You are on page 1of 14

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

Kelompok 3 :

Mahfudz N ( 18631754 ) Andik Fitrianto ( 18631733 )


Topan Ardi ( 18631761 ) Fajar Irawan ( 18631737 )
Ken Sekar ( 18631774 ) Siti Rahayu ( 18631747 )
Abdul Muntholib ( 18631777 ) Agung Kristanto ( 18631760 )
Tri Wahyu ( 18631781 ) Sarifin ( 18631804 )
Rita Setiyana ( 18631782 ) Tedy Hendratno ( 18631808 )
Aprivia Vada ( 18631791 )

PROGRAM KHUSUS S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas
makalah keperawatan jiwa yang berjudul “ Askep pada pasien waham ” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Pacitan, 25 januari 2019

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas,


merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman
dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian,
kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian
eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ).

Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu


keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif
untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut data WHO
pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar
450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa
sepertiganya tinggal di negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan
mental itu tidak mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).

Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain menyusun


penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan
diprovinsi dan kabupaten dan kota, melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
dipuskesmas dan rumah sakit umum dalam penanganan masalah kesehatan jiwa serta
menyediakan obat antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien dalam keperawatan jiwa
yaitu strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik. Dalam melakukan strategi pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat mempunyai empat tahap komunikasi, yang setiap tahapnya
mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. Empat tahap tersebut yaitu tahap
prainteraksi (pengumpulan data tentang klien, membuat rencana tindakan kegiatan, waktu
dan tempat), tahan orientasi atau perkenalan (Salam, perkenalan perawat), kerja (keluhan
utama) dan tahap terminasi (evaluasi).

Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan terhadap klien
seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat
melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya
dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap klien sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir resiko maupun efek yang muncul dari gangguan waham.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan biji
mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh
masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan tetap
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya

B. Faktor Penyebab Waham pada Pasien Gangguan Jiwa


1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan oleh
Towsend 1998 adalah :
a. Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap waham:
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan
yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi
pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan
dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia.
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter
yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang
berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikosis.
b. Teori Psikososial
1) Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.
Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam
anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu
kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling
mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus
meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu
memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
c. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua
dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
d. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi
antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme
pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang
maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id
dalam kepribadian.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa derajat lobus
temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil, sehingga
terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif dari neuron.
Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan
sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena
terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan (Boyd, 2005 dalam
Purba dkk, 2008).
b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi
dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti :
gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan
yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres
gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan,
kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
3. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat meliputi
seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa
pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga
dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.

C. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu :

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien

Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di


bahawa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau kelebihan “Saya punya perusahaan
Waham kebesaran yang berbeda dengan orang lain, paling besar lho “.
diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan

Keyakinan terhadap suatu agama “Saya adalah tuhan yang


secara berlebihan, diucapkan bisa menguasai dan
Waham agama berulang-ulang tetapi tidak sesuai mengendalikan semua
dengan kenyataan. makhluk”.

Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka mau


Waham curiga sekelompok orang yang mau menghancurkan saya,
merugikan atau mencederai karena iri dengan
dirinya, diucapkan berulang- kesuksesan saya”.
ulang tetapai tidak sesuai dengan
kenyataan.

Keyakinan seseorang bahwa “ Saya menderita


tubuh atau sebagian tubuhnya kanker”. Padahal hasil
terserang penyakit, diucapkan pemeriksaan lab tidak
Waham somatik
berulang-ulang tetapi tidak sesuai ada sel kanker pada
dengan kenyataan. tubuhnya.

Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada di alam


dirinya sudah meninggal dunia, kubur ya, semua yang
Waham nihlistik diucapkan berulangulang tetapi ada disini adalah roh-roh
tidak sesuai dengan kenyataan. nya”

D. Tanda dan Gejala


Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen.

4. Fungsi motorik.
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan yang diulang-
ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian.
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir: waham : halusinasi.
Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak ada
perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak
terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan
kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.

E. Proses terjadinya waham


Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan,
tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super
ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

F. Rentang Respon Neurobiologi

Adaptif Maladaptif
 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses pikir:
 Persepsi akurat menyimpang illusi Waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan dan kurang  Kerusakan emosi
 Perilaku sosial  Perilaku tidak sesuai  Perilaku tidak sesuai
 Hubungan sosial  Menarik diri  Ketidakteraturan
isolasi sosial

Skema. 1 Rentang respons neurobiologis Waham. (sumber : Keliat, 2009).


G. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan

Waham

Menarik diri

Harga diri rendah

Skema. 2 pohon masalah, (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011).


H. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan : gangguan proses pikir
: waham

I. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien :
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
1) Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam terapeutik dan berjabat tangan
- Menjelaskan tujuan interaksi
- Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Bantu orientasi realita
- Tidak mendukung atau membantah waham pasien
- Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
- Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari – hari
- Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
- Berikan pujian bila penampilan dan orientsi pasien dengan realitas
3) Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
4) Tingkatkan aktifitas yang dapat memnuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
6) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga :
a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
4)
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi,
efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

Strategi komunikasi
Sp 1 pasien
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Asalamualikum Wr. Wb, selamat pagi pak !, perkenalkan nama saya ………….
Mahasiswa keperwatan dari fik umpo, saya senang dipanggil ………. , nama
bapak siapa? ………..
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ………? Apa yang bapak pikirkan …………!
c. Kontrak
- Topik :
Bagaimana pak kalau kita bincang – bincang tentang perasaan yang bapak
rasakan saat ini ……..?
- Tempat :
Menurut bapak dimana enaknya kita bincang – bincang ……….! Bagaimana
kalau diruangan ini saja !
- Waktu :
Kira – kira bapak punya waktu berapa lama kalau kita berbincang – bincang,
bagaimana kalau 10 menit saja !, bapak bersedia,…..?

2. Kerja
Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak menderita penyakit kanker otak, tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena dari hasil pemeriksaan dokter dan
laboratorium bapak itu tidak menderita penyakit kanker otak !
Coba bapak ceritakan bagaiman perasaan bapak itu bisa terjadi…….., apakah dokter
pernah menyampaikan hasil pemeriksaan tentang kanker otak yang bapak alami ?........
Apakah keluarga percaya kalau bapak menderita penyakit kanker otak ?..............
Coba bapak ceritakan kepada saya sejak kapan perasaan itu bapak rasakan…...
Apakah perasaan bapak saat ini menganggu pemenuhan kebutuhan sehari- hari
misalnya : mandi, makan, minum dan istirahat ?..
Apa yang telah bapak lakukan agar perasaan itu tidak menganggu pemenuhan
kebutuhan sehari – hari bapak?..........
Oh….bagus sekali bapak sudah punya rencan untuk kembali ke realita. Nah, itu
artinya kalau bapak sebenarnya punya keyakinan yang salah terhadap diri sndiri…..?
Jadi begini, bapak itu tidak menderita penyakit kanker otak karena tidak ada hasil
pemeriksaan yang mendukung tentang hal tersebut sehingga bapak jangan
mempercayai keyakinan bapak yang salah….
Bagaimana kalau kita bicarakan tentang pemenuhan kebutuhan sehari –hari bapak,
misalnya jadwal mandi, makan, minum dan istirahat………..
Bapak harus melakukan kegiatan ini secara teratur misalnya : mandi 2 kali sehari yaitu
pagi dan sore, makan dan minum serta minum obat sesuai jadwal dan jangan lupa
istirahat yang cukup….
Coba kita tuliskan jadwal dan kegiatan tersebut……
Wah….bagus sekali jadi bapak setiap harinya bisa melihat jadwal kegiatannya

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Nah, bapak kita sudah berbincang – bincang tentang perasaan dan jadwal kegiatan
pemenuhan kebutuhan sehari – hari bapak, bagaimana perasaan sekarang?..............
b. Evaluasi objektif
Bisa bapak menjelaskan bagaiman caranya ?................
Bagus sekali bapak ?
c. Rencana tindak lanjut
Baiklah bapak, sesuai janji kita telah berbincang – bincang selama pemenuhan
kebutuhan sehari – hari. Nanti bapak bisa mempelajarinya kembali dan
mempraktekannya.
d. Kontrak yang akan datang
- Topik
Bapak, bagaiman kalau saya kesini lagi berikutnya untuk membicarakan
tentang kemampuan positif yang bapak miliki?.......
- Tempat
Diamana sebaiknya kita bertemu nanti pak?............
Bagaimana kalau ruangan ini lagi?.................
- Waktu
Bagaimana kalau 2 jam kedepan saya datang lagi ?..............
Baiklah bapak saya permisi dulu. Assalamualaikum Wr. Wb dan selamat pagi,
sampai jumpa

Sp 2 pasien : mengidentifikasi kemampuan positif dan membantu mempraktekannya


Fase orientasi :
Assalamualaikum Wr. Wb dan selamat siang bapak maman
Bagaimana perasaan saat ini ?
Bagus !...., apakah bapak sudah mengingat – ingat apa saja hobi dan kegemaran
bapak?
Bagaiman kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang ?
Berapa lama bapak mau berbincang – bincang
Bagaimana kalau 20 menit!.....
Diaman baiknya kita berbincang-bincang tentang hobi bapak, bagaiman kalau
ditempat yang tadi pagi?

