You are on page 1of 40

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol diikuti dengan

proses invasi ke jaringan sekitar dan penyebaran (metastasis) ke bagian tubuh

yang lain ditandai dengan hilangnya kontrol pertumbuhan dan perkembangan

sel kanker (Yayasan Kanker Indonesia, 2010). Kanker kolon adalah suatu

gangguan pertumbuhan seluler dengan manifestasi yang mengakibatkan

kegagalan untuk mengontrol poliferasi dan maturasi sel pada organ kolon

(Haryono, 2010). Komplikasi dari kanker kolon adalah obstruksi usus jadi

penanganan yang pertama untuk mengatasi kanker kolon adalah pembedahan,

efek yang ditimbulkan dari pembedahan salah satunya adalah nyeri yang akan

berdampak pada kesehatan jika tidak ditangani dengan serius. Tindakan dari

kanker kolon dilakukan dengan cara pembedahan pembuatan kolostomi,

setelah dilakukan pembedahan seorang penderita kanker akan mengalami

nyeri, intoleransi aktivitas, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan,

kerusakan integritas jaringan.

Di Indonesia, data International Agency for Research on Cancer (IARC)

menunjukkan bahwa kanker kolon merupakan kanker tersering nomor 3

(34.000 per tahun, 15,9%). Besarnya angka kematian kanker kolon di

Indonesia ini hamper mencapai setengah dari insidennya. Secara spesifik, data

hospital-based cancer registry RS Kanker Nasional “Dharmais”, Jakarta oleh

Suzanna et al. (2012) menyatakan bahwa pada tahun 1998-2007 kanker kolon
menempati posisi nomor 6 pada pria dan nomor 9 pada wanita dengan

presentase sebesar 3, 88% dan 2, 07% secara berurutan. Di ruang Bedah

Edelweis Rumah Sakit Umum Dr.Soetomo Surabaya terdapat 25 pasien, yang

terkena kanker terdapat 7 orang dan yang mengalami kanker kolon ada 1

orang.

Kanker kolon terjadi dimulai dari tumbuhnya suatu jaringan kecil yang

disebut polip, jaringan tersebut berupa dalam gumpalan sel yang disebut

dengan polip adenomatosa. Seiring berjalannya waktu polip tersebut

berkembang menjadi kanker , mungkin polip ini tidak menimbulkan gejala

pada proses perkembangannya hal itulah yang membuat dokter melakukan tes

skrining dengan rutin guna mengetahui berapa besar polip pada kolon dan

berapa besar potensinya untuk menjadi sebuah kanker kolon ( ).

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah membantu

klien mendapatkan kembali kesehatanya melalui proses penyembuhan. Peran

perawat dalam kasus Pro Tutup Stoma Kanker Kolon dengan kerusakan

integritas jaringan adalah dengan memberikan asuhan keperawatan berupa

mengontrol adanya kemerahan pada sekitar luka operasi dan menjaga

kebersihan kulit, batasi jumlah pengunjung diharapkan dapat meningkatkan

sumber energi sehingga dapat mencegah komplikasi dari kerusakan integritas

jaringan..

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul

studi kasus “Asuhan Keperawatan pada Ny.N pasien dewasa (usia 54 tahun)

penderita Pro Tutup Stoma Kanker Kolon dengan Masalah Keperawatan


Kerusakan integritas jaringan di Ruang Bedah Edelweis Rumah Sakit Umum

Dr.Soetomo Surabaya.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah inti fenomena permasalahan yang akan

diteliti. Identifikasi masalah dapat merupakan bentuk pertanyaan masalah

maupun pernyataan masalah. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti

merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana Asuhan

Keperawatan pada Pasien Pro Tutup Stoma Kanker Kolon dengan Masalah

Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisa Asuhan Keperawatan pada pasien pro tutup stoma kanker

kolon dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian masalah kesehatan pada pasien pro tutup

stoma kanker kolon

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien pro tutup stoma

kanker kolon dengan masalah keperawatan kerusakan integritas

jaringan.

c. Mengidentifikasi intervensi pada pasien pro tutup stoma kanker kolon

dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan.


d. Mengidentifikasi implementasi pada pasien pro tutup stoma kanker

kolon dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan.

e. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada pasien pro tutup stoma

kanker kolon dengan masalah keperawatan kerusakan integritas

jaringan.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber keilmuan baru tentang asuhan

keperawatan pada pasien pro tutup stoma kanker kolon dengan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat meningkatkan lagi kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada

pasien pro tutup stoma kanker kolon dengan masalah keperawatan

kerusakan integritas jaringan.

3. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam rangka menganalisa

masalah khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien pro tutup

stoma kanker kolon dengan masalah keperawatan kerusakan integritas

jaringan.

4. Bagi Pasien dan Keluarga

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang cara memberkan asuhan

keperawatan pada pasien pro tutup stoma kanker kolon dengan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat menjadi revisi dan tambahan pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pada pasien pro tutup stoma kanker kolon dengan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan.

6. Bagi Pembaca

Dapat menjadikan pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan

keperawatan pada pasien pro tutup stoma kanker kolon dengan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dipaparkan tentang : Konsep Dasar Kanker Kolon, Konsep Asuhan

Keperawatan Kanker Kolon, Konsep Asuhan Keperawatan Pro Tutup Stoma

Kanker Kolon, dan Konsep Kerusakan Integritas Jaringan.

A. KONSEP DASAR KANKER KOLON

1. Definisi

Kanker kolon adalah suatu bentuk dari keganasan dari masa

abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelil dari kolon.

Kanker kolon adalah prtumbuhan sel yang bersifat ganas yang

tumbuh pada kolon dan menginvansi jaringan sekitarnya. Kanker

kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam

permukaan usus besar atau rectum.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker

kolon adalah kanker yang mengenai usus besar dan dapat bersifat jinak

atau ganas bila tidak ditangani dengan cepat, tepat dan professional.

2. Etiologi

a. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,

benjoannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul

pada usia kanak-kanak bahkan muncul setelah usia dewasa.

b. Genetik

c. Jenis Kelamin

d. Usia
e. Rangsangan Fisik Berulang

Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh secara berulang

dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat

mengakibatkan terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena

luka atau cidera pada tempat tersebut tidak sembuh dengan sempurna.

f. Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya

adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu.

g. Infeksi

h. Gaya Hidup

i. Karsinogenik

3. Gejala

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun

(sebagai gejala umum keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya.

Setelah berlangsung beberapa waktu barulah muncul gejala-gejala lain

yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran yang

bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya

gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus

besar, gejala tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Gejala Lokal

1) Perubahan kebiasaan buang air

a) Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau

bertambah (diare).
b) Sensasi seperti belum selesai buang air, perubahan diameter

serta ukuran kotoran. Keduanya adalah ciri khas dari knker

kolorektal.

c) Perubahan wujud fisik kotoran/feses, misalnya feses bercamur

darah dari lubang pembuangan saat buang air besar, feses

bercampur lendir, feses berwarna hitam.

2) Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar,

terjadi akibat sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa

tumor.

3) Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh

penderita.

4) Timbul gejala-gejala lainnya disekitar lokasi tumor, karena kanker

dapat tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut,

seperti kandung kemih (timbul darah pada air seni, timbul

gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul

lender berlebihan, dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan,

menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas

penyebarannya.

b. Gejala Umum

1) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas

2) Hilangnya nafsu makan

3) Anemia, pasien tampak pucat

4) Sering merasa lelah

5) Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang


c. Gejala Penyebaran (metastasis)

1) Penyebaran ke hati, menimbulkan gejala :

a) Penderita tampak kuning

b) Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, disekitar

lokasi hati

c) Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh

dokter.

2) Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan

dengan peningkatan kekentalan darah akibat penyebaran kanker

4. Patofisiologi

Kelainan kongenital, geneti, jenis kelamin usia, rangsangan fisik

berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik dapat menimbulkan

tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat jinak

(benign) atau bersifat ganas (malignant). Sel tumor pada tumor jinak

bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat

membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat di sekitarnya secara

serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang

memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai

maka pada umumnya tumor jinak mudah diatasi dengan operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor

ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh

menyusup ke jaringan sehat sekitarnya. Disamping itu sl kanker dapat

bermetastasis ke bagian tubuh lainnya yang jauh melalui pembuluh darah


dan pembuluh getah bening dan menimbulkan pertumbuhan sel kanker

baru di tempat lain.

5. Komplikasi

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau

lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah

sekitar kolon yang menyebabkkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan

mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat

menimbulkan syok.

6. Penatalaksaan

1) Terapi

Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang

berhubungan, endoskopi, ultrasonogrfi, dan laparaskopi telah terbukti

berhasil dalam tahapan kanker kolorektal pada periode pra-operatif.

