You are on page 1of 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan data hasil penelitian yang terdiri dari demografi

karakteristik partisipan dan tema hasil penelitian. Hasil analisa data dari

wawancara yang dilakukan secara indepth pada 24 partisipan dalam penelitian ini

diperoleh 3 tema dengan 9 sub tema.

1. Demografi Karakteristik Partisipan

Penelitian ini melibatkan 24 partisipan yang terdiri dari 11 orang perawat, 5

orang pasien, dan 8 orang keluarga pasien. Pemilihan partisipan berdasarkan pada

kriteria inklusi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti. Penjelasan

mengenai demografi karakteristik untuk masing-masing partisipan sebagai

berikut.

1.1 Demografi Karakteristik Perawat

Hasil analisa data didapatkan bahwa dari 11 orang perawat yang

diwawancarai di ruang ICU, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6 orang dan

berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang. Berdasarkan kelompok umur,

jumlah tertinggi terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 7

orang, sedangkan jumlah terendah terdapat pada kelompok umur 17-25 tahun

sebanyak 4 orang. Untuk tingkat pendidikan, jumlah tertinggi terdapat pada

tingkat pendidikan D3 Keperawatan yaitu sebanyak 8 orang, sedangkan jumlah

48
49

terendah terdapat pada tingkat pendidikan S1 Keperawatan (Ners) yaitu sebanyak

3 orang.

1.2 Demografi Karaktersitik Pasien

Hasil analisa data didapatkan bahwa seluruh pasien yang diwawancarai di

ruang ICU berjenis kelamin perempuan. Dari 5 orang pasien yang diwawancarai,

jumlah tertinggi terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 3

orang, sementara untuk kelompok umur 17-25 tahun sebanyak 1 orang dan untuk

kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 1 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan,

jumlah tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 3 orang,

sedangkan jumlah terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 2

orang.

1.3 Demografi Karakteristik Keluarga Pasien

Hasil analisa data didapatkan bahwa dari 8 orang keluarga pasien yang

diwawancarai, yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang dan berjenis

kelamin perempuan sebanyak 4 orang. Untuk kelompok umur 17-25 tahun

sebanyak 1 orang, untuk kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 4 orang, dan

untuk kelomok umur 36-45 tahun sebanyak 3 orang. Berdasarkan tingkat

pendidikan, jumlah terendah terdapat pada tingkat pendidikan SMP yaitu

sebanyak 3 orang, sedangkan jumlah tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan

SD dan SMA dengan jumlah masing-masing sebanyak 3 orang.


50

Tema 1: Komunikasi sebagai kunci kepercayaan untuk menciptakan

hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga dalam pencegahan pressure

injury

Komunikasi menjadi kunci utama dalam berinteraksi dengan pasien dan

keluarga saat pertemuan pertama kali untuk menciptakan hubungan yang baik.

hubungan yang dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama dalam mencegah

terjadinya pressure injury pada pasien. Berdasarkan tema komunikasi sebagai

kunci kepercayaan untuk menciptakan hubungan yang baik dengan pasien dan

keluarga dalam pencegahan pressure injury, peneliti menentukan sub tema, yaitu;

1) pendidikan kesehatan tentang pencegahan pressure injury kepada pasien dan

keluarga, dan 2) keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan tindakan pencegahan

pressure injury.

Sub Tema 1: Pendidikan kesehatan tentang pencegahan pressure injury kepada

pasien dan keluarga

Perawat mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan tentang pencegahan

pressure injury seperti melakukan tindakan alih baring dalam 24 jam dan

pemasangan bed dekubitus perlu diberikan kepada pasien dan keluarga agar

pasien dan keluarga paham serta ikut terlibat dalam pelaksanaan tindakan

pencegahan pressure injury. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan

oleh tiga orang perawat sebagai berikut:

“..setelah menjalani perawatan selama 24 jam di ICU, perawat


mulai memberikan edukasi sekaligus mempraktekkan kepada
keluarga cara melakukan alih baring kepada pasien untuk
mencegah pressure injury” (N7)
51

“...kita (perawat) berikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk


melakukan alih baring per 4 jam supaya bisa mencegah pressure
injury akibat dari tirah baring lama” (N9)
“...untuk pasien-pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan
sudah menunjukkan adanya tanda-tanda pressure injury seperti
kemerahan akibat dari tirah baring lama, keluarga kita (perawat)
beri penjelasan mengenai pemasangan bed dekubitus, kita jelaskan
manfaat dan tujuan pemasangan bed dekubitus tersebut sebagai
pengalas pendukung untuk mengurangi tekanan pada area
belakang pasien, sehingga keluarga paham dan bisa ikut
membantu” (N11)

Pasien dan keluarga juga mengungkapkan bahwa perawat menganjurkan

kepada pasien dan keluarga untuk selalu merubah posisi baring pasien setiap 4

jam untuk mencegah terjadinya pressure injury akibat dari tirah baring lama.

