You are on page 1of 12

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)

Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

PEMANFAATAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL PILIHAN PADA STRUKTUR


BAMBU MODERN

Nor Intang Setyo H.1, IGL. Bagus Eratodi2 , Astuti Masdar3, dan Morisco4
1
Mahasiswa Program Doktor, Univeristas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: intang_sh@yahoo.com
2
Mahasiswa Program Doktor, Univeristas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: guss_todi@yahoo.co.id
3
Mahasiswa Program Doktor, Univeristas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: astuti_masdar@yahoo.com
4
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: morisco@tsipil.ugm.ic.id

ABSTRAK
Kayu sebagai material bangunan dari hutan alam ketersediannya dewasa ini di Indonesia bahkan
dunia sudah semakin menipis. Ancaman kerusakan lingkungan perlu diantisipasi dan pelestarian
alam perlu digalakkan. Diperlukan bahan bangunan yang berkelanjutan (sustainability). Disisi lain
bambu tersedia di mana-mana di seluruh dunia dan merupakan sumber daya alam yang melimpah,
sehingga upaya pemanfaatan bambu sebagai material pengganti kayu terus dikembangkan, karena
bambu mempunyai kinerja tinggi, renewable, dan ramah lingkungan. Tujuan dari paper ini adalah
menyajikan perkembangan pemakaian bambu pada struktur bangunan modern yang terjadi di
Indonesia dan luar negeri, sehingga dapat lebih mendorong pemakaian bambu sebagai material
bangunan pilihan. Makalah ini memaparkan dan mengulas sejauhmana bambu dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan bukan saja pada bangunan konvensional namun dikembangkan pada
struktur bangunan modern. Bagaimana bambu dapat menggantikan material kayu, bahkan beton dan
baja. Tinjauan kelayakan struktur bambu dari segi sifat fisika dan mekanika disajikan dari uraian
beberapa penelitian tentang bambu. Kesimpulan yang dapat diambil, yaitu bambu yang dibentuk
menjadi material modern mempunyai banyak keunggulan, disamping bambu mempunyai kinerja
tinggi (layak), ketersediaan berlimpah dan berkelanjutan, juga telah merubah image masyarakat
tentang bambu yang dahulu dianggap marjinal. Sehingga bambu yang mempunyai kekuatan yang
melebihi daripada kayu direkomendasikan sebagai material pengganti kayu.
Kata kunci : bambu, material pilihan, struktur, modern

1. PENDAHULUAN
Bambu sebagai bahan konstruksi dapat digunakan sebagai jembatan, bangunan rumah termasuk tiang, partisi dan
kuda-kuda maupun sebagai penyangga. Penggunaan bambu sebagai bahan konstruksi kurang memasyarakat karena
sosialisai tentang penggunaan, keunggulan dan cara mengkonstruksi bangunan bambu jarang dilakukan. Selama ini
masyarakat lebih memilih kayu sebagai bahan bangunan sementara semakin hari harga kayu terus naik. Kondisi ini
dikarenakan penebangan kayu mulai dibatasi untuk menghindari dampak yang sangat buruk karena merusak
keseimbangan alam dan lingkungan.
Pada saat ini bambu sebagai material bangunan telah berkembang pesat seiring dengan semakin langkanya kayu dari
hutan alam. Bambu dikembangkan menjadi bahan bangunan struktur modern baik berupa bambu utuh maupun
bambu laminasi. Di dalam makalah ini akan disajikan tinjauan pemanfaatan bambu sebagai material pilihan untuk
struktur bangunan yang lebih modern. Tinjauan yang disajikan merupakan hasil-hasil penelitian yang dikelompokan
menjadi (1) sifat-sifat bambu; (2) aplikasi bambu pada struktur, dan (3) komposit bambu dengan material lain.
Beberapa makalah telah dipresentasikan di Seminar Internasional Struktur Bambu Modern di Shanghai, Cina (2008)
dan dari Persatuan Pecinta Bambu Indonesia (Perbindo) (2003 – 2010). Tujuan tinjauan pemanfaatan bambu pada
struktur modern pada makalah ini adalah untuk (1) mengevaluasi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan; (2)
mempromosikan hasil penelitian bambu yang bersifat aplikatif dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh pihak
pengguna, dan (3) agar penelitian yang telah dilakukan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 311
Nor Intang Setyo H., IGL. Bagus Eratodi , Astuti Masdar, dan Morisco

