Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. IH
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Jakarta Pusat
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Belum Kawin
Agama : Islam
II. Anamnesis
Auto-anamnesis : Rabu, 22 Maret 2017
A. Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada anus seperti jengger ayam
B. Keluhan Tambahan
Rasa gatal pada sekitar anus
C. Riwayat Perjalan Penyakit
Pasien datang ke poli kulit & kelamin RSPAD Gatot Soebroto tanggal 22 Maret 2017 dengan
keluhan terdapat benjolan seperti jengger ayam pada daerah anus sekitar satu bulan yang lalu
dengan disertai rasa gatal. Pasien mengatakan awal mula benjolan di anus disadari pada bulan
Januari 2017 dengan diameter 1 cm dengan permukaan yang berdungkul-dungkul disertai juga
dengan rasa gatal. Saat itu pasien datang ke Rs. Islam Jakarta namun tidak mendapat
pengobatan apa-apa dan mendapat surat rujukan untuk ke RSPAD Gatot Soebroto. Pasien
menceritakan bahwa pasien telah melakukan hubungan seksual dengan sesama sejenis secara
ano-genital dengan pria. Pasien menceritakan bahwa hubungan seksual tersebut hanya sekali
dilakukan yaitu pada bulan Juni 2016 dan menurut pengakuan pasien belum pernah sebelum
kejadian itu pasien memiliki riwayat hubungan seksual dengan wanita maupun lelaki. Selama
empat hari setelah kejadian seksual tersebut, pasien menceritakan terdapat luka pada daerah
anus nya sehingga terdapat bercak darah saat atau tidak BAB. Pasien tidak melakukan
pengobatan apapun dengan keluhan tersebut. Pasien juga menyangkal pernah memiliki keluhan
1
serupa sebelumnya. Pasien menyangkal adanya luka di daerah genital. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik obat-obatan maupun makanan.
Pada bulan Januari 2017, pasien melakukan pengobatan di RSPAD Gatot Soebroto berupa
pemberian Asam trikolorasetat yang ditotol pada benjolan di anusnya. Menurut pasien terdapat
perbaikkan atas benjolannya tersebut yang dirasa oleh pasien semakin mengecil. Pada bulan
Februari 2017 pasien kembali melakukan pengobatan di RSPAD Gatot Soebroto untuk
melakukan tindakan bedah listrik pada benjolan tersebut. Pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan oleh pasien adalah :
1. Pemeriksaan Imunoserologi : 30 Januari 2017
CD4 : 527 ( nilai rujukan 410 – 1590 Cell/Ul )
2. Pemeriksaan Imunoserologi : 1 Februari 2017
Anti HIV : Non Reaktif
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
F. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
2
Thorak : Suara nafas vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Dinding perut supel, turgor kulit baik. Hepar dan Lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), sianosis (-)
B. Status Venereologikus
Pemeriksaan pada tanggal 22 Maret 2017
1. Genetalia
Tidak tampak lesi pada genitalia eksterna, ostium uretra eksterna (OUE) tidak
tampak hiperemis maupun edema dan tidak ada discharge.
2. Ekstragenital
Lokasi : Anus
Effloresensi : Massa berupa benjolan bertangkai dengan batas tegas berbentuk
seperti jengger ayam dengan ukuran 1cm x 1cm dengan permukaan yang berdungkul-
dungkul dengan warna eritematosa.
3
Gambar 2. Massa berupa benjolan bertangkai dengan batas tegas berbentuk seperti
jengger ayam dengan ukuran 1cm x 1cm dengan permukaan yang berdungkul-dungkul
dengan warna eritematosa.
V. Resume
Pasien Tn. IH umur 22 tahun datang ke poli kulit & kelamin RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal
22 Maret 2017 dengan keluhan terdapat benjolan seperti jeger ayam pada daerah anus sekitar
satu bulan yang lalu dengan disertai rasa gatal. Keluhan ini pertama kali disadari oleh pasien pada
bulan Januari 2017 dengan massa berukuran diameter kurang dari 1cm. Pasien memiliki riwayat
berhubungan seksual dengan pria secara ano-genital pada bulan Juni 2016. Pasien telah melakukan
pengobatan di RSPAD Gatot Soebroto yaitu dengan pemberian Asam Triklorasetat pada massa
tersebut dan mengalami perbaikkan. Pada bulan Februari 2017 pasien datang kembali ke RSPAD
Gatot Soebroto untuk melakukan tindakan bedah listrik yaitu kauterisasi untuk membersihkan sisa
massa pada daerah anus tersebut.
