Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dr. Mazaya Ekawati
Pembimbing:
dr. Beby Muhrisa
NIP.197402102006042001
0
PERIODE MEI – SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena karunia dan berkat-Nya sehingga
Laporan Mini Project yang berjudul “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI
DEMENSIA DI RW 11 KELURAHAN CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR” ini dapat
diselesaikan. Laporan Mini Project ini diajukan sebagai bagian dari kegiatan Program Internsip
Dokter Indonesia di Puskesmas Cipinang Melayu. Pada kesempatan ini, tak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada:
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu
sampai selesainya Laporan Mini Project ini. Saya menyadari bahwa Laporan Mini Project ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan Mini Project
ini berguna bagi kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.….............................................................................................….... 1
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.…………………………………………………………....................... 5
1.4 Manfaat................................................................................................................ 5
2.1 Definisi………............................................................................................ 7
2.2 Epidemiologi........................................................................................................7
2.4 Klasifikasi….............................................................................................8
2.5 Patofisiologi............................................................................................... 10
2.6 Diagnosis..................................................................................................... 15
2.7 Penatalaksanaan........................................................................................ 18
2
4.2 Data Demografi .................................................................................................. 25
5.4 Fishbone.............................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 44
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 45
BAB I
PENDAHULUAN
3
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan.1
Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa
penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08
juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Pada tahun
1996 pemerintah Republik Indonesia menetapkan tanggal 29 Mei untuk diperingati setiap tahun
sebagai Hari Lanjut Usia Nasional. Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan
mengalami penurunan derajat kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Kelompok
lansia akan lebih rentan terhadap keluhan fisik, baik karena faktor alamiah maupun karena
penyakit. Masalah kesehatan jiwa pada lanjut usia juga termasuk masalah yang harus
diperhatikan. Salah satu masalah yang berhubungan dengan kesehatan jiwa adalah demensia.2
Menurut PPDGJ – III, Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan
otak yang biasanya bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal
yang multiple ( multiple higher cortical function ), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir,
orientasi, daya tangkap ( comprehension ), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya
nilai ( judgement ). Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan
( deterioration ) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.3
4
Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut
usia terutama adalah penyakit tidak menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-
mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Masalah utama
bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan,
dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.4
5
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai demensia sehingga
penyakit ini dapat ditangani lebih dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1. Demensia
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ –III)
menyatakan bahwa demensia merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh penyakit atau
gangguan otak yang biasanya bersifat kronikprogresif dimana terdapat gangguan fungsi
luhur kortikal yang multipel (multiple higher cortical function) termasuk di dalamnya daya
ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar,
berbahasa, dan daya nilai (judgement). Demensia umumnya disertai dan ada kalanya diawali
dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau
motivasi hidup.3
2.1.2. Epidemiologi
Data WHO (2010) menunjukkan bahwa jumlah penduduk dunia yang menderita
demensia sebanyak 36 juta orang. Jumlah penderitanya diprediksi akan meningkat dua kali
lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang. Hasil perkiraan prevalensi demensia di
Indonesia menurut Laporan World Alzheimer 2015, memperkirakan bahwa pada tahun 2015
ada lebih dari 556.000 orang dengan demensia di Indonesia. Pada Tahun 2030 diperkirakan
jumlahnya akan meningkat menjadi hampir 2,3 juta. Kurang dari empat tahun Indonesia
akan memiliki struktur penduduk yang tua, yaitu 4 persentase penduduk yang berusia 60
tahun atau lebih paling tidak 10%.5
Usia: Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Risiko
demensia meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia.
Riwayat kesehatan keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang lebih besar.
Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi
karena wanita hidup lebih lama daripada pria.
7
Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi
atau diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang lebih tinggi terkena demensia jika mereka
tidak mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kondisi kesehatan mereka.