2. SIFAT-SIFAT MATERIAL BAMBU


Bambu adalah rumput raksasa dalam keluarga Bambusoideae, berbentuk shell, bersifat orthotropic, kekuatan tinggi
arah longitudinal dan kekuatan rendah arah transversal. Distribusi serat bervariasi sepanjang ketebalannya. Serat
pada bambu terkonsentrasi lebih rapat pada kulit luar (Gambar 1), sebagai daya tahan penolak angin selama
pertumbuhannya (Ghavami, 2008). Sifat fisika terpenting dari bambu adalah kadar air, berat jenis, dan kembang
susut bambu. Sifat fisika semua bambu (Dendrocalamus giganteus (DG), Moso, Matake, Guadua, dan Phylostaques
pubensen disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Potongan melintang batang bambu Gambar 2. Sumbu batang bambu


antarnodia

Sifat fisika mempengaruhi sifat mekanika bambu. Untuk menentukan variasi volume fraksi serat bambu telah
dikembangkan metode DIP (Digital Image Processing). Menurut Ghavami (2008), penentuan nilai Modulus of
Elastisitas (E) dari bambu sebagai material komposit digunakan digital image processing (DIP) Persamaan 1.

Ec = f ( x) = E f V f ( x) + Em (1 − V f ( x) ) (1)
Dimana Ec = modulus elastisitas bambu komposit; Ef dan Em = modulus elastisitas; Vf dan Vm = (1 – Vf) = volume
fraksi serat bambu, dan Vf (x) = distribusi volume fraksi serat dalam arah sumbu x dari pusat hingga kulit luar tebal
bambu.
Distribusi volume serat dengan metode DIP bambu Dendrocalamus giganteus dapat digunakan Persamaan 2.

V f ( x) = 49,8 x 2 − 0,49 x + 20,01 (2)

Sifat mekanika lima jenis bambu disajikan pada Tabel 1.


Tabel 1. Sifat mekanika lima jenis bambu
Modulus of Modulus of
Tensile Compression
No Elasticity Et No No No
Species/local Strength
node (GPa) node
strength
node
Elasticity Ec
(MPa) (MPa) node node
node (GPa) node
Bambusa Base 68,80 98,00 11,11 14,08 20,60 30,00 3,05 4,15
multiplex Disticha Middle - - - - - - - -
(RJ) Top 79,8 108,4 11,95 14,92 20,00 26,50 3,54 4,27
Avarage 74,3 103,2 11,53 14,50 20,30 28,25 2,97 4,21
Bambusa tuldoide Base 112,0 140,5 9,99 12,66 30,20 37,80 2,97 3,24
(RJ) Middle - - - - - - - -
Top 95,80 98,00 8,55 11,19 30,00 38,30 2,83 2,78
Avarage 103,90 119,2 9,27 11,92 30,10 38,05 2,90 3,01
Guadua superb Base 108,80 142,6 8,33 10,48 36,4 50,60 2,46 3,12
(RJ) Middle - - - - - - - -
Top 115,8 151,0 9,42 11,83 35,00 45,00 2,83 3,55
Avarage 112,3 146,8 8,87 11,15 35,70 47,80 2,64 3,33
Bambusa vulgaris Base 131,6 176,4 8,46 10,02 37,50 53,00 2,59 2,86
Schard (RJ) Middle 106,1 153,5 8,50 10,22 39,50 46,00 2,36 3,19
Top 145,6 182,0 9,45 12,67 42,00 59,00 2,80 3,67
Avarage 127,7 170,6 8,80 10,97 39,66 52,66 2,58 3,24
Dendrocallamus Base 106,8 147,0 12,98 19,11 58,66 56,61 12,07 15,29
giganteus Middle 143,6 188,1 16,73 15,70 53,96 63,77 15,15 11,26
Top 114,0 157,6 13,44 10,71 54,04 72,87 9,79 10,41
Avarage 121,5 164,2 14,38 15,17 55,55 64,42 12,34 12,32

