You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.
Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Pada percobaan binatang, suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya
bangkitan kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terdapat epilepsi. Dari suatu penelitian terhadap 431
pasien dengan kejang demam sederhana, tidak terdapat kelainan pada IQ, tetapi
pada pasien kejang demam yang sebelumnyatelah terdapat gangguan
perkembangan atau kelainan neurologis akan didapat IQ yang lebih rendah
dibanding dengan saudaranya. Jika kejang demam diikuti dengan berulangnya
kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.

A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksankan asuhan keperawatan pada anak dengan Kejang
Demam
2. Tujuan khusus
a.Mampu melaksanakan pengkajiaan pada asuhan keperawatan pada
anak dengan Kejang Demam
b. Mampu melaksanakan perencanaan pada asuhan
keperawatan pada anak dengan Kejang Demam
c.Mampu melaksanakan tindakan pda asuhan keperawatan pada anak
dengan Kejang Demam
d. Mampu melaksanakan evaluasi pada asuhan keperawatan
pada anak dengan Kejang Demam

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
a. Masalah Keperawatan Utama
Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas
rentang normalnya ( Wilkinson, Judith M. 2007 : 220 )
Tujuan/kriteria evaluasi
Pasien akan menunjukan termoregulasi
1. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan
2. Suhu tubuh dalam batas normal
3. Nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan
4. Perubahan warna kulit tidak ada
5. Keletihan dan mudah tersinggung tidak tampak
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1. Pantau aktivitas kejang
2. Pantau hidrasi ( misal turgor kulit dan mukosa )
3. Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan
4. Regulasi suhu
5. Pantau suhu minmal 2jam sekali
6. Pantau suhu basal secara kontinue
7. Pantau warna kulit dan suhu.
Pendidikan
1. Ajarkan pasien/keluarga mengukur suhu untuk mengenali
hipertermia dini
2. Ajarkan indikasi keletihan karena panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
b. Masalah Keperawatan lain
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernafasan guna
mempertahankan jalan nafas yang bersih ( Wilkinson, Judith M. 2007 :
220 )

2
2. Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi ( Wilkinson, Judith M. 2007 : 220 )
3. Resiko terhadap cedera adalah suatu kondisi individu yang
beresiko untuk mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi
lingkungan yang berhubungan dengan sumber – sumber adaftif dan
pertahanan ( Wilkinson, Judith M. 2007 : 220 )

B. Etiologi
a. Masalah Keperawatan Utama
Hipertermia dapat disebabkan oleh
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metabolisme meningkat
6. Pengobatan pada lingkungan yang panas ( jangka panjang )
7. Aktivitas yang berlebih
( Wilkinson, Judith M. 2007 : 220 )
b. Masalah Keperawatan lain
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat disebabkan oleh :
1. Lingkungan
a. Merokok
b. Menghirup asap rokok
c. Perokok pasif
2. Obstruksi jalan nafas
a. Spasme jalan nafas
b. Pengumpulan sekresi
c. Mukus berlebih
d. Adanya jalan nafas buatan
e. Terdapat benda asing pada jalan nafas
f. Sekresi pada bronki
g. Eksudat pada alveoli

3
3. Fisiologi
a. Disfungsi neuromuskular
b. Hiperplasia dinding bronkial
c. PPOK ( penyakit paru obstruksi kronis )
d. Infeksi
e. Asma
f. Alergi jalan nafas
g. Trauma
2. Pola nafas tidak efektif dapat disebabkan oleh :
a. Ansietas
b. Posisi tubuh
c. Deformitas tulang
d. Deformitas dinding dada
e. Penurunan energi/kelelahan
f. Hiperventilasi
g. Sindrom hipoventilasi
h. Kerusakan muskuloskeletal
i. Immaturitas neurologis
j. Disfungsi neuromuskular
k. Obesitas
l. Nyeri
m. Kerusakan persepsi / kognitif
n. Kelelahan otot-otot respirasi
o. Cedera tulang belakang
3. Resiko terhadap cedera dapat disebabkan oleh :
a. Internal
1. Profil darah yang tidak normal ( leukosit atau leukopenia )
2. Perubahan faktor penggumpalan darah
3. Fungsi biokimia / pengaturan ( disfungsi sensori )
4. Menurunnya kadar hemoglobin
5. Usia perkembangan ( fisiologis dan psikologis )
6. Disfungsi efektor

