You are on page 1of 77

Studi Deskriptif Gangguan Tidur Pada Anak Usia 9-12

Tahun di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat Tahun 2015

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Hilmiana Putri
NIM: 1112103000013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436H/2015M
i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas
rahmat, hidayah serta limpahan karunianya saya dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam saya sampaikan kepada
nabi Muhammad SAW, nabi junjungan alam. Laporan penelitian ini saya susun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
pada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini telah
banyak pihak yang membantu dan membimbing saya. Oleh karena itu, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. DR. H. Arif Sumantri, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen PSPD
yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama saya
menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Riva Auda, SpA, M.Kes dan dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd
selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang senantiasa membimbing
dan mengarahkan saya selama berjalannya penelitian ini.
4. dr. Yanti Susianti, SpA (K) dan dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes selaku
dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran untuk
penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U,Ph.D,FICS,FACS selaku penanggung jawab
modul riset PSPD 2012.
6. dr. Ahmad Azwar Habibi, M.Biomed yang telah membantu saya dalam
proses penyelesaian penelitian ini.
7. Kedua orang tua tercinta Samsul Bahri, S.Pd dan Sukmawati, S.Pd yang
selalu memberikan do’a dan semangat kepada saya. Serta saudara tercinta

iv
kak Liza dan adik Eji serta seluruh keluarga besar yang selalu bisa
memberikan saya semangat dan dukungan selama menjalani proses
pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Kepala Sekolah, Guru dan Murid SD Negeri Cirendeu III Ciputat yang
telah mengizinkan dan membantu saya untuk melakukan uji validasi
kuesioner di sekolah tersebut.
9. Kepala Sekolah, Guru dan Murid SD Negeri Pisangan I Ciputat yang telah
mengizinkan dan membantu saya dalam pengambilan data penelitian ini.
10. Teman-teman seperjuangan riset saya, Didi, Amel, Arif yang telah
membantu dan menyemangati saya dalam penyelesaian penelitian ini.
Sukses selalu untuk kalian.
11. Sahabat tercinta Ifa Zuhra, Lia Makyu, dan Dwi Maya atas dukungan do’a
dan semangatnya dari jauh.
12. Teman-teman kontrakan BH, Ubat Gendut, Nurul Syahli, Hanifia Zombi,
Kak Dewi, dan ukhti Nabila atas canda tawa serta dukungan selama
menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
13. Seluruh teman seperjuangan PSPD 2012 Together Better Stronger, semoga
kita semua bisa lulus bersama.
14. Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu saya baik secara langsung
maupun tidak langsung yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu
persatu.
Semoga Allah SWT dapat membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
banyak membantu saya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. Dan semoga
laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan bagi
pembaca serta masyarakat dan dalam pengembangan keilmuan secara umum.
Ciputat, 02 Oktober 2015

Penulis

v
ABSTRAK
Hilmiana Putri. Program Studi Pendidikan Dokter. Studi Deskriptif
Gangguan tidur Pada Anak Usia 9-12 Tahun di SD Negeri Pisangan 1
Ciputat.2015.

Tidur merupakan kebutuhan fisiologis dasar setiap individu dengan karakteristik


penurunan tingkat kesadaran sementara terhadap lingkungan sekitar, metabolisme,
dan aktifitas fisik minimal. Gangguan tidur dapat berupa gangguan kualitas,
kuantitas maupun kejadian abnormal ketika tidur. Gangguan tidur memberikan
berbagai dampak negatif terhadap perkembangan kognitif, perilaku, emosi, dan
hubungan sosialnya. Penelitian tentang gangguan tidur di Indonesia masih jarang
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidens gangguan tidur
pada anak usia 9-12 tahun di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat. Pengambilan data
penelitian menggunakan kuesioner SDSC (Sleep Disturbances Scale for
Children). Hasil penelitian ini menunjukkan 42,2 % responden mengalami
gangguan tidur dan jenis gangguan tidur paling banyak adalah gangguan memulai
dan mempertahankan tidur. Terdapat perbedaan durasi tidur menjadi lebih singkat
saat ujian dan lebih lama saat liburan dibandingkan ketika keadaan normal. Dapat
disimpulkan bahwa insidens gangguan tidur pada responden adalah sebesar
42,2%.

Kata Kunci: gangguan tidur, anak, SDSC (Sleep Disturbances Scale for
Children), durasi tidur.
ABSTRACT
Hilmiana Putri. Medical Education Study Program. Descriptive study of Sleep
Disorders in Children Age 9-12 Years Old at Elementary School 1 Pisangan
Ciputat. 2015.

Sleep is a basic physiological need of each individual with the characteristics of


decreasing temporary conciousness level toward environment around, metabolism
and minimal physical activity. Sleep disturbance appearances in quality, quantity,
and abnormal occurrences during sleep. Sleep disturbance causes various negatif
impacts development of cognitive, behavior, emotion, and social relationship.
Sleep disturbance research is rarely carried out in Indonesia. This research
purposes to determine the incidence of sleep disturbance on children aged 9-12
years old at elementary school 1Pisangan Ciputat. Retrieval of research data
utilized the questionnaire of SDSC (Sleep Disturbances Scale for Children). This
result research has shown 42.20% of respondents who experienced sleep
disturbances and mostly type of one are initiating and maintaining sleep
disturbance. There were differences in sleep duration became shorter at
examination time and longer during the holiday if compared to normal
circumstances time. The conclusion of the study was the incidence of sleep
disturbance in respondents were 42.20%.

Keywords: sleep disturbance, children, SDSC (Sleep Distur bances Scale for
Children), sleep duration.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ....xiii
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................. 3
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.1. Bagi Peneliti .................................................................................... 3
1.4.2. Bagi Masyarakat .............................................................................. 3
1.4.3. Bagi institusi .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka Tidur .................................................................................. 4
2.1.1.Definisi Tidur ................................................................................... 4
2.1.2.Fisiologi tidur ................................................................................... 4
2.1.2.1. Neuroanatomi Pusat Pengatur Tidur ................................... 4
2.1.2.2. Fungsi Endokrin Selama Tidur ........................................... 6
2.1.2.3. Ritme Sirkadian .................................................................. 7
2.1.2.4. Tahapan Tidur ..................................................................... 7
2.1.2.5. Siklus tidur-Bangun ............................................................ 10
2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Tidur ............. 11
2.1.4. Pola Tidur dan Durasi Tidur Normal pada Anak ............................ 13
2.2. Tinjauan Pustaka Gangguan Tidur ................................................................. 15
2.2.1. Definisi Gangguan tidur .................................................................. 15
2.2.2. Etiologi Gangguan Tidur ................................................................. 16
2.2.3. Klasifikasi Gangguan Tidur ............................................................ 16
2.2.3.1. Insomnia.............................................................................. 17
2.2.3.2. Parainsomnia ....................................................................... 19
2.2.3.3. Narkolepsi ........................................................................... 20
2.2.3.4. Sleep Apnea......................................................................... 20

vii
2.2.4. Dampak Gangguan Tidur Pada Anak .............................................. 22
2.2.5. Diagnosis Gangguan Tidur.............................................................. 23
2.2.6.Tatalaksana Gangguan Tidur ........................................................... 23
2.3. Tinjauan Pustaka Anak .................................................................................. 25
2.3.1. Definisi Anak .................................................................................. 25
2.3.2. Tumbuh Kembang Anak ................................................................. 25
2.3.3. Perkembangan Anak Usia Sekolah ................................................. 26
2.4. Kerangka Teori............................................................................................... 28
2.5. Kerangka Konsep ........................................................................................... 29
2.6. Definisi Operasional....................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 34
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 34
3.2.1.Lokasi Penelitian .............................................................................. 34
3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................................. 34
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 35
3.3.1. Populasi Target ................................................................................ 35
3.3.2. Populasi Terjangkau ........................................................................ 35
3.3.3. Sampel Target ................................................................................. 35
3.3.3.1. Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel .................. 35
3.3.3.2. Kriteria sampel .................................................................... 37
3.4. Cara Kerja Penelitian ..................................................................................... 37
3.5. Manajemen Data ............................................................................................ 38
3.5.1.Teknik Pengambilan Data ................................................................ 38
3.5.2.Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 38
3.5.3.Teknik Pengolahan Data .................................................................. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 39
4.2. Hasil ............................................................................................................... 39
4.2.1. Karakteristik Diri dan Orang tua Responden .................................. 39
4.2.1.1. Karakteristik Reponden ...................................................... 39
4.2.1.2. Karakteristik Orang Tua Responden................................... 40
4.2.2. Gambaran Jenis Gangguan Tidur .................................................... 41
4.2.3. Gambaran Gangguan Tidur dan Karakteristik Responden.............. 42
4.2.4.Perubahan Pola Tidur pada Keadaan Tertentu ................................. 42
4.2.4.1. Durasi Tidur Pada Saat Kondisi Normal ............................ 42
4.2.4.2. Perubahan Durasi Tidur Pada Saat Ujian ........................... 43
4.2.4.3. Perubahan Durasi Tidur Pada Saat Liburan ........................ 42
4.3. Pembahasan .................................................................................................... 44
4.4. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ........................................................................................................ 48
5.2. Saran ............................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Tidur REM dan NREM .................................................. 8


Tabel 2.2 Kebutuhan Tidur Normal Berdasarkan Usia .................................... 15
Tabel 2.3 Gejala klinis dan Dampak Gangguan Pernapasan Saat Tidur.......... 22
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ................................ 39
Tabel 4.2 Karakteristik Usia Orang Tua Responden Siswa ............................. 40
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua ............ 40
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur Pada Responden .................. 41
Tabel 4.5 Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik Responden 42
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Pada Kondisi Normal ................ 42
Tabel 4.7 Durasi Tidur Pada Kondisi Normal ................................................. 43
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Ujian ................ 43
Tabel 4.9 Perubahan Durasi Tidur Lebih Singkat Saat Ujian .......................... 43
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Liburan .......... 44
Tabel 4.11 Perubahan Durasi Tidur Lebih Lama Saat Liburan ....................... 44

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peran Neurotransmiter Terhadap Siklus Tidur-Bangun ............... 5


Gambar 2.2 Siklus Tidur .................................................................................. 11
Gambar 2.3 Persentasi fase REM dan NREM dari total waktu tidur............... 14
Gambar 2.4 Kerangka Teori ............................................................................. 28
Gambar 2.5 Kerangka Konsep ......................................................................... 29
Gambar 3.1 Cara Kerja Penelitian ................................................................... 37

x
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Gangguan Tidur ................................... 41

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran kuesioner SDSC asli ........................................................................ 52


Lampiran kuesioner SDSC sebelum validasi ................................................... 54
Lampiran kuesioner SDSC setelah validasi ..................................................... 58
Lampiran Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 62
Lampiran Riwayat Hidup Penulis .................................................................... 63

xii
DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropik Hormone


ARAS : Ascending Reticular Activating System
EEG : Electroencephalogram
GABA : Gamma-Aminobutyric Acid
GBS : Gullain Barre Syndrome
GH : Growth Hormone
IDAI : Ikatan Dokter Indonesia
IRT : Ibu Rumah Tangga
NREM : Non-Rapid Eye Movement
PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik
REM : Rapid Eye Movement
SCN : Suprachiasmatic Nuclei
SD : Sekolah Dasar
SDSC : Sleep Disturbances Scale for Children
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPSS : Statistical Package for Sosial Sciences
WHO : World Health Organitation

xiii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tidur adalah suatu kebutuhan fisiologis setiap individu dengan tujuan
mengistirahatkan tubuh setelah lelah beraktivitas sepanjang hari. Definisi
tidur itu sendiri adalah keadaan seseorang yang mengalami penurunan tingkat
kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya, metabolisme minimal, aktifitas
fisik minimal dan mengoptimalkan kembali fungsi organ-organ yang rusak.
Sehingga ketika bangun keesokan harinya seseorang tersebut memiliki
semangat dan stamina yang cukup untuk beraktivitas kembali.1
Tidur memiliki peranan yang sangat penting dalam masa pertumbuhan
seorang anak terutama pada masa bayi, karena pada saat tidur inilah terjadi
proses regenerasi sel-sel otak dan produksi hormon-hormon tubuh sampai
sekitar 75%. Seorang anak yang mengalami gangguan tidur, tentu tidak akan
mencapai kematangan otak yang sempurna dan akan mengalami gangguan
untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.1,2
Kebutuhan waktu tidur pada setiap tingkatan usia memiliki perbedaan. Hal
ini berhubungan dengan kebutuhan pada masing-masing tingkat usia. Anak
yang baru lahir cenderung akan tidur sepanjang hari, sedangkan anak usia di
atas 6 bulan akan tidur sekitar 13 jam dalam sehari dan ketika usia 2 tahun
akan tidur sekitar 12 jam sehari termasuk tidur siang. Anak usia 4 tahun akan
tidur selama 10-13 jam setiap harinya. Saat mencapai usia remaja seorang
anak rerata hanya memiliki waktu tidur kurang dari 10 jam sehari. Hal ini
menunjukkan bahwa waktu tidur seorang anak akan semakin berkurang
seiring dengan pertambahan usia dan pertambahan jumlah aktifitas.3
Gangguan tidur sering terjadi pada anak. Di Indonesia didapatkan
prevalensi gangguan tidur pada anak usia di bawah 3 tahun yang dilakukan
oleh Rini dkk tahun 2006 sebesar 44,2%. Penelitian lain dilakukan oleh Dini
S dkk tahun 2013 mengatakan bahwa 79,8% anak usia 3-6 tahun mengalami
gangguan tidur dengan jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan
memulai dan mempertahankan tidur. Gangguan tidur pada anak remaja usia
12-15 tahun dalam penelitian yang dilakukan oleh Adeline dkk tahun 2009
2