S - 312 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Bambu Sebagai Material Pilihan Pada Struktur Bambu Modern

Sifat-sifat bambu utuh bervariasi karena faktor umur, tempat tumbuh, jenis, maupun posisi. Untuk membuat sifat
bambu yang seragam dan sifat mekanika lebih meningkat dikembangkan teknik laminasi. Penelitian Xiao, et al
(2008), diperoleh tegangan tekan ultimit bambu Guadua laminasi sebesar 47,6 MPa, dan MOE = 19140 MPa. Untuk
tegangan lentur lamina (MOR) sebesar 81,9 MPa dan tegangan geser ultimit sebesar 7,92 MPa. Daya ikat (internal
bonding) bamboo laminasi dengan perekat Polyvinyl of Accetat (PVA) lebih besar dibandingkan perekat Urea
Formaldehida (UF). Peninjauan jenis bambu, jenis bambu Guadua laminasi mempunyai sifat mekanika lebih baik
dibandingkan bambu Moso laminasi, dimana perbedaan nilai daya ikat sekitar 372 %, sedangkan nilai MOR hanya
20 %. Bambu laminasi yang mengalami perbedaan temperatur akibat kondisi lingkungan akan mempengaruhi sifat-
sifat mekaniknya (Guan and Zhu, 2008). Lima perlakuan kondisi teratur lingkungan diterapkan pada bambu Moso
laminasi, diperoleh hasil sifat lentur (MOR dan MOE) yang bervariasi seperti diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat lentur papan bambu laminasi pada perlakuan kondisi suhu yang berbeda
Flexural properties
Treating conditions
MOR MOR
Freezing (-50oC, 4 h) 213 15832
Drying (150oC, 4 h) 182 13606
Normal (20oC, 65 %) 157 12824
Hot water (4 h) 137 11739
Cold water (20oC, 24 h) 99 5217

Penelitian kapasitas tumpuan dan bentuk kegagalan dari joint laminasi bambu, kayu dan baut baja dengan
eksperimen beban statis dilakukan oleh Zhang et al (2008). Hasilnya menunjukkan bahwa laminasi papan bambu
yang menampilkan gabungan kekuatan tinggi, kekakuan dan deformability sangat baik. Papan utama dan baut gagal
bersama pada saat yang sama, hal ini menandakan bahwa bambu laminasi struktur laminasinya dapat memastikan
transmisi geser yang efektif dan menunjukkan perlawanan beban handal.

3. APLIKASI BAMBU PADA STRUKTUR


Aplikasi bamboo sebagai alat sambung dan struktur rangka batang telah dilakukan pada kegiatan Pameran di Aichi,
Jepang pada tahun 2005 dengan tema utama "Nature's Wisdom" (Inoue, et al, 2008). Pavilion Nagakute sebagai
tempat pameran dibangun dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan dengan sistem yang menghubungkan
kayu menggunakan konektor bambu. Konsumsi energi dikurangi pada konstruksi menyerupai dome berupa penutup
menyerupai keranjang sebagai sunscreen, hijau rumput dinding bambu dan genteng bambu sebagai bahan isolasi.

Gambar 3. Pavilion Nagakute dengan rangka kayu - bambu berbentuk dome

Metode yang menghubungkan sambungan bambu diadopsi di paviliun didasarkan pada penghubung menggunakan
metode dan perekat. Konektor bambu ini dikembangkan oleh Inoue, et al, (2008) ditunjukkan pada Gambar 4 dan
Gambar 5. Dengan sistem sambungan ini, konektor bambu tertanam bersama dengan perekat pada konstruksi
paviliun dengan jumlah lebih dari 60.000 buah. Paviliun ini menarik banyak perhatian sebagai bangunan ramah
lingkungan. Seluruh konstruksi bangunan menggunakan teknologi baru dan bahan-bahan yang ramah lingkungan
dalam rangka turut melindungi bumi.

