You are on page 1of 14

BIOSENSOR UNTUK KANKER PAYUDARA

OLEH :
NI PUTU SISKA RATNA ULANDARI (1823071011)
LUH GEDE EKA PRATIWI (1823071014)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2018

i
KATA PENGANTAR

‘Om Swastiastu”
Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang bejudul
“Biosensor Untuk Kanker Payudara”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasi kepada :
1. Dr. I Nyoman Tika M.Si yang telah memberikan tugas makalah sehingga penulis
dapat mengembangkan kemampuan diri dalam menulis makalah.
2. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan IPA yang telah banyak
memberikan masukan untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna seperti apa yang
diharapkan, untuk itu mohon kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.Tidak lupa penulis
mohon maaf atas segala kekurangan maupun kesalahan yang tidak disengaja pada tulisan
ini.
“Om Santhi, Santhi, Santhi Om”.

Singaraja, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover…………..…………………………………………………………………………i
Kata Pengantar …………………………………………………………………………ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………...………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………...…………………………….. 1
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………...…………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biosensor…………. ……………………...………………………. 2
2.2 Kanker Payudara ………………………..……………………………………...3
2.3 Cara Kerja Biosensor dalam Mendeteksi Kanker Payudara………..…………..8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………. 9
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, kebutuhan terhadap metode analisis yang cepal, akurat, efektif, efisien
dan mudah serta murah terus meningkat. Hal ini tentu saja menjadi tantangan baru bagi
peneliti, tidak terkecuali di bidang pengembangan pemeriksaan klinik. Metode baru
yang mulai banyak dikembangkan saat ini adalah teknologi sensor dan biosensor.
Biosensor dikembangkan dengan mengintegrasikan sinyal biologis dari molekul seperti
enzim, antibodi, fag- aptamer, atau rantai tunggal.
DNA dengan suatu transduser fisikokimia yang sesuai, menjadi sinyal elektrik yang
bermakna. Sejak perlama kali dikembangkan oleh Clark dan Lyons pada tahun 1962
dengan mengimobilisasi enzim glukosa oksidase pada permukaan elektroda untuk
mendeteksi glukosa darah, teknologi biosensor berkembang sangat pesat, salah satunya
biosensor untuk mendeteksi kanker, kususnya kanker payudara.
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara. Beberapa prosedur yang sudah digunakan untuk
pendeteksi kanker payudara: SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), Mammografi,
USG payudara dan Termograji. Namun prosedur tersebut masih belum mampu
mendeteksi kanker payudara dengan baik. Oleh karena itu diperlukan alat pendeteksi
dini kanker payudara yaitu biosensor kanker payudara.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud dengan biosensor?
2.Apa itu kanker payudara?
3.Bagaimana cara kerja biosensor untuk mendeteksi kanker payudara?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari biosensor
2.Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari kanker payudara
3.Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja biosensor untuk mendeteksi kanker payudara

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biosensor
Biosensor adalah sensor yang mengombinasikan komponen hayati dengan komponen
elektronik (transduser) yang mengubah sinyal dari komponen hayati menjadi luaran yang
terukur. Biosensor juga dapat diartikan sebagai sebuah alat analisis yang
mengkombinasikan komponen biologis dengan detektor fisikokimia. Biosensor terdiri
atas:
• Elemen biologis sensitif seperti jaringan, mikroorganisme, organel, reseptor sel, enzim,
antibodi, asam nukleat, dan sebagainya, adalah material biologis yang berinteraksi
dengan komponen yang dipelajari. Elemen sensitif tersebut juga bisa dibuat dengan
rekayasa biologis.
• Transduser yang bekerja secara fisikokimia (optis, piezoelektris, elektrokimia, dan
sebagainya) yang mengubah sinyal yang dihasilkan dari interaksi dengan komponen
yang diuji sehingga bisa diukur dengan mudah.
• Alat pembaca biosensor yang terkait dengan elektronika atau pemroses sinyal untuk
ditampilkan
Prinsip kerja biosensor yaitu sebagai berikut:
➢ Biokatalis/bioreseptor/senyawa aktif biologi akan berinteraksi dengan substansi/zat
kimia yang akan dideteksi (sampel analit/molekul target).
➢ Hasil interaksi yang berupa besaran fisik seperti panas, arus listrik, potensial listrik
atau lainnya akan dimonitor oleh transduser.
➢ Besaran tersebut kemudian diproses sebagai sinyal sehingga diperoleh hasil yang dapat
dipahami pada suatu layar monitor/recorder/komputer.