4
7. Penyakit imun / autoimun
8. Disfungsi integratif
9. Malnutrisi
10. Fisik ( kulit terkelupas, perubahan mobilisasi )
11. Psikologis ( orientasi afektif )
12. Anemia sel sabit
13. Thalasemia
14. Trombositopenia
15. Hipoksia jaringan
b. Eksternal
1. Biologis
a. Tingkat immunisasi komunitas
b. Mikroorganisme
2. Kimia
a. Obat – obatan ( misalnya agen farmasi, alkohol,
kafein, nikotin, pengawet, kosmetik, dan pewarna )
b. Zat gizi ( misalnya vitamin dan jenis makanan )
c. Racun
d. Polutan
3. Fisik
a. Rancangan
b. Struktur dan penataan komunitas
c. Bangunan atau perlengkapan
d. Jenis transportasi
e. Orang ( agens nosokomial, pola penumpukan, pola-
pola kognitif, afektif dan psikomotor )
C. Tanda dan Gejala
a. Masalah Keperawatan Utama
Hipertermi
Subjektif
Mual

5
Objektif
a. Kulit memerah
b. Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
c. Frekuensi nafas meningkat
d. Kejang / konvulsi
e. ( kulit ) hangat bila disentuh
f. Takikardi
b. Masalah Keperawatan Lain
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Subjektif
Dispnea
Objektif
1 Bunyi nafas tambahann ( misalnya ronki basah halus, ronki
basah kasar, dan ronki kering )
2 Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3 Batuk tidak ada tidak efektif
4 Sianosis
2. Pola nafas tidak efektif
Subjektif
a. Dispnea
b. Nafas pendek
Objektif
a. Perubahan gerakan dada
b. Mengambil posisi tiga titik
c. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
d. Penurunan ventilasi semenit
e. Penurunan kapasitas vital
f. Nafas dalam (dewasa vt500 mi, pada saat istirahat, bayi 6 –
8 ml/k)
g. Peningkatan diameter anterior-posterior
h. Nafas cuping hidung
i. Ortopnea

6
j. Fase ekspirasi yang lama
k. Pernafasan pursed-lip
l. Kecepatan respirasi ( usia dewasa 14 tahun atau lebih <11-
14 kali/menit, bayi 25 – 60 kali/menit, usia 1 – 4 < 20 – 30
kali/menit, usia 5 – 14 < 15 – 24 )
m. Rasio waktu
n. Penggunaan otot – otot bantu untuk pernafasan
3. Resiko terhadap cedera
Diagnosis ini tidak ada tanda dan gejala yang spesifik hanya saja
diagnosis ini dapat ditegakkan bila ada tujuh sub kategori yang
menjelaskan cedera secara spesifik , respon alergi lsteks, resiko respon
alergi lateks, dan resiko asfiksia, keracunan, trauma, aspirasi dan
sindrom disuse. Setiap orang beresiko mengalami kecelakaan dan
cedera, beberapa perawat menggunakan diagnosis ini untuk
menjelaskan kemungkinan terjadinya kondisi seperti hipertermi
maligna.

D. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10 % - 15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai
65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15
%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dalam waktu yang tingkat terjadi
difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dari akibat
terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang
seorang anak yang menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC

7
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi
pada suhu 40 o C atau lebih. Dari kenyataan inilah dapat disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang
rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat
suhu berapa penderita kejang.

E. Pola fungsional dan pemeriksaan fisik


1. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktifitas / bekerja yang
ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat / pemberi
asuhan kesehatan atau orang lain.
Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot
Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok
otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sianosis
Posiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi
dan pernafasan.
3. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia episodik.
Tanda : Iktal : Peningkatan tekanan kandung kemih dan
tonus sfingter.
Posiktal : Otot relaksasi yang menyebabkan inkontenensia ( baik
urine / fekal ).
4. Makanan dan cairan
Gejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang.
5. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan,
pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi
cerebral.

