You are on page 1of 5

Senin, 8 April 2019, Pukul 08.00 - 12.

30 WIB
Perkenalan PK dari TIm LPDP
Narasumber: Mohammad Kamiluddin

Profil Pembicara
Bapak Mohammad Kamiluddin merupakan Person-in-Charge (PIC) Persiapan Keberangkatan
LPDP. Beliau meraih gelar Sarjana Teknik di Universitas Indonesia dan gelar master di bidang
teknik kimia (ilmu material) di King Saud University, Kerajaan Arab Saudi.

Isi
Sesi pertama pada hari pertama Persiapan Keberangkatan 142 dimulai pada pukul 08.00,
dibuka oleh MC Tim LPDP Bapak Mukhlis dan Bapak Jupri. Pada sesi ini diawali dengan
warming up dengan berkaraoke beramai-ramai agar menumbuhkan semangat peserta PK.
Kemudian sesi diikuti dengan perkenalan kelompok dan yel-yel serta jargon masing-masing
kelompok.

Acara dilanjutkan dengan para MC yang mengajarkan salam khas LPDP yang diikuti oleh
para peserta PK. Selanjutnya para MC memberikan waktu dan tempat kepada Bapak Sabahul
Harafi. Pak Harafi memperkenalkan diri sebagai PIC PK yang baru, kemudian beliau
mempersilahkan Pak Mohammad Kamiludin untuk memperkenalkan diri juga sebagai PIC PK.

Pak Kamiludin memberikan gambaran kegiatan PK serta urgensinya diadakan PK tersebut


untuk para awardee LPDP. Poin penting yang disampaikan oleh Pak Kamil adalah sebagai
berikut.
1. Pentingnya PK untuk membangun jejaring
2. Memperkenalkan PNS, dosen dan industry professional satu sama lain
3. PK sebagai rasa syukur bukan sebagai melepas kewajiban dan sebagai beban

Selain itu beliau juga menyampaikan tujuan PK yang mencakup mengenali angkatan,
berkenalan dengan LPDP, dan berkenalan dengan sejarah. Poin-poin yang disampaikan itu
juga dilengkapi oleh Pak Kamil dengan menceritakan pengalaman-pengalaman menarik yang
beliau temui selama menjadi PIC PK seperti bertemunya jodoh diantara awardee LPDP,
hubungan dosen dan mahasiswa dalam PK, dan lainnya.

Kelompok Kalpataru PETA 142


Senin, 8 April 2019, Pukul 13.30 - 16.30 WIB
Urgensi Persiapan Keberangkatan LPDP
Narasumber: Syahrul Elly Mahyudin

Profil Pembicara
Syahrul Elly Mahyudin merupakan Direktur Keuangan dan Umum LPDP. Menempuh
pendidikan D3 di STAN, serta S1 dan S2 di Universitas Indonesia. Beliau pernah selama
delapan tahun sejak tahun 2000-2008 bertugas di Nusa Tenggara Timur.

Isi
Narasumber menyampaikan perjalanan LPDP dari latar belakang institusi, visi dan misi,
hingga beberapa perkembangan pada LPDP dari tahun ke tahun. Sebagai hasil dari
benchmarking terhadap negara-negara OECD, Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal
kepemilikan warganya dengan pendidikan master dan doktor. Dibandingkan dengan negara
maju yang memiliki 13% warga berlatar belakang master dan doktor, Indonesia hanya
memiliki tidak lebih dari 1% dari total penduduk. Dalam rangka untuk mengejar ketertinggalan
tersebut, Kementerian Keuangan pada tahun 2012 memulai program LPDP.

Meskipun LPDP sudah memulai, sejatinya jumlah itu belum cukup. Oleh karena itu, setiap
awardee LPDP harus berusaha untuk melipatgandakan kontribusinya menggunakan inovasi-
inovasi yang ada. Satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah awardee LPDP dari daerah.
Memang, akan ada alasan bagi siapapun yang telah menempuh pendidikan di luar negeri
untuk tidak kembali, seperti kurangnya fasilitas yang tidak mendukung pengembangan
profesi, ketidakcocokan iklim, dan lain sebagainya. Namun, jika mereka tidak kembali, siapa
yang akan mengembangkan tanah air? Oleh karena itu pemateri menekankan kepada para
peserta untuk kembali ke Indonesia.

Selama ini ada banyak sekali yang mencoba untuk mengakali beasiswa LPDP dari berbagai
sisi. Mulai dari pemalsuan invoice, yang jumlahnya mencapai 143 kasus, manipulasi data
keluarga untuk mendapatkan family allowance, hingga mundur karena hal-hal lain. Jumlah
tagihan untuk pelanggaran ini bisa mencapai 2 Triliun, dan pemateri juga ragu kalau mereka
sanggup membayar. Karena sejatinya orang kaya pun tidak semuanya juga bisa
menyekolahkan anak mereka ke luar negeri, sekalipun itu sekelas pejabat eselon 1. Agar tidak
terjadi hal-hal seperti ini, sangat penting bagi peserta untuk menanamkan nilai-nilai integritas
dan sadar bahwa beasiswa ini adalah uang dari rakyat dan harus dikembalikan ke rakyat.

Dalam sesi tanya jawab, peserta tertarik mengetahui lebih lanjut mengenai awardee LPDP.
Saudara Christ Billy menanyakan tentang Mata Garuda, khususnya untuk alumni yang
berprofesi sebagai akademisi. Saudara Bobby Tri Nugroho menanyakan mengenai regulasi
terhadap awardee yang enggan kembali ke Indonesia setelah selesai studi.