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh pasien dan keluarga

sebagai berikut:

“...perawat menganjurkan saya (pasien) untuk selalu merubah posisi


baring seperti miring ke kiri atau miring ke kanan setiap 4 jam
agar tidak terjadi luka di belakang” (P3)
“...perawat menjelaskan kepada saya (keluarga) bahwa ibu saya
harus sering-sering dimiringkan posisi baringnya agar tidak
terjadi luka tekan akibat tirah baring lama” (K6)

Sub Tema 2: Keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan tindakan pencegahan

pressure injury

Perawat mengungkapkan bahwa keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan

tindakan pencegahan pressure injury dapat membantu perawat dalam melakukan

alih baring dan pemasangan bed dekubitus. Pernyataan tersebut sesuai dengan

yang diungkapkan oleh perawat sebagai berikut:


52

“...kita (perawat) butuh keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan


tindakan pencegahan pressure injury seperti melakukan alih
baring setiap 4 jam dan pemasangan bed dekubitus terutama pada
pasien-pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran” (N2)

Pasien dan keluarga juga mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan tindakan

pencegahan pressure injury, keluarga selalu dilibatkan untuk membantu perawat.

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh pasien dan keluarga

sebagai berikut:

“...untuk merubah posisi baring miring ke kiri atau miring ke kanan


saya (pasien) belum bisa melakukannya sendiri karena kondisi
saya yang masih lemah, jadi perawat yang membantu untuk
memiringkan, tapi keluarga juga sekali-sekali ikut membantu untuk
memiringkan saya” (P3)
“...untuk pencegahan luka tekan, keluarga diajari dan dilibatkan
untuk membantu perawat seperti memiringkan adik saya ke posisi
baring miring kiri, miring ke kanan, atau memposisikan adik saya
setengah duduk” (K1)

Dua orang perawat lainnya juga mengungkapkan bahwa keterlibatan keluarga

dalam pencegahan pressure injury bertujuan untuk memberikan pengalaman

kepada keluarga agar keluarga mampu melaksanakan secara mandiri ketika pasien

menjalani perawatan lanjutan dirumah. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang

diungkapkan oleh dua orang perawat sebagai berikut:

“...kalau untuk tindakan alih baring dan pemberian salep kita


(perawat) tetap harus melibatkan keluarganya, karena tidak
sepenuhnya perawatan itu berasal dari perawat, tetapi harus ada
dukungan dari keluarganya juga, agar saat pasien pulang ke
rumah untuk menjalani perawatan lanjutan, keluarga sudah bisa
melakukan secara mandiri” (N10)
“...untuk pencegahan pressure injury dengan melibatkan keluarga,
tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman kepada keluarga
agar mereka bisa melakukan tindakan pencegahan pressure injury
tersebut secara mandiri ketika pasien menjalani perawatan
lanjutan di rumah” (N11)
53

Tema 2: Kompetensi perawat dalam menciptakan keamanan dan

kenyamanan pasien untuk mencegah terjadinya pressure injury

Perawat perlu untuk memahami bahwa kompetensi sebagai bagian dari

praktik caring co-creation. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan perawat dalam menciptakan lingkungan yang bersih, aman,

dan nyaman bagi pasien untuk mencegah pressure injury. Berdasarkan tema

kompetensi perawat dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan pasien untuk

mencegah pressure injury, peneliti menentukan sub tema, yaitu; 1) menjaga

kebersihan lingkungan fisik untuk keamanan dan kenyamanan pasien, 2)

melakukan pengkajian resiko pressure injury, 3) menjaga kebersihan dan

perawatan kulit pasien, 4) pemberian 6 kali alih baring dalam 24 jam, dan 5)

pemberian terapi komplementer massage untuk kenyamanan pasien.