8
6. Nyeri / kenyaman
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal.
Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati –hati.
Perubahan pada tonus otot.
Tingkah laku distraksi / gelisah.
7. Pernafasan
Gejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun
/ cepat, peningkatan sekresi mukus.
Fase posiktal : Apnea.

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Pada bayi- bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga pungsi
lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
Elektroensefalografi ( EEG ) ternyata kurang mempunyai nilai
prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga
kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang di kemudian
hari. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk
mengevaluasi sumberi infeksi.

G. Terapi
Bila penderita datang dalam keadaan status konvulsifus, obat pilihan utama
adalah diazepam yang diberikan secara intravena, keberhasilan untuk menekan
kejang adalah sekitar 80%-90% ( Bailey dan Fenichel, 1968;Lumbantobing,
dan Ismail, 1970;Ismail dkk, 1971) efek teraupetik antara 30detik – 5 menit.
Dosis tergantung berat badan yaitu < 10 kg 0,5 – 0,75 mg/kgbb, 10 – 20 kg
0,5 mg/kgbbdengan minimal dalam semprit 7,5 mg dan diatas 20 kg 0,5
mg/kgbb.
Apabila diazepam tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara
intramuskulus dengan dosis awal untuk bayi baru lahir 30mg/kali, anak

9
berumur 1 bulan – 1 tahun 50 mg/kali dan umur 1 tahun keatas 75 mg/kali.
Bila kejang belum berhenti setelah 15 menit dapat diulang suntikan
fenobarbital dengan dosis neonatus 15 mg, anak 1 bulan – 1 tahun 30 mg dan
anak diatas 1 tahun 50 mg.
Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, penderita
kejang demam diberikan fenobarbital dengan dosis 4 – 5 mg/kgbb/hari,
antipiretik yang yang dipakai misalnya aspirin dengan dosis 60 mg/tahun/kali,
sehari diberikan 3 kali.
Bagan memberantas kejang
dosis rata – rata 0,3 mg/kgbb
Kejang
dosis < 10 kg : 5 mg rektiol
> 10 kg : 10 mg rektiol

Segera diberikan diazepam


intravenaatau diazepam rektal

Bila kejang tidak


berhenti tunggu 15
menit

Dapat diulang dengan dosis/cara yang sama

Kejang berhenti

Berikan dosis awal fenobarbital


dosis : neonatus : 30 mg intramuskular

1 bulan – 1 tahun : 50 mg intramuscular


> 1 tahun : 75 mg intramuskular

4 jam kemudian
dosis : hari I + II : fenobarbital 8 – 10 mg/kgbb
dibagi dalam 2 dosis
hari berikutnya : fenobarbital 4 – 5 mg/kgbb

10
dibagi dalam 2 dosis.

BAB III
STUDI KASUS

I. Pengkajian
Hari/Tanggal pengkajian : Kamis, 7 Mei 2009
Jam : 15.00 wib
Ruang : Melati D1
Nama pengkajian : Nur Hasanah
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. M
Umur : 3,5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Tanjung Sari 1/3 Bulus Pesantren
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 7 Mei 2009
No. RM : 802384
Diagnosa Medik : Kejang Demam
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Bp. S
Umur : 40 Tahun
Alamat : Tanjung Sari 1/3 Bulus Pesantren
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan :-
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Kejang

