Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang perilaku jamban sehat di
cakupan Wilayah Kerja Puskesmas Satelit 2019?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di wilayah cakupan
Puskesmas Satelit
1.3.2 Tujuan khusus
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat
- Mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai perilaku jamban sehat
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan akan manfaat Stop Buang Air besar Sembarangan
dan merubah perilaku masyarakat
1.4.2 Bagi Puskesmas
Sebagai landasan untuk tercapainya ODF di seluruh wilayah cakupan
Puskesmas Satelit
Mengurangi angka kejadian penyakit terkait dengan sanitasi dasar
1.4.3 Bagi Penulis
Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa pendidikan ke
dalam masyarakat
Menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang kesehatan masyarakat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
sanitasinya. Dalam pelaksanaannya, terdapat prinsip-prinsip pemicuan seperti tanpa
subsidi kepada masyarakat, tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak
mempromosikan jamban, masyarakat sebagai pemimpin, serta prinsip totalitas
(seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisis permaslaahan, perencanaan,
pelaksanaan, serta pemanfaatan dan pemeliharaan) (Sekretariat Nasional STBM,
2014).
World Bank and Gate Foundation meluncurkan program Total Sanitation and
Sanitation Marketing atau SToPS (Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi) di Jawa
Timur sebagai pilot project. Program ini diluncurkan setelah melihat keberhasilan
program CLTS. Adapun tujuan dari program Sanitasi Total adalah menciptakan
suatu kondisi masyarakat pada suatu wilayah yang mempunyai akses dan
menggunakan jamban sehat, mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum
makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum
menyiapkan makanan, mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang
aman, serta dapat mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) (Sekretariat
Nasional STBM, 2014).
4
sehat yang berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat, promosi
tentang berbagai pilihan jamban serta pentingnya hidup bersih dan sehat.
2. Peningkatan supply dengan memperbanyak jenis pilihan jamban yang
disediakan di pasar dengan berbagai gradasi harga akan meningkatkan
daya beli masayarakat terhadap material sanitasi dan permintaan untuk
penyediaan material sanitasi yang lebih banyak.
3. Peningkatan kemampuan stakeholder dalam upaya memfasilitasi
pengembangan program sanitasi secara swadaya oleh masyarakat dan
mengubah paradigma bahwa pendekatan program sanitasi tidak
berorientasi pada peningkatan cakupan fisik melalui subsidi, namun
perubahan perilaku secara kolektif dan inisiatif dilakukan oleh
masyarakat. Pendanaan yang disediakan oleh lembaga publik termasuk
pemerintah dan lembaga donor lainnya difokuskan pada fasilitas
masyarakat.
Menurut Sekertariat Nasional STBM, 2014, Pembinaan masyarakat sesuai
dengan pentahapan yang harus dilalui masyarakat dalam upaya menuju sanitasi total
yang dimulai dengan pemicuan agar tidak buang air di sembarang tempat,
masyarakat mencapai status ODF dan menuju sanitasi total. Sanitasi total dicapai
dengan memenuhi:
1. Semua masyarakat berhenti buang air besar di sembarang tempat
2. Semua masyarakat telah mempunyai dan menggunakan jamban yang
sehat dan memeliharanya dengan baik
3. Semua masyarakat telah terbiasa mencuci tangan yang benar dengan
sabun setelah BAB, setelah menceboki anak, sebelum makan, sebelum
memberi makan bayi, dan sebelum menyiapkan makanan
4. Semua masyarakat telah mengelola dan menyimpan air minum dan
makanan dengan aman
5. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat) dengan benar.
5
3. Tidak ada bau tidak sedap, akibat pembuangan tinja / kotoran manusia
4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju
jamban sehat
5. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat
8. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana
jamban dan tempat cuci tangan dengan sabun yang dapat digunakan
murid-murid pada jam sekolah.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar
akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat.
Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Pilar STBM terdiri atas perilaku:
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS);
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT);
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT); dan
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT) (Kemenkes RI, 2014)
6
Sumber : Kemenkes RI, 2014
Gambar 2.1 Contoh Perubahan Perilaku SBS
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban
sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan
(di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni
rumah.
Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari
gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
7
2. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).
c) Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:
1. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian
padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik,
sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan
diresapkan melalui bidang/sumur resapan.Jika tidak
memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk
mengelola cairan tersebut.
2. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah
padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan
meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut
akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar
atau segiempat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika
diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu
8
kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya
(Kemenkes RI, 2014).
9
b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:
1. sebelum makan
2. sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
3. sebelum menyusui
4. sebelum memberi makan bayi/balita
5. sesudah buang air besar/kecil
6. sesudah memegang hewan/unggas
c. Kriteria Utama Sarana CTPS
1. Air bersih yang dapat dialirkan
2. Sabun
3. Penampungan atau saluran air limbah yang aman.
10
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek/Tindakan BAB
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman dan juga diperoleh dari informasi yang disampaikan orang
lain maupun didapat dari buku atau media massa. Pengetahuan tentang
kesehatan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu
maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal.
b. Pendidikan
Hasil atau prestasi yang dicapai oleh manusia dan usaha lembaga-
lembaga dalam mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat dan
kebudayaan. Pendidikan juga sebagai pengembangan diri dari individu
yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab. Banyak
masyarakat yang belum mengerti tentang perilaku BAB yang benar
sehingga memberi dampak dalam mengakses penerapannya di bidang
kesehatan karena dominan masyarakat masih memilki pendidikan yang
rendah sehingga pengetahuan kurang yang berakibat masyarakat
berperilaku BAB di sembarang tempat.
c. Sarana
Sarana adalah jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang
berfungsi sebagai alat dalam pelaksanaan pekerjaaan dan kepentingan yang
sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Jamban keluarga termasuk
sebagai sarana untuk masyarakat untuk membuang tinja atau kotoran untuk
mencegah penularan penyakit melalui tinja (Mubarak, 2009).
d. Dukungan keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang berperan dalam
menentukan cara asuhan terhadap anggota keluarga (suami,istri dan anak)
yang bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan maka
sistem dalam keluarga akan terpengaruh (Friedman,1998).
11
2.4. Kepemilikan Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC
(Madjid, 2009). Jamban keluarga terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
12
macam ini, maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat
penampungan. Jamban cemplung yaitu jamban yang penampungannya berupa
lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan
ada penutup agar tidak berbau (Proverawati dan Rahmawati, 2012).
b. Jamban Plengsengan
Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti
miring. Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ketempat
penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring. Jadi,
tempat jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan,
tapi agak jauh.
c. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat
dengan mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang
disebut “Bor Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu
lubang yang dibuat harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang
digali seperti pada jamban cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter
jamban bor jauh lebih kecil.
13
dapatkah cara tersebut diteruskan dengan memberikan persyaratan tertentu”,
antara lain :
1. Air balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi.
2. Letak jamban harus sedimikian rupa, sehingga kotoran manusia selalu
jatuh di air.
3. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong tersebut
atau yang sejajar dengan jarak 15 meter.
4. Aman dalam pemakaiannya.
14
dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah (Chandra,
2007):
1. Pencemaran tanah, pencemaran air, dan kontaminasi makanan
Sebagian besar kuman penyakit yang mencemari air dan makanan berasal
dari feses hewan dan manusia. Mereka mencakup bakteri, virus, protozoa, dan
cacing dan masuk bersama air atau makanan, atau terbawa oleh mulut oleh jari-
jari yang tercemar. Sekali ditelan, sebagian besar di antara mereka berkembang
di saluran makanan dan diekskresikan bersama feses. Tanpa sanitasi yang
memadai, mereka dapat memasuki ke badan air yang lain, yang selanjutnya
dapat menginfeksi orang lain. Banyak organisme-organisme kelompok enterik
ini dapat bertahan dalam waktu lama di luar badan. Mereka dapat bertahan di
limbah manusia dan kadang- kadang di dalam tanah dan ditularkan ke air serta
bahan makanan. Organisme yang lebih tahan dapat ditularkan secara mekanis
oleh lalat.
2. Perkembangbiakan lalat.
Peranan lalat dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal-borne-diseases)
sangat besar. Lalat rumah, selain senang menempatkan telurnya pada kotoran
kuda atau kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran manusia
yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang mengalami penguraian. Lalat
itu hinggap dan memakan bahan itu, mengambil kotoran dan organisme hidup
pada tubuhnya yang berbulu, termasuk bakteri yang masuk ke saluran
pencernaannya, dan sering meletakkannya di makanan manusia. Pada iklim
panas, prevalensi penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja biasanya lebih
tinggi karena, pada saat ini, lalatnya paling banyak dan paling aktif.
