Professional Documents
Culture Documents
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih dikenal sebagai
eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena
bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim
dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya,
dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa
jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain dermatitis.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul
“Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Dermatitis”.
1. Tujan Khusus
Mampu Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis
Mampu Untuk Membedakan Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis
Mampu Untuk Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005)
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar
matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. (812 Resep U/
Mengobati 236 Penyakit Oleh H. Arief Hariana:Hml 136)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
2.2 Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan
spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri,
jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab
eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit
yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada
strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah
jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah,
berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem
kekebalan tubuhnya tidak bagus.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
berbeda:
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang disertai dengan adanya
spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia
yang berkontak atau terpajan pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi)
tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala
antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.
Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa
karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
Dermatitis atopic ditandai dengan reaksi berlebihan terhadap rangsangan dari lingkungan
sekitarnya seperti bahan iritan dan alergen, dan adanya kecenderungan untuk memproduksi IgE.
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali
muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali
muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak
bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan
dewasa.
1. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh berambut,
terutama pada kulit kepala, alis dan muka, kronik dan superficial. Etiologinya belum diketahui
secara pasti. Pada umumnya didapati aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan.
1. Seboroik Kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuningan sehingga
rambut saling lengket, kadang dijumpai krusta yang disebut Pityriasis Oleosa. Seboroik ini akan
menyebabkan rambut rontok dan rasa gatal.
2. Seboroik Muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu, dll. Terdapat macula eritema yang
diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuningan.
1. Dermatitis Statis
Dermatitis Statis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya gangguan darah vena di tungkai
bawah, hal ini terjadi karena adanya gangguan katub vena sehinggatekanan kapiler meingkat dan
terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah
karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul statis yang irreversible. Jaringan akhirnya dipenuhi
cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk hemosiderin. Hemosiderin
mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan muncul bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan
dan kematian jaringan. Timbul rasa gatal. Jika digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi, dan
erosi. Bila tidak ditangani akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus yang disebut ulkus
varikosus.
1. Dermatitis numuler
Dermatitis numuler adalah dermatitis yang bentuk lesinya bulat seperti uang logam. Etiologinya
belum diketahui secara pasti. Tetapi sensitivitas berperan terhadap perluasan lesi.
1. Neurodermatitis Sirkumskripta
Atau disebut juga liken simpleks kronik merupakan suatu jenis dermatitis dengan penebalan kulit
dari jaringan tanduk (likenifikasi) karena garukan atau gosokan yang berulang. Etiologi belum
diketahui secara pasti, tetapi ada yang menghubungkan dengan ketegangan jiwa.
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat
berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
belakang dari leher.
2.3 Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat.
Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan berikatan dengan
protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih
dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum
tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang
telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel
memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan
sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang
telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga
terjadi gejala klinis.
2. Dermatitis Atopic
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan
menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast
meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan
histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut
menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi
ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan
secara genetik
3. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi
5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian
tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat
berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-
tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah
berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung
lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seboroik
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar;
krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah
nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat
paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila
basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1. Penatalaksanaan non Medis
Pemberian kompres yang sejuk dan kasar juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis yang kecil.
Remukan halus es pada air kompres sering kali memberikan efek antipruritus.
Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi ekzema yang mengeluarkan sekret.
Kompres dingin untuk mengurangi peradangan.
Mengatasi kerusakan integritas kulit.
Mengatasi hipotermia
Meningkatkan konsep diri klien
Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
2.4.2.Penatalaksanaan Medis
Banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis. Umumnya lotion yang
netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak-bercak eritema (inflamasi trout)
yang kecil.
preparat krim atau salep yang mengandung salah satu jenis kortikosteroid dioleskan tipis-tipis.
mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan untuk dermatitis dengan
daerah-daerah lesi yang lebih luas.
pada dermatitis yang menyebar luas, pemberian kortikosteroid jangka pendek dapat
diprogramkan.
terapi anti inflamasi topikal jangka pendek misalkan steroid dapat digunakan untuk
menghentikan peradangan.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
2. Penunjang
Pemeriksaan histopatologi
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien.
Nama Pasien
Alamat
Pekerjaan Pasien
Umur
Agama/Suku
2. Keluhan Utama.
Nyeri
Gelisah
Gatal
Kerusakan intergitas kulit
3. Pemeriksaan Fisik.
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Skala Nyeri
4. Riwayat Kesehatan.
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan
tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Hasil pengukuran tanda vital
BAB IV
PENUTUP
4. 4. 1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat kita ambil sebuah
kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada
kulit.
Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar klien
dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan cara memberikan beberapa
tindakan dan perawatan secara profesional.
4.2. Saran
1. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit dermatitis
2. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit dermatitis secara
profesional.
3. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentangkebersihan diri dan pola diet
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S editor. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Edisi
kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,1993
2. Leung DYM, Tharp M, Boguniewi CZ. Atopic Dermatitis. Dalam: Friedbergin, Eisen AZ,
Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrik TB, ads. Fitzpatrik’s Dermatology In
General Medicine. New York Mc Graw-Hill, 1999: 1464-80
3. http://www.semarang-
eye centre.com/v1.1/index.php?option=com_content&view=article&id=72:artikel-terbaru-
penyakit-kulit-dermatitis&catid=5:kesehatan&Itemid=22
4. Doenges,Marlyn.E dkk.2001.Rencana asuhan keperawatan.Edisi:3.Jakarta:penerbit buku
kedokteran,EGC
5. kapita selekta kedokteran II.2001.Edisi 3.Jakarta:Media Aesculapius
6. Google.co.id.Kata kunci “Askep Dermatitis”
7. Patofisiologi II.2001.Edisi 3.Jakarta Penerbit buku kedokteran,EGC