11
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan panas sejak sore ( hari ke 2 )
disertai batuk dan pilek, semalam terjadi kejang 1 X < 15 menit
kemudian sekitar jam 12.00 wib terjadi kejang lagi 1 X.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Saat pasien berusia 1 tahun pernah kejang saat panas, dan 3 tahun yang
lalu pasien pernah menderita diare.
4. Riwayat Penyakit keluarga
Keluarga pasien belum pernah ada yang menderita penyakit seperti
pasien atau penyakit lainnya seperti Hepatitis, TBC, Hipertensi,
Diabetes Melitus, dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
Pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan. Selama kehamilan tidak ada
masalah atau keluhan – keluhan yang berarti.
6. Riwayat Persalinan
Lahir spontan langsung menangis dibantu oleh seorang bidan, dengan
berat 3,5 kg. Diberi ASI hingga usia 2 tahun.
7. Riwayat Immunisasi
Immunisasi yang pernah didapat oleh pasien BCG, Polio, DPT, dan
Campak.
8. Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien biasa bermain dengan teman sebayanya, pasien juga suka
bermain dengan kakaknya.

12
9. Genogram

Keterangan :

: Laki - Laki

: Perempuan

: Pasien

: Garis Keturunan

: Garis Pernikahan

C. Pola Pengkajian Fungsional

13
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum Sakit : Orang tua klien selalu membawa klien
kepuskesmas jika sakit, namun bila hanya pilek
dan batuk biasa hanya dibelikan obat diapotik atau
warung.
Selama Sakit : Keluarga klien cukup memahami dan mengikuti
semua prosedur dan tindakan keperawatan di
Rumah Sakit terhadap Anaknya.
2. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit : Klien makan sehari 3 X dengan menu nasi dan
lauk pauk seperti sayuran, tempe, tahu dan kadang
telur atau ikan. Kalau pagi pasien biasanya minta
makan dengan telor dan kecap manis. Berat
badannya 16 Kg.
Selama Sakit : Klien tidak mau makan dan hanya minum sedikit,
berat badanya 14 kg.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB lancar 1 X sehari bau dan warna khas, BAK
lancar 4 – 5 X sehari bau khas, kuning jernih,
tidak ada gangguan dalam pola eliminasi.
Selama sakit : BAB tidak lancar selama dirawat diRumah Sakit
pasien belum BAB. BAK lancar dengan bau khas.
4. Pola Latihan dan Aktivitas
Sebelum sakit : Pasien biasa bermain bersama teman – temannya
dan juga kakaknya. Pasien juga anak yang aktif
dalam bermain.
Selama sakit : Pasien hanya tiduran dan kadang digendong oleh
ibunya, pasien sangat rewel tidak mau tenang.
5. Pola Sensori Kognitif
Tidak terkaji

6. Pola istirahat dan tidur

14
Sebelum sakit : Kadang – kadang tidur siang 1 jam, bila malam
tidur mulai dari pukul 20.00 wib sampai 06.00
wib. Tidak ada gangguan dalam pola dan
frekuensi tidur.
Selama sakit : Pasien sangat rewel terkadang tidur namun
sebentar – sebentar bangun lagi dan berteriak
teriak memanggil ibunya.
7. Konsep diri dan persepsi diri
Belum terkaji
8. Peran dan pola hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : Klien sering bermain dengan temannya dan juga
kakaknya, klien juga termasuk anak yang patuh
kepada orang tuanya.
Selama sakit : Klien hanya mau ditemani oleh ibunya, bila ada
perawat yang mendekatinya klien sering jadi
menangis.
9. Pola peprsepsi seksual
belum terkaji
10. Pola pertahanan diri
Sebelum sakit : Bila klien meminta sesuatu dan tidak dipenuhi
klien sering menangis.
Selama sakit : Klien menangis saat diinfus dan klien selalu
berteriak – teriak minta pulang.

11. Pola keyakinan dan nilai


Sebelum sakit : Klien sering ikut sholat bersama kedua orang
tuanya. Klien juga selalu membaca do`a tiap akan
tidur dan mau makan.
Selama sakit : Karena sakit klien tidak ikut sholat dengan kedua
orang tuannya.

