Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalah yang diampu oleh
Dr. H. Moch. Khoirul Anwar, S.Ag., MEI
OLEH : KELOMPOK 5
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian Asuransi
b. Untuk mengetahui landasan syariah Asuransi
c. Untuk mengetahui rukun dan syarat Asuransi
d. Untuk mengetahui konsep asuransi dalam fiqih
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan (Q.s al-Hasyr:18)
“hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa
depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui yang kamu kerjakan”
2. Hadits
Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad bersabda: “barang
siapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka
Allah SWT akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat.
Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang maka Allah akan
mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.”
3. Dalam hukum positif yang menjadi dasar hukum dalam asuransi syariah
adalah UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang masih
bersifat global. Sedangkan, dalam menjalankan usahanya secara syariah,
perusahaan asuransi dan reasuransi syariah menggunakan pedoman fatwa
DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi
syariah. oleh karena fatwa DSN tersebut tidak memiliki kekuatan hukum
maka dibentuk peraturan perundangan oleh pemerintah yang berkaitan
dengan asuransi syariah.
1. Modal
Modal usaha yang diberikan berupa uang tunai, tetapi bukan hanya uang tunai
saja, dari emas dan perak juga bisa dijadikan syarat sebagian ulama’. Karena masa
sekarang kesulitan dengan emas ataupun perak, namun bisa dengan uang kertas
atau kertas berharga lainnya.
Modal harus diketahui secara pasti dan jelas. Sehingga dalam menentukan
keuntungan yang akan diperoleh dari usaha dapat diketahui wujudnya pada saat
terjadi perjanjian.
3
kuasanya ia dapat bekerjasama dengan orang lain untuk perdagangan dan
keuntungan dibagi dua.
3. Pekerjaan
4. Keuntungan
Dalam keuntungan disyaratkan khusus dua orang untuk bekerja sama dan
dijelaskan secara rinci. Prosentase keuntungan yang akan dibagi antara pemilik
modal dan pengelola harus dijelaskan dan ditentukan misalnya 1/3 atau 1/2 .
Presentase keuntungan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
4
uangnya itu dengan maksud tabarru’, bahkan nilai ini sedikitpun tidak terlintas,
(2) lembaga atau perusahaan asuransi pada umumnya memutar/ menginvestasikan
kembali dana-dana tersebut dengan jalan riba.
5
f. Bisnis asuransi merupakan bisnis yang menanamkan prinsip mencari
keuntungan (profit oriented).
g. Perusahaan asuransi sama dengan memakan harta para pengasuransi
(polis) tanpa cara yang haq
2. Kelompok ulama atau cendikiawan muslim yang membolehkan asuransi
(Abdul Wahab Khallaf, Musthofa Ahmad Zarqa’, Muhammad Yusuf
Musa, Abdur Rahman Isya, Masyfuq Zuhdi, dan Bahjat Ahmad Hilmi)
mereka membolehkan asuransi secara mutlak tanpa terkecuali dengan
alasan sebagai berikut:
a. Tidak ada nash al-Qur‟an dan al-Hadits yang melarang asuransi;
b. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua
belahpihak;
c. Asuransi saling menguntungkan kedua belah pihak;
d. Asuransi mengandung kepentingan umum (mashlahah „ammah), sebab
uang premi yang terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan
pembangunan;
e. Perjanjian asuransi termasuk hukum akad mudharabah, yakni
kerjasama antara perusahaan dengan nasabah, atas dasar profit loss
sharing
f. Asuransi termasuk koperasi (syirkah ta‟wuniah), yaitu usaha bersama
yang didasarkan pada prinsip tolongmenolong.
g. Asuransi dapat dikiaskan dengan gaji pensiun (Taspen).
3. Kelompok ulama atau cendikiawan muslim yang membolehkan asuransi
yang bersifat sosial dan mengharamkan yang bersifat semata-mata
komersial (Muhammad Abu Zahra, Ali Yafie (Mantan Rais Am NU) dan
Para ulama dalam muktamar ekonomi Islam yang diselenggarakan di
Mekkah pada 1979)
a. Abu Zahra menyimpulkan bahwa asuransi yang bersifat sosial (tolong-
menolong) adalah halal dan sebagai aktivitas alami yang perlu
diwujudkan keberadaannya.
b. Ali Yafi‟e menyatakan bahwa Asuransi wajib dan juga asuransi
perkumpulan dapat diterima dalam Islam, sementara asuransi dalam
bentuk perusahaan tidak sesuai dengan Islam.
c. Konsep asuransi konvensional pada dasarnya adalah haram
dikarenakan mengandung prinsip riba dan gharar. Karena itulah perlu
ada pengaturan secara tersendiri dalam dunia asuransi agar dapat
terwujud konsep asuransi yang sesuai dengan Islam.
4. Kelompok ulama atau cendikiawan muslim yang menganggap bahwa
asuransi bersifat syubhat, karena tidak ada dalil-dalil syar‟i yang secara
jelas mengharamkan ataupun secara jelas menghalalkannya. Umat Islam
dituntut untuk berhati-hati (al-ihtiyath) dalam menghadapi asuransi.Umat
Islam baru diperbolehkan menjadi polis atau mendirikan perusahaan
6
asuransi apabila dalam keadaan darurat. Ulama atau cendikiawan muslim
yang termasuk dalam kelompok ini adalah Muhammadiyah.
Keterangan
a. Perjanjian berakhir
b. Mengundurkan diri
c. Meninggal dunia
7
2. Rekening tabbaru’ merupakan kumpulan dana yang diniatkan peserta
sebagai dana kebajikan, untuk saling tolong menolong dibayarkan
apabila
terdapat anggota meninggal dunia.
8
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Aravik, Havis. 2016. Asuransi Dalam Perspektif Islam . Nurani. Vol. 16, No. 2, .
Online. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/download/932/770/
10