Professional Documents
Culture Documents
B. Etiologi
a. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90%
dan jarang oleh Streptococcus hemolyticus
b. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
1
c. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus
mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
C. Patofisiologi
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.
2
Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis
D. Pathway
Proses penuaan, Luka tekanan, trauma Faktur compound, prosedur operasi, luka
tusuk yang melukai tulang
jaringan lunak, trauma luka tembus, nekrose
berhubungan dengan keganasan, terapi radiasi serta
luka bakar
Kerusakan jaringan tulang Staphylococcus aureus
Perubahan bentuk
(ankylosing) Osteomyelitis
Fungsi tulang
Menurun
3
Kemampuan melakukan
pergerakan menurun
Operasi (Pembedahan) Hospitaslisasi
Terputusnya
Terputusnya Insisi Gerak terbatas
kontinuitas
kontinuitas pembedahan
jaringan
jaringan
Imobilisasi
Merangsang Port de’entry
Merangsang kesalahan
syaraf mieline
syaraf mieline interpretasi
Alarm nyeri Kuman masuk
Alarm nyeri
Pertahanan
Pasien banyak
sekunder
bertanya
menurun
4
1. Osteomyelitis akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri
pada kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri
konstan pada daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan
fungsi anggota gerak yang bersangkutan. Gejala umum timbul akibat
bakteremia dan septikemia yang berupa panas tinggi, malaise, serta
nafsu makan berkurang. Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya
pada daerah torako lumbal yang terjadi akibat torako sintesis atau
prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat diabetes
mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan
imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal tersebut perlu
ditanyakan.
2. Osteomielitis hematogen subakut.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal,
sedikit pembengkakan, dan dapat pula lansia menjadi pincang.
Terdapat nyeri pada area sekitar sendi selama beberapa minggu atau
mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh lansia biasanya normal. Pada
pemerikasaan laboratorium, leukosit umumnya normal, tetapi laju
endap darah meningkat. Pada foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas
berdiameter 1-2 cm terutama pada aderah metafisis dari tibia dan
femur atau kadang- kadang pada daerah diafisis tulang panjang.
3. Osteomielitis kronis
Lansia sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka sinus
setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang
disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di daerah anggota
gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya sinus, fistel,
atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat
ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya
terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada lansia
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif
dapat memperlihatkan perasangan di tulang (MRI)
5
2. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah
lengkap dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi
yang sedang berlangsung. Neutrofil meningkat (N: 2,2 - 7,5 109/L).
LED meningkat(N: 1-10 mm/jam)
3. Aspirasi, untuk memperoleh pus dari subkutis, subperiost atau fokus
radang di metafisis
4. Complement Reactive Protein (CRP) meningkat (N:<5 mg/L). CRP
dan LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi.
H. Penatalaksanaan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan
infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang.
Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi
dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis
pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi
aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial
terjadinya osteomielitis.
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi
6
staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah
ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis
antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai
kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang
paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah
diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol,
antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk
meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama
makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan
salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi
larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot
7
(dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan
pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan
asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan
penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen
bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau
penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien b. Penanggung Jawab
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Jenis Kelamin : Jenis Kelamin :
Alamat : Alamat :
Suku Bangsa : Suku Bangsa :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Pendidikan : Pendidikan :
Status : Status :
Hub. dengan px :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awal gejala
akut (misal: nyeri lokal, pembengkakan, eritema dan demam) atau
kambuhan seperti keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan
dan demam. Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi
tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat
8
ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan,
atau pengobatan imunosupresif.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
(misalnya diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera,
infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien). Kesakitan atau keadaan
penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis
biasanya akut). Tanda-tanda vital tidak normal
b. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil
fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara
nafas tambahan.
4. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
5. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
6. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan
berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem
ini.
7. Pengkajian Skeletal Tubuh
Hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh, yaitu:
a. Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh
penyakit sendi.
b. Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
tumor tulang.
9
c. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar
secara anatomis.
d. Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan sendi,
teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah
tulang.
8. Pengkajian Tulang Belakang
Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas
untuk melihat seluruh punggung, bokong, dan tungkai. Pemeriksaan
kurvatura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari
pandangan anterior, posterior, dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien,
perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan Krista iliaka. Lipatan bokong
normalnya simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul, dan kelurusan tulang
belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke
depan.