D. Pemeriksaan Fisik

15
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmetis
TTV : Suhu Tubuh : 37,8 oC Nadi : 100 x / Menit
RR : 28 x/menit LILA : 12,3 cm
BB : 14 Kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata : Konjungtuva tidak anemis
Rambut : Hitam, tidak berketombe, tidak rontok.
Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung
Mulut : Mukosa lembab
Gigi : Tidak ada gigi yang bolong
Telinga: Letak simetris, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada
Thorax
I : Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
P :-
P :-
A :-
Abdomen
I : Perut tidak membuncit
P : Tidak ada nyeri tekan.
P : Perut tidak kembung.
A :-
Turgor kulit < 2 detik.
Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak ada rasa sakit saat BAK.
Exstremitas
Ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, terpasang infuse D5 % di
ekstremitas atas sebelah kiri.
E. Pemeriksaan penunjang

16
Laboratorium
LYM : 15,5 % PLT : 199 k/ul
HGB : 12,4 g/dl SGOT : 39 U/I
HCT : 30,3 % SGPT : 15 U/I
GDS : 131 mgr% BBS : 20 mm/jam ( 0-15 )
Program terapi
Infuse D5 % 12 Tpm
Oral
Paracetamol
Ambroxol 3 x 1 k/p
PCL 3 x 1 k/p
Parenteral
Injeksi Ampicilin 4 x 350 mg
Injeksi Gentamicin 2 x 35 mg
Bila kejang injeksi Diazepam 7 mg ( IV/perbolus ) bila kejang
berhebti lanjutkan injeksi phenobarbital 75 mg.

F. Ringkasan Pengkajian
ANALISA DATA
Nama : An. P
Ruang : Melati
No Data Pathway Etiologi Masalah
1. Data Subjektif . Proses Hipertermi
- Ibu klien penyakit
mengatakan klien
panas sejak
kemaren sore
Data objektif
- Suhu : 37,8o
C
- Nadi : 100
X/Menit
- Akral teraba Hipertermi

17
hangat
- Wajah Peningktan
memerah Metabolisme basal

- RR 28
x/menit Peningkatan
Kebutuhan O2
- Kejang tadi
2. malam dan pukul Adanya Resiko injuri
12.00 wib < 15 Perb. kejang
menit. Keseimbangan dari berulang
membran sel
neuron
Data Subjektif
- Ibu klien
mengatakan Difusi ion
kalium/ion natrium
semalam dan
siang jam 12.00
wib klien kejang Lepas
< 15 menit. muatan listrik
meningkat
- Ibu klien
mengatakan klien
pernah kejang Meluas keseluruh
saat panas ketika tubuh

berusia 3 tahun.

Kejang.
Data Objektif
- Suhu : 37,8o Hipertermi

C
- Nadi : 100
Mual/muntah
X/menit
- Klien
terlihat rewel Nafsu makan
- Klien menurun

3. terlihat berteriak Hilangnya Nutrisi kurang

18
– teriak. nafsu dari kebutuhan
Berat badan
makan tubuh
menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
Data Subjektif
 Ibu klien
mengatakan Berat
badan sebelum
sakit 16 kg
 Ibu klien
mengatakan
biasanya klien
sehari makan 3 X.
 Ibu klien
mengatakan
anaknya tidak
mau makan

Data objektif
 Berat Badan
14 kg
 LILA 12,3
cm
 Terlihat
makanan untuk
klien masih utuh.
Laboratoriu
m
LYM : 15,5 %
HGB: 12,4 g/dl
HCT: 30,3 %

19
PLT : 199 k/ul
GDS: 131 mgr%
SGOT: 39 U/I
SGPT: 15 U/I

G. Prioritas Masalah
1. Hipertermi b.d Proses penyakit
2. Resiko injury b.d Adanya kejang berulang.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Hilangnya nafsu makan
H. Intervensi Keperawatan
Waktu Diagnosa Intervensi Mahasiswa
& TT
1. Hipertermi b.d pengkajian
7 mei 2009 Proses penyakit - pantau aktivitas kejang
Kriteria hasil - pantau hidrasi (turgor
1. Suhu kulit,kelembapan mukosa )
tubuh dalam - pantau suhu dan warna
batas normal kulit tiap 4 jam sekali
35,5oC. - pantau tanda tanda vital
2. Perubahan pendidikan
warna kulit - ajarkan keluarga pasien
tidak ada untuk mengenali secara dini
perubahan suhu tubuh.
- anjurkan klien untuk
banyak minum
- ajarkan keluarga untuk
memberi kompres
- anjurkan klien untuk
memakai pakaian yang serap
keringat dan tipis.
kolaboratif