2.1.4. Klasifikasi
Menurut Umur:
Demensia senilis (>65th)
Demensia prasenilis (<65th)
Reversibel
Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, Defisiensi vitamin
B, Hipotiroidism, intoksikasi Pb)
Tipe Alzheimer
Tipe non-Alzheimer
o Demensia vaskular
o Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia) o Demensia Lobus frontal-temporal
o Demensia terkait dengan HIV-AIDS o Morbus Parkinson
8
o Morbus Huntington
o Morbus Pick
o Morbus Jakob-Creutzfeldt
o Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker o Prion disease
o Palsi Supranuklear progresif o Multiple sklerosis
o Neurosifilis
Berdasarkan PPDGJ III demensia termasuk dalam F00-F03 yang merupakan gangguan
mental organik dengan klasifikasinya sebagai berikut ;
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03 sebagai
berikut :
9
2.1.5. Patofisiologi
Di otaknya juga dijumpai lesi yang disebut senile (amyloid) plaques dan
neurofibrillary tangles, yang terpusat pada daerah yang sama di mana terjadi defisit
kolinergik sehingga plak tersebut berisi deposit protein yang disebut ß-amyloid.
Amyloid adalah istilah umum untuk fragment protein yang diproduksi tubuh secara
normal. Beta-amyloid adalah fragment protein yang terpotong dari suatu protein yang
disebut amyloid precursor protein (APP), yang dikatalisis oleh β-secretase. Pada otak
orang sehat, fragmen protein ini akan terdegradasi dan tereliminasi. 6
10
Sejumlah patogenesis penyakit alzheimer yaitu:6
1) Faktor genetik
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini
diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada
keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih
besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada
penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada
kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset
didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19.
Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai kelainan gen
kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT),
ssenile plaque dan penurunan. Marker kolinergik pada jaringan otaknya yang
menggambarkan kelainan histopatolgi pada penderita alzheimer.
Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-
50% adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa
faktor genetik berperan dalam penyakit alzheimer. Pada sporadik non familial (50-
70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini
11
menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika
pada alzheimer
2) Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya
antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat
yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti
Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer.
Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:
a. Manifestasi klinik yang sama
b. Tidak adanya respon imun yang spesifik
c. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
d. Timbulnya gejala mioklonus
e. Adanya gambaran spongioform
3) Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan
dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antara lain, aluminium,
silicon, mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan
saraf pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque
(SPINALIS).
Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan
aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang
tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidakseimbangan
merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas.
Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi
melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler
(Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan
akibat kerusakan dan kematian neuron.
4) Faktor imunologis
12
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer
didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha
protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli.
Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari
penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit
inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor
immunitas.
5) Faktor trauma
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer
dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia
pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6) Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita Alzheimer
mempunyai peranan yang sangat penting seperti:
a. Asetilkolin
Barties et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik
neurotransmiter dgncara biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita
alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil transferase, asetikolinesterase
dan transport kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin.
Adanya defisit presinaptik dan postsynaptic kolinergik ini bersifat simetris
pada korteks frontalis, temporallis superior, nukleus basalis, hipokampus. Kelainan
neurotransmiter asetilkoline merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis
neurotransmiter lainnyapd penyakit alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsinya
selalu didapatkan kehilangan cholinergik Marker.
Pada penelitian dengan pemberian scopolamine pada orang normal, akan
menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung
hipotesa kolinergik sebagai patogenesa penyakit Alzheimer.
b. Noradrenalin
Kadar metabolisme norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun pada
jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus
13
yang merupakan tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi
dengan defisit kortikal noradrenergik.
Bowen et al(1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita
alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada presinaptik neokorteks.
Palmer et al(1987), Reinikanen (1988), melaporkan konsentrasi noradrenalin
menurun baik pada post dan ante-mortem penderita alzheimer.
c. Dopamin
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter
region hipothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin
pada penderita alzheimer. Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan disebabkan
karena potongan histopatologi regio hipothalamus setia penelitian berbeda-beda.
d. Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-
indolacetil acid pada biopsi korteks serebri penderita alzheimer. Penurunan juga
didapatkan pada nukleus basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada subregio
hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus
sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal.