Menjawab hal tersebut, Bu Ratna menjelaskan bahwa ke depannya akan LPDP akan bekerja
sama dengan KEMENLU untuk memulangkan alumni yang tidak mau pulang. Bu Ratna pun
menambahkan bahwa alumni memang dapat melakukan internship selama satu tahun di luar
negeri ataupun bekerja di luar negeri setelah lulus, dengan syarat memiliki izin dari LPDP.
Narasumber juga memaparkan beberapa fraud yang dilakukan oleh awardee, seperti double
invoice, klaim fake family allowance, dan sebagainya. Berdasarkan semua hal tersebut,
awardee diharapkan dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian tersebut.

Sesi ini juga mendapat kejutan dengan kedatangan Ibu Sumiyati selaku Inspektur Jenderal
Kementerian Keuangan yang kemudian berbagi pengalaman pribadinya terkait pendidikan
dan memberikan petuah-petuah yang akan berguna bagi para awardee LPDP yang akan
melanjutkan pendidikannya segera. Satu hal yang paling berkesan dari beliau adalah
karismanya yang luar biasa serta pegangan hidupnya yaitu bahwa beliau harus selalu
menjalani pendidikannya dengan sebaik-baiknya, tidak setengah-setengah karena beliau
percaya akan ada sebuah momentum reformasi sebagai wadah semua awardee ini akan
bersumbangsih. Waktunya yang sesuai akan tiba, asalkan kita penuh komitmen dan
integritas.

Kelompok Kalpataru PETA 142


Senin, 8 April 2019, Pukul 19.00 - 21.30 WIB
Penguatan Karakter Bela Negara
Narasumber: Prof. Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A.
Moderator: Mohammad Sofwan Effendi

Profil Pembicara
Prof. Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A. merupakan Sekretaris Jenderal Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Beliau merupakan dosen dan pernah menjadi dekan di FEB
UGM serta wakil rektor UGM. Menempuh pendidikan S1 di UGM, S2 di Western Michigan
University dan S3 Temple University, dan pengurus di Ikatan Akuntan Indonesia.

Profil Moderator
Mohammad Sofwan Effendi merupakan Plt. Direktur LPDP yang juga merupakan Direktur
Sarana dan Prasarana di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Isi
Sesi ini disampaikan oleh Pak Ainun yang terlebih dahulu dimulai dengan perkenalan profil
beliau oleh Pak Sofwan. Pak Ainun kemudian memulai materinya dengan menggambarkan
bahwa bangsa Indonesia harus bisa mempertahankan eksistensi negara karena bahkan
negara super power saja bisa menghilang karena kegagalan sistem. Dalam hal ini, pada
dasarnya Indonesia merupakan negara yang sangat menjanjikan yang terlihat dari indeks
daya saingnya yang menempati peringkat 45/140 pada tahun 2018. Menurutnya daya saing
itu salah satu kuncinya adalah value engineering yang datang dari karya dan kreativitas
manusia.

Pak Ainun melanjutkan penjelasannya dengan transisi industri yang dulunya berbasis aset,
manufaktur, pertambangan, otomotif dan sebagainya yang kemudian menjadi industri jasa.
Sistem industri seperti ini berbasis pada kreasi manusia yang mengubah prioritas kebutuhan
sumber daya yaitu menjadi skill dan inovasi dalam jumlah yang banyak dari suatu bangsa.
Hal inilah yang disoroti beliau sebagai titik lemah yang belum terpenuhi Indonesia. Beliau
menimpali hal tersebut dengan mencontohkan negara yang menurutnya sudah berhasil
melakukan hal ini, seperti Korea dan India. Korea sebagai contoh, berkembang sangat pesat
karena memprioritaskan pendidikan pada bidang teknologi dan sains yang kemudian
mendorong karya dan inovasi yang bahkan sudah mendunia.

Jika berkaca pada Indonesia, Bung Karno pada dasarnya sudah memiliki visi yang mantap
terkait perkembangan teknologi bangsa ini misalnya dengan pembangunan LAPAN/BATAN,
tetapi pertanyaannya adalah mengapa kita belum semaju Korea. Menurut beliau hal ini terjadi
karena kapabilitas inovasi bangsa kita masih rendah, padahal market size kita tinggi, dan
macroeconomics stability kita juga tinggi (modal besar bagi pembangunan ekonomi).

Dalam hal inilah alumni LPDP diharapkan menjadi sosok yang berbeda, inovatif, dan justru
berkarya dan menjadi penyedia lapangan pekerjaan. Entrepreneurship adalah kunci
pengembangan bangsa. Karena dalam perkembangan industri 4.0, yang harus berkembang
tidak hanya industrinya tetapi juga manusianya, yang ikut berevolusi dengan skill dan
knowledge yang mendukung. Intinya LPDP diharapkan mampu melahirkan para inovator
dengan sistem yang baik untuk mendorong masyarakat menjadi lebih kreatif dan berani
berkarya.

Sesi kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab dengan beberapa peserta terkait teknokrat,
patent dan indeks, serta blueprint pengembangan pendidikan Indonesia yang dijawab dengan
sangat memuaskan oleh Pak Ainun. Dari tiga penanya, diperoleh beberapa poin bahwa
Indonesia juga mendesain peran teknokrat yang nantinya akan merancang Indonesia. Indeks
yang telah dibuat Indonesia salah satunya adalah SINTA yang sampai saat ini masih dan
sedang terus memperbaiki sistem untuk skala global. Satu pesan beliau terakhir terkait
dengan pertanyaan blueprint pendidikan negara Indonesia berdasarkan cara pikir, yaitu
bahwa kita adalah yang kita pikirkan. Maka Indonesia ini juga akan menjadi sesuatu seperti
yang kita pikirkan, tentunya menjadi kewajiban kita semua untuk memajukan negeri ini.

Kelompok Kalpataru PETA 142

You might also like