You are on page 1of 53

MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI DEMENSIA DI


RW 11 KELURAHAN CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR

Disusun oleh:
Dr. Mazaya Ekawati

Pembimbing:
dr. Beby Muhrisa
NIP.197402102006042001

PUSKESMAS KELURAHAN CIPINANG MELAYU


KECAMATAN MAKASAR, JAKARTA TIMUR
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

0
PERIODE MEI – SEPTEMBER 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena karunia dan berkat-Nya sehingga
Laporan Mini Project yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI
DEMENSIA DI RW 11 KELURAHAN CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR” ini dapat
diselesaikan. Laporan Mini Project ini diajukan sebagai bagian dari kegiatan Program Internsip
Dokter Indonesia di Puskesmas Cipinang Melayu. Pada kesempatan ini, tak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Beby Muhrisa selaku kepala Puskesmas Cipinang Melayu.


2. dr. Beby Muhrisa selaku pendamping selama menjalankan Program Internsip Dokter
Indonesia di Puskesmas Cipinang Melayu.
3. Seluruh karyawan Puskesmas Cipinang Melayu dan teman-teman yang telah
membantu selama pembuatan Laporan Mini Project ini.
4. Para kader dan masyarakat di kelurahan Cipinang Melayu

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu
sampai selesainya Laporan Mini Project ini. Saya menyadari bahwa Laporan Mini Project ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan Mini Project
ini berguna bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.….............................................................................................….... 1

DAFTAR ISI …….................................................................................................... ........... 2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5

1.3 Tujuan.…………………………………………………………....................... 5

1.4 Manfaat................................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 7

2.1 Definisi………............................................................................................ 7

2.2 Epidemiologi........................................................................................................7

2.3 Faktor Risiko……….................................................................................... 7

2.4 Klasifikasi….............................................................................................8

2.5 Patofisiologi............................................................................................... 10

2.6 Diagnosis..................................................................................................... 15

2.7 Penatalaksanaan........................................................................................ 18

BAB III METODE...............................................................................................................21

3.1.Kerangka Konsep …………………………..............……………………....... 21


3.2.Definisi Operasional .................................................................................22
3.3.Desain Penelitian ............................................................................................... 23
3.4.Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………………..23
3.5.Populasi Penelitian………………………………………………………………23
3.6.Sampel Penelitian………………………………………………………………..23
3.7.Instrumen Penelitian……………………………………………………………..24
3.8.Teknik Pengolahan Data & Analisa Data………………………………………..24

BAB IV GAMBARAN UMUM………........................................................................ 25

4.1 Data Geografi ..................................................................................................... 25

2
4.2 Data Demografi .................................................................................................. 25

4.3 Prasarana dan Sarana Umum ............................................................................. 27

4.4 Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu………………………………………...33

BAB V HASIL & PEMBAHASAN............................................................................35

5.1 Karakteristik Responden .................................................................................... 35

5.2 Hasil Penelitian .................................................................................................. 37

5.3 Analisa Penyebab Masalah ................................................................................ 39

5.4 Fishbone.............................................................................................................. 40

5.5 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah.........................................………41

5.6 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah.......................................................... 41

BAB VI KESIMPULAN & SARAN............................................................................43

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 44

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

3
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan.1
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08
juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Pada tahun
1996 pemerintah Republik Indonesia menetapkan tanggal 29 Mei untuk diperingati setiap tahun
sebagai Hari Lanjut Usia Nasional. Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan
mengalami penurunan derajat kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Kelompok
lansia akan lebih rentan terhadap keluhan fisik, baik karena faktor alamiah maupun karena
penyakit. Masalah kesehatan jiwa pada lanjut usia juga termasuk masalah yang harus
diperhatikan. Salah satu masalah yang berhubungan dengan kesehatan jiwa adalah demensia.2
Menurut PPDGJ – III, Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan
otak yang biasanya bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal
yang multiple ( multiple higher cortical function ), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir,
orientasi, daya tangkap ( comprehension ), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya
nilai ( judgement ). Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan
( deterioration ) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.3

Berdasarkan data kunjungan pasien di Kelurahan Cipinang Melayu , angka kunjungan


pasien lansia yaitu di atas 60 tahun pada periode 2017 – 2018 sebanyak 540 pasien dengan
penyakit terbanyak di antaranya hipertensi, Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung Koroner, stroke
dan Osteoporosis. Berdasarkan data puskesmas kelurahan cipinang melayu masalah kesehatan
jiwa yang sudah terdeteksi sebanyak 23 orang yaitu penyakit skizofrenia dan sedang menjalani
pengobatan di RSKD duren sawit. Namun masalah kesehatan jiwa yang lainnya khusunya
masalah kesehatan jiwa pada lansia belum berhasil terdeteksi. Selain itu angka capaian standar
pelayanan minimal di bidang kesehatan jiwa masih rendah.

4
Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut
usia terutama adalah penyakit tidak menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-
mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Masalah utama
bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan,
dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan tersebut, dirumuskan permasalahan


penelitian, yaitu:

Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan mengenai demensia di RW 11 Kelurahan


Cipinang Melayu Jakarta Timur

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mengenai demensia di RW 11 Kelurahan


Cipinang Melayu Jakarta Timur

2. Memberikan intervensi berupa penyuluhan mengenai demensia di RW 11 Kelurahan


Cipinang Melayu Jakarta Timur

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai demensia
dan memberikan pengalaman berupa terjun langsung ke masyarakat untuk
memberikan intervensi berupa penyuluhan.
2. Bagi Puskesmas
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi program
terkait kesehatan jiwa khususnya pada lansia yang dilaksanakan di Puskesmas
Kelurahan Cipinang Melayu.
3. Bagi Masyarakat

5
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai demensia sehingga
penyakit ini dapat ditangani lebih dini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6
2.1. Demensia

