Professional Documents
Culture Documents
Bandung
Disusun Oleh:
170510150006
Universitas Padjadjaran
2018
1.1 Latar Belakang
seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar
sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri
dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012:
5). Maka dari itu dalam prosesnya seorang mahasiswa harus membuat cara agar
menjadi sosok yang ideal sebagai cerminan Bangsa Indonesia di masa depan,
salah satunya dengan menimba ilmu. Dalam menimba ilmu, tak jarang mahasiswa
Mahasiswa perantau tentunya bukan sesuatu yang asing lagi, terutama di kota-
kota b1esar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan kota-kota besar
studi perguruan tinggi di daerah atau kota lain atau dapat di katakan merantau dari
tempat asalnya untuk menempuh pendidikan yang lebih berkualitas yang akan dia
dapatkan di daerah atau kota lain. Hal tersebut lahir dari kenyataan sekarang ini
bahwa pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya
1
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2012/12TAHUN2012UU.HTM (diakses 27 Agustus
2018).
manusia yang guna mengadaptasi situasi dan kondisi yang selalu mengalami
Bandung adalah salah satu kota yang terletak di Jawa Barat yang juga
merupakan salah satu kota pendidikan2 dan menjadi incaran para pelajar dari
setiap tahun universitas yang tersebar di Bandung dipenuhi oleh pelajar yang
berasal dari luar kota, luar provinsi, bahkan luar negeri dengan tujuan untuk
2
menuntut ilmu. Banyak perguruan tinggi yang terkenal di Bandung salah satunya
berbagai latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya akan tetapi
memiliki satu tujuan yang sama yaitu pendidikan yang bermutu dan layak. Hal ini
dibuktikan karena POLBAN masuk kedalam 100 perguruan tinggi terbaik yang
ada di Indonesia pada tahun 20174, sehingga banyak mahasiswa perantau dari
berbagai latar belakang budaya yang berbeda datang dan menuntut ilmu di
kampus tersebut. Salah satu mahasiswa perantau yang datang untuk menuntut
ilmu di POLBAN adalah mahasiswa etnik Batak Toba yang berasal dari Sumatera
Utara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Batak” memiliki arti yaitu petualang,
2
https://blogs.itb.ac.id (diakses 28 Agustus 2018).
3
www.polban.ac.id (diakses 28 Agustus 2018).
4
http://ristekdikti.go.id (diakses 28 Agustus 2018).
pengembara, sedang “membatak” mempunyai arti yaitu berpetualang, pergi
bahwa orang Batak sangat suka untuk mengembara. Mobilitas yang tinggi dan
semangat serta perasaan ingin tahu yang tinggi menjadikan salah satu faktor yang
membuat suku Batak tersebar di seluruh daerah Nusantara bahkan hingga ke luar
negeri. Napitupulu (dalam Nauli dan Fransisca, 2015) mengatakan bahwa motto
orang Batak Toba “anakkokin do hamoraon di ahu” yang berati bahwa anak
adalah harta yang paling berharga. Para orangtua akan berusaha menyekolahkan
anaknya walaupun dalam keadaan terbatas. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan
anak menjadi tempat dan nilai yang lebih tinggi dari nilai yang lain. Sehingga
tidaklah asing jika banyaknya mahasiswa etnik Batak Toba datang atau merantau
tinggi POLBAN.