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :
a. Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)
Bahu tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetris,
scapula yang menonjol. Skoliosis tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik), kelaian congenital, atau akibat kerusakan otot para-spinal,
seperti poliomyelitis.
b. Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada)
Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakit
neuromuscular.
c. Lordosis (membebek, kenaikan kurvantura tulang bagian pinggang
yang berlebihan. Lordosis bisa di temukan pada wanita hamil.
10
deformitas skeletal, patologik sendi, kontraktur otot, dan tendon
sekitar.
b. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus diperiksa
adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan dan
inflamasi. Tempat yang paling sering terjadi efusi adalah pada lutut.
c. Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan membei
informasi mengenai integritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat
menujukkan adanya ligament yang tergelincir diantara tonjolan tulang.
Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata ditemukan
pada arthritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolanyang khas
ditemukan pada pasien:
10. Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi,
kekuatan dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan
sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati,
gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomyelitis, dan distrofi otot.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstremitas rileks dan digerakkan secara
pasif, perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur
dengan meminta pasien menggerakkan ekstremitas dengan atau tanpa
tahanan. Misalnya, otot bisep yang diuji dengan meminta klien meluruskan
lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang
diberikan oleh perawat.
Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat dibangkitkan pada
pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan
dengan ekstensi pergelangan tangan.
Lingkar ekstremitas harus diukur untuk memantau pertambahan
ukuran atrofi dan dibandingan ekstremitas yang sehat. Pengukuran otot
dilakukan di lingkaran terbesar ekstremitas, pada lokasi yang sama, pada
posisi yang sama, dan otot dalam keadaan istirahat.
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endap darah.
b. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
11
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
12. Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
13. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
14. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
15. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi).
2. Konstipasi berhubungan dengan rata-rata aktivitas fisik kurang dari yang
dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin.
3. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
12
13
C. RENCANA KEPERAWATAN
Mengenali kapan nyeri terjadi pemuluhan alangetik, rute dan keterlibatan pasien, sesuai
Menggambarkan factor kebutuhan
penyebab Pilih analgetik dan kombinasi analgetik yang sesuai ketika
Menggunakan jurnal harian lebih dari satu diberikan
untuk memonitor gejala dari Tentukan pilihan obat analgetik (narkotik, non narkotik,
14
pengurangan (nyeri) tanpa Tinggalkan narkotik dan oabta-obat lain yang dibatasi,
analgetik sesuai dengan aturan tumah sakit
Menggunakan analgetik yang Monitor tanda vital sabelum dan setelah memberikan
direkomendasikan analgetik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau
Melaporkan perubahan gejala
jika ditemukan tanda –tanda yang tidak biasanya
nyeri pada professional Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang
kesehatan dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan
Melaporkan gelaja yang tidak
nyeri
terkontrol pada professional Berikan analgetik sesuai waktu paruhnya, terutama pada
kesehatan nyeri yang berat