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 313
Nor Intang Setyo H., IGL. Bagus Eratodi , Astuti Masdar, dan Morisco

Gambar 4. Konektor bambu (jenis-T) Gambar 5. Mekanisme penggunaan konektor jenis T

Karena alasan geometrik dan bentuk bambu yang silindris, non prismatis, dan bervariasi, konstruksi bambu sering
kali memerlukan sambungan perpanjangan untuk memperpanjang bambu dan sambungan buhul untuk
menggabungkan beberapa batang bambu pada satu buhul atau joint. Beberapa aplikasi sambungan utuh pada
konstruksi bambu adalah sebagai berikut.
1. Sambungan bambu memakai baut dan plat buhul dengan bahan pengisi kayu atau mortar.
Penyambungan batang-batang bambu dengan baut menyebabkan timbulnya tegangan geser yang besar pada
bambu, sementara bambu lemah terhadap geser. Untuk memperkecil terjadinya tegangan geser pada bambu,
maka dibuat struktur komposit dengan memasukan kayu ataupun mortar pada bambu ke dalam rongga bambu
sehingga gaya yang bekerja akan dilawan secara komposit. Perangkaian batang-batang dibantu dengan
pemakaian plat buhul terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sambungan bambu dengan pelat buhul

2. Sambungan bambu memakai baut tanpa plat buhul dengan bahan pengisi
Pada dasarnya sambungan ini merupakan modifikasi dari sistem sambungan yang dilakukan oleh Morisco, hanya
saja tanpa plat buhul. Pathurahman (1998) dalam penelitiannya menggunakan bahan sika grout 214-11 sebagai
bahan pengisi, dengan cara ini kekuatan sambungan yang diperoleh cukup tinggi dan rumus yang dikemukakan
untuk menghitung sambungan sudah cukup sesuai dengan hasil eksperimen. Konstruksi bambu yang bersifat
permanen telah dibuat oleh Morisco, dkk (2006 dan 2007) yang membuat bangunan rumah menggunakan sistem
sambungan bambu memakai baut tanpa plat buhul dengan bahan pengisi. Struktur bangunan bambu tersebut
diantaranya adalah TK Aba Semoya di Sleman Yogyakarta, Pabrik mebel milik PT. Kwas di jalan Imogiri
Yogyakarta dan rumah bambu bertingkat 2 di daerah Pakem Yogyakarta. Konstruksi bambu yang bersifat
permanen tersebut dapat di lihat pada Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9.
Sambungan tanpa plat baja lebih disukai dan lebih ekonomis meskipun kekuatan konstruksinya lebih rendah.
Meskipun demikian dengan metode yang baik dan pengembangan lebih lanjut melalui penelitian-penelitian yang
terus dilakukan konstruksi dengan sistem ini dapat dilaksanakan dan diaplikasikan. Menelitian lebih lanjut
sedang dilakukan dengan menggantikan fungsi baut dengan material dari bahan bambu.

S - 314 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Bambu Sebagai Material Pilihan Pada Struktur Bambu Modern

Gambar 7. Earthquake-Resistant Bamboo Building Structures


Hilink Project (2007), Funded by JICA

Gambar 8. TK ABA Semoya, Berbah, Sleman. Hilink Project (2007), Funded by JICA

Gambar 9. Earthquake-Resistant Bamboo Building Structures


Hilink Project (2007), Funded by JICA

3. Sambungan bambu mengunakan PVC (PolyvinylChloride) pada bambu dengan sistem double layer grids (DLG).
Sistem join khusus pada konstruksi bambu yaitu double layer grid. Untuk memelihara struktur kealamian
ringan bambu digunakan PVC (Polyvinyl Chloride) pada join selain PVC Fibre Reinforced Polymer (FRP). Join
didesain dapat menahan tarik dan tekan tanpa terjadi keruntuah belah pada batang. Contoh konstruksi yang
menggunakan sistem join PVC menggunakan material bambu dapat dilihat pada Gambar 10.

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 315
Nor Intang Setyo H., IGL. Bagus Eratodi , Astuti Masdar, dan Morisco

Gambar 10. Sistem join double layer grids (DLG)

Sistem sambungan ini mempunyai kelemahan bentuk alami bambu yang tidak simetris mempersulit proses
pemasangan, harga konstruksi menjadi lebih mahal dan hanya bisa digunakan untuk konstruksi dengan
bentangan pendek (dengan DLG modul ukuran 2.3×2.3×0.9 m).

