Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
KELOMPOK II
Nurliana Mohi (C01416065)
Nurul Pratiwi Usman (C01416067)
Raihan Tahir (C01416074)
Regita Cahyani Monoarfa (C01416077)
Rustiyansy Rauf (C01416063)
Sachraini Amalia Tahir (C01416084)
Sagita Akaseh (C01416084)
Siti Sintiya Palowa (C01416091)
Sitti Fadilah M. Soleman (C01416092)
Sitti Nur Ainun Yahya (C01416095)
Sridelvi Fahrun (C01416100)
Sriyati Napu (C01416102)
Aanisa Miu (C01416---)
Zein Susanti Ali (C01416111)
Marlin M. Kau (C01416046)
2019
Kasus :
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama : TN. A
2) Umur : 30 th
3) Jenis kelamin : laki –laki
4) Pendidikan : tidak terkaji
5) Pekerjaan : ABRI
6) Status perkawinan : tidak terkaji
7) Agama : tidak terkaji
8) Suku : tidak terkaji
9) Alamat : tidak terkaji
10) Tanggal masuk :-
11) Tanggal pengkajian :-
12) Sumber Informasi : pasien
13) Diagnosa masuk : Malaria Falcifarum
b. Penanggung
1) Nama : -
2) Hubungan dengan pasien : -
2. Riwayat keluarga
1) Tidak terkaji
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Saat ini pasien mengeluh lemas , pusing , mual dan muntah , demam
dan mengeluh kesulitan bernafas pada malam hari.
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
f. Pola perseptual
i. Pola peran-hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien. Pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku terhadap orang lain, keuangan.
Perawat perlu mengkaji apakah ada perubahan peran saat sebelum dan
sesudah sakit. Pasien bekerja sebagai militer di perbatasan NKRI, selama
sakit pasien di rawat di rumah sakit jadi mempengaruhi perannya.
k. Sistemnilaidankeyakinan
Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan
agama yang dianut.Dilakukan pengkajian apakah klien sering berdoa
agar kondisinya cepat pulih.
Lain-lain: -
Lain-lain:-
3. Sistem Pernafasan:
Batuk: tidak ada batuk
Sesak: pasien mengalami sesak pada malam hari
Inspeksi:
Inspeksi pengembangan pada paru, pola respirasi pasien,
serta amati bentuk thorak apakah normal atau terdapat
kelainan bentuk.
Palpasi:
Palpasi perubahan bentuk pada dada dan nyeri tekan.
Auskultasi: \
Dengarkan suara nafas pasien, apakah terdapat wizzing
Lain-lain: -
4. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada: tidak terdapat nyeri dada
Palpitasi: tidak terdapat palpitasi
Inspeksi:
Inspeksi dada pasien apakah terdapat edema di sekitar jantung
Palpasi:
Palpasi denyut nadi. Denyut nadi pasien 22-24x/menit
Auskultasi:
Auskultasi denyut jantung pasien, apakah ada bunyi ketiga
Lain-lain: -
Peristaltik: -
Lain-lain : -
7. Sistem Urinarius :
Penggunaan alat bantu/ kateter : tidak terkaji
Gangguan: -
m. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium yang berhubungan:
Ht : 19%
Hb : 8 gr/dL
Plt : 38000/µL
RBC: 3,89juta/mm3
SGOT: 57u/L
Bilirubin total : 20mg/dL
Creatinin: 6,4 mg/dL
SADT: Malaria falciparum
6. Analisis Data
Pelepsan pirogen
endogen
Histamin
Merangsang
prostaglandin
Termoregulasi tidak
stabil
Hipertermi
3. DS : pasien mengeluh Malaria Pola nafas tidak
efektif
kesulitan bernafas pada
Peradangan pada sel
malam hari darah merah
Hemolisis
DO : RR : 22-28x/menit
Sistem transportasi Hb
menurun
Intake O2 kejaringan
menurun
Sesak nafas
Pembentukan eritrosit
oleh hati meningkat
Hepatomegali
Menekan lambung
Mual
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 PK: Anemia
2 Hipertermi berhubungan dengan adanya penyakit malaria ditandai
dengan peningkatan RR dan suhu tubuh.
3 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya kelelahan
ditandai dengan takipnea dan pola nafas yang tidak normal
4 Nausea berhubungan dengan adanya gangguan pada liver ditandai
dengan pasien mengalami mual
C. Perencanaan
N Rencana Keperawatan
Hari/ o
Tgl D Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
x hasil
3 NOC: NIC:
Airway
Respiratory
management
Status
Oxygen therapy
Fatigue Level
Energy
Energy
management
Conservation
1. Monitor 1. Untuk memantau pola
Kriteria hasil: pernafasan dan nafas klien
status oksigen, 2. Untuk memantau jika klien
Lelah dapat teratasi
jika diperlukan. memerlukan oksigen
Aktivitas klien
2. Monitor segera
sehari-hari dapat
kembali normal kelelahan yang 3. Agar klien mendapat
Kesadaran Pasien berhubungan asupan nutrisi yang
kembali normal status cukup.