didapatkan 62,9% responden mengalami gangguan tidur dan 63,6% dari total
responden yang mengalami gangguan tidur tersebut merupakan gangguan
transisi bangun tidur. Cristine N dkk tahun 2011 juga melakukan penelitian
gangguan tidur pada remaja usia 12-15 tahun di Bekasi dan didapatkan
gangguan tidur sebanyak 62,5%.4-7
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dengan gangguan tidur
akan mengalami berbagai masalah terkait perilaku dan emosi yang dapat
menyebabkan timbulnya rasa lelah, malas serta mengantuk pada siang hari
yang berdampak buruk terhadap konsentrasi belajar anak dan daya
ingatannya. Penelitian yang dilakukan oleh Chung dkk, didapatkan bahwa
anak remaja yang memiliki prestasi akademik yang bagus di sekolah
cenderung memiliki waktu tidur lebih awal dan jarang mengalami rasa
ngantuk pada siang hari dibandingkan dengan remaja yang prestasi
akademiknya kurang bagus. Gangguan tidur itu sendiri dapat berupa
gangguan kuantitas, kualitas, maupun kejadian abnormal yang terjadi selama
tidur.1,2,8
Hal yang menjadi perhatian adalah bahwa penelitian tentang gangguan
tidur pada anak dan remaja masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia.
Penelitian prevalensi gangguan tidur pada anak sekolah dasar terutama usia 9-
12 tahun belum peneliti temukan. Selain itu, diagnosis gangguan tidur pada
anak sulit untuk ditegakkan, hal ini berhubungan dengan ketidakpedulian
orang tua terhadap tidur sang anak, sehingga terlambat untuk didiagnosis dan
penanganan juga menjadi lebih sulit. Gangguan tidur pada anak yang mulai
menginjak usia remaja tersebut memiliki dampak buruk terhadap fungsi
kognitif, perilaku, sosial, dan emosial anak tersebut. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini peneliti ingin melakukan suatu studi deskriptif terhadap
gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Pisangan 1 Ciputat.
3

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasakan latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Berapakah besar insidens gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun di SD
Negeri Pisangan 1 Ciputat pada tahun 2015?
2. Gangguan tidur apa yang paling sering terjadi pada anak usia 9-12 tahun di
SD Negeri Pisangan 1 Ciputat?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran secara deskriptif gangguan tidur pada anak usia 9-
12 tahun di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat pada tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui persentasi anak usia 9-12 tahun yang mengalami gangguan
tidur di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat pada tahun 2015.
2. Mengetahui jenis gangguan tidur yang paling sering terjadi pada anak
usia 9-12 tahun di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana
kedokteran.
2. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang melakukan penelitian.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada pada orang tua dan tenaga
kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) mengenai insidens gangguan tidur
pada anak sehingga dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap dampak
adanya gangguan tidur tersebut.
1.4.3 Bagi Institusi
1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian
selanjutnya
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tidur
2.1.1. Definisi Tidur
Tidur adalah suatu keadaan seseorang mengalami penurunan
tingkat kesadaran sementara terhadap lingkungan sekitar, tingkat
metabolisme minimal, dan aktifitas fisik minimal. Namun sesungguhnya
pada keadaan tidur inilah otak sedang giat-giatnya bekerja, mengalami
regenerasi sel dan peningkatan produksi hormon. Tidur merupakan salah
satu kebutuhan fisiologis dasar setiap individu. Dengan tidur seseorang
dapat menghilangkan rasa lelah setelah beraktivitas seharian, merasakan
ketenangan tanpa memikirkan apapun.1,2,9
Manusia mengabiskan hampir sepertiga dari total waktunya dalam
sehari untuk tidur. Karena tidur dapat memulihkan kondisi tubuh yang
lelah, mengurangi stress dan cemas serta harapan ketika bangun tubuh
kembali pulih dan siap melakukan aktifitas baru keesokan harinya.
Seseorang yang kurang tidur akan cenderung lemas, mudah marah, mudah
tersinggung, merasa tertekan, dan emosi yang tidak stabil. Dengan
tercukupinya kebutuhan tidur seseorang baik dari segi kuantitas maupun
kualitas akan membuat orang tersebut lebih terlihat sehat, segar dan
semangat dalam beraktifitas.1,2,9

2.1.2. Fisiologi Tidur


2.1.2.1. Neuroanatomi Pusat Pengaturan Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan yang sangat kompleks. Melibatkan
sistem saraf pusat, saraf tepi, endokrin, vaskular, respirasi, dan
muskuloskeletal. Pengaturan dan kontrol aktivitas tidur-bangun dilakukan
oleh Ascending Reticular Activating System (ARAS). ARAS terletak di
formatio retikularis di batang otak yang merupakan sistem saraf pusat
yang berfungsi sebagai promotor dari siklus tidur-bangun. ARAS itu
sendiri terdiri dari kelompok-kelompok sel dan nukleus, interneuron serta
5

traktus ascenden dan descenden yang seluruhnya saling berhubungan satu


sama lain.10,11
Sebagian besar formatio retikularis terletak di sentral atau
tegmentum dari pons dan mesencephalon dan memanjang sampai medula,
thalamus dan hipothalamus. Formatio retikularis berfungsi sebagai
penghubung semua jenis informasi neural, kemudian akan disebarluaskan
melalui bagian tepinya serta dilakukan organisasi respon dari input-input
informasi tersebut.10,11
Neurotransmitter yang berperan dalam siklus tidur-bangun seperti
norepinefrin, serotonin, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan histamin
dikeluarkan oleh kelompok-kelompok neuron formatio retikularis di
batang otak, midbrain, dan hipotalamus posterior. Setiap neurotransmitter
tersebut memiliki peran masing-masing terhadap siklus tidur-bangun,
seperti yang digambarkan dibawah ini.10

Gambar 2.1. Peran Neurotransmitter Terhadap Siklus Tidur-Bangun


Sumber: Barret K dkk, 201010
6

2.1.2.2. Fungsi Endokrin Selama Tidur


Saat seseorang dalam keadaan tidur terjadi sekresi beberapa
hormon dalam tubuhnya, diantaranya adalah hormon pertumbuhan,
prolaktin, dan kortisol.9,12
a. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)
Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh tidur yang optimal.
Pada saat tidur, berbagai fungsi organ tubuh anak sedang meningkat,
seperti fungsi otak, metabolisme hormon, dan fungsi tubuh lainnya.9
Growth Hormone (GH) adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh
hipofisis anterior, beredar di dalam darah dengan konsentrasi 5-45 ng/ml.
Sekitar 75% GH disekresi ketika anak tidur yaitu pada fase Non-Rapid Eye
Movement (NREM) tahap III dan IV. Tingginya kadar GH yang disekresi
ini berhubungan fungsi hormon tersebut, yaitu untuk merangsang
pertumbuhan tulang dan jaringan, serta mengatur metabolisme tubuh,
termasuk otak. Selain itu, GH juga merangsang perbaikan dan
pembaharuan terhadap sel-sel yang ada di tubuh, mulai dari sel kulit, sel
darah, serta sel saraf otak. Sehingga ketika anak terbangun dari tidur
keesokan harinya, anak akan merasa lebih segar dan sehat.9,12
Beberapa fungsi GH dalam proses pertumbuhan anak:
1. Stimulasi pertumbuhan dan pembelahan sel
2. Stimulasi pembelahan sel pada tulang rawan
3. Meningkatkan proses mineralisasi tulang
4. Meningkatkan sintesis protein tubuh
5. Memicu insulin-like growth factor. Hormon ini berfungsi pada
pertumbuhan dan perkembangan sel tubuh.12
Berdasarkan fungsi tersebut, maka apabila sekresi GH tidak
maksimal akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tidak maksimal pula, termasuk perkembangan sel otak yang akhirnya akan
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir atau kognitif anak yang tidak
optimal.9,12
7

b. Hormon kortisol
Sekresi hormon kortisol dan adrenokortikotropik (ACTH)
mengikuti irama sirkadian dengan puncak sekresi pada pagi hari atau 1
jam setelah bangun tidur dan titik paling rendah pada larut malam. Namun
hal ini dapat berubah sesuai dengan siklus tidur-bangun seseorang. Bila
pola tidur berubah, maka sekresi hormon kortisol pada awalnya akan
seperti semula, namun secara perlahan akan berubah dan melakukan
penyesuaian terhadap siklus baru.12
Secara umum, fluktuasi hormon selama tidur dipengaruhi oleh 3
faktor utama,yaitu: irama sirkadian, siklus bangun tidur, dan tahapan tidur
REM dan NREM.12
2.1.2.3. Ritme Sirkadian
Ritme sirkadian adalah salah satu bentuk ritme biologis. Setiap
mahkluk hidup memiliki ritme biologis yang berbeda-beda. Ritme biologis
yang paling umum adalah ritme sirkadian atau irama sirkadian yang
melengkapi siklus selama 24 jam. Ritme biologis ini diatur oleh tubuh dan
disesuaikan dengan lingkungannya, misalnya cahaya, kegelapan, gravitasi,
dan stimulus elektromagnetik. Ritme ini diatur oleh suatu area di otak
ynag disebut suprachiasmatic nuclei (SCN) dan dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal.10,13,14
Faktor eksternal yang berperan adalah siklus gelap-terang. Ketika
keadaan sekitar gelap, SNC akan memerintahkan tubuh untuk mensekresi
hormon melatonin, yang mana melatonin akan merangsang seseorang
untuk merasa ngantuk. Hormon melatonin itu sendiri diproduksi oleh
kelenjar pineal dan sekresinya ditentukan oleh keberadaan cahaya.
Hormon melatonin terbukti memiliki fungsi dalam mengontrol ritme
sirkadian. 10,13,14
2.1.2.4. Tahapan Tidur
Tidur memiliki 2 tahapan, yaitu non-rapid eye movement (NREM)
dan rapid eye movement (REM). Kedua tipe ini dibedakan melalui pola
electroencephalogram (EEG), gerakan mata, dan tonus otot. Dikatakan
REM karena pada tipe tidur ini mata mengalami pergerakan yang cepat
8

walaupun orang tersebut dalam keadaan tidur. Tipe tidur NREM disebut
sebagai tidur gelombang lambat “slow-wave sleep”. Tabel di bawah ini
akan membedakan antara tidur REM dan NREM.15-17
Tabel 2.1. Perbedaan tidur REM dan NREM
Kriteria Non-rapid eye Rapid eye movement
movement (NREM) (REM) sleep
sleep
Electroencephalography Selaras  Gelombang Theta atau
gigi gergaji
 Tidak selaras
Electromiography Menurun sedikit Menurun secara drastis
atau tidak ada tonus otot
Electro-oculography Gerakan mata lambat Gerakan mata cepat
*Catatan: tabel telah diolah kembali
Sumber: Samuele Cortese dkk, 201417

a. Fase NREM
Fase NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek, hal ini
dikarenakan gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur pada
fase ini lebih pendek dari pada gelombang alfa dan beta pada orang sadar.
Ketika fase NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh,
semua proses metabolisme termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan
kerja otot.15-17
Fase NREM terbagi menjadi 4 tahap. Tahap I-II disebut tidur ringan
(light sleep) sedangkan tahap III-IV disebut tidur dalam (deep sleep) atau
(delta sleep). 15-17
1. Tahap 1 NREM
- Tahap dengan tingkat paling dangkal dari tidur
- Tahap berakhir dalam beberapa menit
- Terjadi pengurangan aktivitas fisologis, dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
9

- Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori, seperti


suara
- Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah melamun
2. Tahap 2 NREM
- Tahap yang merupakan periode tidur bersuara
- Terjadi kemajuan relaksasi
- Terbangun masih relatif mudah
- Tahap berakhir 10-20 menit
- Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3. Tahap 3 NREM
- Tahap ini merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
- Seseorang sudah sulit dibangunkan dan jarang bergerak
- Otot dalam keadaan relaksasi maksimal
- Tanda-tanda vital menurun namun tetap teratur
- Tahap ini berakhir 15-30 menit
4. Tahap 4 NREM
- Tahap ini merupakan tahap tidur terdalam
- Sangat sulit untuk dibangunkan
- Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang
seimbang pada tahap ini
- Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibandingkan saat
terjaga
- Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.15-17
b. Fase REM
Fase tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit. Ketika fase REM tidur tidak senyenyak fase NREM
dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Otak cenderung lebih
aktif dan metabolisme meningkat hingga 20 % pada fase ini. Selain itu,
orang menjadi sulit dibangunkan, hal ini terjadi akibat ambang batas
arousal dari stimulus sensori dan stimulus menuju formasio retikularis
ditingkatkan, tonus terdepresi, sekresi lambung meningkat dan frekuensi
jantung serta pernapasan sering kali tidak teratur. 15-17
10