3. Sambungan menggunakan metode konstruksi balok busur dengan balutan ferro-semen


Penelitian ini mengembangkan variasi komponen struktur bambu menggunakan composit bambu-
beton (Korde, et al. 2008). Sambungan diplester dengan pasta semen Tapecrete P151, produk polimer
cementitious yang tahan air untuk mencegah penyerapan air oleh bambu dari beton dan pengikatan
yang lebih baik antara beton dan bambu. Daerah balutan dibungkus dengan ayaman kawat untuk
menyeragamkan ikatan antara beton dan kerangka bambu seperti terlihat pada Gambar 11. Aplikasi
pada struktur rangka kuda-kuda diperlihatkan pada gambar 12.

Gambar 11. Detail sambungan

Gambar 12. Konstruksi bambu-beton pada busur balok (balutan ferro-cemen)

S - 316 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Bambu Sebagai Material Pilihan Pada Struktur Bambu Modern

Pengembangan aplikasi bambu pada elemen beton bertulang bambu telah disajikan oleh Ghavami (2008) berupa
balok, kolom, dan pelat lantai. Pada pengujian balok bertulang bambu (Culzoni, 1987 dalam Ghavami, 2008)
dengan ukuran balok 12 cm x 30 cm, panjang 340 cm, bentang tumpuan 300 cm dan rasio angka penulangan bambu
(ρ) dibuat bervariasi 0,75% - 5%, maka diperoleh hasil terbaik adalah ρ = 3%.
Pada percobaan kolom bertulang bambu Moso, DG, dan Guadua Angustifoli dibuat bentuk lingkaran (dia. 30 cm)
dan persegi (20 cm x 20 cm) dengan tinggi 220 cm, untuk sengkang kolom persegi digunakan baja 5 mm, maka dari
hasil uji menunjukkan kekuatan kolom beton sengkang bambu sama dengan kolom sengkang baja. Pada aplikasi
struktur pelat beton bertulangan bambu dengan ukurn pelat beton 80cm x 14cm x 416 cm (jarak tumpuan 400cm)
dengan sistem half bambu diafragma dan full diafragma (lihat Gambar 13). Diperoleh kekuatan geser setengaah
bambu sebesar 10,89 MPa dengan standar deviasi 2,56 MPa. Salah satu faktor utama yang memberikan pengaruh
kekuatan pelat adalah tahanan geser diafragma sebagai konektor geser. Untuk meningkatkan kekuatan geser salah
satunya dengan memperbaiki (mengganti) strip atau diafragma dengan baja atau dibuat penuh. Metode ini
memberikan peningkatan hasil hampir 2 kali lipat

a) Half split bamboo diagragma b) full bamboo diafragma

b) Pelat beton bertulangan bambu siap diuji


Gambar 13. Pelat beton bertulangan bambu

Kelemahan utama bambu pada konstruksi beton bertulang adalah keawetan, penyusutan, dan daya lekat. Keawetan
dapat diatasi dengan system pengawetan pada bambu (seperti pengeringan, dengan zat kimia, dan sebagainya),
penyusutan dapat diatasi dengan melapisi permukaan bambu dengan bahan kedap air (waterproofing), dan daya
lekat dapat diatasi dengan perlakuan pada permukaan bambu (dibuat kasar, dililiti kawat). Namun demikian,
tulangan bambu terbukti lebih awet (tahan lama) dibandingkan tulangan baja, dimana pada konstruksi beton
bertulang tampak performa bambu masih cukup baik selama 15 tahun, sedangkan baja mengalamai korosi pada
waktu 10 tahun dan mengalami pergantian (Gambar 14).