Gambar 1. Sketsa Biosensor

2
Biosensor suatu alat analisis yang menggunakan respon pengubah dalam bentuk signal
listrik. Konsep biosensor sering digunakan pada peralatan yang menentukan konsentrasi
substrat dan parameter biologi lain manakala pengukuran tidak dapat dilakukan secara
langsung. Biosensor sangat cepat berkembang dalam berbagai bidang. Cakupan biosensor
sangat luas dan dapat menggunakan material biologi seperti enzim, metabolisme sel,
ligand dan antibodi, serta reaksi antigen. Saat ini jumlah laporan yang membahas tentang
biosenso sekitar 60%. Laporan didominasi aplikasi biosensor dalam bidang kesehatan
(contoh 6% laporan di Eropa biosensor untuk mendeteksi penyakit diabetis). Biosensor
menjadi alternative karena cepat, akurat, dan mudah. Biosensor juga digunakan dalam
menetukan memonitoring kualitas makanan. Estimasi pasar dunia kira £12,000,000,000
pertahun untuk pembelian peralatan biosensor. Sebanyak 30% dari jumlah itu untuk
keperluan bidang kesehatan.
Riset dan pengembangan biosensor sangat luas dan multidisiplin, seperti dalam bidang
biokimia, biorekator, kimia fisika, elektrokimia, elektronik dan software engineering.
Dasar peralatan biosensor itu adalah potentiometri dan ainperometri, namun ada
menggunakan strip kertas enzim kolorimetrik. Oleh karena itu, biosensor ke depan akan
menjadi primadona dalam pengukuran, hal ini didasarkan pada beberapa keunggulan
antara lain : (1) Biokatalis memiliki sifat analisis yang spesifik, stabil pada kondisi
penyimpanan, menunjukkan stabilitas yang baik untuk pengujian sample dalam jumlah
banyak ( lebih dari 100). (2) Reaksi tidak terpengaruh pada parameter fisika, seperti
pengadukan, pH, suhu dan bersifat manageable. Jumlah sampel yang diperlukan kecil dan
tanpa pre- treatment. (3) Respon lebih akurat, tepat, reproducible dan sesuai dengan
jangkauan analisis. (4) Biosensor yang digunakan untuk memonitoring situasi klinis, probe
yang dipakai relative tipis dan biocompatible,sehingga tidak beracun atau memiliki
pengaruh antigenic dan dalam fermenters atau membutuhkan disterilisasi. (5) Biosensor
relative lengkap, murah, kedil mudah dibawa, mampu dilakukan oleh siapa saja, yang
memiliki ketrampilan kusus (semi-skilled operators)

2.2 Kanker Payudara


Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.

3
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara.
Terdapat beberapa jenis kanker payudara:
1. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya.
2. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting
susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa
terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan
pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari
endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu
di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-
35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya pada
payudara yang sama).
3. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi
biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk
keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan
menderita kanker invasive (pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada
kedua payudara).
4. Kanker invasive
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh
lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah
kanker lobuler.
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita
kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah:
a) Usia

4
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
b) Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasive memiliki resiko
tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-
1%/tahun.
c) Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
d) Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2• Jika seorang wanita memiliki salah satu dari
gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar Gen
lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53,
BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker
payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami
kerusakan. Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel.
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan
peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan
menyebabkan kanker.
e) Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah
saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia
atipik).
f) Menarke
(menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun,
kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pemah hamil. Semak in dini
menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita

5
kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke
sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun
kehamilan pertama. Semakin lam bat menopause dan kehamilan pertama, semakin
besar resiko menderita kanker payudara
g) Pemakaian pil KB atau tempi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang
tergantungkepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui
berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih
estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit
meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya
lebih lama.
h) Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes
i) Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker
payudara.
j) Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
k) DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita kanker payudara.
l) Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
m) Faktor resiko lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar
serla adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya

6
kanker payudara.
Gejala awal kanker payudara :
• Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
• Perubahan bentuk pada puting payudara.
• Rasa sakit pada payudara yang tak kunjung hilang, bahkan ketika Anda sudah
masuk ke masa haid bulan berikutnya. Meski begitu, beberapa wanita juga ada yang
tidak mengalami rasa sakit atau nyeri di payudaranya.
• Puting mengeluarkan cairan bening, berwarna cokelat, atau kuning.
• Puting tiba-tiba memerah dan bengkak tanpa diketahui penyebabnya.
• Bengkak di sekitar ketiak yang disebabkan karena pembesaran kelenjar getah
bening di daerah tersebut.
• Pembuluh vena terlihat pada payudara, akibatnya urat-urat di bagian payudara
terlihat dengan jelas.
• Pada stadium lanjut mulai tampak adanya kelainan pada kulit payudara (seperti
kulit jeruk atau kulit menjadi kemerahan), terkadang kulit juga jadi mencekung
seperti lesung pipi karena tertarik oleh benjolan.
Beberapa prosedur yang digunakan untuk skrining kanker payudara:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan
pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi
wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan
SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause,
SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya
setiap awal bulan).
2. Mammografi.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang
abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas
40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50
tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
3. USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.

7
4. Termografi.
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.