2.1.1. Definisi Demensia

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ –III)
menyatakan bahwa demensia merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh penyakit atau
gangguan otak yang biasanya bersifat kronikprogresif dimana terdapat gangguan fungsi
luhur kortikal yang multipel (multiple higher cortical function) termasuk di dalamnya daya
ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai (judgement). Demensia umumnya disertai dan ada kalanya diawali
dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau
motivasi hidup.3

2.1.2. Epidemiologi

Data WHO (2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk dunia yang menderita
demensia sebanyak 36 juta orang. Jumlah penderitanya diprediksi akan meningkat dua kali
lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang. Hasil perkiraan prevalensi demensia di
Indonesia menurut Laporan World Alzheimer 2015, memperkirakan bahwa pada tahun 2015
ada lebih dari 556.000 orang dengan demensia di Indonesia. Pada Tahun 2030 diperkirakan
jumlahnya akan meningkat menjadi hampir 2,3 juta. Kurang dari empat tahun Indonesia
akan memiliki struktur penduduk yang tua, yaitu 4 persentase penduduk yang berusia 60
tahun atau lebih paling tidak 10%.5

2.1.3. Faktor Risiko


Usia: Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Risiko
demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.

 Riwayat kesehatan keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.

 Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi
karena wanita hidup lebih lama daripada pria.

7
 Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi
atau diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia jika mereka
tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kondisi kesehatan mereka.

 Gangguan kognitif: Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai macam


gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia
di tahun-tahun selanjutnya.

 Tingkat pendidikan: Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat


pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena
demensia. Mungkin saja orang yang berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak
latihan mental, yang melindungi otak mereka dari proses degenerasi.

2.1.4. Klasifikasi

Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan


struktur otak,sifat klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III.3

Menurut Umur:
 Demensia senilis (>65th)
 Demensia prasenilis (<65th)

Menurut perjalanan penyakit:

 Reversibel
 Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, Defisiensi vitamin
B, Hipotiroidism, intoksikasi Pb)

Menurut kerusakan struktur otak

 Tipe Alzheimer
 Tipe non-Alzheimer
o Demensia vaskular
o Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia) o Demensia Lobus frontal-temporal
o Demensia terkait dengan HIV-AIDS o Morbus Parkinson

8
o Morbus Huntington
o Morbus Pick
o Morbus Jakob-Creutzfeldt
o Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker o Prion disease
o Palsi Supranuklear progresif o Multiple sklerosis
o Neurosifilis

Berdasarkan PPDGJ III demensia termasuk dalam F00-F03 yang merupakan gangguan
mental organik dengan klasifikasinya sebagai berikut ;

 F 00 Demensia pada penyakit Alzheimer


 F00.0 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini
 F00.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan Onset Lambat
 F00.2 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan, tipe tidak khas atau tipe campuran
 F00.9 Demensia pada penyakit Alzheimer YTT (Yang Tidak Tergolongkan)
 F 01 Demensia Vaskular
 F01.0 Demensia Vaskular Onset akut
 F01.1 Demensia Vaskular Multi-Infark
 F01.2 Demensia Vaskular Sub Kortikal
 F01.3 Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal
 F01.8 Demensia Vaskular lainnya
 F01.9 Demensia Vaskular YTT
 F02 Demensia pada penyakit lain
 F02.0 Demensia pada penyakit PICK
 F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
 F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
 F02.3 Demensia pada penyakit parkinson
 F02.4 Demensia pada penyakit HIV
 F02.8 Demensia pada penyakit lain YDT –YDK (Yang Di -Tentukan-Yang Di-
Klasifikasikan ditempat lain)
 F03 Demensia YTT

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03 sebagai
berikut :

1. .X0 Tanpa gejala tambahan


2. .X1 Gejala lain, terutama waham
3. X2 Halusinasi
4. .X3 Depresi
5. X4 Campuran lain

9
2.1.5. Patofisiologi

Pasien umumnya mengalami atrofi kortikal dan berkurangnya neuron secara


signifikan terutama saraf kolinergik. Kerusakan saraf kolinergik terjadi terutama pada
daerah limbik otak (terlibat dalam emosi) dan kortek (Memori dan pusat pikiran).
Terjadi penurunan jumlah enzim kolinesterasi di korteks serebral dan hippocampus
sehingga terjadi penurunan sintesis asetilkolin di otak.6

Di otaknya juga dijumpai lesi yang disebut senile (amyloid) plaques dan
neurofibrillary tangles, yang terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi defisit
kolinergik sehingga plak tersebut berisi deposit protein yang disebut ß-amyloid.
Amyloid adalah istilah umum untuk fragment protein yang diproduksi tubuh secara
normal. Beta-amyloid adalah fragment protein yang terpotong dari suatu protein yang
disebut amyloid precursor protein (APP), yang dikatalisis oleh β-secretase. Pada otak
orang sehat, fragmen protein ini akan terdegradasi dan tereliminasi. 6

10
Sejumlah patogenesis penyakit alzheimer yaitu:6
1) Faktor genetik
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini
diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada
keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih
besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada
penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada
kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset
didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19.
Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai kelainan gen
kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT),
ssenile plaque dan penurunan. Marker kolinergik pada jaringan otaknya yang
menggambarkan kelainan histopatolgi pada penderita alzheimer.
Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-
50% adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa
faktor genetik berperan dalam penyakit alzheimer. Pada sporadik non familial (50-
70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini

11
menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika
pada alzheimer
2) Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya
antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat
yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti
Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer.
Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
a. Manifestasi klinik yang sama
b. Tidak adanya respon imun yang spesifik
c. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
d. Timbulnya gejala mioklonus
e. Adanya gambaran spongioform

3) Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan
dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antara lain, aluminium,
silicon, mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan
saraf pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque
(SPINALIS).
Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan
aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang
tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidakseimbangan
merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas.
Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi
melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler
(Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan
akibat kerusakan dan kematian neuron.