Perubahan kortikal serotonergik ini berhubungan dengan hilangnya neuron-neuron
dan diisi oleh formasi NFT pada nukleus rephe dorsalis
e. MAO (Monoamine Oksidase)
Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter mono amine.
Aktivitas normal MAO terbagi 2 kelompok yaitu MAO A untuk deaminasi serotonin,
norepineprin dan sebagian kecil dopamin, sedangkan MAO B untuk deaminasi
terutama dopamin. Pada penderita alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada
hipothalamus dan frontais sedangkan MAO B meningkat pada daerah temporal dan
menurun pada nukleus basalis dari meynert.
2.1.6. Diagnosis
a. Gejala klinis 7
o Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan atau janji,
yang bisa memengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari
14
o Kesulitan dalam melakukan tugas biasa sehari-hari
o Masalah berbahasa, kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
o Penilaian yang buruk
o Disorientasi waktu dan tempat. Bingung tentang waktu, tanggal atau tempat
o Masalah dengan pemikiran dan perhitungan
o Perubahan suasana hati dan perilaku
o Kehilangan inisiatif
o Lupa tempat menaruh barang-barang
o Perubahan kepribadian
a. Pemeriksaan
-
Pemeriksaan fisik dan neurologi 7
Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi penurunan
fungsi kognitif adalah the mini mental status examination (MMSE), yang dapat pula
digunakan untuk memantau perjalanan penyakit. Pada penyakit Alzheimer defisit yang
terlibat berupa memori episodik,category generation (menyebutkan sebanyak-
banyaknya binatang dalam satu menit),dan kemampuan visuokonstruktif. Defisit pada
kemampuan verbal dan memori episodik visual sering merupakan abnormalitas
neuropsikologis awal yang terlihat pada penyakit Alzheimer,dan tugas yang
membutuhkan pasien untuk menyebutkan ulang daftar panjang kata atau gambar
setelah jeda waktu tertentu akan menunjukkan defisit pada sebagian pasien penyakit
Alzheimer.
Pengkajian status fungsional harus juga dilakukan. Dokter harus menentukan
dampak kelainan terhadap memori pasien,hubungan di komunitas,hobi,penilaian,
berpakaian,dan makan. Pengetahuan mengenai status fungsional pasien sehari-hari
akan membantu mengatur pendekatan terapi dengan keluarga.
Tabel. Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)
NILAI
NO TES
MAKSIMAL
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (Bulan), (tanggal), Hari apa ? 5
2 Kita berada dimana? (Negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), 5
(lantai/kamar)
REGISTRASI
15
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda 1 3
detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk
setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebut
dengan benar dan catat jumlah pengulangan.
Total 30
Skor
Nilai 24-30 : Normal
Niali 17-23 : Gangguan kognitif Probable
Nilai 0-16 : Gangguan kognitif definit
- Pemeriksaan penunjang 7
16
MRI atau Ct-Scan otak alah pemeriksaan radiologi yang utama. Pada penderita
Alzheimer, MRI atau CT-scan akan menunjukkan atrofi serebral atau kortikal
yang difus.
SPECT scan. Pemeriksaan ini akan menunjukkan penurunan perfusi jaringan di
daerah Temporoparietalis bilateral yang biasanya terjadi pada penderita
Alzheimer.
PET Scan .Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas metabolic di daerah
temporoparietalis bilateral.
Indikasi MRI/CT Scan pada penderita demensia
Awitan terjadi pada usia < 65 tahun.
Manifestasi Klinis timbul < 2 tahun
Tanda atau gejala neurologi asimetris.
Gambaran klinis Hidrosefalus tekanan normal {NPH (Normal pressure
hydrocephalus)}
EEG : Pemeriksaan ini menunjukkan penurunan aktivitas alfa dan peningkatan
aktivitas teta yang menyeluruh.
Laboratorium darah : pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan
penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12,
Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis,
skreening antibody yang dilakukan secara selektif.7
2.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita demensia mencakup terapi simtomatik dan rehabilitatif. Sasaran terapi simtomatik adalah
17
hingga dosis maksimal anoreksia
24 mg/hr.