Sementara itu beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia
antara lain :
1) Tifus
Tifus merupakan penyakit yang menyerang usus halus. Penyebabnya
adalah Salmonella typhi, dengan reservoir adalah manusia. Gejala utama adalah
panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3
minggu (rata -rata 2 minggu) setelah infeksi. Penularan dapat terjadi dari orang
15
ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi
bakteri. Sesekali, Salmonella itu keluar bersama tinja ataupun urine, memasuki
lingkungan dan berkesempatan menyebar (Slamet, 2007).
2) Disentri
Disentri amoeba disebut juga Amoebiasis disebabkan oleh E. histolytica,
suatu protozoa. Gejala utama penyakit adalah tinja yang tercampur darah dan
lendir. Berbeda dari Disentri basillaris, disentri ini tidak menyebabkan dehidrasi.
Penyakit ini sering pula ditemukan tanpa gejala yang nyata, sehingga seringkali
menjadi kronis. Tetapi, apabila tidak diobati dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, seperti asbes hati, radang otak, dan perforasi usus. Amoebiasis ini
seringkali menyebar lewat air dan makanan yang terkontaminasi tinja dengan
kista amoeba serta dapat pula dibawa oleh lalat. Karena amoeba membentuk
kista yang tahan lama di dalam lingkungan di luar tubuh, maka penularan mudah
terjadi dengan menyebarnya kista-kista tersebut (Slamet, 2007).
3) Kolera
Penyakit Kolera disebabkan oleh Vibrio cholerae. Kolera adalah penyakit
usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan banyak
kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi
dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai
air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui. Orang dewasa dapat meninggal
dalam waktu setengah sampai dua jam, disebabkan dehidrasi. Reservoir bakteri
kolera adalah manusia yang menderita penyakit, sedangkan penularan dari orang
ke orang, ataupun tidak langsung lewat lalat, air, serta makanan dan minuman
(Slamet, 2007).
4) Schistosomiasis
Shistosomiasis atau Bilharziasis adalah penyakit yang disebabkan cacing
daun yang bersarang di dalam pembuluh darah balik sekitar usus dan kandung
kemih. Reservoirnya selain penderita, juga anjing, kijang, dan lain-lain hewan
penderita Schistosomiasis. Telur Schistosoma ini keluar dari tubuh penderita
bersama urine ataupun tinja. Untuk dapat hidup terus telur itu harus berada di
perairan, menetas menjadi larva miracidium dan untuk dapat berubah menjadi
16
larva yang infektif, maka ia harus masuk ke dalam tubuh siput air. Miracidium di
dalam siput berubah menjadi larvacercaria, keluar dari tubuh siput, berenang
bebas di perairan. Larva ini dapat memasuki kulit orang sehat, yang kebetulan
berada di air tersebut (misalnya di sawah). Larva kemudian ikut dengan
peredaran darah, memasuki paru-paru, kemudian ke hati di mana ia menjadi
dewasa dan kemudian bermigrasi ke dalam pembuluh darah balik sekitar usus
ataupun kandung kemih. Jumlah telur cacing yang banyak akan mendesak
dinding pembuluh darah sehingga robek dan terjadi perdarahan. Gejala 4-6
minggu setelah infeksi berupa kencing dan berak darah. Penyakit ini jarang
menyebabkan kematian yang langsung, tetapi menimbulkan kelemahan karena
terjadinya perdarahan. Komplikasi-komplikasi dapat terjadi, yakni rusaknya
jaringan hati sehingga terjadi cirrhosis atrofis dan kadang-kadang cacing dapat
ikut dengan peredaran darah ke dalam otak dan menimbulkan kerusakan. Cacing
ini sudah banyak menyebabkan kerugian dan penderitaan, karena pengobatannya
kurang efesien, pemberantasan terhadap cacing sulit dilaksanakan, karena
spektrum reservoirnya yang luas, dan meninggalkan banyak cacat dan
kelemahan (Slamet, 2007).
5) Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah
dan/lendir dalam tinja (Mansjoer, 2002). Penyebab diare dapat dikelompokkan
dalam tujuh besar, yaitu virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorpsi,
alergi, dan immunodegesiensi (Widoyono, 2008). Penyakit diare sebagian besar
(75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit
diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut (Widiyono, 2008):
a) Melalui Air
Melalui air yang merupakan media penularan utama diare. Diare
dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah
tercemar, baik yang tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan
sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah.
Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
17
b) Melalui Tinja yang Terkontaminasi
Tinja yang sudah terkontaminasi mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkaan penyakit diare kepada orang yang memakannya.
18
BAB III
Tema kegiatan pada mini project ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan
gerakan jamban sehat pada masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Satelit Bandar
lampung.
Metode yang digunakan dalam mini project ini adalah dengan menggunakan
kuesioner yang akan diisi oleh masyarakat itu sendiri atau dengan bantuan keluarga
dan atau penulis apabila pasien kesulitan dalam memahami isi kuesioner.
1. Persiapan
dasar dari jumlah populasi tahun 2017 sebanyak 2217 orang lalu
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
2217
𝑛=
1 + 2217 . 0.12
19
𝑛 = 95,7 96 orang
Cikijing.
20
BAB IV
1. Latar Belakang
Data tersebut memuat data kesehatan dan data pendukung lain yang
VISI
21
MISI
6. Membudayakan pola hidup bersih dan sehat [PHBS] pada seluruh lapisan
masyarakat
3. FUNGSI PUSKESMAS
22
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan
tokoh masyarakat.
masyarakat.
4. SEJARAH PUSKESMAS
BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit berdiri sejak tahun 1960 dalam
bentuk Balai Pengobatan Satelit yang dipimpin oleh Bapak Hi. Burlian,
disebabkan pada waktu itu di tengah kota belum ada sarana pelayanan
Inpres.
Semula BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit terletak di Jl. Jendral
Sudirman No. 69 Kec. Tanjung Karang Timur dengan wilayah kerja meliputi
4 Kelurahan yaitu :
23
4. Kelurahan Tanjung Raya
Tahun 2001. BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit Menjadi UPTD
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, serta Keputusan Wali Kota Bandar
maka BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit menjadi salah satu Badan
Bandar Lampung. Maka wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap
Karang Timur maka sesuai dengan ketentuan tersebut BLUD UPT Puskesmas
yaitu :
24
1. Kelurahan Tanjung Gading
3. Kelurahan Kedamaian
kesehatan yang lebih baik dan lebih terjangkau serta semakin bertambahnya
Kota Bandar Lampung maka BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit yang
BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit sejak berdiri tahun 1960
25
5. Tahun 1989-1994 dipimpin oleh dr. Gatot Kusharyoko
11. Tahun 2006 sampai sekarang dipimpin oleh dr. Ria Sari
Wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Satelit seluas 853 Ha dan
3. Kelurahan Kedamaian
26
Batas wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit :
1. Sebelah Utara : Berbatas dengan Kecamatan Way Halim
dan Sukarame
2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kecamatan Bumi Waras
dan Enggal
3. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kecamatan Tanjun
karang Timur
4. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kecamatan Sukabumi
6. Demografi
memiliki luas areal 32,53 km2 dengan jumlah penduduk 33.389 jiwa, jumlah
7. Pendidikan
27
d. Perguruan Tinggi : 1.869 jiwa (5,6%)
8. Mata Pencaharian
beraneka ragam, dengan tempat ibadah yang khusus dan berada dalam
umumnya meliputi :
a. Roda empat : 82 %
b. Roda dua : 16 %
c. Jalan kaki : 2 %
28
a. Program KIA
b. Program KB
c. Program Imunisasai
d. Program gizi
f. Program P2M
g. Program Pengobatan
h. UKS
b. Persediaan obat
c. Rekam Medik
a. Kesehatan jiwa
b. Kesehatan mata
c. Kesehatan telinga
b. Kepala Puskesmas
29
e. Peningkatan Kesehatan dan Kesehatan Keluaraga
h. Penunjang
i. Pelaksana khusus
j. Puskesmas Pembantu
Jumlah pasien yang dirawat selama tahun 2017 sebanyak 2.217 orang
2.217 orang. Jumlah hari perawatan 5600, yang terdiri dari 903 pasien umum, 96
pasien askes dan jamkesmas sebanyak 1218 orang. BOR tahun 2017 rata-rata sebesar
109.58% mengalami peningkatan dibanding tahun 2015 yang BOR nya rata-rata
sebesar 92.28%. Sedangkan jumlah rata-rata pasien di rawat (LOS) tahun 2013
adalah 3 hari. Jumlah tempat tidur yang ada masih sama dari tahun-tahun
a. Jenis Kelamin
a. Umur
30
>35 49 51,0
Jumlah 96 100
b. Pendidikan
d. Pekerjaan
(54,2%). Untuk umur yang memiliki jumlah terbanyak adalah pada kelompok umur
>35 tahun sebanyak 49 orang (51,0%). Untuk pendidikan yang memiliki jumlah
terbanyak adalah SMP sebanyak 36 orang (37,5%). Untuk pekerjaan yang memiliki
Data primer diperoleh dari kuesioner yang dibagikan pada warga di kelurahan
saat acara pemicuan ODF. Isi kuesioner tersebut menanyakan perihal kepemilikan
mengenai jamban sehat, serta perilaku atau kebiasaan buang air besar (BAB) meski
31
Karakteristik jenjang pendidikan responden tersebut yaitu pendidikan terakhir
orang (50%), Diploma dan Sarjana 11 orang (14,4%), dan tidak diketahui sejumlah
14 orang (18,42%).