Sub Tema 1: Menjaga kebersihan lingkungan fisik untuk keaman dan kenyaman

pasien

Perawat di ruang ICU selalu berupaya untuk menjaga kebersihan ruangan dan

lingkungan sekitar pasien agar tercipta rasa aman dan nyaman bagi pasien dan

keluarga dalam hal pencegahan pressure injury. Dalam menjaga kebersihan

ruangan ICU, perawat dibantu oleh cleaning service, sedangkan untuk menjaga

kebersihan lingkungan sekitar pasien, perawat dibantu oleh keluarga pasien

seperti mengganti linen jika sudah kotor atau basah karena keringat pasien, dan

merapikan linen agar tetap kencang dan licin untuk menghindari gesekan dan
54

robekan pada kulit pasien saat tirah baring (Observasi tanggal 15 April 2018,

Pukul 09.00 WITA).

Hasil observasi tersebut ditunjang oleh hasil wawancara yang dilakukan pada

perawat di ruang ICU, perawat mengungkapkan bahwa dalam menjaga kebersihan

ruangan dan lingkungan sekitar pasien sangat penting untuk menunjang

peningkatan kesehatan dan mencegah terjadinya pressure injury pada pasien

dengan tirah baring lama. Lingkungan yang bersih juga akan memberikan rasa

aman dan nyaman bagi pasien dan keluarga serta memberikan kenyamanan bagi

perawat dalam merawat pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang

diungkapkan oleh dua orang perawat sebagai berikut:

“...kebersihan ruangan dan lingkungan sekitar pasien perlu kita


(perawat) perhatikan, karena hal tersebut sangat menunjang untuk
peningkatan kesehatan pasien. Lingkungan yang bersih dan rapih
seperti linen pasien bersih, kencang, licin, tidak bau, dan tidak
basah bisa mencegah terjadinya pressure injury pada pasien tirah
baring lama” (N5)
“...lingkungan yang bersih akan memberikan rasa aman dan
nyaman bagi pasien dan keluarga serta memberikan kenyaman
bagi kita (perawat) dalam merawat pasien. Kebersihan lingkungan
sekitar pasien menjadi tanggung jawab kita, jadi kalau pakaian
dan linen pasien sudah basah kita harus ganti dengan yang baru
agar pasien merasa nyaman dan tidak akan mengalami pressure
injury” (N6)

Sub Tema 2: Melakukan pengkajian resiko pressure injury

Di ruang ICU belum terdapat format pengkajian khusus untuk menilai resiko

terjadinya pressure injury. Pengkajian resiko pressure injury pada pasien di ruang

ICU hanya berdasarkan pada penilaian secara objektif atau visual oleh perawat

pada saat memandikan pasien atau pada saat melakukan alih baring per 4 jam

(Observasi tanggal 12 April 2018, Pukul 06.00 WITA).


55

Hasil observasi tersebut ditunjang oleh hasil wawancara yang dilakukan pada

perawat di ruang ICU. Perawat mengungkapkan bahwa penilaian resiko pressure

injury hanya berdasarkan pada penilaian secara objektif terhadap tanda-tanda

kemerahan pada area punggung pasien pada saat memandikan atau melakukan

alih baring. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh dua orang

perawat sebagai berikut:

“...kita (perawat) belum mempunyai format khusus untuk mengkaji


resiko terjadinya pressure injury. Selama ini kita hanya menilai
tanda-tanda pressure injury secara objektif saja pada saat
memandikan pasien atau pada saat melakukan alih baring per 4
jam. Jadi jika ditemukan adanya tanda kemerahan pada punggung
pasien, kita langsung pasang bed dekubitus, kemudian kita berikan
massage ringan dengan menggunakan lotion” (N3)
“...penilaian resiko pressure injury selama ini yang kita (perawat)
lakukan hanya berdasarkan pada tanda-tanda pressure injury yang
kita lihat saat memandikan pasien atau pada saat melakukan alih
baring, kita lihat apakah ada tanda-tanda kemerahan atau luka di
area punggung pasien, jika ditemukan adanya tanda-tanda
pressure injury kita langsung lakukan tindakan pencegahannya
seperti pemasangan bed dekubitus, alih baring per 4 jam, massage
dengan menggunakan lotion atau minyak zaitun” (N7)