Fase kerja :
(perawat) : apa saja hobi bapak maman?
(perawat) : saya catat ya bapak, terus apa lagi?
(perawat) : wah…. Rupanya bapak pandai main tenis meja ya ?, tidak semua orang
bisa bermain tenis meja seperti itu lho bapak ?
(perawat) : bisa bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main tenis
meja?
(perawat) : siapa yang dulu mengajarkannya kepada bapak dan dimana ?
(perawat) : bisa bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain tenis meja yang
baik itu ?
(perawat) : wah….. Baik sekali permainannya, bagaiman kalau kita buat jadwal untuk
hobi bapak ini ya ?
(perawat) : berapa kali seminggu bapak mau bermain tenis meja
(perawat) : baik, bisa kita mulai besok pagi ya?
(perawat) : apa yang bapak harapkan dari kemampuan bermain tenis meja ini?

Fase terminasi :
(perawat) : bagaiman perasaan bapak setelah kita berbincang – bincang tentang hobi
dan kemampuan bapak
(perawat) : setelah ini coba bapak lakukan latihan tenis meja sesuai jadwal yang telah
kita buat ya?
(perawat) : besok kita ketemu lagi ya bapak?
(perawat) : bagaiman kalau nanti sebelum makan siang ?
(perawat) : diruang makan saja, ya setuju?
(perawat) : nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bapak minum,
setuju ?
(perawat) : kalau begitu saya tinggal dulu ya, sampai jumpa lagi besok

Sp 3 pasien : mengajarkan dan melatih minum obat yang benar


Fase orientasi
(perawat) : assalamualaikum Wr. Wb dan selamat siang bapak maman
(perawat) : bagaiman perasaan saat ini ?
(perawat) : bagaiman bapak sudah main tenis meja ?
(perawat) : bagus sekali bapak, sesuai dengan janji kita kemarin bagaiman kalau
sekarang kita membicarakan tentang obat yang bapak minum
(perawat) : dimana kita mau berbincang – bincang bagaimana kalau di ruang makan
saja?
(perawat) : berapa lama bapak mau berbincang- bincang dengan saya?, mau 20 atau 30
menit?

Fase kerja :
(perawat) : baik, berapa banyak macam obat yang bapak minum?
(perawat) : jam berapa saja obat diminum?
(perawat) : bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang
(perawat) : obatnya tiga mcam bapak, yang warnanya orange namany CPZ gunanya
agar tenang, yang putih namanya THP gunanya agar rileks dan yang
merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur.
Semuanya diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam
(perawat) : bila nanti setelah minum obat mulutnya bapak terasa kering untuk
membantu mengatasinya bapak bisa banyak minum dan mengisap –
ngisap es batu
(perawat) : sebelum minum obat ini bapak mengecek lebih dahulu label dikotak obat
apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis/butir yang harus
diminum, jam berapa saja obat harus diminum dan apakah nama obatnya
sudah benar.
(perawat) : obat – obat ini harus diminum secara teratus dan kemungkinan besar harus
diminum dalam jangka waktu yang lama.
(perawat) : agar tidak kambuh lagi dan jangan menghentikan sendiri obat yang harus
diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.

Fase terminasi :
(perawat) : bagaiman perasaan bapak setelah kita berbincang –bincang tentang obat
yang bapak minum ?
(perawat) : wah…. Bagus sekali bapak, bisa dijelaskan kembali nama obatnya dan jam
berapa minum obat?
(perawat) : bagaiman kalau kita masukkan pada jadwal kegiatan bapak ?
(perawat) : jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya
pada suster
(perawat) : bapak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan
(perawat) : bagaimana kalau seperti biasa, jam 10.00 dan ditempat yang sama?
(perawat) : kalau begitu saya tinggal dulu ya bapak sampai ketemu lagi besok.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan
berulang-ulang. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan materi di atas diharapkan dapat menjadi bahan
masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat diaplikasikan dalam tindakan
pelayanan keperawatan dan juga karena keterbatasan referensi yang mendukung, untuk
itu diharapkan kritik dan saran guna untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat (2009), Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.


Profesional Jiwa ( MPKP Jiwa). Kerja sama WHO perwakilan Indonesia dan FIK UI,
Aziz, F dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. surakarta: RSJD Dr. Arief Zainuddin. 2011
Santosa, Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Nanda. Jakarta : Prima Medika
Stuart, G.W, dan Sudden, S.J 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep, iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama.

You might also like