Menggunakan sumber daya Susun harapan yang positif mengenai keefektifan
yang tersedia analgetik untuk mengoptimalkan respon pasien
Mengenali apa yang terkait Berikan analgetik tambahan dan/atau pengobatan jika
dengan gejala nyeri diperlukan untuk digabungkan dengan opoid bolus, untuk
Melaporkan nyeri yang
mempertahan level serum
terkontrol Jalankan tindakan keselamatan pada pasien yang
Tingkt Nyeri menerima analgetik narkotika, sesuai dengan kebutuhan
Mintakan pengobatan nyeri PRN sebelum nyeri menjadi
Nyeri yang dilaporkan
parah
Panjangnya episode nyeri
Informasikan pasien yang mendapatkan narkotika bahwa
Menggososk area yang
rasa mengantuk kadang terjadi selama 2-3 hari pertama
terkena dampak
15
Mengerang dan menangis pemberian dan selanjutnya akan menghilang
Ekspresi nyeri wajah Perbaiki kesalahan pengertian/mitos yang dimiliki pasien
Tidak bisa beristirahat dan anggota keluarga yang mungkin keliru tentang
Agitasi
Iritabilitas analgetik
Mengeluarkan keringat Evaluasi keefektifan analgetik dengan interval yang
Berkeringat berlebihan teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah
Mondar mandir
pemberian pertama kali, jika obervasi adanya tanda dan
Fokus menyempit
Ketegangan otot gehala efek sampign (misalnya, depresi pernafasan, mual
Kehilangan nafsu makan dan muantah, mulut kering dan konstipasi)
Mual Dokumentaikan respon terhadap analgesic dan adanya
Intorelansi makan
Frekuensi nafas efek samping
Denyut jantung apical Evaluasi dan dokumentasikan tingkat sedasi dari pasien
Denyut nadi radial yang menerima opoid
Tekanan darah Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek
samping analgesic (misalnya, kosntipasi dan iritasi
lambung)
koalborasikan dengan kokter apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau erubahan interval dibutuhkan, buat
rekomenadi khusus berdarsarkan prinsip analgetik
Ajarkan tentang penggunaan analgeti, strategi untuk
16
menurunkan efek samping. Dan diharapkan terkait dengan
keterlibataan dalam keputusan pengurangan nyeri
Managemen Nyeri
17
ruangan,pencahayaan dan suara bising)
Kurangi atau eliminasifaktor-faktor yang dapat mencetus
atau meningkatkan nyeri (mis., ketakutan, kelelahan,
keadaan monoton, dan kurang pengetahuan)
Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (mis.,
farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai kebutuhan
Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat
Ajarkan penggunaan teknik non farmaklogi
(seperti,biofeedback,TENS,
hypnosiss,relaksasi,bimbingan antisipasi, terapi musik,
terapi bermain, terapi aktivitas, akupressur, aplikasi
panas/dingin dan pijatan, sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan ketika melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri sebelum nyeri terjadi atau meningkat,
dan bersamaan dengan tindakan penurun rasa nyeri
lainnya)
18
Kolaborasi dengan pasien keluarga dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan
Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesic
Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
19
Tekanan sfringter Catat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, BAB
Otot untuk mengeluarkan
rutin, dan penggunaan laksatif
feses Ajarkan psaien mengenai makanan-makanan tertentu yang
Pengeluaran feses tanpa
membantu mendukung keteraturan (aktivitas) usus
bantuan Anjurkan anggota pasien/keluarga untuk mencatat warna,
volume, Frekuensi, dan kosntipasi tinja
Masukkan supositoria rekatal, sesuai dengan kebutuhan
Memulai program latihan saluran cerna, dengan cara yang
tepat
Mendorong penurunan asupan makanan pembentuk gas,
yang sesuai
Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi sert, dengan
cara yang tepat
Berikan cairan hangat setelah makan, dengan cara yang
tepat
Evauluasi profil medikasi terkait dengan efek smping-efek
samping gastrointensinal
Dapatkan guaiac untuk (melancarkan) feses, dengan cara
yang tepat
Tahan diri dari melakukan pemeriksaan vaginal/rektal jika
kondisi medis menghawatirkan
20
Managemen konstipasi/inpaksi