setempat ketika harus pergi dari daerah asalnya dalam kurun waktu yang tidak
alam, melainkan juga lingkungan sosial dan budaya (Ningrum, 2016). Adaptasi
secara fisik melai3nkan lingkungan sosial karena setiap orang membutuhkan satu
dengan lainnya, maka harus menyesuaikan nilai dan norma yang berlaku dalam
5
https://kbbi.web.id/batak (diakses 28 Agutus 2018)
harus mulai pindah dan menjalani kehidupan yang baru sebagai mahasiswa
POLBAN. Selain sebagai salah satu perguruan tinggi yang banyak diminati oleh
suku Sunda yang merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Dikalangan
masyarakat, tercipta stereotip tentang orang Sunda yaitu menjunjung tinggi sopan
santun, murah senyum, lemah-lembut dan sangat menghormati orang tua dalam
memiliki ciri-ciri yang sangat bertolak belakang dengan orang Sunda yaitu
memiliki suara keras dan cenderung kasar, memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
bersikap secara spontan dengan orang lain (Mudrikah, 2017). Dari gambaran
diatas, dapat dikatakan bahwa secara geografis dan sosio-kultural Sunda sangat
Proses adaptasi adalah salah satu cara yang digunakan oleh mahasiswa rantau
etnik Batak Toba untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan POLBAN yang
oleh mahasiswa perantau dan salah satu hambatan yang dialami oleh mahasiswa
etnik Batak Toba selama kuliah di POLBAN adalah hambatan dalam berbahasa.
Walaupun bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar yang utama dalam dunia
hambatan bagi mahasiswa etnik Batak Toba dalam berinteraksi pada saat
dengan dosen yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa kedua, pada saat
membeli makanan atau minuman, mengucap salam, menyapa, dan berkomunikasi
orang asing atau pendatang, pola budaya masyarakat yang dimasukinya tidak
Dalam ungkapan tersebut dapat dikatakan bahwa setiap individu yang memasuki
POLBAN sebagai suatu lingkungan baru mungkin akan menghadapi banyak hal
yang berbeda dalam lingkungan fisik seperti cuaca dan lingkungan sosial budaya
melihat cara berkomunikasi maupun bahasa yang digunakan, tetapi budaya juga
dan Rakhmat, 2010:18). Dengan semua perbedaan yang ada, mereka harus dapat
lakukan oleh Solihin (2013) dengan judul “Mereka yang Memilih Tinggal Telaah
mereka dengan lingkungan yang baru dan perubahan-perubahan yang terjadi dan
hal-hal yang masih dipertahankan. Temuan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
didorong oleh faktor eksternal yang kemudian didukung oleh kondisi internal
lingkungan hidup yang nyaman, layak, dan memberikan rasa aman telah
dengan tempat asal. Selain berhasil menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
lingkungan sosial dan budaya di kota ini. Salah satu strategi budaya yang
sosial dengan penyesuaian diri pada remaja di panti asuhan. Penelitian ini
menggunakan metode skala dalam mengumpulkan data. Hasil dalam penelitian ini
mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri
pada remaja di panti asuhan. Semakin besar dukungan sosial dari lingkungan
sekitar maka proses penyesuaian diri seseorang akan berefek positif, sehingga
dalam hal ini remaja merasa dirinya diterima dan diperhatikan oleh lingkungan
sekitarnya.
metode kualitatif. Siswa Papua yang berada di kota Lamongan merupakan siswa
Papua dan Papua Barat). Temuan dalam penelitian ini adalah siswa Papua
untuk mencari kesamaan di lingkungan yang baru. Strategi adaptasi perilaku lebih
menghadapi perbedaan.
Kelurahan Sumpang Binangae yang dilakukan pada tahun 2016. Penelitian ini
Sumpang Binangae diawali dengan adanya interaksi yang baik antara etnis jawa
terhadap masyarakat setempat. Kerja sama tersebut merupakan salah satu bentuk
tercapai kesejahteraan hidup yang baik. Dalam melakukan adaptasi Etnis Jawa
sosial yang dilakukan etnis jawa. Adapun faktor pendukung etnis Jawa dalam
Penelitian lainnya yang serupa pernah dilakukan oleh oleh Faradita Prayusti
pada tahun 2017 dengan menggunakan metode kualitatif. Faradita menulis tesis
yang sebelumnya adalah pada subjek penelitian, yakni mahasiswa etnik Batak
12.550 orang lalu pada tahun 2017 jumlah pendaftar menjadi meningkat yaitu
22.716 orang. Hal itu menunjukan bahwa POLBAN merupakan salah satu
perguruan tinggi yang diminati oleh mahasiswa dan disana peneliti dapat
menemui pelajar dari hampir semua daerah di Indonesia yang mempunyai
Batak Toba di POLBAN. Selain itu perbedaan yang akan dilakukan pada
penelitian ini adalah fokusnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti
dilakukan oleh Mahasiswa rantau etnik Batak Toba di Politeknik Negeri Bandung
(POLBAN).