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 317
Nor Intang Setyo H., IGL. Bagus Eratodi , Astuti Masdar, dan Morisco

a) Tulangan bamboo setelh 15 tahun b) Tulangan baja setelah 10 tahun


Gambar 14. Ketahanan bamboo dan baja pada elemen beton bertulang

Penggunaan bambu pada bangunan terus dikembangkan hingga dengan teknologi laminasi. Xiao et al (2008) telah
mengembangan bambu laminasi diaplikasikan pada banguan sipil (jembatan dan gedung). Xiao telah melakukan
penelitian sifat-sifat balok laminasi yang menjadi dasar aplikasi bambu laminasi pada struktur jembatan dan gedung.
Jembatan bambu laminasi pertama yang dikembangkan adalah jembatan pejalan kaki di kampus Hunan University,
dekat Laboratorium Lingkungan. Ukuran jembatan, lebar 1,5 m, panjang 5 m dengan 6 girder bambu laminasi
ukuran lebar 84 mm x tinggi 30 cm . Desain beban hidup lalu-lintas jembatan 5 kPa dan lendutan yang dijinkan
dibawah L/600. Konstruksi jembatan penyeberangan diperlihatkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Konstruksi jembatan penyeberangan (pejalan kaki)

Dengan keberhasilan jembatan penyeberangan, Xiao et al (2008) mengembangkan pada jembatan dengan skala
muatan lebih besar, yaitu jembatan untuk lalu lintas truk muatan di daerah pedesaan, Leiyang, Cina (Gambar 16).
Jembatan bambu laminasi (Glubam) dibuat dengan bentang 10 m yang ditumpu oleh 9 girder glubam ukuran 600
mm x 100 mm. Desain jembatan dibuat dengan beban 8 ton, namun pengujian di lapangan jembatan glubam mampu
menahan beban lebih dari 8,6 ton.

Gambar 16. Jembatan bambu modern (GluBam) di Leiyang, Cina

S - 318 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Bambu Sebagai Material Pilihan Pada Struktur Bambu Modern

Chen et al (2008) telah mengembangkan elemen-elemen struktur menggunakan bahan bambu pada salah satu proyek
perumahan modern rumah menggunakan produk-produk baru dari bambu. Rumah persegi empat memiliki luas
sekitar 140 m2, dan total luas lantai bangunan sekitar 230 m2. Desain dasar rumah bambu modern ini mengikuti
persyaratan yang ditetapkan dalam kode desain seperti Uniform Kode bangunan rangka kayu bangunan ringan di
Amerika Utara. Bangunan bambu modern dirancang dan dibangun dengan menggunakan bambu serupa dengan
frame struktur kayu. Ketinggian antar lantai adalah 2,8 ~ 3,2 m. Sistem penahan beban lateral di setiap lantai
bersandar pada dinding yang terbuat dari bambu laminasi sekitar 40x 84 mm pada tiap bagian dan tebal papan 10
mm. Pengaku digunakan untuk memberikan stabilitas tegak lurus terhadap rangka. Bingkai dinding yang terdiri dari
rangka bambu laminasi, pelat atas, pelat bawah dan kepala. Dinding-dindingnya dilapisi dengan papan panel bambu
panel yang menempel ke dinding secara vertikal. Ilustrasi instalasi rangka dinding bambu laminasi diperlihatkan
Gambar 17. Sistem lantai diafragma itu terbuat dari balok laminasi (Xiao et al. 2007) didukung dinding dari panel
bambu ukuran 1220x2440 mm yang dipaku di atas balok lantai menggunakan paku atau sekrup dengan jarak sekitar
150 mm sepanjang tepi panel dan 300 mm sepanjang balok antara (Gambar 18).

Gambar 17. Instalasi dinding bambu laminasi

Gambar 18. Sistem konstruksi lantai

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 319
Nor Intang Setyo H., IGL. Bagus Eratodi , Astuti Masdar, dan Morisco

Sistem atap dirancang dan dibangun pra cetak menggunkan gulungan bambu dengan jarak 610 mm. Sistem atap
berupa gulungan bahan atap bambu yang dilaminasi di prefabrikasi dekat laboratorium. Gulungan atap didirikan dan
diinstal pada dinding beban lantai dua. Balok kayu yang digunakan dengan jarak 610 mm antara gulungan. Lembar
papan bambu sepanjang 2.440 dengan lebar 1.220 (atau 8x4 ft) dipaku pada rangka, dengan dimensi panjang tegak
lurus dengan rangka kasau. Lembaran panel bambu dibuat tahan air. Jarak antara gulungan adalah 1.220 mm dan
digunakan interkoneksi rangka kasau dan mendukung atap. Konstruksi atap diperlihatkan pada Gambar 19.