21
Instruksikan pesien/keluarga untuk mencatat earna,
volume, Frekuensi, dan konsentrasi dari feses
Ajarkan pasien/keluarga untuk tetap memiliki diari terkait
dengan makanan
Instruksikan pada pasien/keluarga akan penggunaan
laksatif yang tepat
Instruksikan pasien/keluarga mengenai hubungan antara
diet, latihan dan asupan cairan terhadap kejadian
konstiopasi.impaksi
Evaluasi catatan asupan untuk apa saja nutrisi (yang telah
dikonsumsi)
Berikan oetunjuk aoda oasien utnuk dapat berkonsultasi
dengan dokter jika konstipasi atau impaksi masih tetap
terjadi
Sarankan penggunaan laktasif/pelembut feses, dengan
cara yang tepat
Informasikan pada pasien mengenai prosedur unyuk
mengeluarkan feses secara manual, jika diperlukan
Hilangkan impaksi feses secara manual, jika diperlukan
Lakukan enema atau irigasi, dengan tepat
Timbang berat badan pasien secara setarur
Ajarkan pasien atau keluarga mengenai proses pencernaan
22
normal
Ajarkan pasien/keluarga mengenai kurun waktu dalam
menyelesaikan terjadinya kosntipasi
3 Kurag Setelah dilakukan tindakan Panduan system pelayanan kesehatan
. Pengetahuan keperawatan selama …x24 jam
Jelaskan system perawatan kesehatan segera, cara
berhubungan diharapkan pasien tidak lagi
kerjanya dana pa yang bisa diharapkan pasien/keluarga
dengan kurang kurang pengetahuan dengan Bantu pasien dan keluarga untuk berkoordinasi dan
informasi kriteria hasil: mengkomunikasikan perawtatan kesehatan
Bantu paisen atau keluarga memilih professional
Pengetahuan: Sumber-sumer
perawatan kesehatan yang tepat
kesehatan: Anajurkan pasien mengenai jenis layanan yang bsia
23
lanjut departemen kesehatan negara dalam penilaian kualitas
f. Rencana perawatan tindak
fasilitas kesehatan
lanjut Informasikan pasien mengenai sumber daya masyrakat
g. Sumber daya komunitas yang
dan kontak person yang tepat di komunitas
tersedia Anjurkan penggunaan pedaat kedua
h. Strategi untuk mengakses Informasikan pasien mengenai hak untuk mengganti
layanan kesehatan penyedia layanan kesehatan
Informasikan pasien mengenai makna penandatanganan
formulir persetujuan/informed concent
Informasikan pasien mengenai cara mengakses layanan
emergensi melalui te;epon dan layanan kendaraan dengan
tepat
Dorong konsultasi dengan professional perawatan
kesehatan untuk pasien dengan tepat
Informasikan pasien mengenai biaya, waktu, pilihan, dan
risiko yang tercakup dalam tes atau prosedur tertentu
Beri petunjuk mengenai tujuan dan lokasi paska-rawat
inap/rawat jalan, dengan tepat
Dorong pasien/keluarga untuk bertanya mengenai layanan
dan biaya (layanan kesehatan)
Bantu individu untuk melengkapi forulir bantuan, yang
24
diperlukan
Berikan pasien mengenai pertemuan yang dijadwalkan,
dengan tepat
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Bathing
perawatan diri keperawatan selama …x24 jam Bantu dengan shower kursi, bak mandi (berendam),
mandi diharapkan perawatan diri pasien mandi disamping tenpat tidur, atau shower berdiri yang
berhubungan baik dengan kriteria hasil : sesuai atau sesuai keinginan
dengan Cuci rambut, sesuai kebutuhan atau keinginan
Self-care: bathing
Mandi pada air dengan suhu yang nyaman (sesuai)
kelemahan. Masuk dan keluar kamar
Gunakan teknik mandi yang menyenangkan untuk
mandi
anak-anak (misalnya dengan menyediakan mainan atau
Mendapatkan supply
boneka, mengumpamakan perahu adalah kapal selam,
alat/kebutuhan mandi
Mendapatkan air mandi kemudian pukul lubang dasar dari cup plastic, isi
Menyalakan air dengan air, biarkan menghujani anak-anak)
Mengatur suhu air Bantu untuk melakukan perawatan perineal sesuai
Mengatur aliran air
Mandi (membersihkan diri) kebutuhan
Bantu melakukan langkah-langkah kebersihan
di wastafel
Mandi di bak (berendam) (contohnya memakai deodorant atau pewangi (parfum))
Mandi di pancuran Bantu mengelola pembersihan kaki, sesuai kebutuhan
Mencuci muka Mencukur klien sesuai indikasi
Mencuci tubuh bagian atas Oleskan salep atau krim sebagai pelembab untuk daerah
25
Mencuci tubuh bagian bawah kulit yang kering
