You are on page 1of 26

MAKALAH ASKEB II

MENDETEKSI ADANYA KOMPLIKASI DAN


PENYULIT PERSALINAN KALA II

Disusun Oleh
Kelompok 11 : Mona Birny Verra
Risa Yuniantari
Syariifatul Afifah

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bejudul Mendeteksi adanya
Komplikasi dan Penyulit Persalinan Kala II
Profesi bidan bukanlah profesi yang mengemban tugas ringan. Profesionalisme, kerja keras
dan kesungguhan hati serta niat baik akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi pengabdi
profesi bidan.
Pemahaman yang utuh mengenai asuhan kebidanan Mendeteksi adanya Komplikasi dan
Penyulit Persalinan Kala II sangat penting di miliki oleh para bidan maupun calon bidan karena
tuntunan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan saat ini semakin meningkat khususnya dalan
pelayan kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi bidan untuk meningkatkan
kemampuannya, baik pengetahuan, kemampuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku yang
professional .
Walaupun demikian, makalah ini tidak luput dari kekurangan. Kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca karena kami masih dalam proses pembelajaran untuk kesempurnaan dan
kemajuan di masa yang akan dating dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2011

Kelompok 11

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun
kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu Malpresentasi adalah semua presentasi lain
dari janin selain presentasi vertex Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering
menyebabkan partus lama/partus macet.
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat.
Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian
sekitar 20-30%.
Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme “Maulage”
karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunytai
waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak
mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar.
Serta berbagai penyulit persalinan kala III yang akan dibahas Makalah ini.

1.2 Tujuan

 Menjelaskan komplikasi dan penyulit pada persalinan kala II.


 Untuk mengetahui cara mengatasi komplikasi dan penyulit pada persalinan kala II.
 Mengurangi jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan komplikasi dan penyulit
persalinan kala II.
 Mendeteksi dini komplikasi persalinan kala II dan cara penanganannya.

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEMUAN KEADAAN NORMAL DAN ABNORMAL

Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau


Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
 Nadi Tanda atau gejala syok: 1. Baringkan miring ke kiri.
 Tekanan  nadi cepat, lemah (110 x 2. Naikkan kedua kaki untuk
Darah /menit atau lebih) meningkatkan aliran darah
 Pernapfasan  tekanan darah rendah ke jantung.

 Kondisi (sistolik kurang dari 90 3. Pasang infus menggunakan


keseluruhan mmHg) jarum diameter besar

 Urin  pucat pasi (ukuran 16 atau 18) dan

 berkeringat atau dingin, berikan RL atau NS.

kulit lembab Infuskan 1 L dalam 15

 nafas cepat (lebih dari 30 sampai 20 menit; jika

x/menit) mungkin infuskan 2 L dalam

 cemas, bingung atau tidak waktu satu jam pertama,

sadar kemudian turunkan ke 125


cc/jam.
 produksi urin sedikit
4. Segera rujuk ke fasilitas
(kurang dari 30 cc/jam)
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat
darurat obstetri dan bayi
baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
 Nadi Tanda atau gejala dehidrasi: 1. Anjurkan untuk minum.
 Urin  perubahan nadi (100 2. Nilai ulang setiap 30 menit
x/menit atau lebih) (menurut pedoman di
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
 urin pekat partograf). Jika kondisinya
 produksi urin sedikit tidak membaik dalam waktu
(kurang dari 30 cc/jam) satu jam, pasang infus
menggunakan jarum
diameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 cc/jam.
3. Segera rujuk ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat
darurat obstetri dan bayi
baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
 Nadi Tanda atau gejala infeksi: 1. Baringkan miring ke kiri.
 Suhu  nadi cepat (110 x/menit atau 2. Pasang infus menggunakan
 Cairan lebih) jarum diameter besar
vagina  suhu lebih dari 38 ºC (ukuran 16 atau 18) dan

 Kondisi  menggigil berikan RL atau NS 125

secara umum  air ketuban atau cairan cc/jam.

vagina yang berbau 3. Berikan ampisilin 2 gr atau


amoksisillin 2 gr per oral.
4. Segera rujuk ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
penatalaksaaan gawat
darurat obstetri dan bayi
baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
 Tekanan Tanda atau gejala pre- 1. Nilai ulang tekanan darah
darah eklampsia ringan: setiap 15 menit (saat di
 Urin  tekanan darah diastolik 90– antara kontraksi atau
 Keluhan 110 mm Hg meneran).
subyektif  proteinuria hingga 2+ 2. Jika tekanan darah 110 mm