dan dapat menyebutkannya dengan benar, dan sisanya sebanyak 31 orang (40,8%)
32
PENGETAHUAN TENTANG JAMBAN SEHAT
Tahu Tidak Tahu
42%
58%
tidak memiliki lahan sebanyak 1 orang, tidak ada septic tank sebanyak 1 orang, dan
sudah terbiasa BAB di sungai/kali sebanyak 1 orang. Pada responden yang tidak
memiliki jamban semua responden ingin memiliki jamban sehat sendiri. Sedangkan
62 orang lainnya (81,57%) mengaku telah memiliki jamban sendiri di rumah dan
BAB di jamban. Dari responden yang telah memiliki jamban, 55 orang (72,3%)
33
KEPEMILIKAN JAMBAN
Punya Tidak Punya
18%
82%
PENAMPUNGAN
Septic Tank Kali Tidak diketahui
10% 1%
89%
atau alur pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari kemudahan dalam
mudah dan sederhana serta alur mudah dimengerti dan jelas. Menurut Ratminto &
Winarsih (2005) prosedur pelayanan yang mudah berarti telah memenuhi prinsip
34
tidak berbelit-belit. Dalam meningkatkan upaya peningkatan kualitas pelayanan,
prosedur pelayanan harus dipertahankan atau kalau perlu ditingkatkan lagi. Dalam
pendaftaran di Puskesmas Cikijing sudah baik, mudah dimengerti dan tidak berbelit-
belit.
mudah dimengerti dan tidak membingungkan, dokter cepat tanggap dalam merespon
obat yang akan diberikan termasuk bagaimana dosis konsumsinya, setiap petugas
mengenakan id card dengan benar, yang mencantumkan nama dan jabatan yang
tertera dengan jelas. Kecepat tanggapan petugas terhadap keluhan pasien merupakan
kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan
pelayanan. Unsur tanggung jawab petugas pelayanan meliputi dokter tepat dalam
35
memberikan pengobatan, petugas melaksanakan pelayanan dengan penuh tanggung
petugas tepat dalam memasukkan data / informasi kondisi pasien. Kesembuhan atau
berkurangnya rasa sakit merupakan hasil akhir yang sangat diharapkan oleh pasien
menanggung sesuatu yang apabila salah wajib memperbaiki atau bersedia dituntut.
di Puskesmas Cikijing sudah baik. Para dokter dan tenaga kesehatan yang lain
mampu menangani keluhan pasien, memberikan obat yang tepat kepada pasien
yang diberikan puskesmas terselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah
petugas menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan tepat waktu, sistem antrian yang
ada berjalan dengan cepat dan lancar. Kecepatan pelayanan tergantung dari waktu
penelitiannya juga mengatakan bahwa baik buruknya pelayanan bagi pasien juga
kesehatan dipandang baik sebab mereka dapat dilayani dengan cepat tanpa
menunggu terlalu lama, sebaliknya pelayanan dianggap kurang baik karena mereka
36
menunggu terlalu lama. Berdasarkan hasil pengukuran di Puskesmas Cikijing 2018
biaya yang ditetapkan sesuai, adanya rincian biaya yang jelas dan pasti. Menurut
yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. Dalam wawancara mendalam
BAB V
1.1. Simpulan
1.2. Saran
37
menyeluruh dari unsur SDM Puskesmas Cikijing agar terciptanya
berprestasi/berkinerja baik.
38