Karakteristik tidur fase REM:


1. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup, serta biasanya mimpi
pada fase ini dapat diingat, karena pada fase REM terjadi konsolidasi
memori. Jika mimpi kurang hidup atau mimpi tidak dapat diingat
mungkin terjadi pada tahap yang lain
2. Biasanya dimulai 90 menit setelah mulai tidur
3. Respon otonom dari pergerakan mata cepat, fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
4. Terjadi penurunan tonus otot skelet
5. Peningatan sekresi asam lambung
6. Sangat sulit dibangunkan
7. Durasi tidur REM meningkat pada tiap siklus, rata-rata 20 menit.15-17
2.1.2.5. Siklus Tidur-Bangun
Dalam satu kali periode tidur, seseorang akan melewati fase tidur
NREM dan REM secara bergantian. Setiap siklus yang sempurna normalnya
berlangsung selama 1,5 jam dan biasanya terjadi 4-5 kali siklus selama 7-8
jam tidur. Siklus dimulai dari fase NREM dan berlanjut ke fase REM.
Tahap NREM I-III berlangsung sekitar 30 menit dan dilanjutkan ke tahap
IV sekitar 20 menit, lalu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit,
fase REM muncul setelahnya dan berlangsung selama 10 menit. Durasi tidur
fase NREM tahap III dan IV dari satu siklus ke siklus selanjutnya terus
mengalami pengurangan, sedangkan tidur NREM fase II akan semakin
bertambah.18,19
11

Siklus tidur-bangun dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.2. Siklus Tidur


19
Sumber: Kryger MH dkk, 2011

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas tidur antara lain: penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup,
stress, emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan
motivasi.18,20,21
a. Penyakit
Seseorang yang sedang menderita suatu penyakit
menyebabkan timbulnya rasa nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Sehingga dibutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak dari pada biasanya, serta siklus bangun-tidur
ketika sakit juga akan mengalami gangguan.18,20,21
b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu juga dapat menghambat
tidur seseorang. Dengan tidak adanya stimulus tertentu atau adanya
stimulus tertentu dapat menghambat upaya tidur. Contoh: suhu
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang. Namun dengan seiring berjalannya waktu
12

seseorang tersebut akan bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh


dengan kondisi tersebut.18,20,21
c. Kelelahan
Kondisi lelah dapat mempengaruhi tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang maka semakin pendek pula siklus tidur
REM yang dilaluinya, dan setelah beristirahat yang cukup, siklus
REM tersebut akan kembali seperti semula.18,20,21
d. Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.18,20,21
e. Stress Emosional
Seseorang yang sedang dalam keadaan ansietas atau depresi
sering kali mengalami gangguan tidur. Kondisi ansietas
meningkatkan kadar noreponefrin darah melalui stimulasi sistem
saraf simpatis. kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur
NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya menjadi terbangun
ketika sedang tidur.18,20,21
f. Stimulan dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat
merangsang SSP dan menyebabkan gangguan tidur. Konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat menggaggu aktivitas siklus REM.
Apabila seseorang yang mengkonsumsi alkohol, dan pengaruh
alkohol telah hilang sering kali menyebabkan individu tersebut
mengalami mimpi buruk.18,20,21
g. Diet
Penurunan berat badan memiliki kaitan dengan penurunan
waktu tidur dan seringnya berjaga di malam hari, sedangkan
penambahan berat badan juga memiliki kaitan dengan peningkatan
waktu tidur dan sedikitnya waktu terjaga di malam hari.18,20,21
h. Merokok
Salah satu kandungan yang terdapat di dalam rokok adalah
nikotin. Nikotin terbukti memiliki efek stimulasi pada tubuh.
13

Sehingga seorang perokok sering kali mengalami kesulitan untuk


tidur di malam hari dan mudah terbangun dari tidur ketika sedang
tidur.18,20,21
i. Medikasi
Beberapa obat-obatan diketahui dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang, seperti obat-obatan hipnotik dapat
mengganggu tidur tahap III-IV NREM, golongan beta bloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, dan golongan narkotik
seperti meperidin hidroklorida dan morfin dapat menekan tidur
REM dan menyebabkan seringnya seseorang terjaga pada malam
hari.18,20,21
j. Motivasi
Terkadang seseorang memiliki keinginan untuk tetap
terjaga pada malam hari, keinginan ini dapat menutupi rasa lelah
orang tersebut. Perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga pada malam hari seringnya dapat mendatangkan perasaan
ngantuk.18,20,21
2.1.4. Pola Tidur dan Durasi Tidur Normal Pada Anak
Kebutuhan tidur setiap individu tentu saja berbeda. Hal utama yang
menjadi pembeda adalah usia, karena dengan peningkatan usia seseorang,
maka kebutuhan tidur akan berkurang. Seorang individu mengalami proses
yang bertahap untuk bisa mendapatkan ritme diurnal 24 jam. Ritme
sirkadian akan terbentuk sempurna ketika usia anak mencapai 4 bulan.9
Seiring dengan pertambahan usia, anak akan lebih jarang tidur
siang, sehingga terjadi penurunan waktu tidur total. Perubahan waktu tidur
ini terjadi secara signifikan selama anak pada masa kanak-kanak (usia 5-
10 tahun) dan akan terus berlanjut hingga memasuki masa remaja dan
dewasa. Perubahan pola tidur anak sejak bayi hingga menginjak usia
dewasa akan digambarkan pada gambar berikut ini.22
14

Gambar 2.3. Persentasi fase REM dan NREM dari total waktu tidur
berdasarkan kelompok usia
Sumber: Okawa M, 200022
Kebutuhan total tidur setiap golongan usia berbeda. Semakin dewasa
durasi tidur akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan kesibukan yang dimiliki
individu tersebut untuk bersekolah atau bekerja pada siang hari. Berikut ini adalah
kebutuhan tidur yang normal untuk masing-masing golongan usia.9,22
Tabel 2.2. Kebutuhan Tidur Normal Berdasarkan Usia3
USIA DURASI YANG MASIH TIDAK
DIREKOMENDASIKAN DIPERBOLEHKAN DIREKOMENDASIKAN
0-3 bulan 14 - 17 jam 11 - 13 jam, atau Kurang dari 11 jam
18 – 19 jam Lebih dari 19 jam
4-11 bulan 12 - 15 jam 10 - 11 jam, atau Kurang dari 10 jam
16 - 18 jam Lebih dari 18 jam
1-2 tahun 11 - 14 jam 9 - 10 jam, atau Kurang dari 9 jam
15 - 16 jam Lebih dari 16 jam
3-5 tahun 10 - 13 jam 8 - 9 jam, atau Kurang dari 8 jam
14 atau Lebih dari 14 jam
6-13 tahun 9 - 11 jam 7 - 8 jam, atau Kurang dari 7 jam
12 jam Lebih dari 12 jam
14-17 8 - 10 jam 7 jam, atau Kurang dari 7 jam
tahun 11 jam Lebih dari 11 jam
18-25 7 - 9 jam 6 jam, atau Kurang dari 6 jam
tahun 10 - 11 jam Lebih dari 11 jam
26-64 7 - 9 jam 6 jam, atau Kurang dari 6 jam
tahun 10 jam Lebih dari 10 jam
≥65 tahun 7 – 8 jam 5 - 6 jam, atau Kurang dari 5 jam
9 jam Lebih dari 9 jam
*Catatan: tabel telah diolah kembali
Sumber: National Sleep Foundation, 2015
15

2.1. Gangguan Tidur


2.2.1. Definisi
Gangguan tidur adalah suatu kondisi gangguan medis pola tidur yang
terjadi pada seseorang, baik dari segi kualitas, kuantitas, atau gangguan perilaku
dan kondisi fisiologis pada saat tidur.16,23
Gangguan kuantitas tidur adalah tidak terpenuhinya durasi tidur yang
normal, dapat akibat kesulitan memulai tidur atau ketidakmampuan
mempertahankan tidur. Gangguan kualitas tidur adalah terputusnya tidur akibat
terbangun ketika tidur yang durasinya singkat namun dengan frekuensi sering dan
berulang.16,23
2.2.2. Etiologi
Terjadinya gangguan tidur pada anak dapat disebabkan oleh faktor internal
maupun faktor eksternal. Faktor internal misalnya adalah segala sesuatu yang
dapat menyebabkan gangguan pada ARAS. Faktor eksternal misalnya adalah
faktor lingkungan, seperti adanya bunyi yang menggangu, cahaya, bau, ataupun
lokasi tidur. Keadaan sosial ekonomi juga terbukti memiliki hubungan terhadap
terjadinya gangguan tidur pada anak, seperti kelembaban, suhu dingin, kumuh,
kepadatan, dan bunyi bising.24-26
Faktor lain adalah kebiasaan dan perilaku sebelum tidur, seperti menonton
televisi atau melakukan kegiatan berat seperti olahraga sebelum tidur. Gangguan
tidur juga dapat terjadi akibat efek sekunder dari penyakit lain yang sedang
diderita. 24
2.2.3. Klasifikasi
Secara umum PPDGJ III membagi gangguan tidur menjadi 2, yaitu
disomnia dan parasomnia. Disomnia adalah suatu kondisi psikogenik primer
dengan ciri gangguan tidur pada segi kualitas, kuantitas, atau waktu tidur yang
terkait dengan faktor emosional. Keadaan insomnia dan hiperinsomnia serta
gangguan siklus bangun tidur termasuk dalam disomnia. Parasomnia adalah
adanya kejadian abnormal yang terjadi selama tidur, seperti night terrors,
nightmares, sleep walking, dan sleep talking. Selain itu, gangguan tidur lain
menurut PPDGJ III adalah gangguan tidur organik, gangguan tidur nonpsikogenik
termasuk narkolepsi, sleep apnea, mioklonus nokturnal, dan enuresis.27
16

Menurut DSM-V gangguan tidur dibagi menjadi gangguan insomnia,


gangguan hiperinsomnia, narkolepsi, Obstructive sleep apnea hypopnea,
gangguan irama sirkadian, parainsomnia, gangguan NREM, gangguan mimpi
buruk, gangguan perilaku REM, dan restless legs syndrome.28
Ganguan tidur yang terjadi pada anak dapat berupa gangguan tidur primer
atau sebagai konsekuensi sekunder dari adanya gangguan medis atau kejiwaan
yang mendasarinya. Gangguan tidur primer adalah suatu keadaan seseorang sulit
untuk memulai atau mempertahankan tidur dan berlangsung minimal 1 bulan.16,17
Klasifikasi gangguan tidur ini didasari pada keadaan yang kronik,
sedangkan gangguan tidur yang terjadi beberapa malam pasca stress psikososial
tidak didiagnosis sebagai gangguan tidur. Untuk menegakkan diagnosis gangguan
tidur setidaknya diperlukan minimal 3 kali kejadian dalam seminggu selama
periode 1 bulan disertai keluhan fisik seperti kelelahan, mudah marah, dan lain
lain. 16,17
2.2.3.1. Insomnia
a. Definisi
Insomnia dapat diartikan sebagai keadaan seseorang sulit untuk memulai
tidur atau sulit mempertahankan tidur. Seseorang yang terbangun dari tidur di pagi
hari namun merasa bahwa tidurnya belum cukup juga dapat disebut sebagai
insomnia. Terkadang orang yang menderita insomnia memiliki waktu tidur yang
lebih lama tetapi kualitasnya kurang. Gangguan insomnia ini biasanya terjadi pada
individu dewasa, beberapa penyebabnya adalah karena gangguan fisik ataupun
faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.16,17

b. Jenis-jenis insomnia
Secara umum insomnia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Insomnia Inisial
Merupakan gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai tidur.
2. Insomnia Intermiten
Merupakan ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan
tidur, sehingga orang tersebut sering kali terbangun dari tidur di malam
hari.
17