20
berikan terapi antipiuretik
2. paracetamol 3x1
pengkajian
- pantau adanya kejang
Resiko injury b.d - pantau suhu tubuh untuk
Adanya kejang mengidentifikasi adanya
berulang. kejang berulang.
Kriteria hasil - identifikasi faktor yang
1. Menghind mempengaruhi kebutuhan
ari cedera fisik keamanan.
2. Mengident - identifikasi faktor
ifikasi resiko lingkungan yang
yang memungkinkan resiko jatuh.
meningkatkan pendidikan
kerentanan - Naikkan penghalang
terhadap tempat tidur bila perawat tidak
cedera. ada orang disamping anak.
- Jauhkan barang – barang
yang membahayakan.
- Anjurkan keluarga untuk
tidak meninggalkan klien
sendirian.

kolaboratif
Berikan terapi anti kejang
bila kejang injeksi diazepam 7
3. mg ( iv/perbolus ) bila kejang
berhebti lanjutkan injeksi
phenobarbital 75 mg.
pengkajian
- Tentukan motivasi pasien
Nutrisi kurang untuk mengubah kebiasaan

21
dari kebutuhan makan.
tubuh b.d - Ketahui makanan
Hilangnya nafsu kesukaan klien.
makan - Kaji apakah klien
Kriteria hasil memiliki tempat makan
1. Menyataka kesukaan dirumah.
n keinginan - Pantau kandungan nutrisi
untuk dan kalori pada catatan asupan.
mengikuti diit - Tentukan kemampuan
2. Melaporka klien untuk memenuhi
n keadekuatan kebutuhan nutrisi.
tingkat energi. - Hindari tindakan invasif
pada jam – jam makan.
Pendidikan
- Anjurkan keluarga untuk
memberikan makan sedikit –
sedikit tapi sering.
- Anjurkan keluarga klien
untuk memotivasi klien untuk
makan.
- Ciptakan tempat yang
nyaman untuk makan.
- Anjurkan keluarga klien
untuk membawa tempat makan
kesukaan klien ( jika ada ).
Kolaboratif
Dengan ahli gizi pemberian diit
bubur halus dan telur.

I. Implementasi
No. Tgl Implementasi Respon TTD
diagnosa

22
7
mei
2009 Mengganti flabot infus D5 % Klien menangis
14.1 Pengkajian Keluarga kooperatif
5 Memberikan injeksi Ampicilin 350 mg
15.0 Gentamicin 35 mg
Dx 1 0 Menganjurkan untuk Ibu klien mengganti
16.0 memakai pakaian yang tipis pakaian klian
0 dan menyerap keringat dengan kaos.
Dx 2 Memindahkan klien ke Klien menangis
16.2 tempat tidur dengan
Dx 2 0 penghalang. Tidak ada benda
Mengidentifikasi lingkungan berbahaya didekat
klien
Dx 3 16.3 Klien menangis dan
0 Memotivasi klien untuk tetap tidak mau
makan makan
Dx 3 17.0 Klien biasanya
0 makannya mau 3 x
Mengkaji kebiasaan makan sehari
klien
Dx 1 17.1 Keluarga klien
0 mengerti dan klien
Menganjurkan untuk banyak menangis
Dx 1 minum Suhu : 37,2 oc
17.1 Nadi : 100 x/menit
5 Mengukur tanda-tanda vital
Dx 1
< 2 detik
Memantau hidrasi Lembab
Dx 2 17.2 Turgor kulit Ibu klien
0 Kelembapan mukosa mengatakan tidak

