Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
2. 2 Pemindahan Suhu
2
tinggi memberikan efek pada perkecambahan jamur, pembentukan metabolit
dan sporulasi. (Bhargav et al, 2008)
2. 3 Pemindahan Massa
2. 4 Desain Fermenter
3
sebagai wadah harus dapat memberikan kondisi lingkungan fisik yang cocok
bagi katalis sehingga dapat berinteraksi secara optimal dengan substrat. Oleh
karena itu, wadah perlu didesain sedemikian rupa sehingga proses dalam
wadah dapat dimonitor dan dikontrol. (Nurcahyo, 2011).
4
Untuk mencegah masuknya kontaminan melalui udara ke dalam
sistem, udara yang masuk harus terlebih dahulu dilewatkan melalui glass wool
yang steril. (Nurcahyo, 2011)
5
4. Kondisi lingkungan seperti: suhu, pH harus terkontrol. Stirred tank
reactor system model yang banyak dipakai. (Nurcahyo, 2011)
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
substrate berasal dari sisa-sisa tumbuhan pertanian atau hutan. Substrat ini
tidak hanya menyediakan struktur fisik untuk pertumbuhan mikroba, tetapi
juga menyediakan sumber karbon dan nitrogen, dan faktor-faktor
pertumbuhan untuk mikroorganisme (Singhania et al., 2010). Sedangkan
inert carrier substrate adalah substrat berpori yang bersifat inert dan susah
untuk dicerna oleh mikroorganisme melalui proses dekomposisi. Contoh
dari inert carrier substrate adalah polyurethane foam, macroporous resin,
perlite, dan vermiculite. Substrat jenis ini hanya berperan sebagai
pendukung pada proses fermentasi substrat padat. Sebab mikroorganisme
dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya dari cairan yang di pori-pori yang
ada di media.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perkembangan dari
fermentasi substrat padat. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
teknologi fermentasi substrat padat telah menyediakan berbagai macam
produk untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam beberapa tahun
terakhir, aplikasi dari teknologi fermentasi substrat padat telah banyak
berkembang.
8
fermentasi substrat padat dan substrat cair adalah pada kandungan airnya.
Kandungan air pada susbtrat padat memiliki range antara 12 – 80% ,
kebanyakan berkisar sekitar 60%. Sebaliknya, kandungan air pada substrat
cair lebih dari 95%. Perbandingan fermentasi substrat padat dan fermentasi
substrat cair dapat dilihat pada tabel berikut.
9
Dibandingkan dengan fermentasi substrat cair, kelebihan utama dari
fermentasi susbtrat padat adalah suplai oksigen yang cukup. Pada
fermentasi substrat padat terdapat lebih sedikit limbah organik yang
dihasilkan namun produk yang dihasilkan lebih tinggi. Dan biaya yang
dibutuhkan untuk membuat fermentasi substrat padat juga lebih murah. Saat
ini, produk dari fermentasi substrat padat terutama mencakup makanan
tradisional (vinegar, kecap, penyedap rasa), sel mikrobial (protein sel
tunggal, spirulina), enzim mikrobial (amilase, glukosidase, sellulase), dan
hasil metabolisme mikrobial yang lain (nukleotida, lipid, vitamin, asam
amino, dan lain-lain).
Adapun kelebihan lain dari fermentasi substrat padat adalah
produktivitas lebih tinggi, pengontrolan terhadap kontaminasi lebih mudah,
tidak perlu pengontrolan pH dan suhu yang teliti, dan hasil dari fermentasi
substrat padat dapat segera diekstrak dengan cara pemberian larutan secara
langsung atau disimpan lebih dahulu dalam lemari pendingin sebelum
diekstrak. Sedangkan kerugian atau kekurangan dari fermentasi substrat
padat adalah terbatasnya jenis mikroba yang dapat digunakan dan perlu
dilakukan perlakuan awal pada substrat sebelum pemrosesan. Selain itu,
kekurangan fermentasi substrat padat ini adalah tingkat pertumbuhan,
konsentrasi produk, temperatur dan pH yang sulit di monitor atau diamati.
10
bagaimana sifat fisiologi dari mikroba yang akan dibiakkan terlebih
dahulu agar bisa menentukan komposisi substrat yang cocok.
Substrat merupakan elemen penting pada fermentasi substrat
padat. Substrat padat yang digunakan tidak hanya sebagai tempat
tinggal mikroorganisme secara fisik tetapi juga sebagai penyedia
sumber nitrogen, sumber karbon, faktor tumbuh, dan juga penyedia
nutrisi. Substrat merupakan elemen yang menentukan proses
fermentasi dan produknya berhasil atau tidak. Sehingga demikian,
substrat padat harus dipilih berdasarkan prinsip untuk memaksimalkan
produk target.
b. Tahap Midstream Engineering
Sebuah proses fermentasi yang baik bukan hanya memerlukan
mikroba yang memiliki strain dengan sifat-sifat yang baik, dan bukan
hanya memerlukan media kultur yang sesuai, melainkan juga
memerlukan kondisi lingkungan yang optimal. Bioreaktor dapat
menyediakan ruang dan kondisi lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme pada fermentasi substrat padat.