Rivastigmine Penghambat DA Dosis awal 2x1,5mg/hr; Mual,
kolinesterase ringan setiap bulan dinaikkan muntah,
sedang 2x1,5mg/hr hingga pusing, diare,
dosis maksimal 2x6 anoreksia
mg/hr.
Memantine Penghambat DA Dosis awal 5mg/hr; Pusing, nyeri
reseptor sedang setelah 1 minggu , dosis kepala,
NMDA berat dinaikkan menjadi 2x5 konstipasi
mg/hr dan seterusnya
hingga dosis maksimal
2x10 mg/hr
Pasien penderita demensia membutuhkan dukungan dan perhatian dari anggota keluarga
mereka. Tim medis akan memandu anggota keluarga untuk merawat pasien. Ada kelompok
pasien dan organisasi amal yang menyediakan kursus pelatihan bagi anggota keluarga. Berikut
adalah beberapa kiat untuk merawat penderita demensia:
Menetapkan jadwal bagi pasien, agar pasien tidak bingung karena kehilangan daya
ingat. Misalnya, menetapkan waktu makan dan jadwal kegiatan. Cobalah untuk
menghindari kegiatan yang drastis di malam hari.
Pilih hal-hal yang pasien sukai, seperti pakaian dan makanan.
Bantu pasien untuk merawat kebersihan diri dan kerapiannya. Dorong pasien untuk
melakukan hal-hal sederhana seperti berpakaian dan menyikat gigi. Bantu pasien
hanya bila diperlukan.
Pilih pakaian yang mudah dikenakan oleh pasien, seperti pakaian dengan jumlah
kancing yang sedikit. Tempatkan tanda di lemari atau laci sehingga pasien bisa
mengambil berbagai hal dengan mudah.
(B) Lingkungan
18
Gunakan tanda yang berukuran besar dan jelas untuk membantu pasien mengenali
tempat dan waktu, seperti jam dan kalender yang berukuran besar.
Tempatkan lampu di rumah atau di samping tempat tidur, sehingga pasien tidak
akan merasa cemas saat bangun di tengah malam. Lampu ini juga bias mencegah
pasien tersandung.
Cobalah untuk tidak mengubah lingkungan sekitar rumah, terutama kamar mandi,
toilet, dan dapur.
Jangan pindah rumah, karena lingkungan yang baru bisa menyebabkan rasa bingung
dan takut.
Berbicara secara perlahan kepada pasien. Gunakan kalimat pendek dan langsung.
Katakan satu titik kunci saja dalam satu kalimat. Jangan membuat hal-hal menjadi
rumit.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Biarkan pasien menjawab ya atau tidak.
Beri cukup waktu bagi pasien untuk memikirkan jawabannya.
Ulangi pertanyaan jika pasien lupa.
Jika pasien tidak bisa langsung menjawab pertanyaan, bersabarlah dan dorong
pasien untuk mengekspresikan pendapat dan perasaannya. Jika pasien masih tidak
bisa menjawab, jangan memaksanya. Coba dan ulangi lagi.
Gunakan bahasa tubuh. Lakukan kontak mata saat Anda berbicara atau
mendengarkan pasien. Berikan tanggapan seperti menganggukkan kepala.
Jika pasien menolak untuk ikut serta dalam kegiatan, jangan memaksanya.