4) Faktor imunologis

12
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer
didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha
protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli.
Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari
penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit
inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor
immunitas.
5) Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer
dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia
pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6) Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita Alzheimer
mempunyai peranan yang sangat penting seperti:
a. Asetilkolin
Barties et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik
neurotransmiter dgncara biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita
alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil transferase, asetikolinesterase
dan transport kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin.
Adanya defisit presinaptik dan postsynaptic kolinergik ini bersifat simetris
pada korteks frontalis, temporallis superior, nukleus basalis, hipokampus. Kelainan
neurotransmiter asetilkoline merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis
neurotransmiter lainnyapd penyakit alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsinya
selalu didapatkan kehilangan cholinergik Marker.
Pada penelitian dengan pemberian scopolamine pada orang normal, akan
menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung
hipotesa kolinergik sebagai patogenesa penyakit Alzheimer.
b. Noradrenalin
Kadar metabolisme norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun pada
jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus

13
yang merupakan tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi
dengan defisit kortikal noradrenergik.
Bowen et al(1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita
alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada presinaptik neokorteks.
Palmer et al(1987), Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin
menurun baik pada post dan ante-mortem penderita alzheimer.
c. Dopamin
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter
region hipothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin
pada penderita alzheimer. Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan disebabkan
karena potongan histopatologi regio hipothalamus setia penelitian berbeda-beda.
d. Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-
indolacetil acid pada biopsi korteks serebri penderita alzheimer. Penurunan juga
didapatkan pada nukleus basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada subregio
hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus
sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal.
Perubahan kortikal serotonergik ini berhubungan dengan hilangnya neuron-neuron
dan diisi oleh formasi NFT pada nukleus rephe dorsalis
e. MAO (Monoamine Oksidase)
Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter mono amine.
Aktivitas normal MAO terbagi 2 kelompok yaitu MAO A untuk deaminasi serotonin,
norepineprin dan sebagian kecil dopamin, sedangkan MAO B untuk deaminasi
terutama dopamin. Pada penderita alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada
hipothalamus dan frontais sedangkan MAO B meningkat pada daerah temporal dan
menurun pada nukleus basalis dari meynert.

2.1.6. Diagnosis

a. Gejala klinis 7
o Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau janji,
yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari

14
o Kesulitan dalam melakukan tugas biasa sehari-hari
o Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
o Penilaian yang buruk
o Disorientasi waktu dan tempat. Bingung tentang waktu, tanggal atau tempat
o Masalah dengan pemikiran dan perhitungan
o Perubahan suasana hati dan perilaku
o Kehilangan inisiatif
o Lupa tempat menaruh barang-barang
o Perubahan kepribadian

a. Pemeriksaan
-
Pemeriksaan fisik dan neurologi 7
Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi penurunan
fungsi kognitif adalah the mini mental status examination (MMSE), yang dapat pula
digunakan untuk memantau perjalanan penyakit. Pada penyakit Alzheimer defisit yang
terlibat berupa memori episodik,category generation (menyebutkan sebanyak-
banyaknya binatang dalam satu menit),dan kemampuan visuokonstruktif. Defisit pada
kemampuan verbal dan memori episodik visual sering merupakan abnormalitas
neuropsikologis awal yang terlihat pada penyakit Alzheimer,dan tugas yang
membutuhkan pasien untuk menyebutkan ulang daftar panjang kata atau gambar
setelah jeda waktu tertentu akan menunjukkan defisit pada sebagian pasien penyakit
Alzheimer.
Pengkajian status fungsional harus juga dilakukan. Dokter harus menentukan
dampak kelainan terhadap memori pasien,hubungan di komunitas,hobi,penilaian,
berpakaian,dan makan. Pengetahuan mengenai status fungsional pasien sehari-hari
akan membantu mengatur pendekatan terapi dengan keluarga.
Tabel. Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)

NILAI
NO TES
MAKSIMAL
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (Bulan), (tanggal), Hari apa ? 5
2 Kita berada dimana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), 5
(lantai/kamar)
REGISTRASI

15
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 3
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk
setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebut
dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULUS


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. 5
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
“WAHYU” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan ;
misalnya uyahw = 2 nilai.
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) 2
7 Pasien disuruh mengulangi kata-kata: “namun”, “tanpa”, “bila”. 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan 3
anda!, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai!”.
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkanlah mata 1
anda”
10 Pasien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1

Total 30

Skor
 Nilai 24-30 : Normal
 Niali 17-23 : Gangguan kognitif Probable
 Nilai 0-16 : Gangguan kognitif definit

- Pemeriksaan penunjang 7

16
 MRI atau Ct-Scan otak alah pemeriksaan radiologi yang utama. Pada penderita
Alzheimer, MRI atau CT-scan akan menunjukkan atrofi serebral atau kortikal
yang difus.
 SPECT scan. Pemeriksaan ini akan menunjukkan penurunan perfusi jaringan di
daerah Temporoparietalis bilateral yang biasanya terjadi pada penderita
Alzheimer.
 PET Scan .Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas metabolic di daerah
temporoparietalis bilateral.
 Indikasi MRI/CT Scan pada penderita demensia
 Awitan terjadi pada usia < 65 tahun.
 Manifestasi Klinis timbul < 2 tahun
 Tanda atau gejala neurologi asimetris.
 Gambaran klinis Hidrosefalus tekanan normal {NPH (Normal pressure
hydrocephalus)}

EEG : Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas alfa dan peningkatan
aktivitas teta yang menyeluruh.

Laboratorium darah : pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan
penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12,
Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis,
skreening antibody yang dilakukan secara selektif.7

2.1.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk penderita demensia mencakup terapi simtomatik dan rehabilitatif. Sasaran terapi simtomatik adalah

mengurangi gejala kognitif, perilaku dan psikiatrik.