Metode tahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi

duke :

a) Kelas A : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa

b) Kelas B : penetrasi melalui dinding usus

c) Kelas C : invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional

d) Kelas D : metastase regional tahap lanjut dan penyebaran yang

luas.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk

pendukung atau terapi ajufan, terapi ini biasanya diberikan selain

pengobatan bedah, pilihan terapi ajufan mencakup : kemoterapi, terapi

radiasi, dan immunoterapi. Terapi ajufan estandar diberikan pada

kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/levamsole, pasien dengan


kanker rektal kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis

tinggi radiasi pelvis. Terapi radiasi sekarang digunaan pada periode

praoperasi, intraoperasi dan pasca operasi untuk memperkecil tumor,

mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk

mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dapat di

operasi atau tidak dapat di reseksi, radiasi digunakan untuk

menghilangkan gejala secara bermakna.

2) Pembedahan

Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira-kira 75% pasien

dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau

paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan

colonoskope. Kolostomi laparoskopi dengan polipektomi, suatu

prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya

pembedahan pada beberapa kasus. Laparaskopi dgunakan sebagai

pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa tumor kemudian

di insisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A

dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk

mengatasi kanker kolon D. tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah

palliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital

sekitarnya, maka operasi tidak dilakukan. Tipe pmbedahan tergantung

pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah

sebagai berikut :

a) Reseksi sekmental dengan anastomosis

b) Reseksi abdoperitoneal dengan kolostomi sigmoid permanen


c) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan

anastomosis lanjut dari kolostomi.

d) Kolostomi permanen atau ileustomi.

Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi

dilakukan pada kurang dari 1/3 pasien kanker kolorektal. Kolostomi

adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini

dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau prmanen. Ini

memungkinkan drainase atau evakusi isi kolon keluar tubuh.

Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi,

yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan

sekitar.

e) Stadium kanker kolon

Stadium 0, berupa polip dimukosa kolon disebut juga dengan

precursor ca pemotongan polip (Colonoscopy)

Stadium 1, tumpr tumbuh dimukosa usus (Pembedahan)

Stadium 2, tumor menyebar hingga lapisan muskularis mukosa

(Lapisan usus) Pembedahan

Stadium 3, tumor menyebar ke kelenjar getah bening (Pembedahan,

kemotherapi, radiasi)

Stadium 4, tumor bermetastase (Kemotherapi)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWAAN KANKER KOLON

1. Pengkajian

a. Identifikasi
Kanker kolon lebih banyak terjadi pada laki-laki.

b. Keluhan Utama

Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah

(diare). Sensasi seperti belum selesai buang air, perubahan diameter

serta ukuran kotoran.

Perubahan wujud fisik kotoran/feses, feses bercamur darah saat buang

air besar, feses bercampur lendir, feses berwarna hitam.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian apakah pasien pernah menderita penyakit usus inflamasi.

d. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian apakah pasien mengalami nyeri disekitar luka operasi,

nyeri hilang timbul dan atau berat badan menurun dengan cepat.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Pengkajian apakah keluarga pernah menderita penyakit kanker kolon.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, bab melalui stoma

(PQRST).

2) Pemeriksaan Persistem

a) Sistem pernafasan

b) Sistem sirkulasi

c) Sistem eliminasi

d) Sistem pencernaan

e) Sistem integumen

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Diagnose keperawatan pra operatif :

1) Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif

2) Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat

obstruksi

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah

5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

dan dehidrasi

6) Ansietas berhubungn dengan kurang pengetaun tentang diagnosis,

rencana pembedahan dan rencana perawatan di rumah.

b. Diagnosa pasca operatif

1) Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya nosiseptor akibat

luka operasi

2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat

luka/pembedahan

3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi bedah,

tindakan kolostomi fekal terhadap kulit periostomal

4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.

3. Intervensi Keperawatan

a. Intervensi keperawatan praoperatif

1) Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruktif

a) Pantau frekuensi dan konsistensi defekasi

b) Anjurkan hidrasi oral yang adekuat


c) Kolaborasi pemberian laktasif dan enema

d) Persiapkan pembedahan menunjukkan tanda perkembangan

kearah obstruksi total

2) Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat

obstruksi

a) Observasi dan catat keluhan, lokasi, beratnya (skala 0-10) dan

efek yang ditimbulkan oleh nyeri

b) Pantau tanda-tanda vital

c) Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam

atau teknik distraksi seperti mndengarkan music atau membaca

buku

d) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan

a) Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi,

disritmia, dipsnue, diaphorsis, pucat, tekanan hemodinamik,

dan jumlah respirasi)

b) Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala

kelelahan

c) Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses

penyakit

d) Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan

e) Anjurkan pasien melakukan tindakan yang meningkatkan

relaksasi (membaca, mendengaran musi, dll)