Status generalis pasien dalam batas normal. Pada status venereologikus genetalia dalam batas normal,
sedangkan pada daerah ano-genital pasien ditemukan massa berupa benjolan bertangkai dengan batas
tegas berbentuk seperti jengger ayam dengan ukuran 1cm x 1cm dengan permukaan yang
berdungkul-dungkul dengan warna eritematosa. Pemeriksaan penunjang telah dilakukan oleh pasien
yaitu :
1. Pemeriksaan Imunoserologi : 30 Januari 2017
CD4 : 527 ( nilai rujukan 410 – 1590 Cell/Ul )
2. Pemeriksaan Imunoserologi : 1 Februari 2017
4
Anti HIV : Non Reaktif
IX. Penatalaksaaan
A. Non – medikamentosa
o Tidak melakukan hubungan seks bebas
o Menjaga daya tahan tubuh
o Mengedukasi pasien bahwa penyakit ini akan berulang
B. Medikamentosa
o Totol Asam Trikolorasetat konsentrasi 80 – 90 %
o Bedah listrik ( kauterisasi )
X. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kondiloma Akuminata
I. Definisi
Kondiloma akuminatum ( bila banyak disebut sebagai kondiloma akuminata) , atau kutil
kelamin (veneral warts) adalalah lesi berbentuk papilomatosis dengan permukaan verukosa
disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu ( terutama tipe 6 dan 11), terdapat di
daerah kelamin dan atau anus. 1,2
Kondiloma akuminata merupakan salah satu manifestasi klinis yang disebabkan oleh
infeksi Human Papillomavirus Virus (HPV), paling sering ditemukan di daerah genital dan
jarang di selaput lendir. Sering terkait dengan HPV 6 dan 11 dengan masa inkubasi 3 minggu
sampai 8 bulan. Cara penularan infeksi biasanya melalui hubungan seksual dengan orang yang
telah terinfeksi sebelumnya, penularan ke janin atau bayi dari ibu yang telah terinfeksi
sebelumnya dan risiko mengembangkan karsinoma sel skuamosa.3
Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan
melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada
permukaan mukosa pada vulva, serviks,pada perineum atau disekitar anus. Kondiloma sering
kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa tersebar multifocal dan multisentris yang
bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat
menguasai penampakan normal dan anatomipada genitalia. Daerah tubuh yang paling umum
adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus posterior pada wanita.2,3
II. Epidemiologi
Saat ini kondiloma akuminata sekarang menjadi penyebab paling utama suatu
penyakit menular seksual bahkan melebihi herpes genital. Kondiloma akuminata terjadi pada
5,5 juta orang Amerika setiap tahun dan diperkirakan memiliki prevalensi 20 juta. Kondiloma
akuminata adalah infeksi anorektal yang paling umum yang mempengaruhi pria homoseksual.
Namun, juga sering terjadi pada pria biseksual dan heteroseksual dan wanita. Meskipun cara
penularan paling umum melalui hubungan seksual namun penyebab non seksual juga dapat
terjadi.2
Pada pasien HIV positif prevalensi HPV adalah 30%. Pengaruh infeksi HIV pada
perjalanan penyakit HPV tidak jelas tetapi dapat dipengaruhi oleh tingkat keparahan
6
immunocompromise dan terapi penggunaan antiretroviral. Infeksi oleh jenis risiko tinggi HPV
dikaitkan dengan SIL (Squamous Intraepithelial Lesion) yang merupakan prekursor diduga
menjadi kanker invasif.4
IV. Patofisiologi
Kondiloma akuminata dapat disebabkan kontak dengan penderita yang terinfeksi
HPV. Sampai saat ini dikenal lebih dari 100 macam jenis HPV, yang sering menyebabkan
kondiloma akuminata yaitu tipe 6 dan 11. HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit,
biasanya pada daerah kelamin dan melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan
abrasi permukaan epitel. Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang sifatnya
mempunyai afinitas tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya
diferensiasi epitel skuamosa. Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada
lapisan terbawah dari epitel. Protein kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan
superfisial sel-sel yang berdiferensiasi. HPV dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan
respon radang. Pada wanita menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang
masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang
tidak terkendali. Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat
7
berlangsung sebulan bahkan setahun. Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan
partikel dimulai. Sel dari tuan rumah menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik dari
kondiloma akuminata (morphologic atypical koilocytosis of condiloma acuminate)
berkembang.5
Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan
atau dapat lebih lama.3 HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul
kemerahan di sekitar genitalia.5,6
Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa
pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena
pelepasan virus bersama epitel.5 HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang
yang merangsang pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf
perifer. Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia
sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa
gatal di korteks serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan
disertai infeksi mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman
pada saat melakukan hubungan seksual.6
V. Fakto Resiko
a. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai
aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang. Pada
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang sering berganti pasangan
seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau
lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi
HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang waktu
tersebut.7
b. Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun
hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya
kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan di dunia.7
c. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum
jelas. Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi
8
HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara
pengukuran HPV DNA.7
d. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu
dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada
saluran nafas) pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi
akibat adanya kondiloma di vagina dan serviks, atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain
seperti jamur.7
e. Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien immunocompromised misalnya pasien
dengan HIV.7
2. Bentuk papul
9
Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti
batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul
dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.5,6
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak
tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam
asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong. Meskipun demikian perlu
diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ketiga bentuk tadi dan sering pula dijumpai
bentuk-bentuk peralihan. Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai juga bentuk klinis yang
lain yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:
2.Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens
menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip
leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi.