7

Nama Obat Golongan Indikasi Dosis Efek


Samping
Donepezil Penghambat DA Dosis awal 5 mg/hr bila Mual,
Kolinesterase ringan perlu, setelah 4-6 muntah,
sedang minggu menjadi diare,
10mg/hr. insomnia
Galantamine Penghambat DA Dosis awal 8 mg/hr; Mual,
kolinesterase ringan setiap bulan dosis muntah,
sedang dinaikkan 8 mg/hr diare,

17
hingga dosis maksimal anoreksia
24 mg/hr.
Rivastigmine Penghambat DA Dosis awal 2x1,5mg/hr; Mual,
kolinesterase ringan setiap bulan dinaikkan muntah,
sedang 2x1,5mg/hr hingga pusing, diare,
dosis maksimal 2x6 anoreksia
mg/hr.
Memantine Penghambat DA Dosis awal 5mg/hr; Pusing, nyeri
reseptor sedang setelah 1 minggu , dosis kepala,
NMDA berat dinaikkan menjadi 2x5 konstipasi
mg/hr dan seterusnya
hingga dosis maksimal
2x10 mg/hr

Pasien penderita demensia membutuhkan dukungan dan perhatian dari anggota keluarga
mereka. Tim medis akan memandu anggota keluarga untuk merawat pasien. Ada kelompok
pasien dan organisasi amal yang menyediakan kursus pelatihan bagi anggota keluarga. Berikut
adalah beberapa kiat untuk merawat penderita demensia:

(A) Perawatan harian

 Menetapkan jadwal bagi pasien, agar pasien tidak bingung karena kehilangan daya
ingat. Misalnya, menetapkan waktu makan dan jadwal kegiatan. Cobalah untuk
menghindari kegiatan yang drastis di malam hari.
 Pilih hal-hal yang pasien sukai, seperti pakaian dan makanan.
 Bantu pasien untuk merawat kebersihan diri dan kerapiannya. Dorong pasien untuk
melakukan hal-hal sederhana seperti berpakaian dan menyikat gigi. Bantu pasien
hanya bila diperlukan.
 Pilih pakaian yang mudah dikenakan oleh pasien, seperti pakaian dengan jumlah
kancing yang sedikit. Tempatkan tanda di lemari atau laci sehingga pasien bisa
mengambil berbagai hal dengan mudah.

(B) Lingkungan

18
 Gunakan tanda yang berukuran besar dan jelas untuk membantu pasien mengenali
tempat dan waktu, seperti jam dan kalender yang berukuran besar.
 Tempatkan lampu di rumah atau di samping tempat tidur, sehingga pasien tidak
akan merasa cemas saat bangun di tengah malam. Lampu ini juga bias mencegah
pasien tersandung.
 Cobalah untuk tidak mengubah lingkungan sekitar rumah, terutama kamar mandi,
toilet, dan dapur.
 Jangan pindah rumah, karena lingkungan yang baru bisa menyebabkan rasa bingung
dan takut.

(C) Teknik komunikasi


Berbicara secara perlahan kepada pasien. Gunakan kalimat pendek dan langsung.
Katakan satu titik kunci saja dalam satu kalimat. Jangan membuat hal-hal menjadi
rumit.

Ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Biarkan pasien menjawab ya atau tidak.
Beri cukup waktu bagi pasien untuk memikirkan jawabannya.

Ulangi pertanyaan jika pasien lupa.

Jika pasien tidak bisa langsung menjawab pertanyaan, bersabarlah dan dorong
pasien untuk mengekspresikan pendapat dan perasaannya. Jika pasien masih tidak
bisa menjawab, jangan memaksanya. Coba dan ulangi lagi.

Gunakan bahasa tubuh. Lakukan kontak mata saat Anda berbicara atau
mendengarkan pasien. Berikan tanggapan seperti menganggukkan kepala.

Jika pasien menolak untuk ikut serta dalam kegiatan, jangan memaksanya.

Jika Anda ingin pasien melakukan hal-hal yang tidak dikenalnya atau pergi ke
tempat yang asing, berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru, atau tinggal bersama dengan dirinya hingga pasien merasa
tidak asing dengan lingkungan sekitarnya. Memberikan perawatan kepada penderita
demensia merupakan tugas yang menantang secara fisik dan emosional. Jika ada
anggota keluarga yang tidak lagi mengenal diri Anda dan tidak bisa mengingat
waktu yang kalian habiskan bersama, Anda tentu akan merasa tertekan. Saat Anda
belajar tentang bagaimana cara untuk merawatnya, Anda bisa bergabung dengan
kelompok pendukung, berbagi perasaan dan pengalaman Anda dengan orang lain,
serta mengatasi tantangan bersama-sama.7

19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

- Usia Pengetahuan Warga RW 11


- Jenis Kelamin Kelurahan Cipinang Melayu
- Pendidikan terhadap penyakit demensia

20
21
3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Skala


ukur pengukuran pengukuran
1 Pengetahuan Pengetahuan Kuesioner Ada 10 Baik : 7-10 Ordinal
adalah segala pertanyaan Cukup : 4-6
sesuatu yang Jawaban Kurang : 0-3
diketahui oleh benar : 1
responden Jawaban
tantang salah : 0
definisi,
gejala, faktor
resiko,
pencegahan,
pengobatan
demensia
4 Usia Usia dari Kuesioner 25 – 45 tahun Interval
responden 46 – 59 tahun
yang diikut > 60 tahun
sertakan dalam
penelitian
terhitung sejak
lahir
5 Jenis Pertanda Kuesioner - Laki – laki Nominal
kelamin gender dari - Perempuan
responden
penelitian.
6 Pendidikan Tingkat Kuesioner -Tidak Ordinal
pendidikan sekolah
terakhir yang -SD
ditamatkan -SMP
-SMA
-Perguruan
tinggi

22
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang di lakukan terhadap
sekumpulan objek yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang tingkat
pengetahuan masyarakat RW 11 mengenai demensia. Mini project ini dilakukan dengan
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan melalui kuisioner yang dibagikan sebelum intervensi. Kuisioner berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan tentang demensia. Sehingga dapat diketahui
bagaimana tingkat pengetahuan wara di RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu. Sedangkan data
sekunder didapatkan dari laporan dan catatan mengenai data kesehatan Kelurahan Cipinang
Melayu yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian di lakukan pada tanggal 30 Juli 2018 di kantor RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu

3.5 Populasi Penelitian


Populasi target dalam penelitian ini adalah para kader dan warga yang hadir saat diadakannya
penyuluhan pada kantor RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu.