2.3 Cara Kerja Biosensor dalam Mendeteksi Kanker Payudara


Biosensor DNA berdasarkan graphene emas yang dimodifikasi menggunakan
nanopartikel oksida untuk deteksi biomarker kanker payudara sejak dini. Dua DNA yang
berbeda (ERBB2c dan CD24c) dimodifikasi dengan nanopartikel emas dan graphene.
Oksigen yang dimuat pada elektroda karbon kaca disiapkan untuk deteksi dini payudara
penanda kanker dengan deteksi elektrokimia HER2. Studi banding ERBB2c dan CD24c
untuk deteksi dilakukan. Deteksi "tipe sandwich" Strategi digunakan dalam biosensor
DNA elektrokimia ini dan jawabannya adalah diukur dengan deteksi amperometrik.
Peningkatan sinyal elektrokimia dicapai melalui nanopartikel emas dan sistem oksida
grafem yang diijinkan untuk sensitif deteksi kanker payudara biomarker ERBB2 dan
control marker CD24. Itu diubah graphene oksida yang ditandai dengan menggunakan
spektroskopi Raman, UV-visible spektroskopi, elektron transmisi spektroskopi
transformasi Fourier mikroskop, mikroskop elektron pemindaian dan spektroskopi sinar-X
yang terdistribusi energi. Berbagai langkah yang terlibat dalam modifikasi elektroda
karbon kaca dengan graphene oxide, nanopartikel emas dan probe DNA, target dan
reporter probe Secara elektrokimia ditandai dengan voltametri siklik dan elektrokimia
spektroskopi impedansi menggunakan deteksi amperometrik peroxidase lobak kuda label,
batas deteksi 0,16nM dan 0.23nMere diperoleh dengan sensitivitas 378 nA / nM dan 219
nA / nM untuk ERBB2 dan CD24 masing-masing.

8
BAB III
SIMPULAN

3.1 Simpulan
3.1.1 Biosensor adalah suatu alat analisis yang menggunakan respon pengubah dalam bentuk
signal listrik.
3.1.2 Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Terdapat beberapa jenis kanker payudara : Karsinoma in situ,Karsinoma duktal,
Karsinoma lobuler, Kanker invasive, Karsinoma meduler, Karsinoma tubuler.
3.1.3 Biosensor DNA berdasarkan graphene emas yang dimodifikasi menggunakan
nanopartikel oksida untuk deteksi biomarker kanker payudara sejak dini. Dua DNA yang
berbeda (ERBB2c dan CD24c) dimodifikasi dengan nanopartikel emas dan graphene.
Oksigen yang dimuat pada elektroda karbon kaca disiapkan untuk deteksi dini payudara
penanda kanker dengan deteksi elektrokimia HER2. Studi banding ERBB2c dan CD24c
untuk deteksi dilakukan. Deteksi "tipe sandwich" Strategi digunakan dalam biosensor
DNA elektrokimia ini dan jawabannya adalah diukur dengan deteksi amperometrik.
Peningkatan sinyal elektrokimia dicapai melalui nanopartikel emas dan sistem oksida
grafem yang diijinkan untuk sensitif deteksi kanker payudara biomarker ERBB2 dan
control marker CD24. Itu diubah graphene oksida yang ditandai dengan menggunakan
spektroskopi Raman, UV-visible spektroskopi, elektron transmisi spektroskopi
transformasi Fourier mikroskop, mikroskop elektron pemindaian dan spektroskopi sinar-
X yang terdistribusi energi.

9
DAFTAR PUSTAKA

R. L. Siegel, K.D. Miller, A. Jemal, Cancer statistics, 2016, A Cancer Journal for
Clinicians 66 (2016) 7-30.
S. Tsutsui, S. Ohno, S. Murakami, Y. Hachitanda, S. Oda, Prognostic value of
cerbB2 expression in breast cancer, J. Surg. Oncol. 79 (2002) 216-223.
J.S. Ross, J.A. Fletcher, The HER-2/neu Oncogene in Breast Cancer: Prognostic Factor,
Predictive Factor, and Target for Therapy, Oncologist 3 (1998) 237- 252.
T. M. Green, M. L. Alpaugh, S. H. Barsky, G. Rappa, A. Lorico, Breast Cancer-
Derived Extracellular Vesicles: Characterization and Contribution to the Metastatic
Phenotype, BioMed Research International Volume 2015, Article ID 634865, 13 pages
Turner, Anthony (1987). Biosensors:Fundamentals and Applications. Oxford, UK: Oxford
University Press. hlm. 770.
Y M. Li, Y. Pan, Y. Wei et al., Upregulation of CXCR4 is essential for HER2- mediated
tumour metastasis. Cancer Cell 6 (2004) 459469.
W. Dean-Colomb and F. J. Esteva, HER2-positive breast cancer: Herceptin and beyond,
European Journal of Cancer 44, (2008) 2806-2812.

10

You might also like