RR pasien dalam oksigenasi 4. Untuk mencegah hal-hal
batas normal 12- pasien. yang menyebabkan
20x/menit 3. Monitor asupan kelelahan pada klien
nutrisi untuk 5. Agar klien tidak sesak
memastikan nafas
adanya sumber 6. Mencegah terjadinya risiko
energi yang cedera jika klien merasa
adekuat. lemas.
4. Identifikasi
penyebab
kelelahan pasien
5. Posisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
potensial.
6. Anjurkan pasien
untuk duduk di
tempat tidur jika
tidak mampu
berjalan.
4 NOC: NIC:
penggunaan
teknik non-
pharmakologi
untuk
mengontrol mual
dan muntah
8. Anjurkan klien
untuk istirahat
9. Instruksikan diet
pada klien yang
mempunyai
penyakit ginjal.
2. Ringkasan Jurnal
Rektum merupakan bagian akhir dari saluran cerna yang terdiri atas dua
bagian yaitu dua bagian yaitu bagian superior yang cembung dan bagian inferior
yang cekung. Panjang total rektum pada manusia dewasa rata-rata adalah 15 – 19
cm, 12 - 14 cm bagian pelvinal dan 5 – 6 cm bagian perineal.Dalam keadaan
istirahat, rektum tidak mengalami motilitas secara aktif.
Secara normal, rectum tidak berisi apa-apa dan hanya mengandung 2-3
mL cairan mucus inert (pH 7 – 8), yang disekresikan oleh sel goblet yang
membentuk kelenjar simple tubuler pada lapisan mukosa. Mucus tidak memiliki
aktivitas enzimatic atau kapasitas buffer. Tidak memiliki villi atau microvilli pada
mucosa rektal dan luas permukaan absorpsinya sangat terbatas (200 – 400 cm2)
tetapi cukup untuk mengabsorpsi obat.
Lima puluh persen aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal
biasanya pada rute oral, sehingga biotransformasi obat melalui hati oleh hati
dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian bawah rektum langsung
mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta.
Banyak obat yang tidak diresorbsi secara teratur dan lengkap dari rektum,
sebaiknya diberikan dosis yang melebihi dosis oral dan digunakan pada rektum
kosong, akan tetapi setelah obat diresorbsi efek sistemisnya lebih cepat dan lebih
kuat dibandingkan per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rektum
tidak tersambung pada sistem porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran
darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan FPE (first pass effect).
Pengecualian adalah obat yang diserap dibagian atas rektum dan oleh vena rectalis
superior disalurkan ke vena porta dan kemudian ke hati, misalnya thiazinamium.
Dengan demikian, penyebaran obat didalam rektum tergantung dari basis
suppositoria yang digunakan, dapat menentukanrutenya kesirkulasi darah.
Suppositoria dan salep juga sering kali digunakan untuk efek lokal pada gangguan
poros-urus, misalnya wasir.
1. Faktor Fisiologis
a. Isi Kolon
Obat akan mempunyai kemungkinan untuk diabsorpsi lebih besar
ketikarektum dalam keadaan kosong. Untuk tujuan ini diberikan enema
sebelum penggunaan obat melalui rektal.
b. Rute sirkulasi
Jika obat diabsorpsi dari pembuluh darah hemorrhoidal akanlangsung
menuju vena cava inferior, sehingga absorpsi akan cepat dan efektif.
c. pHdan minimnya kapasitas buffer cairan rektal
pH cairan rektal 7-8 dan tidak memiliki kapasitas buffer yang efektif.
2. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau Basis
a. Kelarutan dalam lipid-water
Obat lipofil jika diberikan dengan basis lemak tidak dapat dikeluarkan
dengan mudah, sehingga absorpsi obat terganggu.
b. Ukuran partikel
Semakin kecil partikel semakin besar kelarutannya.
c. Sifat basis
Jika basis berinteraksi dengan obat atau mengiritasi membran mukosa
akan menurunkan absorpsinya. Khususnya pada kasus-kasus suppositoria.
Ihsan Taufiq Rahman. (n.d.). Peran Perawat Dalam Pemberian Obat. Retrieved
June 4, 2017, from
https://www.academia.edu/8425462/Peran_Perawat_Dalam_Pe
mberian_Obat
Maka et al. (2015). A randomized trial of the efficacy of artesunate and three
quinine regimens in the treatment of severe malaria in children
at the Ebolowa Regional Hospital, Cameroon. Malaria Journal
14:429