3.6 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah para kader dan warga yang hadir saat diadakannya
penyuluhan di kantor RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah non- random sampling (purposive sampling) yaitu mengambil sampel yang
paling memunkinkan yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi :
-
Warga yang berusia > 25 tahun
-
Warga yang hadir saat penyuluhan
-
Warga yang bersedia untuk mengisi kuisioner
b. Kriteria Eksklusi :
-
Warga yang berusia <25 tahun
-
Warga yang tidak bersedia untuk mengisi kuisioner

3.7 Instrumen Penelitian


Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner
yang terdiri dari sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang diibutuhkan dalam
penelitian

23
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan data diambil menggunakan hitung manual hasil pretest serta post test, lalu
akan disajikan menggunakan tabel serta grafik untuk melihat tingkat pengetahuan warga sebelum
dan setelah diadakannya penyuluhan.

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1. DATA GEOGRAFI

4.1.1 Gambaran Umum

24
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 1227 Tahun
1989 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Gubernur Prov. DKI Jakarta tentang
Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas, Perubahan Nama Kelurahan yang Kembar Nama
dan Penetapan Luas Wilayah Kelurahan di DKI Jakarta, ditetapkan bahwa Kelurahan
Cipinang Melayu mempunyai luas + 252,79 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :

☼ Sebelah Utara : berbatasan dengan Saluran Jatiluhur Tarum Barat


☼ Sebelah Timur : berbatasan dengan Kali Curug dan Bekasi
☼ Sebelah Selatan : berbatasan dengan jalan untuk pendaratan pesawat terbang dan
pilar batas wilayah Propinsi DKI Jakarta - Jawa Barat Nomor :
111 s/d 119, dan Kelurahan Halim Perdanakusuma.
☼ Sebelah Barat : berbatasan dengan Kali Cipinang Kelurahan Kebon Pala

4.2 DATA DEMOGRAFI


4.2.1 Kependudukan
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 1999 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Penduduk, dapat disampaikan proses dan mobilisai
penduduk.

4.2.2 Data Penduduk


Data penduduk di wilayah kelurahan Cipinang Melayu Kota Administrasi Jakarta
Timur pada tahun 2016 berjumlah 49.267 orang.

4.2.3 Jumlah RT/RW

No RW RT Keterangan
1 01 12 Pemukiman
2 02 11 Pemukiman
3 03 14 Pemukiman (daerah banjir)
4 04 9 Pemukiman (daerah banjir)

25
5 05 11 Pemukiman tidak tertata
6 06 11 Perum Kodam Jaya (AD)
7 07 12 Perum Waringin Permai (AU)
8 08 9 Perum Curug Indah (AU)
9 09 9 Perumahan
10 010 7 Perumahan
11 011 9 Perumahan
12 012 12 Perumahan
13 013 9 Perumahan
135

4.2.4 Data Penduduk menurut Pekerjaan


No Jenis 2016

1 Tni polri/pns/swasta 22.513


2 Tani 11
3 Pedagang 731
4 Nelayan -
5 Pensiunan 1.026
6 Pertukangan 124
7 Pengangguran 3.255
8 Fakir miskin 4.598
9 Lain-lain 2.311

Jumlah 34.569

4.2.5 Data penduduk menurut KK dan Jenis Kelamin

KK WNI
No RW
Pria Wanita Jumlah Pria Wanita Jumlah
1 01 973 220 1.193 1.877 1.766 3.643

26
2 02 891 185 1.076 1.767 1.691 3.458

3 03 1.011 255 1.266 2.117 1.992 4.109

4 04 958 181 1.139 1.715 1.871 3.586

5 05 1.334 361 1.695 2.521 2.467 4.988

6 06 1.846 501 2.347 3.233 2.772 6.005

7 07 686 117 803 1.431 1.571 3.002

8 08 671 115 786 1.416 1.497 2.913

9 09 994 251 1.245 2.234 1.898 4.132

10 10 786 127 913 1.628 1.843 3.471

11 11 714 107 821 1.448 1.554 3.002

12 12 826 121 947 1.447 1.673 3.120

13 13 983 248 1.231 1.961 1.877 3.838

JUMLAH 12.673 2.789 15.462 24.795 24.473 49.267

4.3 PRASARANA DAN SARANA UMUM


4.3.1 Sarana Kesehatan

No Jenis sarana kesehatan 2016

1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 1
3 Klinik 24 jam 5
4 Rumah bersalin 2
5 Apotek -
6 Dokter Praktek 2
7 Bidan Swasta 8

Jumlah 19

4.3.2 Sarana Olah Raga

27
No Jenis sarana lapangan Jumlah
1 Bulu tangkis 6
2 Bola voli 4
3 Tenis 2
4 Basket 3
5 Sepak Bola 1

Jumlah 16

4.3.3 Sarana Ibadah


No Jenis sarana kesehatan Jumlah

1 Masjid 22
2 Musholla 29
3 Gereja 6

Jumlah 57

4.3.4 Pendidikan Negeri


Tingkat Jumlah
No Pendidikan Gedung Guru Murid

1. TK - - -
2. SD 8 95 3728
3. SLTP 1 41 1008
4. SMU 1 42 749
5. Perg. Tinggi - - -

Jumlah 10 178 5.485

4.3.5 Pendidikan Swasta

28
Tingkat Jumlah

No Pendidikan Gedung Guru Murid

1. TK 17 66 632
2. SD 5 15 2338
3. SLTP 2 70 128
4. SMU 2 79 461
5. Perg. Tinggi 2 275 2300

Jumlah 21 505 5859

4.3.6 Kegiatan sosial lainnya


 BKB ( Bina Keluarga Balita ) : 09 Kelompok
 PAUD : 09 Kelompok
 BKR ( Bina Keluarga Remaja ) : 1 Kelompok
 BKL ( Bina Keluarga Lansia ) : 10 Kelompok
 UP2KS : 4 Kelompok
 PSN : 15 Kelompok
 RW Siaga : 13 RW