Sub Tema 3: Menjaga kebersihan dan perawatan kulit pasien

Perawat mengungkapkan bahwa menjaga kebersihan dan perawatan kulit

pasien adalah hal utama yang perlu diperhatikan dalam pencegahan pressure

injury. Disamping itu, menjaga kebersihan tempat tidur, mengganti pakaian atau

linen pasien, serta memberikan lotion untuk menjaga kelembapan kulit pasien

juga dapat mencegah terjadinya pressure injury. Pernyataan tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan oleh dua orang perawat sebagai berikut:

“...yang paling utama dalam pencegahan pressure injury itu adalah


menjaga kebersihan dan perawatan kulit pasien, memperhatikan
kebersihan pasien secara utuh, kebersihan tempat tidur pasien,
56

mengganti pakaian atau linen pasien, serta memberikan lotion


untuk menjaga kelembapan kulit pasien” (N7)
“...kebersihan dan perawatan kulit pasien sangat penting untuk kita
(perawat) jaga agar pasien tidak akan mengalami pressure injury,
karena jika kulit pasien kotor, hal tersebut bisa mencetuskan awal
mula rusaknya kulit sehingga rentan untuk mengalami pressure
injury” (N11)

Pasien dan keluarga juga mengungkapkan bahwa perawat di ruang ICU selalu

memperhatikan kebersihan dan perawatan kulit pasien. Perawat sering

membersihkan pasien pada waktu pagi dan sore hari. Pernyataan tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan oleh pasien dan keluarga sebagai berikut:

“...karena kondisi saya (pasien) masih lemah, jadi perawat yang


membantu membersihkan saya pada waktu pagi dan sore hari agar
kulit saya tetap bersih sehingga tidak mudah mengalami luka di
belakang akibat dari tirah baring lama” (P5)
“...perawat di ruang ICU selalu memperhatikan kebersihan adik
saya. Perawat sering membersihkan adik saya sebanyak 2 kali
dalam sehari, dan juga membersihkan tempat tidur, sehingga adik
saya terawat dengan baik dan tidak mengalami luka tekan” (K1)

Sub Tema 4: Pemberian 6 kali alih baring dalam 24 jam

Partisipan mengungkapkan bahwa pemberian alih baring sebanyak 6 kali

dalam 24 jam merupakan tindakan pencegahan pressure injury yang rutin

dilakukan. Pemberian alih baring seperti posisi baring miring ke kiri, miring ke

kanan, dan posisi setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh perawat, pasien, dan

keluarga sebagai berikut:

“...untuk mencegah terjadinya pressure injury, setiap hari pasien


kita (perawat) lakukan alih baring per 4 jam, jadi dalam 24 jam
kita berikan tindakan alih baringnya sebanyak 6 kali. Setelah
dialih baringkan, biasanya saat ditanyakan perasaannya, pasien
mengatakan merasa nyaman dengan posisi tersebut” (N11)
57

“...untuk merubah posisi baring miring ke kiri atau miring ke kanan


saya (pasien) belum bisa melakukannya sendiri karena kondisi
saya yang masih lemah. Jadi perawat dan keluarga yang
membantu untuk memiringkan setiap 4 jam, agar tidak terjadi luka
tekan di belakang, dan saya merasa lebih nyaman dengan posisi
baring miring kiri atau ke kanan karena selama 3 hari posisi
baring saya terlentang” (P3)
“...ibu saya meminta untuk diposisikan setengah duduk untuk
mengurangi tekanan dan suhu yang panas pada daerah punggung
akibat tirah baring lama...ibu saya merasa lebih nyaman dengan
posisi setengah duduk tersebut” (K7)

Sub Tema 5: Pemberian terapi komplementer massage untuk kenyamanan pasien

Partisipan mengungkapkan bahwa selain menjaga kebersihan pasien,

pemasangan bed dekubitus, dan pemberian alih baring per 4 jam untuk mencegah

pressure injury, pemberian terapi komplementer seperti massage juga bisa

mencegah terjadinya pressure injury serta memberikan kenyamanan bagi pasien.