Cara penyesuaian diri etnis batak toba yang merantau untuk menimba ilmu di
seperti faktor lingkungan dan faktor sosial. Berdasarkan deskripsi yang telah
dipaparkan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana proses adaptasi yang dilakukan oleh
POLBAN?
adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa rantau etnik Batak agar dapat bertahan di
lingkungan di POLBAN.
1. Secara teoritis manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
2. Secara praktis manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Adaptasi
berkembang dan bertahan hidup melalui kerja sama dengan orang lain. Oleh
karena itu, manusia membutuhkan kemampuan untuk dapat bergaul dan diterima
orang harus mampu untuk: bertahan hidup sebagai resisten terhadap musuh
udara dan makanan; membentuk keluarga dan keturunan; dan siap menghadapi
Keseluruhan proses pertahanan diri itu, disebut sebagai proses adaptasi (Nopianti,
dkk. 2018).
lingkungan. Proses dari adaptasi ini akan menghasilkan sebuah tindakan yang
dilakukan secara terus menerus hingga menjadi suatu kebiasaan bagi individu
dibagi menjadi tiga bagian yaitu adaptasi perilaku (adaptive behavior), adaptasi
perilaku adalah perilaku yang dianggap sebagai sesuatu yang dinamis dan terus
berubah seiring berjalannya waktu. Perilaku yang muncul digunakan sebagai alat
dan kelompok yang berubah dengan mengikuti alur yang ada di lingkungan
tersebut. Jadi, adaptasi perilaku sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
pemeriksaan yang sesuai agar dapat berada pada posisi yang tepat, sehingga dapat
bertahan hidup.
Adaptasi proses adalah proses adaptasi yang terbagi menjadi dua level
untuk mengatasi hambatan dalam suatu lingkungan alam. Tujuan hal ini untuk
Sedangan level kelompok, adaptasi dikatakan sebagai suatu cara yang digunakan
lainnya akan hidup bersama dalam suatu lingkungan sosial, maka dari itu antar
bersama-sama yang ada di dalam lingkungan sosial. Hal ini karena masalah yang
timbul tidak selamanya dapat dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan orang lain
saat individu maupun kelompok memasuki budaya yang baru. Individu maupun
kelompok tersebut mulai mendeteksi persamaan dan perbedaan dalam lingkungan
Saat individu berada di luar tempat asalnya, maka individu tersebut akan
turut membawa budaya dari tempat asalnya dan berusaha untuk tetap
asal akan menjembatani jarak budaya dan secara perlahan individu akan
bahwa adaptasi adalah proses penyesuaian dari individu, kelompok maupun unit
4. Bertahan hidup.
Inti dari proses adaptasi ini adalah akan menghasilkan sebuah tindakan
1.5.2 Mahasiswa
mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi1. Siswoyo dalam Papilaya dan
kerencanaan dalam bertindak. Berfikir kritis dan bertindak dengan cepat dan
seseorang yang sedang menempuh pendidikan atau menimba ilmu dan terdaftar
sedang menjalani pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang terdiri dari
tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal
dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini
seseorang peserta didik yang berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan
arti berlayar atau mencari penghidupan di tanah rantau atau pergi ke negeri
dekat atau lama dengan sukarela yang bertujuan mencari nafkah atau
ilmu dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu perguruan
tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas.
lama bertujuan untuk menuntut ilmu pada salah satu perguruan tinggi dan
dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu menjadi 22.716 orang.
Ditanjau dari suku, keberadaan suku Batak Toba adalah salah satu diantara
belajar yang lebih tinggi daripada mahasiswa suku lain. Mahasiswa suku
Batak Toba tidak hanya berusaha lulus, tetapi lulus dengan nilai yang baik.
Keluarga suku batak toba satu dengan lainnya saling berkompetisi dalam