 Kesadaran Hg atau lebih, pasang infus

 Kejang menggunakan jarum


diameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan RL
atau NS 125 cc/jam.
3. Baringkan miring ke kiri.
4. Lihat penatalaksanaan
preeklampsia berat.
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Tanda atau gejala preeklampsia 1. Baringkan miring ke kiri.
berat atau eklampsia: 2. Pasang infus dengan
 tekanan darah diastolik 110 menggunakan jarum
mm Hg atau lebih diameter besar (ukuran 16
 tekanan darah diastolik 90 atau 18) dan berikan RL
mm Hg atau lebih dengan atau NS 125 cc/jam.
kejang 3. Berikan dosis awal 4 gr
 nyeri kepala MgSO4 20% IV selama 20

 ganguan penglihatan menit.

 kejang (eklampsia) 4. Berikan MgSO4 50%, 10 gr


(5 gr IM pada masing-
masing bokong).
5. Segera rujuk ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
gawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Kontraksi Tanda-tanda inersia uteri: 1. Anjurkan untuk mengubah
 Kurang dari 3 kontraksi posisi dan berjalan-jalan.
dalam waktu 10 menit, lama 2. Anjurkan untuk minum.
kontraksi kurang dari 40 3. Pecahkan ketuban jika
detik selaput ketuban masih utuh
(gunakan setengah Kocher
DTT).
4. Stimulasi puting susu.
5. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung
kemihnya.
6. Jika bayi tidak lahir setelah
2 jam meneran
(primigravida) atau 1 jam
(multigravida), segera rujuk
ke fasilitas yang memiliki
kemampuan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan
bayi baru lahir.
7. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Denyut Jantung Tanda gawat janin: 1. Baringkan miring ke kiri,
Janin  DJJ kurang dari 120 atau anjurkan ibu untuk menarik
lebih dari 160 x/menit, nafas panjang perlahan-
mulai waspada tanda awal lahan dan berhenti meneran.
gawat janin 2. Nilai ulang DJJ setelah 5
 DJJ kurang dari 100 atau menit:
lebih dari 180 x/menit a. Jika DJJ normal, minta ibu
kembali meneran dan pantau
DJJ setelah setiap kontraksi.
Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak
menahan nafasnya saat
meneran.
b.Jika DJJ abnormal, rujuk
ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan
bayi baru lahir
c. dampingi ibu ke tempat
rujukan
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Penurunan Kepala bayi tidak turun 1. Anjurkan untuk meneran
Kepala Bayi sambil jongkok atau berdiri.
2. Jika bayi tidak lahir setelah
2 jam meneran
(primigravida) atau 1 jam
meneran (multigravida), ibu
dibaringkan miring ke kiri.
3. Rujuk ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawat
darurat obstetri dan bayi
baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Lahirnya Bahu Tanda-tanda distosia bahu:
 Kepala bayi tidak
melakukan putaran paksi
luar.
 Kepala bayi keluar
kemudian tertarik kembali
ke dalam vagina (kepala
‘kura-kura)
 Bahu bayi tidak lahir
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Cairan Ketuban Tanda-tanda cairan ketuban 1. Nilai DJJ:
bercampur mekonium: a. Jika DJJ normal, minta ibu
 Cairan ketuban berwarna kembali meneran dan pantau
hijau (mengandung DJJ setelah setiap kontraksi.
mekonium) Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak
menahan nafasnya saat
meneran.
b. Jika DJJ tidak normal,
tangani sebagai gawat janin
(lihat di atas).
2. segera setelah kepala bayi
lahir, hisap mulut bayi lalu
kemudian hidungnya
dengan penghisap lendir
DeLee DTT atau steril atau
bola karet penghisap yang
baru dan bersih sebelum
bahu dilahirkan.
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Tali Pusat Tanda-tanda tali pusat 1. Nilai DJJ, jika ada:
menumbung:  Segera rujuk ke fasilitas
 Tali pusat teraba atau yang memiliki kemampuan
terlihat saat periksa dalam penatalaksanaan gawat
darurat obstetri dan bayi
baru lahir.
 Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
 Baringkan miring ke kiri
dengan pinggul agak naik.
Dengan memakai sarung
tangan DTT atau steril, satu
tangan tetap di dalam vagina
untuk mengangkat kepala
bayi agar tidak menekan tali
pusat dan letakkan tangan
yang lain di abdomen untuk
menahan bayi pada
posisinya (keluarga dapat
membantu melakukannya).
ATAU
 Minta ibu berlutut dengan
bokong lebih tinggi dari
kepalanya. Dengan
mengenakan sarung tangan
DTT atau steril, satu tangan
tetap di dalam vagina untuk
mengangkat kepala bayi dari
tali pusat.
2. Jika DJJ tidak ada
 Beritahukan ibu dan
keluarganya.
Temuan dari Penilaian dan Rencana Asuhan atau
Penilaian
Pemeriksaan Perawatan
Tanda-tanda lilitan tali pusat: 1. Jika tali pusat melilit
 Tali pusat melilit leher bayi longgar di leher bayi,
lepaskan melewati kepala
bayi.
2. Jika tali pusat melilit erat di
leher bayi, lakukan
penjepitan tali pusat dengan
klem di dua tempat
kemudian potong
diantaranya, kemudian
lahirkan bayi dengan segera.
Untuk Kehamilan kembar tak 1. Nilai DJJ.
kehamilan terdeteksi 2. Jika bayi kedua dengan
kembar tak presentasi kepala dan kepala
terdeteksi segera turun, biarkan
kelahiran berlangsung
seperti bayi pertama.
3. Jika kondisi-kondisi tersebut
tidak terpenuhi, baringkan
ibu miring ke kiri.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan
bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
B. KOMPLIKASI DAN PENYULIT KALA II
A. Konsep Dasar Kelainan Presentasi dan Posisi
Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil
sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex
Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus
macet.