Gambar 19. Proses konstruksi atap

S - 320 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pemanfaatan Bambu Sebagai Material Pilihan Pada Struktur Bambu Modern

4. KESIMPULAN
a. Bambu sebagai materil pilihan yang ramah lingkungan sudah menjadi kebutuhan vital seiring dengan semakin
langkanya kayu. Pengembangan bambu dalam konstruksi modern yang mempunyai banyak keunggulan telah
mengubah image masyarakat yang dulu dianggap marjinal.
b. Aplikasi bambu pada konstruksi bangunan modern berkembang seiring ditemukannya teknik-teknik sambungan.
c. Bambu laminasi merupakan solusi untuk mengatasi variasi mutu bambu dalam satu batang, dan dapat dibentuk
sesuai kebutuhan, serta penerapannya menjadi lebih luas seperti pada perumahan, gedung, maupun jembatan.
Kekuatan bamboo laminasi melebihi kayu dengan ukuran yang sama.
d. Pemanfaatan bambu memberikan kinerja tinggi dengan dampak hemat energy, potensi ketersedian berlimpah,
sangat efektif dan efisien, karena murah dan relatih mudah dalam pengerjaan/pengolahan, tidak memerlukan
personil yang banyak dan metode yang digunakan konvensional.
e. Perkembangan pemakaian bambu sebagai material bangunan di luar negeri maupun di Indonesia melalui
penelitian dan aplikasi memberikan bukti bahwa bambu telah menjadi pengganti kayu yang telah memenuhi
peryaratan teknis.

DAFTAR PUSTAKA
Albermani. F., (2007). “Light weight bmboo double layer grid system”, Journal of Engineering Structures, pp :
1499–1506
Chen, G., Y. Xiao, B. Shan & L.Y. She, (2008). “Design and construction of a two-story modern bamboo house”.
Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Correal, J. & L. Lopez, (2008). “Mechanical properties of Colombian glued laminated bamboo”. Proceeding
Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Ghavami, K., (2008). “Bamboo: Low cost and energy saving construction materials”, Proceeding Bamboo Modern
Structures, CRC Press, London.
Guan, M.J. & E.C. Zhu, (2008). “Flexural properties of bamboo sliver laminated lumber under different
hygrothermal conditions”. Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Inoue, M., K. Tanaka, Y. Tagawa, M. Nakahara, Y. Goto, M. Imabayashi & Y. Uchiyama, (2008). “Application of
bamboo connector to timber structure—Introduction of construction and dismantlement of Japanese
government pavilion Nagakute in Expo 2005 Aichi, Japan”. Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC
Press, London.
Korde, C., A. Agrawal, S. Gupta & P. Sudhakar, (2008). “Experimental verification of bamboo-concrete composite
bow beam with ferro-cement bond”. Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Morisco, (2006). Teknologi Bambu. UGM, Yogyakarta
Morisco, dkk, (2008), Suspension Bridge, and Kitchen of The Green School, Bali”, Laboratory of Structural
Engineering Department of Civil and Environmental Engineering, Final Report on Structural Analysis of The
Mepantigan, Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Morisco, dkk, (2008), Project Report Structural Analysis and Design for The Heart of School”, Laboratory of
Structural Engineering Department of Civil and Environmental Engineering, Gadjah Mada University,
Yogyakarta.
Pathurahman, (1998), Aplikasi Bambu pada Struktur Gable Frame. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Shan, B., Q. Zhou & Y. Xiao, (2008). “Construction of world first truck-safe modern bamboo bridge”. Proceeding
Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Xiao, Y.B., Shan, G. Chen, Q. Zhou & L.Y. She, (2008). “Development of a new type Glulam—GluBam”.
Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Zhang, D.S., B.H. Fei, H.Q. Ren & Z. Wang, (2008). “The research of joint composed by laminated bamboo
lumber”. Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.
Zhou, Q., B. Shan & Y. Xiao, (2008). “Design and construction of a modern bamboo pedestrian bridge”.
Proceeding Bamboo Modern Structures, CRC Press, London.

Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta S - 321
Nor Intang Setyo H., IGL. Bagus Eratodi , Astuti Masdar, dan Morisco

S - 322 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta

You might also like