3. Insomnia Terminal
Adalah keadaan seseorang bangun lebih awal dari tidurnya namun
sulit untuk tidur kembali.16

c. Faktor-faktor penyebab insomnia


a. Stress atau kecemasan
Seseorang yang sedang mengalami kegelisahan cenderung
memikirkan permasalahan yang sedang dihadapinya, sehingga
membuatnya lebih banyak terjaga di malam hari.
b. Depresi
Selain menyebabkan insomnia, depresi juga cenderung
menimbulkan perasaan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin
melepaskan diri dari masalah yang sedang dihadapinya. Depresi dapat
menyebabkan insomnia, dan insomnia sendiri juga dapat menyebabkan
depresi.
c. Kelainan-kelainan kronis
Kelainan tidur seperti sleep apnea, diabetes, sakit ginjal, artritis
atau penyakit yang mendadak sering kali menyebabkan seseorang
kesulitan untuk tidur di malam hari.
d. Efek samping pengobatan
Beberapa pengobatan memiliki efek samping insomnia. Seperti
obat-obatan hipnotik dapat mengganggu tidur tahap III-IV NREM,
golongan beta bloker, dan golongan narkotik seperti meperidin
hidroklorida dan morfin dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seseorang terjaga lebih lama pada malam hari.
e. Pola makan yang buruk
Kebiasaan untuk mengkonsumsi makanan berat saat sebelum tidur
bisa menyebabkan seseorang sulit untuk tidur.
f. Kafein, nikotin dan alkohol
Kafein dan nikotin merupakan zat stimulan. Mengkonsumsi kafein
dapat menyebabkan pengurangan waktu tidur atau meningkatkan waktu
18

terjaga. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur, karena alkohol dapat


mengganggu tidur fase REM.
g. Kurang olahraga
Seseorang yang kurang olahraga juga dapat menyebabkan
kesulitan tidur yang signifikan.16,17
Terdapat juga penyebab lain yang berkaitan dengan insomnia, seperti:
a. Usia lanjut
b. Wanita hamil
c. Riwayat depresi29
2.2.3.2. Parainsomnia
a. Definisi
Parasomnia adalah perilaku yang dapat menggangu tidur atau perilaku
mengganggu yang terjadi selama tidur. Kelainan ini sering terjadi pada anak-
anak.16,17
b. Klasifikasi
Klasifikasi parasomnia didasarkan pada munculnya perilaku tersebut di
tiap-tiap fase tidur. Parasomnia saat tidur fase NREM terdiri dari sleep walking,
night terror, sleep talking, dan rhythmic movement disorders (enuresis).
Parainsomnia fase NREM biasanya terjadi beberapa jam setelah anak jatuh tidur.
Parasomnia saat tidur fase REM, contohnya adalah nightmares.16,17
1. Sleep Walking
Sleep walking atau berjalan saat tidur sering ditemui pada anak-anak dengan
prevalensi 17%. Usia rata-rata anak yang mengalami kelaianan ini adalah sekitar
5-7 tahun dan biasanya ditemukan riwayat keluarga dengan keluhan serupa. Anak
tidak dapat mengingat kejadian yang ia alami selama tidur, sering disertai dengan
night terror, serta mengompol.17
2. Night terrors
Night terrors atau dalam beberapa referensi lain disebut sebagai Sleep
terrors adalah episode ketakutan yang terjadi tiba-tiba. Anak akan menangis atau
berteriak keras dan disertai peningkatan kerja sistem saraf otonom, seperti
berkeringat, peningkatan tekanan darah dan takikardi. Kejadian sleep terrors
sering dialami anak usia remaja. Beberapa penelitian mengatakan adanya
19

hubungan antara kejadian ansietas dengan peningkatan kejadian night terrors


ini.17
3. Sleep talking
Sleep talking atau mengigau adalah jenis gangguan parasomnia yang paling
sering ditemukan. Anak usia antara 3-13 tahun merupakan yang paling sering
mengalami gangguan ini. Sleep talking ini sering menjadi komorbid dengan sleep
walking dan night terrors, dan belum diketahui secara pasti mengenai
patofisiologi hal tersebut.17
4. Nightmares
Nightmares atau mimpi buruk adalah jenis kelainan parainsomnia yang
terjadi saat tidur fase REM. Anak yang mengalami mimpi buruk biasanya
langsung terbangun dari tidurnya dan tampak ketakutan. Anak dapat mengingat
mimpi yang ia alami tersebut. Karena mimpi terjadi pada fase REM, pada fase ini
terjadi konsolidasi memori. Hal inilah yang membedakan mimpi pada fase REM
dan fase NREM.17
2.2.3.3. Narkolepsi
Narkolepsi atau sleep attack adalah gangguan tidur dengan gejala serangan
mengantuk tiba-tiba pada siang hari. Penyebab gangguan tidur ini belum diketahui
pasti, namun diduga akibat adanya kerusakan genetik sistem saraf di otak yang
menyebabkan gangguan tak terkendali pada tahap tidur fase REM.17,29
2.2.3.4. Sleep Apnea
Sleep apnea adalah suatu periode henti napas ketika tidur. Sleep apnea
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu central sleep apnea, upper airway obstructive apnea,
dan campuran.17,30
Central sleep apnea sering terjadi pada usia lanjut, ditandai dengan
terhentinya aliran udara dan usaha napas secara periodik selama tidur, sehingga
pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini mungkin disebabkan
kerusakan batang otak atau hiperkapnia. 30
Upper airway obstructive apnea ditandai dengan peningkatan usaha otot
dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi
tersebut. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Ditandai dengan
napas megap-megap atau mendengkur ketika tidur. Mendengkur berlangsung 3-6
20

kali kemudian menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea
terjadi ketika pasien tidak mendengkur. Gangguan ini sering disertai dengan nyeri
kepala atau perasaan tidak enak pada pagi harinya.
Pada anak-anak keadaan ini sering berhubungan dengan gangguan
kongenital saluran napas, dystonomi syndrome, adenotonsilar hypertrophy,dan
lain-lain. Pada orang dewasa dapat diakibatkan oleh obstruksi saluran napas
akibat septal defek, hipotiroid, gangguan jantung, penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), hipertensi, stroke, gullain barre syndrome (GBS), dan lain-lain. Sleep
apnea baik sentral ataupun obstruksi menyebabkan pasien sering terbangun pada
malam hari dan kadang sulit untuk tidur kembali.17,30

Table 2.3. Gejala klinis dan dampak dari gangguan pernapasan saat tidur

Gejala gangguan pernapasan saat Konsekuensi/dampak gangguan


tidur pernapasan saat tidur

1. Mengorok Neurobehavioral
1. Somnolen
2. Bernapas dengan mulut
2. Hiperaktif
3. Gelisah saat tidur
3. Penurunan konsentrasi
4. Megap-megap saat tidur
4. Gangguan perilaku
5. Berkeringat
5. Menarik diri dari sosial
6. Night terrors
6. Depresi, cemas, tidak percaya
7. Mengompol
diri

8. Posisi tidur yang tidak biasa Cardiovascular


1. Hipertensi sistemik
9. Hidung tersumbat
2. Cor pulmonale
10. Pembesaran tonsil dan adenoid
3. Hipertrofi ventrikel kiri
11. Rhinitis alergi/sinusitis
4. Dislipidemia
5. Resistensi insulin
*Catatan: tabel telah diolah kembali
Sumber: Samuele Cortese dkk, 201417
21

2.2.4. Dampak Gangguan Tidur Pada Anak


Seseorang yang mengalami gangguan tidur dapat mengalami
beberapa efek baik dengan onset akut maupun kronis. Efek akut yang
mungkin dialami akibat gangguan tidur adalah rasa ngantuk, penurunan
atensi dan konsentrasi. Efek kronisnya memungkinkan seseorang tersebut
menderita beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskular, obesitas,
diabetes mellitus tipe 2, dan stroke, serta timbulnya gangguan memori dan
gangguan psikologi.9,29,30
Apabila seorang anak mengalami gangguan tidur, akan sangat
berpengaruh terutama terhadap perkembangan kognitifnya. Berikut ini
adalah beberapa dampak gangguan tidur pada anak:
a. Aspek mood
Iritabilitas, mood yang berubah-ubah, kendali emosi yang buruk.
b. Fungsi kognitif
Atensi dan konsentrasi yang berkurang, waktu reaksi terlambat,
kewaspadaan berkurang, penurunan fungsi eksekutif
(pengambilan keputusan, penyelesaian masalah), gangguan
pembelajaran, dan prestasi belajar yang buruk.
c. Aspek perilaku
Hiperaktivitas, ketidakpatuhan, perilaku membangkang, kendali
impuls yang buruk, peningkatan keinginan untuk mengambil
9,29,30
resiko.
2.2.6. Diagnosis Gangguan Tidur
Orang tua yang merasa anaknya mengalami gangguan tidur,
biasanya akan membawa anak mereka ke dokter. Namun sangat
disayangkan bahwa tidak semua dokter mengetahui variasi dari
gangguan tidur tersebut. Selain ke dokter, orang tua sering
berkonsultasi dengan psikologi terkait gangguan tidur yang terjadi
pada anak mereka.7.31
Salah satu metode untuk skrining ada atau tidaknya gangguan
tidur pada anak dapat menggunakan SDSC (Sleep Disturbances
Scale for Children). SDSC merupakan sebuah kuesioner yang cukup
22

baik dalam mengkategorisasikan gangguan tidur berdasarkan


perilaku tidur anak.7,31
Kuesioner SDSC terdiri dari 26 pertanyaan yang dinilai dalam
5 angka. Angka 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang (1-2 kali
perbulan), 3 untuk kadang-kadang (1-2 kali seminggu), 4 untuk
sering (3-5 kali seminggu), dam 5 untuk selalu atau setiap hari.
Kuesioner SDSC ini memberikan kemudahan dengan menggunakan
sistem skoring. Skor gangguan tidur memiliki rentang dari 26 hingga
130. Hasil skor tersebut akan dimasukkan kedalam program SPSS
(Statistical Package for Sosial Sciences) dan kategorikan menjadi 2
kategori, yaitu mengalami gangguan tidur dan tidak gangguan tidur.
Dikatakan mengalami gangguan tidur apabila skor > persentil 55,
dan tidak gangguan tidur apabila skor ≤ persentil 55. Untuk
masing-masing jenis gangguan tidur, dikatakan mengalami gangguan
tidur apabila skor > persentil 60.7,31
Selain kuesioner SDSC, terdapat pula beberapa kuesioner lain
yang dapat digunakan untuk skrining gangguan tidur, diantaranya
adalah a brief screening infant sleep questionnare (BSIQ), the Sleep
Questionnare, dan the Children’s Sleep Habit Questionnare.31
2.2.7. Tata Laksana Gangguan Tidur
Terapi gangguan tidur pada anak bersifal individual. Karena
gangguan tidur setiap anak berbeda sehingga terapi diberikan
berdasarkan kebutuhan anak dan tipe gangguan tidur yang dialami.19
Beberapa terapi yang dapat dilakukan antara lain: hygiene
tidur, konseling, penghindaran berbagai faktor yang dapat
mengganggu tidur, terapi perilaku, adenotonsilektomi, dan terapi
oksigen tekanan positif.32
Hygiene tidur adalah perilaku sehari-hari yang dapat
membentuk kualitas dan kuantitas tidur yang baik. Beberapa perilaku
tersebut antara lain:
- Menghindari tidur di siang hari yang terlalu sore dan
durasinya cukup singkat saja yaitu tidak lebih dari 1 jam
23

- Menghindari konsumsi alkohol, rokok, dan kafein sebelum


tidur
- Menghindari aktivitas yang bersifat stimulasi baik secara
fisiologis, kognitif, atau emosional
- Tidur sendiri
- Tidur dengan lingkungan dan kondisi yang nyaman, tenang,
dan bebas toksin
- Mempertahankan jadwal tidur yang stabil seperti memulai
tidur dan bangun tidur pada saat yang sama setiap harinya.32
Selain terapi nonfarmakologi, gangguan tidur pada anak
juga sering dikombinasikan dengan terapi farmakologi. Beberapa
obat yang menjadi pilihan terutama pada gangguan insomnia adalah
benzodiazepine, agonis reseptor α2, derivat pirimidin, sedatif anti-
depresan, melatonin, dan sedatif antihistamin seperti difenhidramin
dan hidroxizin.17
Diantara terapi di atas melatonin adalah yang paling efektf,
aman dan bisa ditoleransi dengan baik, terutama pada gangguan tidur
yang disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi irama sirkardian.
Beberapa studi yang menggunakan terapi melatonin dengan plasebo
menunjukkan bahwa penggunakan melatonin sebagai terapi
gangguan tidur pada anak usia di bawah 3 tahun dapat mempercepat
anak tertidur dan meningkatkan total durasi tidur.17,19
2.2. Anak
2.3.1. Definisi
Hal yang dapat membedakan antara anak dan dewasa adalah
usia. Namun pendefinisian anak berdasarkan usia berbeda di beberapa
sumber. Departement of Child and Adolescent Healt and Development
mendefinisikan anak sebagai individu yang berusia kurang dari 20
tahun, sedangkan menurut The Convention on the Rights of the Child
anak adalah yang berusia di bawah 18 tahun. WHO 2003
mendefinisikan anak adalah yang berusia antara 0-14 tahun. Jika
menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) batasan usia anak
24

adalah di bawah 18 tahun. Hal ini sesuai dengan undang-undang


kesejahteraan anak yang menyatakan bahwa anak adalah seseorang
yang belum mencapai usia 18 tahun.33,34
Masa anak meliputi usia pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari bayi usia 0-1 tahun, kemudian usia bermain/toddler 1-2,5
tahun, usia pra sekolah 2,5-5 tahun, selanjutnya usia sekolah 5-12
tahun, dan usia remaja 12-18 tahun.34
2.3.2. Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang merupakan sesuatu yang sangat vital bagi
seorang anak. Karena pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
sangat mempengaruhi masa depan anak tersebut dikemudian hari.
Namun, masih banyak orang tua yang belum memahami akan hal ini,
terutama orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan
sosio-ekonomi rendah.34
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh akibat pertambahan jumlah dan ukuran sel. Sehingga tumbuh
adalah bertambah ukuran fisik seseorang menjadi lebih besar dan
menjadi bentuk yang lebih dewasa. Contoh pertumbuhan adalah
pertambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lain-lain.34
b. Perkembangan
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dan fungsi
tubuh menjadi lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diperkirakan sebagai hasil dari diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem yang terorganisasi. Sehingga perkembangan adalah
pertambahan kematangan fungsi dari berbagai bagian tubuh. Contoh
perkembangan antara lain peningkatan kemampuan bayi dari
tengkurap, merangkak, duduk, berjalan, berlari, dan lain-lain.34
2.3.3. Perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun)
Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa
pertengahan dan akhir. Anak akan segera memasuki masa remaja.
Berbagai perkembangan yang terjadi pada anak di masa pertengahan
25

