operator.
e. Data hasil pengujian biologis.
f. Data respon terhadap indikator kimia.
g. Data hasil dari uji Bowie Dick.
Dengan alasan dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan
memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai
sehingga akuntabilitas proses terjamin dan apabila ada barang yang harus ditarik
ulang akan menjadi lebih mudah.
3. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengidentifikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok, walaupun
kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut.
a. Indikator Mekanik
b. Indikator Kimia
c. Indikator Biologi
B. Indikator mekanik
Adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi seperti gauge, table dan indikator suhu
maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.
Monitoring menggunakan indikator mekanik saja tidak cukup, diperlukan indikator
lainnya untuk memberikan jaminan bahwa proses sterilisasi telah tercapai.
C. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada objek yang
disterilkan dengan adanya perubahan warna.
1. Indikator Eksternal
Indikator Eksternal digunakan pada di bagian luar kemasan. Indikator ini memberikan
informasi bahwa barang tersebut telah melewati proses sterilisasi dengan terjadinya
perubahan warna.
D. Indikator Biologi
Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang
bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terukur dan terkontrol dalam suatu
proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan
mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non patogenik dan sangat resisten
dalam jumlah tertentu. Apabila selama proses sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh,
maka dapat diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan barang
yang kita sterilkan bias disebut steril. Sampai saat ini indikator biologi merupakan
referensi dasar untuk menentukan tercapainya kondisi sterilisasi.
1. Laringskop, Kamar Bedah dan Unit – unit dilakukan pemantauan pada minggu
pertama.
Apabila tidak dapat dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan akan diganti pada minggu
ke tiga dan minggu ke empat. Hasil pemantauan akan di tuangkan di formulir
pemantauan DTT dan Sterilisasi di Rumah Sakit.
G. Swab Instrumen
Untuk mengetahui apakah barang/instrumen yang telah disteril masih layak
dipakai dalam jangka waktu tertentu maka dilakukan uji tes swab terhadap instrumen
tersebut yang bekerja sama dengan KPPI-RS. Swab ini dilakukan secara berkala oleh
KPPI-RS yaitu 6 bulan sekali. Dan hasilnya ini nanti dapat digunakan untuk mengetahui
batas kadaluarsanya instrument baik yang dibungkus dengan pouches, kontainer
ataupun dengan linen.
BAB IX
PENUTUP
Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan melaksanakan
CSSD yang baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di
lingkungan pusat sterilisasi setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap
bahaya yang mingkin terjadi di lingkungan pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan
dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan
memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka risiko
terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan
DAFTAR PUSTAKA