23
Dx 3 Memantau adanya kejang ada kejang.
Keluarga beruasaha
17.3 Memotivasi keluarga klien memotivasi klien
0 untuk memberi makan klien makan tapi klien
Dx 2 sedikit tapi sering. menangis lagi.
Keluarga mengerti
18.3 Menganjurkan keluarga klien
0 untuk tidak meninggalkan
Dx 2 klien sendirian.
Tidak ada kejang
18.4 Memantau adanya kejang dan Suhu 37,1oC
Dx 1 5 kenaikan suhu
Ampicilin 350 mg.
Dx 2 20.0 Memberikan injeksi
0 Tidak ada benda
Mengidentifikasi faktor yang berbahaya.
Dx 1 lingkungan Tidak ada kejang.
Memantau adanya kejang Ampicilin 350 mg
Dx 1 20.1 Memberikan injeksi
5 Keluarga menyeka
Dx 1 Memberikan air seka klien
Suhu : 37 oC
Mengukur tanda-tanda vital Nadi : 100 x/menit
Dx 3 20.3 Memantau motivasi makan
5 klien Keluarga mengerti
Menganjurkan makan sedikit
tapi berikan sering.
22.0
0

22.3
0

24
04.0
0

04.3
0

05.3
0

06.3
0

J. Evaluasi
Tanggal / Jam Diagnosa Evaluasi TTD
7 Mei 2009 Hiperterm S : Ibu pasien mengatakan anaknya
Pukul 13.30 Wib i b.d masih panas
proses Ibu pasien mengatakan anaknya
penyakit tidak kejang.
O : Suhu : 37,2 oC
Nadi : 100 x/menit
Akral masih teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P : - Monitoring tanda – tanda vital
- Pantau hidrasi
- Ajarkan keluarga untuk mengenali
perubahan suhu.
- Anjurkan keluarga untuk
melaporkan jika ada peningkatan
suhu.

25
- Beri kompres hangat bila panas.
- Anjurkan klien untuk banyak
minum.
- Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
- Kelola terapi antipiretik
paracetamol 3 x 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya
Resiko masih panas
injury b.d Ibu pasien mengatakan anaknya
Adanya sangat rewel dan berteriak – teriak.
kejang Ibu pasien mengatakan anaknya
berulang. tidak kejang.
O : Suhu : 37,2 oC
Nadi : 100 x/menit
HGB : 12,4 g/dl
HCT : 30,3 %
A : Cedera tidak terjadi
P : - Monitoring tanda – tanda vital
- Pantau suhu
- Jauhkan benda – benda yang dapat
membahayakan
- Naikkan penghalang tempat tidur
untuk melindungi klien.
- Anjurkan keluarga untuk terus
menemani klien.
- Bila kejang injeksi Diazepam 7
mg ( IV/perbolus ) bila kejang
berhebti lanjutkan injeksi
phenobarbital 75 mg.

26
S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak
Nutrisi mau makan hanya mau minum
kurang sedikit.
dari Ibu klien mengatakan anaknya
kebutuhan belum BAB
tubuh b.d O : Suhu : 37,2 oC
Hilangnya Nadi 100 x/menit.
nafsu BB 14 kg sebelum sakit 16 kg
makan Rambut bersih, hitam, tidak rontok
Turgor kulit < 2 detik
A : Masalah belum teratasi
P : - Monitoring tanda – tanda vital
- Timbang berat badan
- Beri motivasi klien untuk makan
- Hindari tindakan invasif pada jam
makan
- Anjurkan untuk makan sedikit tapi
sering
08 Mei 2009 - Berikan lingkungan yang nyaman
Pukul 06.00 wib S : Ibu pasien mengatakan anaknya
Hiperterm masih panas
i b.d O : Suhu : 37 oC
proses Nadi : 100 x/menit
penyakit Akral masih teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P : - Monitoring tanda – tanda vital
- Pantau hidrasi
- Ajarkan keluarga untuk mengenali
perubahan suhu.
- Anjurkan keluarga untuk
melaporkan jika ada peningkatan