dan akhir ini meliputi perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan


psikososial.34
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik di masa ini bisa dibilang lambat jika
dibandingkan pada masa sebelumnya dan relatif menetap
sampai anak mengalami pubertas. Peningkatan berat badan
lebih dominan dibandingkan tinggi badan, hal ini dikarenakan
meningkatnya massa tulang dan otot serta organ-organ tubuh
yang lain.34
b. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik halus pada masa usia sekolah ini
menjadi lebih terlatih dan lebih terkoordinasi dibandingkan
awal masa anak-anak. Perkembangan motorik anak sangat
pesat terlihat di masa ini, karena anak banyak terlibat dalam
kegiatan-kegiatan seperti bermain, berlari, melompat, senam,
berenang, serta keterampilan keterampilan lainnya.34
c. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah, maka
kemampuan kognitifnya tentu akan mengalami perkembangan
pesat. Pengetahuan akan bertambah, minat menjadi bertambah
serta pengetahuan lain juga semakin mengasah kemampuan
kognitif anak.34
Pola perkembangan anak memiliki 4 tahapan, yaitu tahap
sensorimotorik usia 0-18 atau 24 bulan, tahap praoperasional
usia 1-7 tahun, tahap operasional konkrit 7-11 tahun tahap
operasional formal 11-15 tahun. Anak usia sekolah dasar sudah
mencapai tahap operasional konkrit yang artinya memiliki
aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa
nyata atau konkret.34
d. Perkembangan Psikososial
Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan
tugas atau perbuatan yang membuahkan hasil, sehingga dunia
26

psikososial anak menjadi kompleks. Anak lebih memahami


dirinya melalui karakteristik internal daripada karakteristik
eksternal dan dapat memilih apa yang baik baginya maupun
masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap
tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.34
Masa usia sekolah adalah transisi dalam interaksi sosial, yaitu
terjadinya perubahan figur tokoh yang akan berpengaruh pada diri anak.
Tokoh ibu akan digantikan oleh tokoh guru. Keberhasilan proses belajar-
mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola
proses belajar-mengajar.34
27

2.3. Kerangka Teori

REM
Tahapan Durasi tidur normal
tidur Tidur pada anak usia 9-12 9-11 jam
tahun
N-REM

Faktor yang Dampak gangguan


1. Lingkungan Gangguan
mempengaruhi tidur pada anak
2. Bising tidur
3. Cahaya
4. Suhu
5. Emosi Insomnia Parainsomnia
6. Kebiasaan
sebelum Insomnia inisial Sleep walking
tidur
7. Penyakit Sleep talking
8. Medikasi Insomnia
9. Ekonomi intermitten
Night terrors
keluarga
10. Pendidikan Insomnia terminal
orang tua Nightmares
11. Teman tidur
12. Lokasi tidur
13. dll

Fungsi kognitif Aspek perilaku Aspek mood

Gambar 2.4. Kerangka Teori


28

2.4. Kerangka Konsep

Anak SD usia
9-12 tahun

Gangguan tidur

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


memulai dan kesadaran saat pernafasan saat somnolen
memepertahankan tidur tidur berlebihan
tidur

Gangguan Gangguan
hiperhidrosis transisi bangun
saat tidur tidur

Keterangan:
: Variabel yang diteliti secara deskriptif

Gambar 2.5. Kerangka Konsep


29

Tabel 2.5. Definisi operasional


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Usia Anak Anak yang Kuesioner Wawancara Ordinal
berusia 9-12
tahun dibagi
dalam 4 kategori
usia, yaitu: usia 9
tahun, 10 tahun,
11 tahun dan 12
tahun
2 Jenis Jenis kelamin Kuesioner Wawancara Nominal
Kelamin responden dalam
penelitian ini
yang
dikelompokkan
menjadi:
 Laki-laki
 Perempua
n
3 Kelas Kelas responden Kuesioner Wawancara Ordinal
dalam penelitia
ini
dikelompokkan
menjadi:
 Kelas 3
 Kelas 4
 Kelas 5
 Kelas 6
4 Gangguan Kumpulan gejala Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal
Pola Tidur yang diketahui disturbances gangguan pola
dengan adanya scale for children tidur jika skor
gangguan dalam (SDSC) nilai >
bentuk kuantitas, persentil 55
kualitas dan 2. Tidak
durasi waktu tidur mengalami
pada seseorang. gangguan pola
tidur jika skor
nilai ≤
persentil 55
30

Tabel 2.5 Definisi operasional (lanjutan)


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur
5 Gangguan Gangguan pada Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal
memulai saat memulai dan disturbances gangguan jika
& mempertahankan scale for children skor nilai
memperta- posisi untuk tidur. (SDSC) instrumen
hankan pertanyaan no
tidur 1,2,3,4,5,10,11
> persentil 60

2. Tidak
Mengalami
gangguan jika
skor nilai
instrumen
pertanyaan no
1,2,3,4,5,10,11
≤ persentil 60
6 Gangguan Gangguan per- Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal
pernafasan nafasan saat tidur disturbances gang-guan jika
saat tidur sedang ber- scale for children skor nilai
langsung (SDSC) instrumen
pertanyaan no
13,14,15 >
persentil 60
2. Tidak
Mengalami
gangguan jika
skor nilai
instrumen per-
tanyaan no
13,14,15 ≤
persentil 60
7 Gangguan Gangguan Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal
kesadaran kesadaran saat disturbances gangguan jika
tidur sedang scale for children skor nilai
berlangsung (SDSC) instrumen
pertanyaan no
17,20,21 >
persentil 60
2. Tidak
Mengalami
gangguan,
skor
pertanyaan no
17,20,21 ≤
persentil 60
31

Tabel 2.5 Definisi operasional (lanjutan)


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
8 Gangguan Gangguan pada Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal
transisi proses disturbances gangguan jika
tidur- perpindahan scale for children skor nilai
bangun posisi dari tertidur (SDSC) instrumen
menuju bangun pertanyaan no
/sadar 6,7,8,12,18,19
> persentil 60
2. Tidak
Mengalami
gangguan jika
skor nilai
instrumen
pertanyaan no
6,7,8,12,18,19
≤ persentil 60

9 Gangguan Keadaan Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal


somnolen mengantuk disturbances gangguan jika
berlebih abnormal yang scale for children skor nilai
sering pada pagi (SDSC) instrumen
dan tengah hari pertanyaan no
22,23,24,25,26
> persentil 60
2. Tidak
Mengalami
gangguan jika
skor nilai
instrumen
pertanyaan no
22,23,24,25,26
≤ persentil 60
10 Hiper- Keluarnya Kuesioner sleep 1. Mengalami Nominal
hidrosis keringat dalam disturbances gangguan jika
saat tidur jumlah lebih scale for children skor nilai
banyak saat tidur (SDSC) instrumen
pertanyaan no
9,16 >
persentil 60
2. Tidak
Mengalami
gangguan,
skor nilai
instrumen
pertanyaan no
9,16 ≤
persentil 60
32

Tabel 2.5 Definisi operasional (lanjutan)


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
11 Lama Durasi tidur anak Kuesioner 1. Normal jika Nominal
tidur saat mulai dari anak durasi tidur 9-
kondisi terlelap hingga 11 jam
normal anak bangun pada 2. Tidak normal
malam hari ketika jika durasi
tidak ujian tidur < 9 jam
ataupun liburan
12. Perubahan Perubahan durasi Kuesioner 1. Ada Ordinal
Lama tidur saat anak perubahan,
tidur saat sedang ujian atau jika durasi
kondisi liburan tidur berbeda
liburan dibandingkan saat kondisi
atau ujian dengan durasi normal (<9
dibanding tidur anak saat jam atau > 11
kan hari biasa jam)
kondisi 2. Tidak ada
normal perubahan,
jika durasi
tidur sama
seperti kondisi
normal (9-11
jam)
33

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penilitian ini bersifat deskriptif dengan metode cross sectional (potong
lintang).35
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penilitian ini dilakukan di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat.
3.2.1 Waktu penelitian
Tabel waktu penelitian
Matriks kegiatan
Juli- Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
kegiatan
Desember
2014
1. Penulisan
proposal
2. Kunjungan &
observasi ke
lapangan
3. Perizinan &
ACC lokasi
pengambilan
data
4. Penelusuran
literatur
5. Uji validasi
kuesioner
6. Pengambilan
data
7. Laporan
pembimbing
8. Entry dan
analisis data
9. Penyusunan
dan revisi
skripsi
34

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi Target
Anak usia 9-12 tahun.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Anak usia 9-12 tahun SD Negeri Pisangan 1 Ciputat tahun 2015 setelah
dilakukan random sampling.
3.3.4 Sampel Target
Populasi terjangkau yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan ekslusi di
SD Negeri Pisangan 1 Ciputat.
3.3.4.1 Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penilitian ini didapat dengan menggunakan
metode Stratified Random Sampling.35 Metode ini dipilih karena sampel target
dalam penelitian memiliki perbedaan dari segi usia, sehingga untuk menghindari
banyak bias, peniliti membagi sampel berdasarkan strata, dan dari masing-masing
strata kemudian dipilih secara acak dan kemudian seluruh sampel dari masing-
masing strata akan digabung menjadi satu sampel.
Besar sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan besar sampel
untuk proporsi suatu populasi adalah:35
n = Zα2PQ
d2
keterangan:
n : jumlah subyek penelitian
Zα : deviat baku normal untuk α (5%)
P : proporsi dari pustaka sebelumnya
Q : 1-p
d : tingkat ketepatan absolut
35

n = Zα2PQ
d2

n = 1,962 x 62,9% x (1-62,9%)


0,12
n = 3,8416 x 0,629 x 0,371
0,12

n = 0,8964
0,01

n = 89,64

n 90 siswa
perkiraan antisipasi drop out, 10% dari total sampel, maka:
n = 90 + 9
n = 99
n 100 siswa

untuk menentukan besar sampel dalam setiap strata adalah:

n = jumlah populasi dalam strata X jumlah sampel yang dibutuhkan


jumlah seluruh populasi
kelas VI = 82 X 100
324
kelas VI = 25,3 = 25 siswa
kelas V = 86 X 100
324
kelas V = 26,5 = 26 siswa
kelas IV = 73 X 100
324
Kelas IV = 22,53 = 22 siswa
36

kelas III = 87 X 100


324
Kelas III =26,85 = 27 siswa

Total: 25+26+22+27 = 100 siswa


‘3.3.4.2 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
 Anak berusia 9-12 tahun yang bersekolah di SD Negeri Pisangan 1
Ciputat.
 Bersedia menjadi responden dengan persetujuan orang tua.
2. Kriteria Ekslusi
 Responden yang tidak mengisi seluruh kuesioner atau tidak
mengumpulkan kuesioner.
3.4 Cara Kerja Penelitian

Observasi lokasi

Pengumpulan data

Penulisan proposal

Distribusi dan wawancara


kuisioner

Pengolahan dan analisa


data

Laporan hasil penelitian

Gambar 3.1. Cara Kerja Penelitian


37

3.5 Management Data


3.5.1. Teknik Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penilitian ini sifatnya adalah data primer yang
didapat langsung dari penyebaran kuesioner kepada responden yang memenuhi
kriteria inklusi di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat. Pengambilan data menggunakan
kuesioner Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) yang diisi oleh orang
tua dan anak di rumah dan diambil kembali oleh peneliti satu hari setelahnya.
3.5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesahihan alat ukur yang
digunakan untuk mengukur suatu data dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian
kali ini alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji reliabilitas adalah untuk
mengetahui ketepatan hasil pengukuran apabila dilakukan dua kali atau lebih
dengan alat ukur yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji
35
validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS.
Pada penelitian ini telah dilakukan Uji validitas dan reliabilitas. Uji
validitas dilakukan di SD Negeri Cirendeu III Ciputat dan dilakukan kepada 30
siswa yang berusia 9-12 tahun. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada bulan
April 2015.
Hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut didapatkan beberapa pertanyaan
penelitian yang tidak valid dan tidak reliabel, yaitu pertanyaan nomor 3, 4, 5, 6,
10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 24, dan 26. Sehingga peneliti melakukan
beberapa perubahan redaksi terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kuesioner
penelitian baik sebelum maupun setelah dilakukan uji validitas dan reliabitas
dapat dilihat pada lampiran.
3.5.3. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data peneliti menggunakan software statistic SPSS
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengolahan Data (editing)
b. Pengkodean (coding)
c. Pemasukan Data (entry)
d. Pembersihan Data (cleaning)
e. Analisis Data
38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidens gangguan tidur pada
anak usia 9-12 tahun. Penelitian dilakukan di SD Negeri Pisangan 1 Ciputat yang
berada di Jl. H.M Salim 3 Kel. Pisangan Kec. Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan selama bulan April 2015.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa SD Pisangan 1 yang berusia 9-12
tahun dari kelas 3 SD-6 SD. Dari populasi tersebut, peneliti mengambil 100 siswa
sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari 100 sampel tersebut, kuesioner yang
masuk kriteria inklusi dan kembali lagi ke tangan peneliti untuk dianalisis pada
penelitian ini hanya 90 kuesiner. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan
data menggunakan kuesioner Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) yang
diisi oleh orang tua responden. Oleh karena itu, berdasarkan masalah dan tujuan
penelitian ini, berikut peneliti sampaikan hasil penelitian dan pembahasannya.
4.2. Hasil
4.2.1. Karakteristik Diri dan Orang Tua Responden Penelitian
4.2.1.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis
kelamin, dan kelas responden, yang akan digambarkan dalam tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel N Persentase (%)
Usia
9 Tahun 31 34,4
10 Tahun 17 18,9
11 Tahun 25 27,8
12 Tahun 17 18,9
Jenis Kelamin
Laki-Laki 38 42,2
Perempuan 52 57,8
Kelas
3 SD 24 26,7
4 SD 20 22,2
5 SD 26 28,9
6 SD 20 22,2
39