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh perawat, pasien, dan

keluarga sebagai berikut:

“...setelah pasien kita (perawat) alih baringkan, biasanya kita


berikan massage ringan dengan menggunakan lotion pada sekitar
daerah yang tertekan agar peredaran darah di area tersebut
lancar sehingga bisa mencegah terjadinya pressure injury serta
memberikan rasa nyaman bagi pasien” (N9)
“...setelah saya (pasien) dibersihkan, biasanya perawat memberikan
massage di punggung saya, tindakan tersebut membuat saya
merasa nyaman dan lebih rileks, rasa panas di belakang akibat
tirah baring lama pun hilang setelah di lakukan massage oleh
perawat” (P1)
“...perawat sering kali memberikan massage di punggung ibu saya,
perawat menjelaskan bahwa tindakan tersebut untuk memberikan
rasa nyaman pada ibu saya serta untuk melancarkan aliran darah
di area punggung agar tidak mudah terjadi luka tekan akibat tirah
baring lama” (K8)
58

Tema 3: Keuntungan perilaku caring co-creation dalam pencegahan pressure

injury

Perilaku caring co-creation memberikan keuntungan yang sangat besar bagi

pasien dan keluarga maupun perawat. Perilaku caring co-creation dalam

pencegahan pressure injury yang diberikan oleh perawat kepada pasien dan

keluarga dapat memberikan keuntungan terhadap kesejahteraan psikologis berupa

kepuasan pasien dan keluarga, serta meningkatkan kesehatan fisik pasien.

Kesembuhan pasien akan menjadi kepuasaan tersendiri bagi perawat yang

merawatnya. Berdasarkan tema keuntungan perilaku caring co-creation dalam

pencegahan pressure injury, peneliti menentukan sub tema, yaitu; 1) kepuasan

pasien dan keluarga, dan 2) kepuasan kerja perawat.

Sub Tema 1: Kepuasan pasien dan keluarga

Pasien dan keluarga mengungkapkan bahwa mereka merasa puas dengan

sikap peduli perawat terhadap pencegahan pressure injury seperti pelaksanaan alih

baring per 4 jam dan menjaga kebersihan pasien, sehingg selama menjalani proses

perawatan pasien tidak mengalami pressure injury. Pernyataan tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan oleh pasien dan keluarga sebagai berikut:

“...saya (pasien) merasa puas karena sikap pedulinya


perawat...setiap 4 jam perawat selalu membantu saya untuk
merubah posisi baring miring ke kiri, miring ke kenan, atau
setengah duduk, sehingga punggung saya tidak terasa panas dan
tidak mengalami luka akibat tekanan saat tirah baring” (P4)
“...saya (pasien) merasa puas karena perawat memberikan
perhatian penuh akan kebersihan. Perawat sering membersihkan
saya pada waktu pagi dan sore hari, perawat juga selalu
menganjurkan saya untuk sering-sering merubah posisi, sehingga
59

selama menjalani perawatan disini saya tidak mengalami luka


tekan akibat tirah baring lama” (P5)
“...saya (keluarga) merasa puas dengan sikap peduli perawat
terhadap ibu saya. Perawat memberikan perhatian penuh terhadap
kebersihan ibu saya, setiap 4 jam sekali perawat merubah posisi
baring agar ibu saya merasakan nyaman, sehingga kondisi ibu
saya semakin lama semakin membaik, dan ibu saya tidak
mengalami luka tekan” (K7)

Sub Tema 2: Kepuasan kerja perawat

Perawat mengungkapkan bahwa dirinya memiliki kepuasan kerja dalam

melaksanakan tindakan pencegahan pressure injury pada pasien yang dirawat di

ruang ICU. Kepuasaan kerja tersebut dirasakan ketika pasien yang dirawat dengan

tirah baring lama tidak mengalami pressure injury. Pernyataan tersebut sesuai

dengan yang diungkapkan oleh dua orang perawat sebagai berikut:

“...sebagai perawat, kita memiliki kepuasan kerja tersendiri ketika


merawat pasien stroke dengan tirah baring lama namun tidak
mengalami pressure injury, hal tersebut membuktikan bahwa
kinerja dalam hal pencegahan pressure injury yang rutin kita
laksanakan berhasil dengan baik” (N9)
“...ada kepuasan kerja tersendiri saat merawat pasien yang sudah
mengalami pressure injury dari rumah, namun saat menjalani
perawatan di ICU pressure injurynya mengecil atau bahkan
sembuh pada saat pulang, karena pelaksanaan tindakan
pencegahan pressure injury di ICU kita laksanakan secara
berkelanjutan dengan melibatkan keluarga” (N10)

You might also like