1. PRESENTASI MUKA
a. Pengertian
1. Presentasi Muka adalah keadaan di mana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap ke bawah. (Ilmu Kebidanan)

2. Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah janin.
Muka janin dapat tampil sebagai dagu (mentum) anterior atau posterior, relatif
terhadap simfisis pubis. (Duff, Obstetri Williams)

3. Presentasi muka yaitu keadaan dimana kepala mengalami hiperfleksi sehingga


oksiput bersentuhan dengan punggung bayi dan mentum merupakan denominator.
(Bhal et al, Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran)

Gambar 1 Gambar 2
b. Etiologi
Penyebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya bisa dari faktor apapun yang
menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala.
 Panggul sempit
 Bayi besar
 Anensefalus
 Lilitan tali pusat di leher
 Pembesaran leher yang mencolok
Faktor Presdiposisinya adalah pada wanita multipara dan perut gantung. Keadaan tersebut
menyebabkan punggung bayi merosot ke depan ke arah lateral, seringkali pada arah yang
sama dengan oksiput, sehingga menambah ekstensi vertebra servikalis dan torakalis.
c. Diagnosa
1. Dalam kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika:
 Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan
punggung teraba sudut yang runcing (sudut fabre); tonjolan kepala ini juga
bertentangan dengan pihak bagian-bagian kecil.
 Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian kecil.
Atas penemuan tersebut dianjurkan untuk dibuat foto rontgen
2. Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba: orbita, tulang pipi,
mulut dan dagu. Karena muka agak lunak harus dibedakan dari bokong.
d. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan luar (Palapasi Abdomen)
 Tonjolan kepala sepihak dengan bokong
 Ditemukan sudut fabre
 BJJ sepihak dengan bagian kecil
2. Pemeriksaan dalam
Teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu
Gambar 3
e. Penatalaksanaan
Posisi dagu anterior
 Jika pembukaan lengkap
- Biarkan persalinan spontan
- Jika kemajuan lambat, percepat dengan oksitosin
- Jika kepala tidak turun dengan baik , lakukan ekstraksi forceps
 Jika pembukaan tidak lengkap
- Akselerasi dengan oksitosin
- Periksa kemajuan persalinan secara presentasi verteks

Gambar 4

Posisi dagu posterior


 Jika pembukaan serviks lengkap, lahirkan dengan cara seksio sesarea
 Jika pembukaan serviks tidak lengkap, nilai penurunan, rotasi, dan kemajuan persalinan.
Jika macet, lakukan seksio sesarea
 Jika janin mati, lakukan kariotomi atau seksio sesarea
Gambar 5
Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II : setelah dipimpin meneran

Bila dagu di depan : persalinan spontan (ekstraksi forsep)


Bila dagu di belakang : seksio sesarea

2. PERSALINAN LETAK SUNGSANG


a. Definisi
1) Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun
kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-
30%.
2) Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme “Maulage” karena
susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunytai waktu 8
menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak
mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar.

b. Bentuk-Bentuk Letak Sungsang


Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak sungsang
sebagai berikut :
a) Letak Bokong Murni
1. Teraba bokong
2. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
3. Kedua kaki bertindak sebagai spalk
b) Letak Bokong Kaki Sempurna
1. Teraba bokong
2. Kedua kaki berada di samping bokong
c) Letak Bokong Tak Sempurna
1. Teraba bokong
2. Disamping bokong teraba satu kaki
d) Letak Kaki
1. Bila bagian terendah teraba salah satu dan atau kedua kaki atau lutut
2. Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah ; letak bila lutut terendah
c. Etiologi
Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan.
Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar.
Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan
bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah
sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala..
Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya
presentasi bokong.