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa responden dalam penelitian ini


paling banyak berusia 9 tahun dan paling sedikit berusia 10 dan 12 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, responden paling banyak adalah perempuan.
Selanjutnya, berdasarkan kelas diketahui bahwa responden paling banyak berasal
dari kelas 5 SD dan paling sedikit berasal dari kelas 4 dan 6 SD.
4.2.1.2. Karakteristik Orang Tua Responden
Karakteristik orang tua responden yang terdiri dari ibu dan bapak responden
dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, dan pekerjaan. Berikut gambaran
karakteristik orang tua responden.
Tabel 4.2. Karakteristik Usia Orang Tua
Variabel Mean Standar Deviasi Max Min
Usia Ibu 38,09 5,508 54 26
Usia Bapak 42,65 6,764 65 28
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata usia ibu responden
adalah 38 tahun dengan standar deviasi sebesar (38 ± 5,508) dengan usia ibu
paling tinggi adalah 54 tahun dan yang paling rendah 26 tahun. Selanjutnya rata-
rata usia bapak responden adalah 43 tahun dengan standar deviasi sebesar (43 ±
6,764) dengan usia paling tinggi adalah 65 tahun dan paling rendah 28 tahun.
Selain usia bapak dan ibu responden, pada penelitian ini juga menggambarkan
karakteristik pendidikan dan pekerjaan bapak dan ibu responden.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua
Orang Tua
Variabel Bapak Ibu
N % N %
Pendidikan
SD 10 11,1 16 17,8
SMP 20 22,2 22 24,4
SMA 47 52,2 39 43,3
Tinggi 13 14,4 13 14,4
Pekerjaan Bapak
Wiraswasta 34 37,8
Pegawai swasta 44 48,9
Buruh 12 13,3
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja (IRT) 75 83,3
Bekerja 15 16,7
40

Pada tabel di atas, diketahui bahwa orang tua responden didominasi


dengan pendidikan SMA. Sehingga sebagian besar orang tua responden memiliki
pendidikan baik. Mayoritas bapak responden bekerja sebagai pegawai swasta
dengan persentase sebesar 48,9% dan mayoritas ibu responden adalah sebagai ibu
rumah tangga atau tidak bekerja dengan persentase sebesar 83,3%.
4.2.2. Gambaran Jenis Gangguan Tidur
Gangguan tidur pada responden diukur dengan menggunakan kuesioner
Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC). Hasil pengukuran tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur Pada Responden
Gangguan Tidur N Persentase (%)
Ada Gangguan Tidur 38 42,2
Tidak Ada Gangguan Tidur 52 57,8
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 38 responden
(42,20%) memiliki gangguan tidur sedangkan sebanyak 52 siswa (57,80%) tidak
memiliki gangguan tidur.
Grafik 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Gangguan Tidur
25
22 (55,0%) gangguan memulai dan
21 (52,5%) mempertahankan tidur
20 19 (47,5%)
18(45,0%) gangguan kesadaran saat tidur
17 (42,5%)
16(40,0%)
15 gangguan pernapasan saat
tidur
gangguan transisi bangun
10 tidur
gangguan somnolen
berlebihan
5
gangguan hiperhidrosis saat
tidur
0

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa jenis gangguan tidur


terbanyak yang dialami responden pada penelitian ini adalah gangguan memulai
dan mempertahankan tidur dengan persentase sebanyak 55,0%. Gangguan tidur
paling sedikit yang dialami responden adalah gangguan transisi bangun-tidur saat
tidur dengan persentase 40,0%.
41

4.2.3. Gambaran Gangguan Tidur dan Karakteristik Responden


Gangguan tidur berdasarkan kelas, jenis kelamin, dan usia responden
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Gambaran Gangguan Tidur Berdasarkan Karakteristik
Responden
Gangguan Pola Tidur
Total
Variabel Ada Tidak Ada
N % N % N %
Kelas
3 SD 11 12,2 13 14,4 24 26,7
4 SD 4 4,4 16 17,8 20 22,2
5 SD 10 11,1 16 17,8 26 28,9
6 SD 13 14,4 7 7,8 20 22,2
Usia
9 Tahun 13 14,4 18 20,0 31 34,4
10 Tahun 4 4,4 13 14,4 17 18,9
11 Tahun 11 12,2 14 15,6 25 27,8
12 Tahun 10 11,1 7 7,8 17 18,9
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15 16,7 23 25,6 38 42,2
Perempuam 23 25,6 29 32,2 52 57,8

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas 6 SD mengalami


gangguan tidur paling banyak dibandingkan kelas yang lain dengan persentase
14,4 %. Berdasarkan usia, siswa yang berusia 9 tahun mengalami gangguan tidur
paling banyak dengan persentase sebesar 14,4% dan perempuan adalah jenis
kelamin yang paling banyak mengalami gangguan tidur dibanding laki-laki
dengan persentase sebesar 25,6%.
4.2.4. Perubahan Pola Tidur pada Keadaan Tertentu
4.2.4.1. Durasi Tidur Pada Saat Kondisi Normal
Durasi tidur pada saat kondisi normal seperti tidak dalam kondisi ujian dan
liburan digambarkan sebagai pembanding durasi tidur pada kondisi tertentu.
Berikut gambaran durasi tidur pada saat kondisi normal.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Durasi Tidur Pada Kondisi Normal
Lama Jam Tidur N Persentase (%)
Tidak Normal 69 76,7
Normal 21 23,3
42

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 76,7% responden


mengalami durasi tidur yang tidak normal. Durasi tidur normal pada anak usia 9-
12 tahun adalah 9-11 jam.19
Tabel 4.7. Durasi Tidur Pada Kondisi Normal
Durasi Tidur N Persentase (%)
9-11 jam 21 23,3
8-9 jam 48 53,3
7-8 jam 18 20,0
5-7 jam 1 1,1
≤ 5 jam 2 2,2

4.2.4.2. Perubahan Durasi Tidur Pada Saat Ujian


Perubahan durasi tidur pada saat ujian diukur dari lama waktu tidur siswa.
Perubahan durasi tidur ini dapat dilihat dari durasi tidur siswa pada saat kondisi
ujian kemudian dibandingkan dengan pada saat normal dapat dilihat pada tabel
4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Ujian
Ada Perubahan Pola Tidur N Persentase (%)
Ada 31 34,4
Tidak Ada 58 64,4
Tidak Tahu 1 1,1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 31 siswa atau 34,4%


responden mengalami perubahan durasi tidur pada saat ujian. Perubahan durasi
tidur dapat dilihat dari lama jam tidur berdasarkan tabel 4.9.
Tabel 4.9. Perubahan Durasi Tidur Lebih Singkat Saat Ujian
Durasi Tidur N Persentase (%)
9-11 jam 1 3,2
8-9 jam 13 41,9
7-8 jam 9 29,0
5-7 jam 6 19,4
≤ 5 jam 2 6,5

4.2.4.3. Perubahan Durasi Tidur Pada Saat Liburan


Perubahan durasi tidur pada saat liburan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Perubahan durasi tidur ini dapat dilihat dari lama jam tidur responden pada saat
liburan dibandingkan saat kondisi normal.
43

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Perubahan Durasi Tidur Saat Liburan


Ada Perubahan Pola Tidur N Persentase (%)
Ada 65 72,2
Tidak Ada 25 27,8

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebanyak 72.2% responden


memiliki adanya perubahan durasi tidur pada saat liburan. Perubahan durasi tidur
tersebut dapat dilihat lama jam tidur responden pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Perubahan Durasi Tidur Lebih Lama Saat Liburan
Durasi Tidur N Persentase (%)
≥ 11 jam 6 9,2
9-11 jam 26 40,0
8-9 jam 26 40,0
7-8 jam 6 9,2
5-7 jam 1 1,5

4.3. Pembahasan
Tabel 4.3. menggambarkan karakteristik orang tua responden, yang terdiri
dari pendidikan terakhir dan pekerjaan orang tua. Dari tabel tersebut didapatkan
bahwa 52,2 % ayah responden memiliki pendidikan terakhir SMA, 14,4% sekolah
tinggi dan hanya 11,1% yang pendidikan terakhirnya SD. 43,3% ibu responden
memiliki pendidikan terakhir SMA, 14,4% sekolah tinggi dan sebesar 17,8% SD.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua responden memiliki tingkat
pendidikan yang cukup baik. Sebagian besar ayah responden bekerja sebagai
pegawai swasta yaitu sebesar 48,9% sedangkan 83,3% pekerjaan ibu adalah
sebagai ibu rumah tangga.
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa 42,2% responden mengalami
gangguan tidur, sedangkan 57,8% responden lainnya tidak mengalami gangguan
tidur. Jumlah responden yang mengalami gangguan tidur pada penelitin ini lebih
sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gangguan tidur.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Adelina dkk (2009) yang melakukan
penelitian gangguan tidur pada remaja SMP usia 12-15 tahun dengan
menggunakan kuesioner SDSC, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
62,9% dari total sampel yang diteliti mengalami gangguan tidur. Demikian pula
dengan penelitian yang dilakukan Dini S (2013) pada anak usia 3-6 tahun dengan
44

menggunakan kuesioner SDSC. Hasil yang didapatkan adalah 79,8% sampel


mengalami gangguan tidur.5,6
Perbedaan hasil pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
karakteristik sampel yang diteliti. Namun, angka tersebut juga menunjukkan
bahwa insidens gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun cukup tinggi.
Grafik 4.1. menunjukkan bahwa jenis gangguan tidur terbanyak pada
penelitian ini adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur sebesar
55,0%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dini S (2013)
bahwa 58,2% dari total responden yang mengalami gangguan tidur adalah berupa
gangguan memulai dan mempertahankan tidur.5 Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Leoline.F dkk (2007) juga mendapatkan hasil bahwa jenis
gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur.36
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adelina
dkk (2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa gangguan tidur
terbanyak adalah gangguan transisi bangun tidur yaitu sebesar 63,6%.6
Gangguan memulai dan mempertahankan tidur adalah salah satu gangguan
tidur tipe insomnia. Biasanya insomnia ini terjadi pada individu dewasa atau
seseorang yang sedang mengalami kecemasan atau stress emosional dan bisa juga
disebabkan oleh gangguan medis yang menyebabkan perasaan nyeri. Menurut
Owens dan Mindell (2011) bahwa prevalensi gangguan insomnia pada anak anak
sebesar 1-6 % dari total seluruh populasi anak. Anak yang mengalami gangguan
insomnia berhubungan dengan kebiasaan menonton televisi pada malam hari atau
terbangun dari tidur karena ingin tidur bersama orang tuanya bagi anak yang tidur
terpisah dari orang tua.15,17
Gambaran gangguan tidur berdasarkan karakteristik responden yaitu kelas,
usia dan jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5.
yang menunjukkan hasil bahwa gangguan tidur paling banyak terjadi pada siswa
kelas 6 SD. Hal ini mungkin berhubungan dengan stress psikologi, karena waktu
pengambilan data penelitian berdekatan dengan waktu ulangan sekolah dan UN
SD. Berdasarkan karateristik usia, siswa yang berusia 9 tahun lebih banyak
mengalami gangguan tidur dibandingkan siswa lainnya. Tetapi jika dilihat
berdasarkan kelas, maka kelas yang paling banyak mengalami gangguan tidur
45

adalah kelas 6, sehingga jika dilihat persentasi gangguan tidur berdasarkan usia
dan kelas terjadi ketidakseimbangan. Hal ini terjadi karena siswa yang mengalami
gangguan tidur yang berusia 9 tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan usia
siswa lainnya, dan terdapat siswa yang bukan berada di kelas 3 tetapi masih
berusia 9 tahun seperti persentase siswa yang berusia 9 tahun yang berada di kelas
4 adalah 25,8% dari total siswa yang berusia 9 tahun sehingga jika perbandingan
siswa yang mengalami gangguan tidur berdasarkan kelas dapat mempengaruhi
besar persentase gangguan tidur. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Dini S (2013) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia dengan
kejadian gangguan tidur pada anak (p=0,012). Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Rini S (2006) yang mengatakan bahwa pertambahan usia
pada anak menyebabkan semakin banyak pula faktor yang mempengaruhi pola
tidur, sehingga semakin besar pula kemungkinan anak mengalami gangguan
tidur.4.5
Gangguan tidur berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa responden
perempuan lebih banyak yang mengalami ganguan tidur dari pada laki-laki, yaitu
sebesar 26,7%. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adelina dkk
(2009) bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan tidur.
Hal serupa juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dini S (2013)
bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
kejadian gangguan tidur pada anak (p=0,603).5,6
Tabel 4.6. menggambarkan durasi tidur normal dan tidak normal pada
responden. Durasi tidur normal anak usia 9-12 tahun adalah 9-11 jam. Dari 90
responden didapatkan hanya 21 responden yang memiliki durasi tidur normal,
sedangakan 69 responden lainnya memiliki durasi tidur yang tidak normal.17
Selanjutnya perubahan durasi tidur pada kondisi tertentu seperti saat ujian
dan liburan digambarkan dalam tabel 4.7, 4.8, 4.9, 4.10, dan 4.11. Didapatkan 31
responden memiliki perubahan durasi tidur menjadi lebih singkat ketika ujian dan
65 responden memiliki perubahan durasi tidur menjadi lebih lama ketika liburan.
46