Berbeda dengan kondiloma akuminata, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus
atau hanya sedikit 9 papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit bowen dengan inti
yang berkelompok, sel raksasa diskeratotik dan sebagai mitotik atipik. Dalam perjalanan
penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.
5,6
VII. Diagnosis
Kondiloma akuminata terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya yang khas.
Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit atau mukosa
sekitarnya dibungkus dengan kain kassa yang telah dibasahi dengan larutan asam asetat 5%
10
selama 3-5 menit. Setelah kain kassa dibuka, seluruh area yang dibungkus tadi diperiksa
dengan kaca pembesar dengan pembesaran 4-8 kali. Hasil tes yang positif disebut sebagai
positif acetowhite, terjadi warna putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang
terinfeksi HPV. Bagian sel ini mengandung banyak protein dan warna putih terjadi sebagai
akibat denaturasi protein. Lesi HPV serung kali menunjukan pola kapiler (punctuated capillary
pattern) yang berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukan hasil positif
namun dengan pola yang lebih difus dan tidak beraturan.4
Diagnosis kutil anogenital umumnya mudah jika pasien datang dengan lesi mirip kembang
kol yang khas untuk kondiloma akuminata atau dengan kutil filiformis atau verukosa yang
khas. Namun jika lesi berupa papul (datar), berpigmen, basah atau erosif, diagnosis secara
klinis mungkin tidak mudah.4,5
2.Kolposkopi
Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun belum
digunakan secara luas di bagian penyakit kulit. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk
melihat lesi kondiloma akuminata yang subklinis. Kolposkopi menggunakan sumber cahaya
yang kuat dan lensa binokular sehingga lesi dari infeksi HPV dapat diidentifikasi. Biasanya
kolposkopi digunakan bersama asam asetat untuk membantu visualisasi dari jaringan yang
terkena. Walaupun awalnya kolposkopi didisain untuk memeriksa alat kelamin wanita, aplikasi
dari kolposkopi sudah dikembangkan untuk memeriksa penis dan anus. Servikal kolposkopi
dan anoskopi resolusi tinggi biasanya dilakukan setelah tes sitologi yang abnormal pada
skrining dari kanker serviks.6
3.Histologi
Pemeriksaan histologis menunjukkan kelainan pada epidermis, termasuk akantosis
(menebalnya stratum spinosum), parakeratosis (retensi nuklei di sel stratum korneum), dan
hiperkeratosis (menebalnya stratum korneum), menyebabkan pembentukan papillomatosis
yang khas. Karakteristik lain yang ditemukan dari pemeriksaan jaringan yang dibiopsi adalah
11
koilosit (sel epitel squamous dengan nukleus abnormal di dalam halo sitoplasma yang besar).