Membersihkan daerah Menawarkan untuk mencuci tangan setelah kebelakang
perineal (toileting) dan sebelum makan
Mengeringkan tubuh Taburkan bubuk pengering pada lipatan kulit dalam
Pantau kondisi kulit saat mandi
Pantau kemampuan fungsional saat mandi
Foot Care
Periksa kulit terkait kemungkinan adanya iritasi, retak,
lesi, kalus, deformitas, atau edema
Periksa sepatu pasien terkait ketepatan dan kecocokan
Bantu mengelola pembersihan kaki, sesuai kebutuhan
Keringkan secara hati-hati diantara jari kaki
Oleskan lotion
Bersihkan kuku
Oleskan bubuk yang menyerap kelembaban, sesuai
indikasi
Diskusikan dengan pasien rutinitas perawatan kaki
yang biasanya dilakukan
26
Instruksikan pasien/keluarga pentingnya perawatan
kaki
Berikan umpan balik positif tentang aktivitas perawatan
kaki
Pantau cara berjalan dan distribusi beban pada kaki
klien
Pantau kebersihan dan kondisi umum dari sepatu dan
stockings (kaus kaki)
Instruksikan pasien untuk memeriksa bagian dalam
sepatu terutama bagian yang kasar
Pantau status hidrasi kaki
Pantau ketidakcukupan aliran arteri pada tungkai bawah
Pantau edema pada kaki
Instruksikan pasien untuk memantau suhu kaki dengan
punggung tangan
Instruksikan pasien pentingnya memeriksa kaki,
terutama saat sensasi pada kaki berkurang
Ketika lembut, potong kuku kaki dalam ketebalan
normal dengan menggunakan pemotong kuku dan
kurva kuku kaki sebagai panduan
Rujuk pada podiatrist yang sesuai untuk memotong
27
kuku yang menebal
Periksa kuku terkait ketebalan dan perubahan warna
Ajarkan pasien cara menyiapkan dan memotong kuku
Oral Health Maintenance
Bangun rutinitas perawatan mulut
Oleskan sejenis minyak untuk melembabkan bibir
dan mukosa mulut, sesuai kebutuhan
Pantau warna gigi, kilau, dan keberadaan debris
Identifikasi faktor risiko berkembangnya stomatitis
sekunder akibat terapi obat
Dorong dan bantu pasien untuk membilas mulut
(berkumur)
Pantau efek terapeutik dari anastesi topical, pasta
pelindung mulut, dan obat analgetik topikcal dan
sistemik
Instruksikan dan bantu pasien untuk melakukan
kebersihan mulut setelah makan dan sesering yang
dibutuhkan
Pantau tanda dan gejala dari glositis dan stomatitis
Konsultasikan dengan dokter atau dokter gigi
tentang penyesuaian kawat/peralatan dan metode
28
alternalif perawatan mulut, jika terjadi iritasi pada
membran mukosa mulut akibat alat tersebut
Konsultasikan dengan dokter jika terjadi kekeringan
pada mulut, iritasi, dan ketidaknyamanan yang
menetap
Fasilitasi dalam menyikat gigi dan flossing dengan
interval yang teratur
Rekomendasikan penggunaan sikat gigi yang lembut
Instruksikan orang untuk menyikat gigi, gusi, dan
lidah
Rekomendasikan diet yang sehat dan asupan cairan
yang adekuat
Mengatur pemeriksaan gigi, sesuai kebutuhan
Bantu perawatan gigi tiruan, sesuai kebutuhan
Dorong pengguna gigi tiruan untuk menyikat gusi
dan lidah serta membilas rongga mulut setiap hari
Larang klien merokok dan mengunyah tembakau
Instruksikan pasien untuk mengunyah permen tanpa
gula untuk meningkatkan saliva (air liur) dan
membersihkan gigi
29
Self-Care Assistance: Bathing/hygiene
Letakkan handuk, sabun, deodorant, alat pencukur,
dan kebutuhan lainnya da samping tempat tidur di
kamar mandi
Menyediakan benda-benda yang diinginkan
(misalnya deodorant, sikat gigi, and sabun mandi)
Fasilitasi pasien menyikat gigi
Fasilitasi pasien memandikan diri sendiri
Pantau pembersihan kuku, sesuai kemampuan
perawatan diri pasien
Fasilitasi kebiasaan tidur pasien, hal yang dilakukan
sebelum tidur, dan benda-benda yang akrab dengan
pasien (misalnya untuk anak-anak, selimut/mainan,
goyangan, dot, atau cerita kesukaan. Untuk dewasa
misalnya buku bacaan atau bantal dari rumah)
Dorong partisipasi pasien/keluarga dalam kebiasaan
tidur (hal yang dilakukan sebelum tidur)
Sediakan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri secara penuh (utuh)
30
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Herman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
33