27
suhu.
- Beri kompres hangat bila panas.
- Anjurkan klien untuk banyak
minum.
- Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
- Kelola terapi antipiretik
paracetamol 3 x 1
S : Ibu pasien mengatakan anaknya
masih panas
Resiko Ibu pasien mengatakan anaknya
injury b.d masih sangat rewel dan masih
Adanya berteriak – teriak.
kejang Ibu pasien mengatakan anaknya
berulang. tidak kejang.
O : Suhu : 37,2 oC
Nadi : 100 x/menit
HGB : 12,4 g/dl
HCT : 30,3 %
A : Cedera tidak terjadi
P : - Monitoring tanda – tanda vital
- Pantau suhu
- Pantau faktor lingkungan yang
dapat membahayakan klien
- Jauhkan benda – benda yang dapat
membahayakan
- Naikkan penghalang tempat tidur
untuk melindungi klien.
- Anjurkan keluarga untuk terus
menemani klien.
- Kelola terapi bila terjadi kejang

28
Bila kejang injeksi Diazepam 7
mg ( IV/perbolus ) bila kejang
berhebti lanjutkan injeksi
phenobarbital 75 mg
S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak
mau makan hanya mau minum
Nutrisi sedikit.
kurang Ibu klien mengatakan anaknya
dari belum BAB
kebutuhan O : Suhu : 37,2 oC
tubuh b.d Nadi 100 x/menit.
Hilangnya BB 14 kg sebelum sakit 16 kg
nafsu Rambut bersih, hitam, tidak rontok
makan Turgor kulit < 2 detik
A : Masalah belum teratasi
P : - Monitoring tanda – tanda vital
- Timbang berat badan
- Beri motivasi klien untuk makan
- Hindari tindakan invasif pada jam
makan
- Anjurkan untuk makan sedikit tapi
sering
- Berikan lingkungan yang nyaman

29
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari tinjauan pustaka diagnosa yang dapat muncul pada pasien dengan
kejang demam adalah :
1. Masalah keperawatan utama
Hipertermia
2. Masalah Keperawatan lain
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Resiko terhadap cedera
Dari kasus yang diambil hanya bisa mengangkat hipertermi, resiko cedera
dan ditemukan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ditunjukan dari
adanya penurunan berat badan sebelum sakit dan sesudah sakit yaitu 16 kg
menjadi 14 kg dan hilangnya nafsu makan klien.
Pada klien ditemukan adanya batuk dan juga pilek tetapi belum sampai
menyebabkan gangguan pola nafas sehingga diagnosa tersebut tidak diangkat.
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhu rectal lebih dari 38o C ) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizure (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3
bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Pada klien saat diukur suhunya
setelah terjadi kejang 37,2 oC.
Kriteria livingston yang dipakai sebagai pedoman untuk membuat
diagnosis kejang demam sederhana ialah :
1. umur anak ketika kejang antara 6 – 4 tahun
2. kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. kejang bersifat umum
4. kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Dalam kasus klien masih berusia 3,5 tahun dan saat usia 1 tahun pernah
terjadi kejang, lama kejang juga < 15 menit.

30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan kasus dan tinjauan pustaka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat
suhu meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

2. walaupun secara teori diagnosa tidak memunculkan diagnossa


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tapi ternyata dari kasus muncul
diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Kejang yang terjadi pada usia 3,5 tahun dan lama kejang < 15
tahun.

4. Kejang yang terjadi pada kasus adalah termasuk dalam kejang


sederhana (Simple Febrile Convultion)

B. Saran
1. Mahasiswa perawat untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien.
2. Mahasiswa perawat lebih meningkatkan kemampuan skill baik soft
skil maupun hard skil.
3. Perawat meningkatkan sikap caring terhadap pasien.
4. Untuk pasien kejang demam segera dibawa ke pelayanan kesehatan
bila terjadi peningkatan suhu tubuh diatas normal.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.


Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1997. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; Infomedika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria NOC. Jakarta : EGC.
http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/10/askep-penyakit-sindrom-steven-
johnson.html
http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-
dengan_2591.html

32

You might also like