4.3.7 Kelembagaan Kelurahan

No Organisasi Anggota

1 Kader Pembangunan 25
2 Tim Penggerak PKK 35
3 Kader PKK 165
4 Kader Kesehatan 102
5 Kader PPKB RW 13
6 PKB Kelurahan 2

29
Jumlah 342

PETA KELURAHAN CIPINANG MELAYU, KECAMATAN MAKASAR

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

30
: Daerah Banjir

4.4 PUSKESMAS KELURAHAN CIPINANG MELAYU

4.4.1 Kebijakan Mutu


Memberikan pelayanan terbaik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan meningkatkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di dukung
dengan sarana dan prasarana yang berbasis teknologi melalui perbaikan
berkesinambungan sesuai peraturan yang berlaku.
4.4.2 Visi
Menjadi Puskesmas terbaik kebanggaan masyarakat Jakarta.

31
4.4.3 Misi
4.4.3.1 Meningkatkan sumber daya manusia yang mampu bersaing
4.4.3.2 Meningkatkan mutu pelayanan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan
4.4.3.3 Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar mutu yang berbasis
teknologi
4.4.3.4 Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis
4.4.3.5 Menjalin kerja sama lintas sektoral yang harmonis dan efektif
4.4.4 Nilai – Nilai
a. Integritas
b. Profesional
c. Disiplin
d. Akuntabel
e. Sinergi
4.4.5 Kepegawaian
Keadaan jumlah pegawai Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu antara lain: 3
orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 3 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 3
orang bidan, 1 orang petugas gizi, 1 orang apoteker, 1 orang analis kesehatan, 1
orang petugas kesehatan lingkungan, 2 orang petugas administrasi, 1 orang satpam,
1 orang petugas pembersih.

4.5 DATA KESEHATAN JIWA PUSKESMAS KELURAHAN CIPINANG MELAYU

Nomor Registrasi Nama Jenis Umur Alamat Diagnosis Tahun Tempat


kasus Kelamin awal Pengobatan
1 0000039578229 Fransisca P Cipinang Skizofrenia
Angelina Melayu
2 000369529029 Dede L Cipinang Skizofrenia
sumirat Melayu
3 000040951664 Nurhayati P Cipinang Skizofrenia
Melayu
4 0001216049938 Leonard D. L Cipinang Skizofrenia
Melayu
5 0001216314663 Yuma C. L Cipinang Skizofrenia
Melayu
6 0001215669317 Ahmad N. L Cipinang Skizofrenia
Melayu
7 0001216382567 Marzuki L Cipinang Skizofrenia
Melayu
8 0001218023357 Nani Eka P Cipinang Skizofrenia
Melayu

32
9 Untung S. L 37 RT 2/4 skizofrenia 2011 PKL
CIPINANG
MELAYU
10 Firman L 33 RT 3 / 4 skizofrenia 2006 PKL
CIPINANG
MELAYU
11 Dede L 38 RT 6/2 skizofrenia 2002 PKL
Budiana CIPINANG
MELAYU
12 Cecep L 43 RT 4/2 skizofrenia 1999 PKL
CIPINANG
MELAYU
13 Inayatullah L 29 RT 6/1 skizofrenia 2004 PKL
CIPINANG
MELAYU
14 Rohimah P 49 RT 7/1 skizofrenia 2001 PKL
CIPINANG
MELAYU
15 0001907935852 Ari L 19/9/1992 RT 6/1 skizofrenia 2012 RS
Susanto DUREN
SAWIT
16 Saroni L 15/8/1965 RT 9/4 skizofrenia 1998 RS
DUREN
SAWIT
17 0001217132649 Hedar L 15/5/1958 RT 4/6 skizofrenia 2010 RS
Suhendar DUREN
SAWIT
18 0001461114189 Suko L 13/8/1953 RT 3/13 skizofrenia 2008 RS
Sinarmo DUREN
SAWIT
19 0000369194861 Aditya L 1/5/1997 RT 8/4 skizofrenia 2006 RS
darmawan DUREN
SAWIT
20 0001618846863 Agung L 6/9/1984 RT 2/9 skizofrenia 2002 RS
DUREN
SAWIT
21 0000039578229 Fransisca P 26/5/1991 RT skizofrenia 2015 RS JIWA
Angelina 12/12 KLENDER
22 0001219001949 Robert L 14/7/1980 RT 6/6 skizofrenia RS
Medison DUREN
SAWIT
23 0000369760994 Rai L 1/10/1978 RT 3/12 skizofrenia RS
Rahman DUREN
SAWIT

33
BAB V

HASIL & PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian yang dilakukan, terjaring 20 orang responden. Dari keseluruhan


responden, didapatkan jenis kelamin laki-laki (0%) dan perempuan (100%). Berdasarkan
umur, responden berusia > 60 tahun (35%) dan responden berusia < 60 tahun (65%).

