Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
Kelompok 11 : Mona Birny Verra
Risa Yuniantari
Syariifatul Afifah
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bejudul Mendeteksi adanya
Komplikasi dan Penyulit Persalinan Kala II
Profesi bidan bukanlah profesi yang mengemban tugas ringan. Profesionalisme, kerja keras
dan kesungguhan hati serta niat baik akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi pengabdi
profesi bidan.
Pemahaman yang utuh mengenai asuhan kebidanan Mendeteksi adanya Komplikasi dan
Penyulit Persalinan Kala II sangat penting di miliki oleh para bidan maupun calon bidan karena
tuntunan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan saat ini semakin meningkat khususnya dalan
pelayan kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi bidan untuk meningkatkan
kemampuannya, baik pengetahuan, kemampuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku yang
professional .
Walaupun demikian, makalah ini tidak luput dari kekurangan. Kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca karena kami masih dalam proses pembelajaran untuk kesempurnaan dan
kemajuan di masa yang akan dating dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 11
i
BAB I
PENDAHULUAN
Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun
kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu Malpresentasi adalah semua presentasi lain
dari janin selain presentasi vertex Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering
menyebabkan partus lama/partus macet.
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat.
Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian
sekitar 20-30%.
Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme “Maulage”
karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunytai
waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak
mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar.
Serta berbagai penyulit persalinan kala III yang akan dibahas Makalah ini.
1.2 Tujuan
iii
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRESENTASI MUKA
a. Pengertian
1. Presentasi Muka adalah keadaan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap ke bawah. (Ilmu Kebidanan)
2. Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah janin.
Muka janin dapat tampil sebagai dagu (mentum) anterior atau posterior, relatif
terhadap simfisis pubis. (Duff, Obstetri Williams)
Gambar 1 Gambar 2
b. Etiologi
Penyebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya bisa dari faktor apapun yang
menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala.
Panggul sempit
Bayi besar
Anensefalus
Lilitan tali pusat di leher
Pembesaran leher yang mencolok
Faktor Presdiposisinya adalah pada wanita multipara dan perut gantung. Keadaan tersebut
menyebabkan punggung bayi merosot ke depan ke arah lateral, seringkali pada arah yang
sama dengan oksiput, sehingga menambah ekstensi vertebra servikalis dan torakalis.
c. Diagnosa
1. Dalam kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika:
Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan
punggung teraba sudut yang runcing (sudut fabre); tonjolan kepala ini juga
bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil.
Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian kecil.
Atas penemuan tersebut dianjurkan untuk dibuat foto rontgen
2. Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba: orbita, tulang pipi,
mulut dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan dari bokong.
d. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan luar (Palapasi Abdomen)
Tonjolan kepala sepihak dengan bokong
Ditemukan sudut fabre
BJJ sepihak dengan bagian kecil
2. Pemeriksaan dalam
Teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu
Gambar 3
e. Penatalaksanaan
Posisi dagu anterior
Jika pembukaan lengkap
- Biarkan persalinan spontan
- Jika kemajuan lambat, percepat dengan oksitosin
- Jika kepala tidak turun dengan baik , lakukan ekstraksi forceps
Jika pembukaan tidak lengkap
- Akselerasi dengan oksitosin
- Periksa kemajuan persalinan secara presentasi verteks
Gambar 4
2. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
Berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi :
1. Persalinan Pervaginam
a. Spontaneous breech (Bracht)
b. Partial breech extraction : Manual and assisted breech delivery
c. Total breech extraction
2. Persalinan per abdominal : Seksio Sesaria
Instrumen :
a) Perangkat untuk persalinan
b) Perangkat untuk resusitasi bayi
c) Uterotonika (Ergometrin maleat, Oksitosin)
d) Anastesi lokal (Lidokain 2%)
e) Cunam piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang
f) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)
g) Alat-alat infus
h) Povidon Iodin 10%
i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi
3.Persiapan Penolong
a) Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
b) Cuci tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir
c) Keringkan tangan dengan handuk DTT
d) Pakai sarung tangan DTT / steril
e) Memasang duk (kain penutup)
V. Ekstraksi Kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan
bayi / ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke
bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan
di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis,
kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3) Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari
di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
4) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir
kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong
telah lahir.
5) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan
lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
6) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.
VI. Teknik Ekstraksi Bokong
Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila
kala II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi
segera dilahirkan.
1) Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini
lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam
pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
2) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka
jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah
sampai bokong lahir.
3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau Lovset.