Pada tahap midstream engineering ini diperlukan pula parameter
sebagai kontrol terhadap regulasi metabolisme dari mikroorganisme
yang dibiakkan pada fermentasi substrat padat. Parameter tersebut
meliputi kandungan air, kandungan Oksigen, water activity (aw), suhu,
dan pH.
Mikroorganisme dapat tumbuh bergantung pada water activity
(aw) dari suatu substrat. Secara umum bakteri memerlukan aw sekitar
0,90 – 0,99, yeast memerlukan aw sekitar 0,80 – 0,90, dan fungi sekitar
0,60 – 0,70. Peningkatan kandungan air akan menghalangi miselia
meregang dalam pori.
Temperatur proses fermentasi juga penting untuk diperhatikan.
Temperatur atau suhu sangat berpengaruh pada pertumbuhan
mikroorganisme, metabolisme, dan germinasi spora.
11
Begitu pula dengan kandungan oksigen. Kandungan Oksigen
pada proses fermentasi substrat padat perlu diperhatikan sebab jika
yang dibiakkan adalah mikroorganisme anaerob maka kandungan
oksigen pada media harus sedikit. Begitu pula sebaliknya. Nilai pH juga
perlu diperhatikan, namun sayangnya nilai pH ini sangat susah untuk
diukur dan dikontrol.
c. Tahap Downstream engineering dan Auxiliary Technology
Tahap downstream engineering ini meliputi proses refining,
sterilisasi, dan purifikasi. Problem utama pada tahap ini adalah bahwa
produk fermentasi substrat padat hasil proses refining hampir sama
dengan produk yang dihasilkan melalui fermentasi substrat cair.
Persamaannya adalah memerlukan teknologi separasi dan purifikasi
yang modern.
Untuk produk mixed fermentation (seperti kompos), tidak perlu
disterilisasi, melainkan langsung bisa digunakan. Sedangkan untuk
produk fermentasi makanan, farmasi, dan kimia memerlukan proses
sterilisasi. Hasil fermentasi dengan substrat dan produk yang berbeda
menggunakan teknik sterilisasi yang berbeda pula.
Pada tahap ini juga perlu diperhatikan apakah produk fermentasi
substrat padat mengalami kontaminasi atau tidak. Kontaminasi dapat
terjadi oleh banyak hal. Oleh karena itu setiap proses harus diperiksa
secara hati-hati untuk mengidentifikasi sumber kontaminas dan
menemukan pengukuran yang sesuai untuk memastikan fermentasi
yang aman. Beberapa alasan terjadinya kontaminasi pada proses
fermentasi substrat padat dapat dilihat pada tabel berikut.
12
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
kontaminasi adalah sebagai berikut :
1) Mengontrol water activity (aw) dari substrat
2) Meningkatkan jumlah inokulasi.
3) Pengontrolan nilai pH
4) Menggunakan pendingin pada saat musim panas. Sebab suhu yang
terlalu panas dapat menigkatka resiko kontaminasi.
5) Penambahan garam sekitar 15 – 18%.
Setelah mengetahui apakah produk fermentasi mengalami
kontaminasi atau tidak, maka langkah selanjutnya adalah mendeteksi
sampel hasil fermentasi substrat padat, termasuk proses pendeteksian
bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi.Test fisik dan kimia
yang tradisional untuk proses ini meliputi pengecekan kadar air, water
activity (aw), tingkat keasaman, keberadaan abu, temperatur,
kandungan nutrisi, dan item konvensional lainnya. Untuk produk yang
dikonsumsi secara langsung, proses pendeteksian meliputi perhitungan
jumlah mikroba, konsentrasi toksin yang dihasilkan dari proses
metabolisme mikroorg.anisme, dan juga kandungan logam berat.
Proses akhir pada tahap fermentasi substrat padat adalah drying
treatment atau pengeringan. Pengeringan merupakan salah satu metode
kuno yang digunakan sebagai antikorosi dan menjaga produk yang
masih berperan penting dalam beberapa industri modern selanjutnya.
13
Berdasakan produk yang berbeda-beda jenisnya, maka proses
pengeringan dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Pengeringan secara natural (natural drying) , dengan
menggunakan bantuan angin
2) Pengeringan dengan udara panas / uap panas (hot air drying).
3) Spray drying.
4) Vacuum drying.
5) Freeze drying.
14
15
BAB IV
KESIMPULAN
16