Jika Anda ingin pasien melakukan hal-hal yang tidak dikenalnya atau pergi ke
tempat yang asing, berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk beradaptasi
dengan lingkungan baru, atau tinggal bersama dengan dirinya hingga pasien merasa
tidak asing dengan lingkungan sekitarnya. Memberikan perawatan kepada penderita
demensia merupakan tugas yang menantang secara fisik dan emosional. Jika ada
anggota keluarga yang tidak lagi mengenal diri Anda dan tidak bisa mengingat
waktu yang kalian habiskan bersama, Anda tentu akan merasa tertekan. Saat Anda
belajar tentang bagaimana cara untuk merawatnya, Anda bisa bergabung dengan
kelompok pendukung, berbagi perasaan dan pengalaman Anda dengan orang lain,
serta mengatasi tantangan bersama-sama.7
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
20
21
3.2 Definisi Operasional
22
3.3 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang di lakukan terhadap
sekumpulan objek yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang tingkat
pengetahuan masyarakat RW 11 mengenai demensia. Mini project ini dilakukan dengan
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan melalui kuisioner yang dibagikan sebelum intervensi. Kuisioner berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan tentang demensia. Sehingga dapat diketahui
bagaimana tingkat pengetahuan wara di RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu. Sedangkan data
sekunder didapatkan dari laporan dan catatan mengenai data kesehatan Kelurahan Cipinang
Melayu yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu.
23
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan data diambil menggunakan hitung manual hasil pretest serta post test, lalu
akan disajikan menggunakan tabel serta grafik untuk melihat tingkat pengetahuan warga sebelum
dan setelah diadakannya penyuluhan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
24
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 1227 Tahun
1989 tentang Penyempurnaan Lampiran Keputusan Gubernur Prov. DKI Jakarta tentang
Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas, Perubahan Nama Kelurahan yang Kembar Nama
dan Penetapan Luas Wilayah Kelurahan di DKI Jakarta, ditetapkan bahwa Kelurahan
Cipinang Melayu mempunyai luas + 252,79 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :
No RW RT Keterangan
1 01 12 Pemukiman
2 02 11 Pemukiman
3 03 14 Pemukiman (daerah banjir)
4 04 9 Pemukiman (daerah banjir)
25
5 05 11 Pemukiman tidak tertata
6 06 11 Perum Kodam Jaya (AD)
7 07 12 Perum Waringin Permai (AU)
8 08 9 Perum Curug Indah (AU)
9 09 9 Perumahan
10 010 7 Perumahan
11 011 9 Perumahan
12 012 12 Perumahan
13 013 9 Perumahan
135
Jumlah 34.569
KK WNI
No RW
Pria Wanita Jumlah Pria Wanita Jumlah
1 01 973 220 1.193 1.877 1.766 3.643
26
2 02 891 185 1.076 1.767 1.691 3.458
1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 1
3 Klinik 24 jam 5
4 Rumah bersalin 2
5 Apotek -
6 Dokter Praktek 2
7 Bidan Swasta 8
Jumlah 19
27
No Jenis sarana lapangan Jumlah
1 Bulu tangkis 6
2 Bola voli 4
3 Tenis 2
4 Basket 3
5 Sepak Bola 1
Jumlah 16
1 Masjid 22
2 Musholla 29
3 Gereja 6
Jumlah 57
1. TK - - -
2. SD 8 95 3728
3. SLTP 1 41 1008
4. SMU 1 42 749
5. Perg. Tinggi - - -
28
Tingkat Jumlah
1. TK 17 66 632
2. SD 5 15 2338
3. SLTP 2 70 128
4. SMU 2 79 461
5. Perg. Tinggi 2 275 2300
No Organisasi Anggota
1 Kader Pembangunan 25
2 Tim Penggerak PKK 35
3 Kader PKK 165
4 Kader Kesehatan 102
5 Kader PPKB RW 13
6 PKB Kelurahan 2
29
Jumlah 342
30
: Daerah Banjir
31
4.4.3 Misi
4.4.3.1 Meningkatkan sumber daya manusia yang mampu bersaing
4.4.3.2 Meningkatkan mutu pelayanan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan
4.4.3.3 Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar mutu yang berbasis
teknologi
4.4.3.4 Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis
4.4.3.5 Menjalin kerja sama lintas sektoral yang harmonis dan efektif
4.4.4 Nilai – Nilai
a. Integritas
b. Profesional
c. Disiplin
d. Akuntabel
e. Sinergi
4.4.5 Kepegawaian
Keadaan jumlah pegawai Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu antara lain: 3
orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 3 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 3
orang bidan, 1 orang petugas gizi, 1 orang apoteker, 1 orang analis kesehatan, 1
orang petugas kesehatan lingkungan, 2 orang petugas administrasi, 1 orang satpam,
1 orang petugas pembersih.
