Professional Documents
Culture Documents
Dalam golongan ini dikenal derivat 4- hidroksikumarin dan derivat indan -1, 3-dion.
Perbedaan utama antara kedua derivat tersebut terletak pada dosis, mula kerja, masa kerja, dan
efek sampingnya. Sedangkan mekanisme kerjanya sama.
FARMAKODINAMIK
Respons terhadap antikoagulan oral dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
asupan vitamin K, banyaknya lemak yang terdapat dalam makanan atau interaksi degan
obat lain. Bayi baru lahir, pasien kahektik dan pasien dengan gangguan fungsi hati lebih
sensitif tehadapa antikoagulan oral. Selain itu respons terhadap antikoagulan oral akan
ditingkatkan atau di perpanjang masa kerjanya pada pasien insufisiensi ginjal, deam
dan skorbut. Sebaliknya, terdapat juga pasien yang resisten terhadap antikoagulan oral
yang membutuhkan dosis 10 sampai 20 kali dosis lazim. Keadaan ini dihubungkan
dengan kelainan genetik. Penggunaan antikoagulan oral bersama kortikotropin atau
kortikosteroid dapat menyebabkan pendarahan berat.
Monitoring terapi
INTERAKSI OBAT
Meskipun banyak obat mempengaruhi kerja antikoaguln oral pada hewan coba,
ternyata yang jelas mempengaruhi efek ntikoagulan oral pada manusia jauh lebih sedikit
jumlahnya.
Obat yang mengurangi respns terhadap antikoagulan oral. Dalam kelompok ini
terutama dikenal barbiturat, glutetimid dan rifampisin. Barbiturat menginduksi enzim
mikrosom di hati sehingga mengurangi masa penuh kumarin. Pada kebanyakan pasien
efek ini nyata setelah pemakaian bersama selama 2 hari: kadang kadang efek baru
terihat setelh satu mnggu. Dipercepatnya metabolisme antikoagulan oral olehobat
tersebut di atas menyebabkan dosis warfarin perlu ditingkatkan 2-4 kali lipat bertahap
dalam waktu beberapa minggu untuk mengembalikan efektivitasnya. Kemudian,
sewaktu zat penginduksi tersebut dihentikan , dosis warfarin harus diturunkan kembali
secara bertahap pula.
Obat yang meningkatkan respons terhadap antikoagulan oral.
Pada pasien yang sedang dalam pengobatan dengan antikoagulan oral, pemakaina dosis
besar salsilat dapat menyebabkan pendarahan. Efek ini munkin disebabkan oleh efek
langsung salsilat berupa iritasi lambung, penekanan fungsi trombosit; atau karena
hipoprotrombinemik, maka keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin K.
Antibiotik daa obat lain yang mempengaruhi mikroflora usus dapat meningkatkan efek
antivitamin K dari antikoagulan oral sebab mikroflora uus merupakan sumber vitamin
K. Tetapi efek ini biasanya tidak terlihat, kecuali bila terdapat defisiensi vitamin K pada
makanan.
FARMAKOKINETIK
Efek terapi baru tercapai 12-24 jam setelah kadar puncak obat dalam plasma, karena
diperlukan waktu untuk mengosongkan faktor-faktor pembekuan darah dalam sirkulasi. Makin
besar dosis awal, makin cepat timbulnya efek terapi; terapi dosis harus tetap dibatasi agar tidak
sampai menimbulkan efek toksik. Lama kerja sebanding dengan masa paruh obat dalam
plasma.
Efek toksik yang paling sering akibat pemakaian antikoagulan oral ialah pendarahan
dengan frekuansi kejadian 2-4%. Namun , pendarahan juga dapat terjadi pada dosis terapi
karena itu pemberian antikoagulan oral harus disertai pemeriksaan waktu protrombin dan
pengawasasan terhadap terjadinya pendarahan.
Pendarahan paling sering terjjadi di selaput ledir, kulit, saluran cerna dan saluran kemih.