Biopsi tidak tarlalu diperlukan untuk diagnosa kutil kelamin, mengingat tampilan klinisnya
yang khas. Bagaimanapun, disarankan melakukan biopsi jika temuan atipikal seperti
pigmentasi, ulserasi, masa nodular, untuk menyingkirkan kemungkinan displasia tingkat
tinggi atau malignansi. 6
4.Serologi
Enzym-lingked imunoabsorbent assay(ELISA) digunakan untuk mengukur IgG dan
IgM pada infeksi HPV dengan target partikel khusus seperti virus. Pasien dengan kondiloma
akuminata dan penyakit lain yang berhubungan dengan infeksi HPV ditemukan memiliki
respon serologi spesifik terhadap HPV tipe 6 dan 11. Pentingnya mengukur serologi HPV
masih belum diketahui dan pengukuran ini hanya digunakan untuk penelitian. Respon antibodi
terhadap HPV dapat bertahan untuk beberapa tahun atau berkurang dengan pulihnya penyakit,
dan mengindikasikan baik infeksi saat ini atau infeksi yang lama. Saat ini belum ada indikasi
klinis pemeriksaan serologi HPV. 6
2. Veruka vulgaris
Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama dengan warna kulit.1,2,3
3. Kondiloma lata
Salah satu bentuk lesi sifilis stadium II berupa plakat yang erosif. Ditemukan banyak
Spirochaeta pallidum.1,2,3
12
IX. Tatalaksana
Karena risiko penularan, serta risiko untuk pengembangan karsinoma sel skuamosa, lesi
umumnya harus diobati. Banyak metode pengobatan kondiloma akuminata tetapi secara
umum dapat dibedakan menjadi topikal, dan bedah.5
1. Topikal
a. Podophyllin
Podophyllin adalah bahan kimia yang paling terkenal dan paling banyak tersedia dalam
bentuk topikal. Pertama direkomendasikan untuk pengobatan kondiloma oleh Culp dan
Kaplan pada tahun 1942, bahan ini adalah agen sitotoksik yang berasal dari resin podofilum
emodi dan peltatum podofilum yang mengandung senyawa lignin biologis aktif, termasuk
podofilox, yang merupakan komponen paling aktif terhadap kondiloma akuminata.4,5
c. Kemoterapi
Berbagai agen kemoterapi digunakan untuk pengobatan kondiloma telah diuraikan,
termasuk 5-fluorouracil (5-FU) sebagai krim atau asam salisilat, thiotepa, bleomycin,
dinitrochlorobenzene dalam aseton, krim dan idoxuridine.4,5
13
2. Bedah Terapi
a. Elektrokauter
Elektrokauter adalah cara yang efektif untuk menghancurkan kondiloma akuminata di
anus internal dan eksternal tetapi teknik ini memerlukan anestesi lokal dan tergantung pada
keterampilan operator untuk mengontrol kedalaman dan lebar kauterisasi tersebut.
Mengontrol kedalaman luka penting untuk mencegah jaringan parut dan luka pada sfingter
ani mendasarinya. Luka bakar melingkar harus dihindari untuk mencegah stenosis ani. Jika
penyakit ini sangat luas atau melingkar, upaya-upaya harus dilakukan untuk mempertahankan
kontinuitas kulit.4,5
b. Terapi Laser
Terapi laser karbon dioksida untuk menghancurkan kondiloma pertama kali dilaporkan
oleh Baggish pada tahun 1980. Sebuah tingkat keberhasilan keseluruhan dari 88 sampai 95%
telah dilaporkan. Ini mirip dengan elektrokauter, namun ablasi laser memiliki tingkat
kekambuhan tinggi dan menimbulkan nyeri pasca operasi.5
c. Eksisi bedah
Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma akuminata dengan
tingkat keberhasilan tinggi. Kombinasi eksisi dan elektrokauter dianggap sebagai gold
standard untuk pengobatan kondiloma akuminata.5
3. Non – Farmakologi
a. Konseling mengenai penyakit dan resiko tertular HIV
b. Obati pasangan seksual pasien
c. Kunjungan ulang 3-7 hari setelah terapi. 6
X. Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi dicari, misalnya
hygiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak di sirkumsisi. 6,7
Angka rekurensi meningkat sekitar 50% setelah 1 tahun dan berkaitan dengan beberapa hal
sebagai berikut :7
Infeksi berulang dari kontak seksual
14
Periode inkubasi HPV yang lama
Virus terletak pada lapisan superficial kulit yang jauh dari system limfatik
Persistensi virus disekitar kulit, folikel rambut, atau lokasi-lokasi tertentu yang tidak
dapat diintervensi.
Lesi yang dalam atau terlewat
Lesi subklinis
Underlying immunosupression
XI. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pasien wanita harus diberitahu tentang skrining sitologi serviks sesuai dengan pedoman
lokal/nasional. Rekomendasi di Inggris adalah bahwa perempuan dengan kondiloma
akuminata harus diskrining sesuai dengan pedoman standar.
3. Analisis apakah kondom melindungi terhadap penularan HPV yang lebih kompleks
dengan hasil yang beragam. Namun data terbaru menunjukkan bahwa penggunaan kondom
laki-laki dapat melindungi perempuan terhadap penularan HPV
15
DAFTAR PUSTAKA
16