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari


1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala

2. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas

3. Mekanisme persalinan letak sungsang fisiologis


Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung sebagai berikut :
a) Persalinan bokong
b) Persalinan bahu
c) Persalinan kepala
bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan
melakukan putaran paksi dalam sehingga trochanter depan berada di bawah simfisis. Dengan
trochanter depan sebagai hipomoklion akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya seluruh
bokong lahir untuk melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah
simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan
tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang
atau miring, serta melakukan putaran paksi dalam sehingga suboksiput berada di bawah
simfisis. Suboksiput menjadi hipomuklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung,
muka dan kepala seluruhnya.
Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir.
Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan /kematian bayi
4. Diagnosa kedudukan
1. Pemeriksaan abdominal
Letaknya adalah memanjang.
a. Di atas panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai
bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregama di atas tulang-tulang
dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan menyebabkan
kesalahan diagnostic.
b. Punggung ada di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian-bagian kecil ada di
sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang.
c. Kepala berada di fundus uteri. Mungkin kepala cukup diraba bila kepala ada di bawah
tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari paha bokong dan kadang-kadang
dapat dipantulkan (Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba terasa massa yang
dapat dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.
d. Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan
2. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi
yang sama pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut jantung janin
terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang-kadang denyut jantung
janin terdengar di bawah umbilicus
3. Pemeriksaan vaginal
1) Bagian terendah teraba tinggi
2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura dan
fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukkan adanya mal presentasi.
3) Bagian terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum terletak
pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba
oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh karena tulang yang
keras.
5) Sakrum ada di kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada pada
diameter obligua kanan.
4. Pemeriksaan Sinar X
Sinar X menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan
seperti hydrocephalus.

5. Konsep Penatalaksanaan Letak Sungsang


Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan
komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Menghadapi
kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :

Berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi :
1. Persalinan Pervaginam
a. Spontaneous breech (Bracht)
b. Partial breech extraction : Manual and assisted breech delivery
c. Total breech extraction
2. Persalinan per abdominal : Seksio Sesaria

Pada Persalinan secara Bracht ada 3 tahap :


1. Fase Lambat (Bokong lahir sampai umbilikus / scapula anterior),
2. Fase Cepat (Dari umbilikus sampai mulut / hidung)
3. Fase Lambat (Dari mulut / hidung sampai seluruh kepala)

Prosedur Persalinan Bayi Sungsang


Langkah klinik
1.Persetujuan tindakan medik
2.Persiapan Pasien :
a) Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
b) Mengosongkan kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah perenium dengan
antiseptic

Instrumen :
a) Perangkat untuk persalinan
b) Perangkat untuk resusitasi bayi
c) Uterotonika (Ergometrin maleat, Oksitosin)
d) Anastesi lokal (Lidokain 2%)
e) Cunam piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang
f) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)
g) Alat-alat infus
h) Povidon Iodin 10%
i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi

3.Persiapan Penolong
a) Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
b) Cuci tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir
c) Keringkan tangan dengan handuk DTT
d) Pakai sarung tangan DTT / steril
e) Memasang duk (kain penutup)

4.Tindakan Pertolongan Partus Sungsang


a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan
penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
b) Intruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
d) Melahirkan bayi :
I.Cara Bracht
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah
panggul).
2) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
3) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4) Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah
simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan
bayi.
5) Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
6) Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan
nafas bayi, tali pusat dipotong.
II. Cara Klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht bahu dan
tangan tidak bisa lahir.
Prosedur :
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga
bokong dan kaki lahir.
2) Tali pusat dikendorkan.
3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
a. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk
melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang.
b. Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk
melahirkan bahu kanan bayi yang berada di belakang.
4) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar
dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah
kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama.

III. Cara Muller


Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu
dan tangan tidak bisa lahir.
1) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan
cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan.
2) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang.
IV. Cara Lovset (Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala /
nuchal arm)
1) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.
2) Memutar bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari
tangan yang muchal.
3) Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan
beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau
Muller.

V. Ekstraksi Kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan
bayi / ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha
sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke
bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan
di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis,
kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3) Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari
di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
4) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir
kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong
telah lahir.
5) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan
lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
6) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.
VI. Teknik Ekstraksi Bokong
Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila
kala II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi
segera dilahirkan.
1) Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini
lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam
pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
2) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka
jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah
sampai bokong lahir.
3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau Lovset.

Cara Melahirkan Kepala Bayi


Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht
kepala belum lahir).
1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah
memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan
kanan).
2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan
melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang
dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Asuhan Persalinan Normal. 2007


Benett, V.R Myles textbook for midwives 12th edition. United Kingdom : Churchill Livingstone,
1996
Farrer, Helen.Perawatan maternitas, Jakarta: EGC;1999
Manuaba. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan, Jakarta : EGC; 1998.
Mochtar R. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2, Jakarta :
EGC; 1998.
Moore, Hacker. Esensial Obstetri & Ginekologi, Jakarta : Hipokrates; 2001
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP; 2002
Pusdiknakes. Asuhan Intrapartum, WHO-JHPIEGO; 2003
Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal, Jakarta :
JNPKKR; 2001

You might also like