Hematuria sering terjadi tanpa gangguan fungsi gijal, dapat disertai kolik dan hematom
internal. Gejala pendarahan yang mungkin timbul ialah ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi,
hemoptisis, pendarahan serebral, pendarahan paru, uterus dan hati.kurang lebih 25% dari
kematian akibat penggunaan antikoagulan kumarin disebabkan oleh perdarahan berat di
saluran cerna, biasanya berasal dari tukak peptik atau neoplasma.
Dikumarol atau warfarin dapat enyebbkan anoreksia, mual, muntah llesi kulitberupa
pupura dan urtikaria, aalopesia, nekrosis kelenjar mama dan kulit; kadang- kadang jari kaki
menjadi ungu. Pada penggunaan fenprokumon dapat timbul diare dan demititis, sedangkan
asenokumorol dapat menyebabkan tukak pada mulut dan gangguan saluran cerna. Fenindon
dapat menyebabkan leukopenia, agranulositosis, demam, ruam kulit, ikterus, hepatitis,
diare,paralisis akomodasi, tukak pada mulut,neuropati dan urin berwarna merah jingga
sedangkan difenadion menyebabkan mual, dan anisindion menyebabkan urin berwarna jingga.
INDIKASI
Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan
tromboemboli. Antikoagulan oral digunakan untuk mencegah progresivitas atau kambuhya
trombosis vena dalam atau emboli paru setelah terapi awal dengan heparin. Antikoagulan oral
juga efektif untuk mencegah tromboemboli vena pada pasien yang mengalami operasi tulang
atau ginekologik, dan mencegah terjadinya emboli pada pasien infark miokard akut, katup
jantung buatan, atau fibrilasi atrium kronik. Untuk pengobatan trombosis vena, heparin
umumnya dilanjutkan untuk sekurang- kurangnya 4-5 hri setelah terapi antikoagulan oral
dimulai dan sampai INR ada pada kisaran terapeutik selama 2 hari berturut-turut.
Uji klinik terkontrol memperlihatkan bahwa obat golongan ini mengurangi insidens
tromboemboli pada pasien dengan katup jantung buatan; efek terhadap tromboemboli ini
meningkat secra bermakna bila digunakan bersama dipiridamol 400 mg/ hari atau aspirin 325
mg/hari. Tetapi kombinasi antikoagulan oral dengan aspirin meningkatkan kemungkinan
perdarahan. Pada TIA (transient ischemic attack) antikoagulan oral bemanfaat selama beberapa
bulan pertama pengobatan tetapi tidak mempengaruhi mortalitas. Pada suatu percobaan
didapatkan bahwa penggunaan lebih dari satu tahun disertai peningkatan perdarahan
intrakranial. Pada pasien emboli srebral berulang, morbidias dan moralitas menurun bila
antikoagualan diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Untuk mencegah kekambuhan, terapi
hendaknya dimulai dalam 24-48 jam setelah terjadinya embli serebral yang didiagnosis dengan
tehnik CAT scanning.
KONTRAINDIKASI
Natrium warfarin: oral, IV. Masa protrombin harus ditentukan sebelum mulai terapi
dan selanjutnya tiap hari sampai respons stabil. Setelah taraf mantap tercapai masa protrombin
harus tetap diperiksa dengan interval tertentu secara teratur. Pengobatan umumnya dimulai
dengan dosis kecil 5-10 mg/hari selanjutnya didasarkan pada masa protrombin. Dosis
pemeliharaan umumnya 5-7 mg/hari.
Dikumarol: oral, dosis dewasa 200-300 mg pada hari pertama, selanjutnya 25-100
mg/hari tergantung hasil pemeriksaan waktu protrombin. Penyesuaian dosis mungkin
perlu sering dilaukan selama 7-4 hari pertama dan masa protrombin harus ditentukan
tiap hari selama masa tersebut. Dosis pemeliharaan 25-150 mg/hari.
Anisindion: oral, dosis dewasa 300 mg pda hari pertama, 200mg pada hari kedua dan
100 mg pada hari ketiga. Dosis pemeliharaan bisasanya 25-250 mg/ hari.