Professional Documents
Culture Documents
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Difinisi
Luka dekubitus adalah suatu area yang terlokalisir dengan jaringan yang mengalami
nekrosis yang biasanya terjadi pada bagian permukaan tulang yang menonjol, yang
biasanya terjadi sebagai akibat dari takanan dalam jangka waktu yang lama yang
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler (Suriadi. 2004).
Ulkus dekubitus disebut juga pressure seres atau bed sores adalah lesi dikulit yang
terjadi akibat rusaknya epidermis, dermis dan kadang-kadang jaringan subkutis dan
tulang dibawahnya (Corwin. 2001).
B. Klasifikasi
Tipe ini merupakan bentuk diabetes mellitus yang berat. Pada tipe ini tidak ada
insulin dalam sirkulasi, glikogen plasma meningkat, dan sel β pancreas gagal
berespon terhadap semua rangsang.
a. DMTT I abese.
Adanya gangguan kerja insulin pada tingkat reseptor dan hilangnya atau
terlambatnya pelepasan insulin fase awal sebagai respon terhadap glukosa.
C. Etiologi
a. Faktor genetik
Penderita diabetes melitus tidak mewarisi diabetes tipe I it sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leukosite
Antigen) tertentu.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan
respon abnormal dimana antibodi ke arah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor-faktor lingkungan
Mekanisme yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabtetes
tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini antara lain:
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok etnik.
D. Manifestasi klinis
Menurut Mansjoer (2005) gejala klinis dari diabetes melitus dikenal dengan istilah
Trio-P, yaitu:
Banyak kencing ini disebabkan oleh kadar gula dalam darah berlebihan, sehingga
merangsang tubuh untuk mengeluarkan melalui ginjal bersama air dan kencing.
Gejala banyak kencing ini ini terutama menonjol pada waktu malam hari yaitu saat
kadar gula dalam darah relatif tinggi.
Gejala yang tidak menonjol, disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam
tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi.
Akibat (reaksi tubuh) dari banyak kencing. Untuk menghindari tubuh kekurangan
cairan, maka secara otomatis akan timbul rasa haus atau kering yang menyebabkan
timbulnya keinginan untuk minum terus selam kadar gula dalam darah belum
terkontrol dengan baik. Sehingga dengan demikian akan terjadi banyak minum dan
banyak kencing. Gejala lain yang biasa tampak antara lain:
Adapun pada penderita yang berat (parah) akan timbul beberapa gejala lain, yaitu:
c. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan/ kaki.
E. Komplikasi
Akut
a. Hipoglikemia
Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga dibawah 10 mg/dl) dapat
terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik) pada
sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan ditempat pelayanan
kesehatan umum. Penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada
pasien penderita diabetes melitus.
b. Ketoasidosis
Salah satu komplikasi akut diabetes melitus yang disebabkan karena kadar glukosa
darah sangat tinggi.
Kronik
a. Mikroangiopati, meliputi:
1) Neuropati
2) Nefropati
3) Retinopati
b. Makroangiopati, meliputi:
1) Kardiovaskuler
Miokard infark yang tidak terlihat menyebabkan kolaps vaskuler yang nyata.
2) Vaskular perifer
Infeksi tambahan, gangren yaitu kematian bagian jaringan tubuh. Gangren biasanya
disebabkan oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kalia disebabkan oleh
cedera langsung (gangren traumatik) atau infeksi.
F. Penatalaksanaan DM
Perencanaan makan
Latihan jasmani
Dianjurka latihan jasmani teratur yaitu 3-4 kali tiap minggi selama 30 menit yang
sifatnya sesuai CRIPET (continous, rhytmical, interval, progresif, endurance,
training). Latihan dilakukan terus-menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan
berelaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Latihan
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, renang, bersepeda, dan
mendayung.
1) Sulfonil urea
2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai normal. Dianjurkan untuk pasien
gemuk (IMT > 30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan BB lebih (IMT antara
27-30) dapat dikombinasi dengan sulfonil urea.
3) Inhibitor α glukosidase
b. Insulin
Pemantauan
G. Pemeriksaan Penunjang
Tipe normal
Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5 oC dibanding kulit
disekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi
karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-
pembuluh darah sebenarnya baik.
Tipe arteriosklerosis
Mempunyai beda temperatur 1oC antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya.
Keadaan ini menunjukan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh
darah (arteriosklerotik) ikut berperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor
tekanan. Dengan perawatan ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak akan sembuh
Derajat I
Derajat II
Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak
subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal dengan tepi yang jelas dan
perubahan warna pigmentasi.
Derajat III
Ulkus menjadi lebih dalam meliputi jaringan lemak subkutan, berbatasan dengan
facia dan otot-otot sudah mulai di dapat infeksi dan jaringan nekrotik yang bau.
Derajat IV
Perluasan ulkus menembus otot hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksi tulang/ sendi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas pasien
Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Aktivitas/ latihan
Gejala : lemah, letih, lesu, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur.
Tanda : takikardi dan takipnea, letargi dan disorientasi, koma, penurunan kekuatan
otot.
Sirkulasi
Gejala : ada riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama.
Integritas ego
Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria/ nokturia), rasa nyeri/ terbakar, kesulitan
berkemih, ISK baru/ berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri dapat berkembang menjadi oliguri/ anuria
jika terjadi hipovolemia berat, urine bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya
asites, bising usus lemah/ menurun; hiperaktif (diare).
Makanan/ cairan
Gejala : hilang nafsu makan, mual/ muntah, peningkatan masukan glukosa dan
karbohidrat, penurunan BB, haus, penggunaan diuretik.
Tanda : kulit kering, bersisik, turgor jelek, muntah, bau holitosis, nafas bau aseton.
Neurosensori
Nyeri/ ketidaknyamanan
Pernapasan
Tanda : batuk.
Keamanan
Seksualitas
Gejala : impotensi, kesulitan orgasme pada wanita, luka/ lecet pada vagina.
B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan anoreksia.
C. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi Rasional