34
Sementara pada tingkat pendidikan lulusan SMP (5%), lulusan SMA (80%) dan lulusan perguruan
tinggi (15%)

Karakteristik Jumlah Persentase(%)


Usia >60 tahun 7 35
< 60 tahun 13 65
Laki-laki 0 0
Jenis kelamin
Perempuan 20 100
SMP 1 5
Tingkat Pendidikan SMA 16 80
Perguruan Tinggi 3 15

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Gambar 5.1 Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

35
Gambar 5.2 Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Gambar 5.3 Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

5.2 Hasil Penelitian

36
Pengetahuan adalah pengalaman inderawi atau informasi yang diterima dan
disadari oleh seseorang. Informasi tersebut dapat diperoleh dari lingkungan sosial
maupun media cetak dan media elektronik. Pengetahuan adalah aspek kognitif yang
penting dan mempengaruhi persepsi dan sikap seseorang. Dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis pada para warga RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu diperoleh bahwa
pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang penyakit demensia. Untuk membantu
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit demensia ini, penulis telah
melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab yang
dilakukan pada tanggal 30 Juli 2018, pukul 09.00 – selesai yang bertempat di Kantor RW
11 Kelurahan Cipinang Melayu. Penyuluhan ini di hadiri oleh kader dan warga RW 11..
Sebelum dilakukan intervensi dengan cara penyuluhan dan melakukan diskusi umum
beserta sesi tanya jawab, maka penulis membagikan tentang kuisioner tentang
pengetahuan penyakit demensia. Setelah dilakukan penyuluhan dan diskusi umum beserta
sesi tanya jawab, para warga diberikan kuisioner lagi untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan warga sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan penyuluhan beserta
diskusi ini.

Kusioner tersebut terdiri dari 10 soal mengenai berbagai pertanyaan sekitar


penyakit demensia dengan nilai total maksimum 10. Sistem penilaian kuisioner ini adalah
tiap satu nomer diberikan nilai satu, dengan nilai maksimal 10 untuk semua nomer yang
benar. Sistem penilaian ini menunjukkan tingkat pengetahuan para warga mengenai
demensia, dibagi menjadi tiga kategori yaitu dimasukkan dalam kategori :
1. Baik : nilai 7-10
2. cukup : nilai 4-6
3. kurang : nilai 0-3
Dari hasil kuisioner yang dibagikan sebelum penyuluhan (pre-test), data nilai
yang diperoleh sebanyak 12 orang mendapatkan nilai kurang, 3 orang mendapat nilai
cukup, dan 5 orang yang mendapat nilai baik. Kemudian dari hasil data nilai kuisioner
yang dibagikan setelah penyuluhan (post test) diberikan didapatkan sebanyak 17 orang
mendapat nilai baik, 3 orang mendapat nilai cukup, dan tidak ada yang mendapat nilai
kurang. Hal ini menunjukkan peningkatan pengetahuan para warga mengenai demensia.

37
Gambar 5.4 Grafik Hasil pre-test

Gambar 5.5 Grafik Hasil Post-test

Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para warga dapat memahami tentang
demensia sehingga angka kejadian demensia dan penyakit jiwa pada lansia yang lain
dapat terdeteksi sehingga dapat membantu program puskesmas.

5.3 Analisis Penyebab Masalah

38
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram
fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-akar penyebab
masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap
akar penyebab masalah tersebut

39
INPUT
 Banyaknya program puskesmas
sehigga satu orang bisa  Kurangnya pengetahuan masyarakat
memegang lebih dari satu mengenai demensia
program  Masyarakat lebih perhatian terhadap
 Kurangnya komunikasi antara MAN penyakit lain selain penyakit jiwa
petugas kesehatan dan warga POPULASI khususnya demensia

Tidak terdapat program


yang berhubungan dengan -
METHOD
deteksi penyakit jiwa pada MONEY
lansia khususnya di
posyandu lansia
MATERIAL MACHINE
Tidak tersedianya media untuk -
promosi kesehatan mengenai
demensia
Tingkat
Pengetahuan
Mengenai
Demensia di
Lintas program:
 Kurangnya komunikasi antar petugas Wilayah RW
Pelaksanaan pembinaan masyarakat kesehatan mengenai masalah
yang tidak berjalan demensia
11 Rendah
P1

P2 Lintas sektoral:
 Pembinaan melalui Kelurahan
Cipinang Melayu terhadap Kader
Belum adanya pemantauan untuk P3
mendeteksi dini masalah demensia
pada lansia
kurang adanya ketertarikan
LINGKUNGAN
mengenai penyakit jiwa pada lansia
khususnya demensia
PROSES
40
Gambar Diagram Fish Bone Berdasarkan Pendekatan Sistem
5.4 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan konfirmasi kepada koordinator program kesehatan jiwa, maka


didapatkan penyebab yang paling mungkin sebagai berikut:

1. Banyaknya program puskesmas sehinnga satu orang tenaga kesehatan bisa memegang
lebih dari satu program
2. Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan dengan warga
3. Tidak terdapat program yang berhubungan dengan deteksi penyakit jiwa pada lansia
khususnya di posyandu lansia
4. Tidak tersedianya media untuk promosi kesehatan mengenai demensia
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai demensia
6. Masyarakat lebih perhatian terhadap penyakit lain selain penyakit jiwa khususnya
demensia
7. Belum tersedianya anggaran dana yang cukup untuk dialokasikan ke promosi kesehatan
jiwa
8. Kurangnya pembinaan mengenai pemberian informasi tentang demensia

5.5 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah


 Kurangnya komunikasi  Membina komunikasi yang baik
antara petugas kesehatan dengan kader dan masyarakat
dan masyarakat  Memberikan penyuluhan mengenai
 Banyaknya program penyakit jiwa pada lansia khususnya
kesehatan yang terdapat di demensia kepada para kader sehingga
puskesmas para kader dapat turut serta dalam
 Kurangnya pengetahuan melakukan penyuluhan ke masyarakat
mengenai penyakit dan dapat membantu tenaga kesehatan
demensia dalam menjalankan program
puskesmas
 Merencanakan program untuk deteksi
dini masalah demensia yang dapat di
lakukan pada kegiatan seperti
posyandu lansia dan prolanis
 Memberikan penyuluhan berkala
mengenai demensia atau penyakit jiwa

41
pada lansia yang lain pada saat
posyandu lansia atau prolanis agar
masyarakat lebih memperhatikan lagi
mengenai masalah ini
 Membuat media-media informasi yang
menarik dan dapat di taruh di tempat-
tempat umum sehingga masyarakat
tertarik untuk melihat
 Kurangnya perhatian
masyarakat mengenai
kesehatan jiwa