32
9 Untung S. L 37 RT 2/4 skizofrenia 2011 PKL
CIPINANG
MELAYU
10 Firman L 33 RT 3 / 4 skizofrenia 2006 PKL
CIPINANG
MELAYU
11 Dede L 38 RT 6/2 skizofrenia 2002 PKL
Budiana CIPINANG
MELAYU
12 Cecep L 43 RT 4/2 skizofrenia 1999 PKL
CIPINANG
MELAYU
13 Inayatullah L 29 RT 6/1 skizofrenia 2004 PKL
CIPINANG
MELAYU
14 Rohimah P 49 RT 7/1 skizofrenia 2001 PKL
CIPINANG
MELAYU
15 0001907935852 Ari L 19/9/1992 RT 6/1 skizofrenia 2012 RS
Susanto DUREN
SAWIT
16 Saroni L 15/8/1965 RT 9/4 skizofrenia 1998 RS
DUREN
SAWIT
17 0001217132649 Hedar L 15/5/1958 RT 4/6 skizofrenia 2010 RS
Suhendar DUREN
SAWIT
18 0001461114189 Suko L 13/8/1953 RT 3/13 skizofrenia 2008 RS
Sinarmo DUREN
SAWIT
19 0000369194861 Aditya L 1/5/1997 RT 8/4 skizofrenia 2006 RS
darmawan DUREN
SAWIT
20 0001618846863 Agung L 6/9/1984 RT 2/9 skizofrenia 2002 RS
DUREN
SAWIT
21 0000039578229 Fransisca P 26/5/1991 RT skizofrenia 2015 RS JIWA
Angelina 12/12 KLENDER
22 0001219001949 Robert L 14/7/1980 RT 6/6 skizofrenia RS
Medison DUREN
SAWIT
23 0000369760994 Rai L 1/10/1978 RT 3/12 skizofrenia RS
Rahman DUREN
SAWIT
33
BAB V
34
Sementara pada tingkat pendidikan lulusan SMP (5%), lulusan SMA (80%) dan lulusan perguruan
tinggi (15%)
35
Gambar 5.2 Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
36
Pengetahuan adalah pengalaman inderawi atau informasi yang diterima dan
disadari oleh seseorang. Informasi tersebut dapat diperoleh dari lingkungan sosial
maupun media cetak dan media elektronik. Pengetahuan adalah aspek kognitif yang
penting dan mempengaruhi persepsi dan sikap seseorang. Dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis pada para warga RW 11 Kelurahan Cipinang Melayu diperoleh bahwa
pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang penyakit demensia. Untuk membantu
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit demensia ini, penulis telah
melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab yang
dilakukan pada tanggal 30 Juli 2018, pukul 09.00 – selesai yang bertempat di Kantor RW
11 Kelurahan Cipinang Melayu. Penyuluhan ini di hadiri oleh kader dan warga RW 11..
Sebelum dilakukan intervensi dengan cara penyuluhan dan melakukan diskusi umum
beserta sesi tanya jawab, maka penulis membagikan tentang kuisioner tentang
pengetahuan penyakit demensia. Setelah dilakukan penyuluhan dan diskusi umum beserta
sesi tanya jawab, para warga diberikan kuisioner lagi untuk mengetahui peningkatan
pengetahuan warga sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan penyuluhan beserta
diskusi ini.
37
Gambar 5.4 Grafik Hasil pre-test
Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para warga dapat memahami tentang
demensia sehingga angka kejadian demensia dan penyakit jiwa pada lansia yang lain
dapat terdeteksi sehingga dapat membantu program puskesmas.