4.4. Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti merasa memiliki beberapa keterbatasan yaitu
pencarian faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti
pencahayaan kamar tidur, ada tidaknya televisi atau komputer di kamar tidur,
aktivitas fisik yang berat saat sebelum tidur, kebiasaan tidur pada siang hari,
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein seperti kopi, teh,
dan soda sebelum tidur. Selain itu penelitian ini juga kurang mendata aktivitas
anak pada siang hari selama di sekolah. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner, namun peneliti tidak melalukan pengambilan data
dengan cara wawancara.
47

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Insidens gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun adalah sebesar
42,20 %.
2. Jenis gangguan tidur paling banyak adalah gangguan memulai dan
mempertahankan tidur sebanyak 55,0 %.
3. Berdasarkan karakteristik responden, diketahui bahwa responden yang
berusia 9 tahun sebagai usia paling banyak mengalami gangguan tidur
yaitu sebesar 14,4 %, sedangkan berdasarkan kelas, siswa kelas IV
adalah yang paling banyak mengalami gangguan tidur yaitu sebesar
14,4 %, dan perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih sering
mengalami gangguan tidur daripada laki-laki, sebesar 25,6 %.
4. Terdapat perubahan durasi tidur menjadi lebih singkat ketika musim
ujian terjadi pada 72,2 % responden, dan menjadi lebih panjang ketika
musim liburan pada 34,4 % responden.

5.2. SARAN
1. Karena gangguan tidur pada anak memiliki insidens yang cukup tinggi,
sedangkan pengetahuan dan perhatian orang tua terhadap gangguan
tidur anak minimal, maka sebaiknya dilakukan pemberian edukasi
kepada orang tua tentang pentingnya tidur untuk tumbuh dan kembang
anak, tanda-tanda gangguan tidur, berbagai faktor resiko yang
menyebabkan gangguan tidur, serta dampak dari gangguan tidur
tersebut.
2. Karena gangguan tidur pada anak memiliki dampak yang kurang baik
terhadap tumbuh dan kembangnya, maka disarankan kepada pelayan
kesehatan terutama dokter umum yang menjadi garda terdepan
kesehatan di masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang
gangguan tidur, sehingga gangguan tidur pada anak dapat terdeteksi
lebih dini dan anak mendapatkan intervensi yang segera dan tepat.
48

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat


pengetahuan dan kepedulian orang tua terhadap gangguan tidur anak.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mencari berbagai faktor resiko
yang dapat mempengaruhi gangguan tidur dan dampaknya pada anak
dengan metode kohort.
49

DAFTAR PUSTAKA
1. Stickgold. The neuroscience of sleep. London: Elsevier. 2009: 12-6.
2. Carney P. Clinical sleep disorder. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. 2005: 21-58.
3. Anonymous. Sleep needs across the lifespan sleep health foundation.
Sleep Health Facts. 2015: 2.
4. Sekartini R, Adi NP,Dept Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI-RSCM.
Gangguan tidur pada anak usia bawah 3 tahun di lima kota di Indonesia.
Sari Pediatri. 2006;7: 188-93.
5. Safitri DZ. Hubungan antara gangguan tidur dengan pertumbuhan pada
anak usia 3-6 tahun di kota Semarang. Jurnal Media Medika Muda. 2013.
6. Haryono A, Rindiarti A, Arianti A, Pawitri A, Ushuluddin A, Setiawati A,
et al, Dept Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Prevalensi gangguan tidur
pada remaja usia 12-15 tahun di kekolah lanjutan tingkat pertama. Sari
Pediatri. 2009;11: 149-54.
7. Natalia C, Sekartini, Poesponegoro H, Dept Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM. Skala gangguan tidur untuk anak (SDSC) sebagai instrument
skrining gangguan tidur pada anak sekolah lanjutan tingkat pertama. Sari
Pediatri. 2011;12: 365-72.
8. Chung K, Cheung M. Sleep-wake patterns and sleep distrubance among
HongKong-Chinese adolecents. 2008: 31-94.
9. Widodo DP, Soetomenggolo TS, Dept Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM. Perkembangan normal tidur pada anak dan kelainannya. Sari
Pediatri. 2000;2: 139-45.
10. Barrett K, Brooks H, Boitano S, Barman S. Ganong’s review of medical
physiology. USA: McGraw-Hill Companies Inc. 2010;23: 233-9.
11. Mardjono, M. Kesadaran dan fungsi luhur. Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat Jakarta: 183.
12. Sekartini R. Perkembangan tidur normal pada anak. Sari Pediatri. 2011;2:
139-145.
13. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. Philadelphia:
Elsevier Inc. 2006;11: 739-41.
50

14. Potter PA, Perry AG. Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.
15. Shnerrson J. Sleep Medicine. 2nd ed. USA: Blackwel, Massachusets.
2005: 22-51.
16. Lee CT. Sleep medicine essentials and review. PUSA: Oxford University
Press. 2008: 9-15.
17. Cortese S, Ivanenko A, Ramtekkar U, Angriman M. Sleep disorders in
children and adolescent a practical guide: Psychiatry and pediatrics.
2014: 1-19.
18. Belisio AS, Louzada FM, Azevedo CVM. Influence of social factors on
the sleep-wake cycle in children. Sleep Sci. Sleep. 2010;3: 82-6.
19. Kryger MH, Roth T, Demend WC. Principles and practice of sleep
medicine. St. Louis: Elsevier Saunders. 2011;5: 16-26.
20. Nutter DA. Sleep disorder problem associated with other disorders. 2007:
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/916611-
overview. Diunduh pada 12 Mei 2015.
21. Garcia JMA, Salcedo AF, Rodriguez A, et all. The prevalence of sleep
disorders among adolescents in Cuenca. Spain. Rev Neurol. 2004;39: 8-
24.
22. Okawa M. Circadian rhythm sleep disorders. Asian Med J. 2000;43: 235-
42.
23. Dawson P. Sleep disorders. Free Health Encyclopedia. 2007: Available
from URL: http://www.faqs.org/. Diunduh pada 12 Mei 2015.
24. Owens JA. Sleep medicine. In Kliegman RM. Bahrman RE. Jenson HB,
Stanton BF, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier. 2007: 91-9.
25. Schochat T, Flint BO, Tzizcginsky O. Sleep patterns electronic media
exposure and daytime sleep-related behaviours among Israeli adolescents.
Actapaediatr. 2010;99: 396-400.
26. Van BJ. Television viewing computer game playing and internet use and
self reported time to bed and time out of bed in secondary school children.
2004;27: 101-4.
51

27. Departemen Kesehatan RI Direktoral Jendral Pelayanan Medik. Pedoman


penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III: Depkes
RI.1993.
28. Blunden SL. Behavioural sleep disorder across developmental age span :
an overview of causes, consequences and treatment modalities.
Psychology Science Research. 2012;3: 249-56.
29. Lam JCM, Sharma SK, Lam B. Obstructive sleep apnoea: definitions,
epidemiology & natural history. Indian J Med Res 131. 2010: 165-70.
30. Stein MA, Mendelsohn J, Obermeyer WH, Amromin J, Benca R. Sleep
and behavior problems in school-aged children. Pediatrics. 2001;107: 1-9.
31. Bruni O, Ottaviano S, Guidetti V, Romoli M, Innocenzi M, Cortesi F, et
al. The sleep distrubance scale for children construction and validation of
an instrumen to evaluate sleep distrubance in childhood and adolescent.J
Sleep Res. 1996;5: 251-61.
32. Lebourgeois M, Gianotti F, Cortesi F, Wolfson A. The relationship
between reported sleep quality and sleep hygiene in Italian and American
adolescent. Pediatrics. 2005;115: 257-65.
33. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 Tentang
Perlindungan Anak. Hegar B, Pardede SO, UKK Tumbuh Kembang
Pediatri Sosial IDAI. Pemantauan tumbuh kembang anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). 2014.
34. Moersintowati B, Narendra, Titi S, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno H, et
al. Buku Ajar 1 Tumbuh kembang anak dan remaja. 1st ed. Jakarta:CV
Sagung Seto. 2002: 1-14.
35. Dahlan S. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. 2nd ed. Jakarta: CV Sagung Seto. 2008.
36. Oerkermann LF, Pluck J, Schredl M, Heinz K, Mitschke A, Wiater A, et
al. Prevalence and course of sleep problems in childhood. Dept of Child
and Adolescent Psyihiatry and Psychotheraphy, University of Cologne,
Germany. Sleep. 2007;30: 1371-7.
52

LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner SDSC asli

SLEEP DISTRUBANCES SCALE FOR CHILDREN


INSTRUCTIONS: This quetionaire will allow to your doctor to have a better
understanding of the sleep-wake rythm of your child and of any problems in
his/her sleep behaviour. Try to answer every question: in answering, consider
each question as pertaining to the past 6 months of the child’s life. Please
answer the questions by number 1 to 26. Thank you very much for your help.

Name:__________________________ Age:________

1. how many hours of sleep 1 2 3 4 5


does your child get on most 9-11 8-9 hours 7-8 hours 5-7 hours Less than
nights? hours 5 hours
2. how long after going to 1 2 3 4 5
bed does your child usually Less than 15-30’ 30-45’ 45-60’ More
fall asleep? 15’ than 60’

5 always (daily)
4 often (3 or 5 times per week)
3 sometimes (once or twice per week)
2 occasionally (once or twice per month or less)
1 never
3. the child goes to bed reluctantly 1 2 3 4 5
4. the child has difficulty getting to sleep at night 1 2 3 4 5
5. the child feels anxious of afraid when falling asleep 1 2 3 4 5
6. the child startles or jerks parts of the body while falling 1 2 3 4 5
asleep
7. the child shows repetitive actions such as rocking or 1 2 3 4 5
head banging while falling asleep
8. the child experiences vivid dream-like scenes while 1 2 3 4 5
falling asleep
9. the child sweats excessively while falling asleep 1 2 3 4 5
10. the child wakes up more than twice per night 1 2 3 4 5
11. after waking up in the night, the child has difficulty to 1 2 3 4 5
fall asleep again
12. the child has requent twiching or jerking og legs 1 2 3 4 5
while asleep or often changes position during the night or
kicks the covers off the bed
13. the child has difficulty in breathing during the night 1 2 3 4 5
14. the child gasps for breath or is unable to breathe 1 2 3 4 5
during sleep
15. the child snores 1 2 3 4 5
53

16. the child sweats excessively during the night 1 2 3 4 5


17. you have observed the child sleepwalking 1 2 3 4 5
18. you have observed the child talking in his/her sleep 1 2 3 4 5
19. the child grinds teeth during sleep 1 2 3 4 5
20. the child wakes from sleep screaming or confused so 1 2 3 4 5
taht you cannot seem to get through to him/her, but has
no memory of these events the next morning
21. the child has nightmares which he/she doesn’t 1 2 3 4 5
remamber to next day
22. the child is unusually difficult to wake up in the 1 2 3 4 5
morning
23. the child awakes in the morning feeling tired 1 2 3 4 5
24. the child feels unable to move when waking up in the 1 2 3 4 5
morning
25. the child experiences daytime somnolence 1 2 3 4 5
26. the child falls asleep suddenly in inappropriate 1 2 3 4 5
situations
Disorders of initating and maintaining sleep (sum score
of the items 1,2,3,4,5,10,11)
Sleep breathing disorders (sum the score of the items
13.14,15)
Disorders of arousal (sum the score of the items
17,20,21)
Sleep-wake transition disorders (sum the score of the
items 6,7,8,12,18,19)
Isorders of excessive somnolence (sum the score of the
items 22,23,24,25,26)
Sleep hyperhydrosis (sum the score of the items 9,16)
Total score (sum 6 factors’ scores)
54

Lampiran 2
Kuesioner SDSC sebelum validasi

KUESIONER PENELITIAN STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN TIDUR


PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN
Assalamu’alaikum Wr.Wb Bapak/Ibu yang terhormat. Saya Hilmiana
Putri mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2012 sedang melakukan sebuah penilitian tentang prevalensi
gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun. Kuesioner ini dapat membantu
mengetahui pola tidur anak Bapak/Ibu dengan lebih baik. Selain itu juga dapat
mengetahui ada atau tidaknya nya gangguan tidur pada anak Bapak/Ibu. Identitas
Bapak/Ibu serta anak Bapak/Ibu akan kami rahasiakan. Dengan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ketersediaan Bapak/Ibu
untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini.