 Tidak terdapat program


yang berhubungan dengan
deteksi penyakit jiwa pada
lansia khususnya demensia
 Belum tersedianya
anggaran dana yang cukup
untuk di alokasikan ke
promosi kesehatan jiwa
 Kurangnya pembinaan
mengenai pemberian
informasi tentang demensia
 Tidak tersedianya media
informasi yang cukup
mengenai demensia

Tabel 5.2 Alternatif Pemecahan Masalah

42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
a) Dari nilai pre-test peserta didapatkan 12 orang mendapatkan nilai kurang, 3 orang
mendapat nilai cukup, dan 5 orang mendapat nilai baik
b) Dari nilai post-test peserta didapatkan sebanyak 17 orang mendapat nilai baik, 3 orang
mendapat nilai cukup, dan tidak ada orang yang mendapat nilai kurang.
c) Hal ini menunjukkan peningkatan pengetahuan para warga setelah diberikan penyuluhan.
d) Penyuluhan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap pengetahuan
para warga mengenai demensia

7.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan skala yang
lebih besar dengan rentang waktu yang lebih lama, selain itu juga menambahkan variabel
independen yang lebih banyak yang memiliki risiko terkena demensia.
Saran untuk tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu adalah untuk
terus meningkatkan penjaringan penyakit jiwa pada lansia khususnya yang berhubungan
dengan gangguan mental organik, melakukan penyuluhan mengenai penyakit dan pengobatan
demensia guna meningkatkan pengetahuan, serta meningkatkan peran kader dalam
mendeteksi dini kasus penyakit jiwa
Saran untuk masyarakat adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai demensia sehingga penyakit ini dapat ditangani lebih dini. Ikut
berpartisipasi dalam acara yang berhubungan dengan kesehatan jiwa pada lansia.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kemeterian


Kesehatan RI Situasi dan Analisis Lanjut Usia.2014
2. Kementerian kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kemeterian
Kesehatan RI Analisis Lansia di Indonesia. 2017
3. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.
Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
Jakarta: PT Nuh Jaya. 2013
4. Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI. 2013
5. Alzheimer’s Disease International. World Alzheimer Report 2010. Executive Summary.
London. 2010
6. Alzheimer’s Disease Health Center; Web MD; Diunduh dari
http://www.webmd.com/alzheimers/guide/alzheimers-dementia.page=2 Pada 8/6/2018
7. Dementia ; A.D.A.M Medical Encyclopedia.;Pub Med Health; Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001748/ pada 8/6/2018

LAMPIRAN 1
FOTO KEGIATAN PENYULUHAN

44
45
LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI DEMENSIA DI RW KELURAHAN


CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR

Karakteristik Responden

1.Nama Responden :

2.Umur :

3.Alamat :

3.Jenis Kelamin :

4.Pekerjaan :

4.Pendidikan :

II. Pengetahuan Mengenai DEMENSIA

Petunjuk : Pilihlah jawaban yang sesuai dengan jawaban anda yang sebenar-benarnya

dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih

1. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud dengan demensia ?

a. Penyakit yang mengakibatkan kepikunan

b. Penyakit yang dapat menyebabkan kematian

c. Penyakit menular

2. Menurut bapak/ibu apa faktor risiko yang menyebabkan demensia terjadi ?

a. Penyakit hipertensi / stroke

b. Terlalu banyak bekerja

c. Kurangnya kasih sayang keluarga

3. Menurut anda kelompok yang beresiko tinggi terserang demensia adalah

46
a. 20-40 tahun

b. 40-50 tahun

c. >60 tahun

4. Penyakit yang berhubungan dengan demensia adalah

a. Infeksi Saluran Nafas

b. Penyakit Jantung

c. Alzheimer

5. Gejala penyakit demensia adalah

a. Hilang ingatan, perubahan kepribadian, depresi, kesulitan berbahasa

b. Sesak napas,jantung berdebar, mudah lelah.

c. Sulit bergerak,kejang otot

6. Informasi tentang pencegahan demensia penting bagi

a. Semua orang

b. Lansia

c. Keluarga

7. Cara mencegah penyakit Demensia (bisa lebih dari satu)

a Olahraga, mengasah kemampuan ota

b. Dukungan keluarga

c. Berasal dari orang yang tidak dikenal

8. Tanda awal penyakit demensia adalah

a. Penurunan daya ingat

b. perubahan mood dan tingkah laku

47
c. pusing dan mual

9. Memperkuat daya ingat dapat di lakukan dengan cara ?

a. Beraktivitas dan komunikasi

b. Memainkan permainan mengasah otak

c. Membaca berita

10. Apakah tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah demensia ?

a. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

b. Melakukan kegiatan yang dapat merangsang mental

c. Melakukan diet

48
47
LAMPIRAN 3

LEAFLET PENYULUHAN

47
49

LAPORAN PENYULUHAN

47 50
Nama Peserta : dr. Mazaya Ekawati Tanda tangan :

Nama Pendamping : dr. Beby Muhrisa Tanda tangan :

Nama Wahana : Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu

Tema Penyuluhan : Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Demensia di

RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu Jakarta Timur


Tujuan Penyuluhan -Untuk menambah pengetahuan para warga mengenai

penyakit jiwa pada lansia khususnya demensia dengan

metode penyuluhan, diskusi dan sesi tanya jawab sehingga

dapat menyampaikan yang diketahuinya setelah penyuluhan

ini kepada warga Kelurahan Cipinang Melayu.


-Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

demensia sehingga penyakit ini dapat terdeteksi secara dini


Hari / Tanggal : Senin, 30 Juli 2018

Waktu : 09.00 WIB – selesai

Tempat : Kantor RW 11, Kelurahan Cipinang Melayu

Jumlah Peserta : 30 Orang

Komentar Atau Umpan Balik Dari Pendamping


1. Komunikasi

51

47
2. Kepribadian dan Profesionalisme

Peserta Pendamping

( ) ( )

52

47

You might also like