38
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram
fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-akar penyebab
masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap
akar penyebab masalah tersebut
39
INPUT
Banyaknya program puskesmas
sehigga satu orang bisa Kurangnya pengetahuan masyarakat
memegang lebih dari satu mengenai demensia
program Masyarakat lebih perhatian terhadap
Kurangnya komunikasi antara MAN penyakit lain selain penyakit jiwa
petugas kesehatan dan warga POPULASI khususnya demensia
P2 Lintas sektoral:
Pembinaan melalui Kelurahan
Cipinang Melayu terhadap Kader
Belum adanya pemantauan untuk P3
mendeteksi dini masalah demensia
pada lansia
kurang adanya ketertarikan
LINGKUNGAN
mengenai penyakit jiwa pada lansia
khususnya demensia
PROSES
40
Gambar Diagram Fish Bone Berdasarkan Pendekatan Sistem
5.4 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah
1. Banyaknya program puskesmas sehinnga satu orang tenaga kesehatan bisa memegang
lebih dari satu program
2. Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan dengan warga
3. Tidak terdapat program yang berhubungan dengan deteksi penyakit jiwa pada lansia
khususnya di posyandu lansia
4. Tidak tersedianya media untuk promosi kesehatan mengenai demensia
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai demensia
6. Masyarakat lebih perhatian terhadap penyakit lain selain penyakit jiwa khususnya
demensia
7. Belum tersedianya anggaran dana yang cukup untuk dialokasikan ke promosi kesehatan
jiwa
8. Kurangnya pembinaan mengenai pemberian informasi tentang demensia
41
pada lansia yang lain pada saat
posyandu lansia atau prolanis agar
masyarakat lebih memperhatikan lagi
mengenai masalah ini
Membuat media-media informasi yang
menarik dan dapat di taruh di tempat-
tempat umum sehingga masyarakat
tertarik untuk melihat
Kurangnya perhatian
masyarakat mengenai
kesehatan jiwa
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
a) Dari nilai pre-test peserta didapatkan 12 orang mendapatkan nilai kurang, 3 orang
mendapat nilai cukup, dan 5 orang mendapat nilai baik
b) Dari nilai post-test peserta didapatkan sebanyak 17 orang mendapat nilai baik, 3 orang
mendapat nilai cukup, dan tidak ada orang yang mendapat nilai kurang.
c) Hal ini menunjukkan peningkatan pengetahuan para warga setelah diberikan penyuluhan.
d) Penyuluhan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap pengetahuan
para warga mengenai demensia
7.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan skala yang
lebih besar dengan rentang waktu yang lebih lama, selain itu juga menambahkan variabel
independen yang lebih banyak yang memiliki risiko terkena demensia.
Saran untuk tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu adalah untuk
terus meningkatkan penjaringan penyakit jiwa pada lansia khususnya yang berhubungan
dengan gangguan mental organik, melakukan penyuluhan mengenai penyakit dan pengobatan
demensia guna meningkatkan pengetahuan, serta meningkatkan peran kader dalam
mendeteksi dini kasus penyakit jiwa
Saran untuk masyarakat adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai demensia sehingga penyakit ini dapat ditangani lebih dini. Ikut
berpartisipasi dalam acara yang berhubungan dengan kesehatan jiwa pada lansia.
43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
FOTO KEGIATAN PENYULUHAN
44
45
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
Karakteristik Responden
1.Nama Responden :
2.Umur :
3.Alamat :
3.Jenis Kelamin :
4.Pekerjaan :
4.Pendidikan :
Petunjuk : Pilihlah jawaban yang sesuai dengan jawaban anda yang sebenar-benarnya
dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih
c. Penyakit menular
46
a. 20-40 tahun
b. 40-50 tahun
c. >60 tahun
b. Penyakit Jantung
c. Alzheimer
a. Semua orang
b. Lansia
c. Keluarga
b. Dukungan keluarga
47
c. pusing dan mual
c. Membaca berita
c. Melakukan diet
48
47
LAMPIRAN 3
LEAFLET PENYULUHAN
47
49
LAPORAN PENYULUHAN
47 50
Nama Peserta : dr. Mazaya Ekawati Tanda tangan :
51
47
2. Kepribadian dan Profesionalisme
Peserta Pendamping
( ) ( )
52
47