Informasi anak
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan
Informasi orang tua
IBU
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
BAPAK
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
55

(Lanjutan)
Jawablah semua pertanyaan yang diajukan dengan mempertimbangkan
kebiasaan tidur anak Bapak/Ibu dalam 6 bulan terakhir saat anak
Bapak/Ibu dalam keadaan sehat. Perubahan kebiasaan tidur karena anak
sakit tidak termasuk.
A. Isilah pertanyaan berikut ini dengan melingkari atau memberi tanda silang
pada point a sampai e yang dianggap mewakili kebiasaan tidur anak
Bapak/Ibu.

1. Berapa jam biasanya anak anda tidur dimalam hari?


a. 9-11 Jam
b. 8-9 Jam
c. 7-8 Jam
d. 5-7 Jam
e. ≤ 5 jam
2. Berapa lama setelah ke tempat tidur anak anda biasanya baru bisa tertidur?
a. ≤ 15 detik
b. 15-30 detik
c. 30-45 detik
d. 45-60 detik
e. ≥ 60 detik
3. Apakah saat musim ujian anak anda memiliki waktu tidur lebih sedikit?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
4. Jika jawaban anda “YA”, berapa jam anak anda tidur malam hari?
a. 9-11 Jam
b. 8-9 Jam
c. 7-8 Jam
d. 5-7 Jam
e. ≤ 5 jam
5. Apakah saat musim liburan anak anda memiliki waktu tidur lebih banyak?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
6. Jika jawaban anda “YA”, berapa jam anak anda tidur malam hari?
a. ≥ 11 Jam
b. 9-11 Jam
c. 8-9 Jam
d. 7-8 Jam
e. 5-7 Jam
56

(Lanjutan)
B. Isilah pernyataan berikut ini yang paling sesuai dengan kebiasaan
tidur anak anda pada saat tidurnya.
Pilihlah Jawaban pada pertanyaan di bawah ini jika dengan memberikan tanda
silang (X)
1. Tidak Pernah
2. Jarang (1-2 kali perbulan atau kurang)
3. Kadang-kadang (1-2 kali perminggu)
4. Sering (3-5 kali perminggu)
5. Selalu (setiap hari)
Pertanyaan Skala
1. Anak Bapak/Ibu malas atau menolak untuk tidur 1 2 3 4 5
2. Anak Bapak/Ibu sulit untuk tidur pada malam hari 1 2 3 4 5
3. Anak Bapak/Ibu merasa cemas atau takut ketika 1 2 3 4 5
mau tidur pada malam hari
4. Bagian tubuh anak Bapak/Ibu tampak tersentak saat 1 2 3 4 5
tidur pada malam hari
5. Anak menunjukkan gerakan-gerakan berulang 1 2 3 4 5
seperti menggerakkan atau menggelengkan kepala
selama tidur pada malam hari
6. Anak Bapak/Ibu merasakan mimpi seperti nyata 1 2 3 4 5
saat tidur pada malam hari
7. Anak Bapak/Ibu berkeringat yang sangat banyak 1 2 3 4 5
saat tidur
8. Anak Bapak/Ibu terbangun lebih dari 2 kali setiap 1 2 3 4 5
malam
9. Setelah terbangun pada malam hari, anak sulit 1 2 3 4 5
untuk tertidur kembali
10. Anak Bapak/Ibu pernah mengalami genjotan atau 1 2 3 4 5
hentakan tiba-tiba pada daerah tangannya saat tidur
atau selalu berubah posisi saat tidur atau
menendang-nendang atau menyentakkan kaki di
atas seprei tempat tidur
11. Anak Bapak/Ibu merasa sulit bernapas (sesak) pada 1 2 3 4 5
malam hari
12. Anak Bapak/Ibu sering merasa megap-megap atau 1 2 3 4 5
tidak bisa bernapas saat tidur pada malam hari
13. Anak Bapak/Ibu mendengkur/ mengorok saat tidur 1 2 3 4 5
pada malam hari
14. Anak Bapak/Ibu berkeringat banyak sepanjang 1 2 3 4 5
malam
15. Bapak/Ibu pernah melihat anak Bapak/Ibu berjalan 1 2 3 4 5
sambil tidur
57

16. Bapak/Ibu pernah mendapatkan anak Bapak/Ibu 1 2 3 4 5


berbicara (mengigau) sambil tidur
17. Bapak/Ibu pernah mendapatkan anak Bapak/Ibu 1 2 3 4 5
menggerttak-gertakkan giginya saat tidur
18. Anak Bapak/Ibu terbangun dari tidur sambil 1 2 3 4 5
berteriak atau seperti kebingungan dan sulit untuk
disadarkan, tapi tidak mengingatnya saat bangun
esok paginya
19. Anak Bapak/Ibu mengalami mimpi buruk namun 1 2 3 4 5
tidak dapat mengingatnya keesokan harinya
20. Anak Bapak/Ibu sulit bangun pada pagi hari 1 2 3 4 5
21. Anak Bapak/Ibu merasakan lelah saat bangun pagi 1 2 3 4 5
hari
22. Anak Bapak/Ibu tidak bisa untuk bergerak saat 1 2 3 4 5
bangun pada pagi hari
23. Pada siang harinya anak terlihat mengantuk 1 2 3 4 5
24. Anak tertidur tiba-tiba pada keadaan-keadaan yang 1 2 3 4 5
tidak tepat (contoh: ketika makan, berada dalam
toilet,dll)
58

Lampiran 3
Kuesioner SDSC setelah validasi

KUESIONER PENELITIAN STUDI DESKRIPTIF GANGGUAN TIDUR


PADA ANAK USIA 9-12 TAHUN DI SDN PISANGAN 1
Assalamu’alaikum Wr.Wb Bapak/Ibu yang terhormat. Saya Hilmiana
Putri mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2012 sedang melakukan sebuah penilitian tentang prevalensi
gangguan tidur pada anak usia 9-12 tahun. Kuesioner ini dapat membantu
mengetahui pola tidur anak Bapak/Ibu dengan lebih baik. Selain itu juga dapat
mengetahui ada atau tidaknya nya gangguan tidur pada anak Bapak/Ibu. Identitas
Bapak/Ibu serta anak Bapak/Ibu akan kami rahasiakan. Dengan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ketersediaan Bapak/Ibu
untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini.

Informasi anak
Nama :
Umur :
Kelas :
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan

Informasi orang tua


IBU
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
BAPAK
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
59

(Lanjutan)
Jawablah semua pertanyaan yang diajukan dengan mempertimbangkan
kebiasaan tidur anak Bapak/Ibu dalam 6 bulan terakhir saat anak
Bapak/Ibu dalam keadaan sehat. Perubahan kebiasaan tidur karena anak
sakit tidak termasuk.
C. Isilah pertanyaan berikut ini dengan melingkari atau memberi tanda silang
pada point a sampai e yang dianggap mewakili kebiasaan tidur anak
Bapak/Ibu.

1. Berapa jam biasanya anak anda tidur dimalam hari?


f. 9-11 Jam
g. 8-9 Jam
h. 7-8 Jam
i. 5-7 Jam
j. ≤ 5 jam
2. Berapa lama setelah ke tempat tidur anak anda biasanya baru bisa tertidur?
f. ≤ 15 detik
g. 15-30 detik
h. 30-45 detik
i. 45-60 detik
j. ≥ 60 detik
3. Apakah saat musim ujian anak anda memiliki waktu tidur lebih sedikit?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
4. Jika jawaban anda “YA”, berapa jam anak anda tidur malam hari?
a. 9-11 Jam
b. 8-9 Jam
c. 7-8 Jam
d. 5-7 Jam
e. ≤ 5 jam
5. Apakah saat musim liburan anak anda memiliki waktu tidur lebih banyak?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
6. Jika jawaban anda “YA”, berapa jam anak anda tidur malam hari?
a. ≥ 11 Jam
b. 9-11 Jam
c. 8-9 Jam
d. 7-8 Jam
e. 5-7 Jam
60

(Lanjutan)
D. Isilah pernyataan berikut ini yang paling sesuai dengan kebiasaan
tidur anak anda pada saat tidurnya.
Pilihlah Jawaban pada pertanyaan di bawah ini jika dengan memberikan tanda
silang (X)
6. Tidak Pernah
7. Jarang (1-2 kali perbulan atau kurang)
8. Kadang-kadang (1-2 kali perminggu)
9. Sering (3-5 kali perminggu)
10. Selalu (setiap hari)
Pertanyaan Skala
1. Anak Bapak/Ibu malas atau menolak untuk disuruh 1 2 3 4 5
tidur
2. Anak Bapak/Ibu sulit untuk tidur pada malam hari 1 2 3 4 5
3. Ada rasa takut pada anak Bapak/Ibu ketika ia mau 1 2 3 4 5
tidur
4. Bagian tubuh anak Bapak/Ibu tampak tersentak saat 1 2 3 4 5
tidur pada malam hari
5. Anak menunjukkan gerakan-gerakan berulang 1 2 3 4 5
ketika tidur, seperti menggerakkan atau
menggelengkan kepala
6. Anak Bapak/Ibu merasakan mimpi seperti nyata 1 2 3 4 5
saat tidur pada malam hari
7. Anak Bapak/Ibu berkeringat yang sangat banyak 1 2 3 4 5
saat tidur
8. Anak Bapak/Ibu terbangun lebih dari 2 kali setiap 1 2 3 4 5
malam
9. Setelah terbangun pada malam hari, anak sulit 1 2 3 4 5
untuk tertidur kembali
10. Tangan anak Bapak/Ibu pernah mengalami 1 2 3 4 5
genjotan atau hentakan tiba-tiba saat tidur atau
selalu berubah posisi saat tidur atau menendang-
nendang atau menyentakkan kaki di atas seprei
tempat tidur
11. Anak Bapak/Ibu merasa sulit bernapas (sesak) pada 1 2 3 4 5
malam hari
12. Anak Bapak/Ibu sering terengah-engah saat 1 2 3 4 5
bernapas atau tidak bisa bernapas saat tidur pada
malam hari
13. Anak Bapak/Ibu mendengkur/ mengorok saat tidur 1 2 3 4 5
pada malam hari
14. Anak Bapak/Ibu berkeringat banyak sepanjang 1 2 3 4 5
malam
15. Bapak/ibu pernah melihat anak berjalan sambil 1 2 3 4 5
tidur
61

16. Bapak/Ibu pernah mendapatkan anak berbicara 1 2 3 4 5


(mengigau) sambil tidur
17. Bapak/Ibu pernah mendengar gigi anak gemeretak/ 1 2 3 4 5
berbunyi saat tidur
18. Anak Bapak/Ibu terbangun dari tidur sambil 1 2 3 4 5
berteriak atau seperti kebingungan dan sulit untuk
disadarkan, tapi anak tidak mengingatnya saat
bangun esok paginya
19. Anak Bapak/Ibu mengalami mimpi buruk namun 1 2 3 4 5
tidak dapat mengingatnya keesokan harinya
20. Anak Bapak/Ibu sulit bangun pada pagi hari 1 2 3 4 5
21. Anak bangun pagi dan merasa lelah 1 2 3 4 5
22. Anak Bapak/Ibu merasa seperti ketindihan saat 1 2 3 4 5
bangun pada pagi hari
23. Pada siang harinya anak terlihat mengantuk 1 2 3 4 5
24. Anak tertidur tiba-tiba pada keadaan-keadaan yang 1 2 3 4 5
tidak tepat (contoh: ketika makan, berada dalam
toilet,dll)
62

Lampiran 4
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

No R R Alpha R
Pertanyaan Hitung Tabel Keterangan Cronbach Tabel Keterangan
1
2
3 0,223 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
4 0,204 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
5 0,223 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
6 0,322 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
7 0,705 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
8 0,418 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
9 0,623 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
10 0,204 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
11 0,558 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
12 0,337 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
13 0 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
14 0 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
15 0,186 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
16 0,687 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
17 0,068 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
18 0,395 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
19 0,281 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
20 0,047 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
21 0,295 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
22 0,614 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
23 0,59 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
24 0,339 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
25 0,532 0,396 valid 0,785 0,396 reliabel
26 0,2 0,396 unvalid 0 0,396 tidak reliabel
63

Lampiran 5
Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Hilmiana Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Torgamba, 30 Juni 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Perisai, Rantau Prapat, Labuhan Batu, Medan.

No.HP : 0852-8051-0351

Email : Hilmianaputri95@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

- SDN 116243 Bintais Jae, Labuhan Batu, Medan, Sumatera Utara

- Mts. Pon.Pes. Ar-Raudhatul Hasanah, Medan

- MA. Pon.Pes. Ar-Raudhatul Hasanah, Medan

- Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarief Hidayatullah Jakarta

You might also like