4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah

a) Kaji dan pantau jumlah asupan nutrisi

b) Tingkatkan intake makan melalui : kurangi gangguan dari luar,

jaga privasi klien, sajikan makanan dalam kondisi hangat

c) Selingi makan dengan minum

d) Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene)

e) Berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk makanan

kering atau makanan yang menarik untuk pasien

f) Kolaborasi dengan ahli gizi

5) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

dan dehidrasi

a) Kaji dan pantau tanda-tanda dehidrasi

b) Catat intake dan output untuk menyediakan data akurat tentang

keseimbangan cairan

c) Kaji tanda vital untuk mendeteksi hypokalemia : takikardia,

hipotensi, penurunan jumlah denyut.

d) Batasi masukan cairan oral untuk mencegah muntah

e) Kolaborasi pemberian antiemetic sesuai indikasi

6) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetaun tentang diagnosis,

rencana pembedahan dan rencana perawatan di rumah.

a) Tinjau ulang pengalaman pasien / orang terdekat sebelumnya

dengan kanker

b) Dorong pasien untuk mengungapkan perasaan dan pikiran


c) Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis

d) Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan jawaban

jujur

e) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

b. Intervensi keperawatan pascaoperatif

1) Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya nosiseptor akibat

luka operasi

a) Observasi tanda-tanda vital

b) Observasi karakteristik nyeri

c) Berikan lingkungan yang nyaman / tenang dan batasi

pengunjung

d) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi seperti latihan nafas

dalam, membaca dan mendengarkan music

e) Anjurkan untuk bed rest 3-4 hari post op kanker kolon

f) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgesik

2) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat

luka/pembedahan

a) Observasi tanda-tanda vital

b) Observasi adanya tanda-tanda infeksi

c) Lakukan perawatan luka setiap 1x24 jam

d) Anjurkan pasien untuk menjaga kondisi agar luka tidak

terkontaminasi

e) Ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman

f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic


3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi bedah,

tindakan kolostomi fekal terhadap kulit periostomal

a) Observasi tanda-tanda vital

b) Observasi adanya tanda-tanda infeksi

c) Kaji / catat keadaan luka ( ukuran, warna, kedalaman luka)

perhatikan jaringan nekrotik

d) Kaji kulit luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan dan

perubahan warna

e) Lkukan perawatan luka secara aseptik dan steril 2 kali sehari

f) Pertahankan tempat tidur dalam keadaan bersih dan kering

g) Kolaborasi dengan dokter untuk therapi anti inflamasi

C. KONSEP KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN

1. Pengertian

Kerusakan integritas jaingan terjadi ketika tekanan mengenai

kapiler yang cukup besar dan menutup kapiler tersebut. Tekanan

pada kapiler merupakan tekanan yang dibutuhkan untuk menutup

kapiler misalnya jika tekanan melebihi tekanan kapiler normal

yang berada pada rentang 16 sampai 32 mmHg (Potter & Perry,

2010). Kerusakan integritas jaringan merupakan kondisi individu

mengalami atau beresiko untuk mengalami perubahan pada

jaringan, kornea, atau membran mukosa tubuh (Lynda Juall.ED.

13,2012).
2. Fisiologi kerusakan integritas jaringan

Kelainan kongenital, geneti, jenis kelamin usia, rangsangan fisik

berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik dapat

menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor

dapat bersifat jinak (benign) atau bersifat ganas (malignant). Sel

tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor

jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak

jaringan sehat di sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk

simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari

jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor

jinak mudah diatasi dengan operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga

tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas

tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya. Disamping itu sl

kanker dapat bermetastasis ke bagian tubuh lainnya yang jauh

melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan

menimbulkan pertumbuhan sel kanker baru di tempat lain.

3. Etiologi kerusakan integritas jaringan

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya kerusakan

integritas jaringan dibagi menjadi faktor eksogen dan fator

endogen.

1. Faktor eksogen

Genetik metabolik, angiopati diabetik

2. Faktor endogen
Trauma, infeksi, obat

Faktor utama yang berperan dalam timbulnya infeksi adanya

neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya

sensasi nyeri sehingga akan mengalami trauma. Apabila

sumbatan darah pada pembuluh darah yang lebih besar maka

penderita akan merasa sakit. Adanya angiopati tersebut akan

menyebabkan penurunan asupan nutrisi, oksigen serta

antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar

sembuh (Levin, 2011).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka adalah :

1. Umur

Umur mempengaruhi proses penyembuhan luka karena pada

usia lanjut terjadi penurunan pertumbuhan sel sehingga proses

penyembuhan luka lebih lama, sedangkan pada usia muda

pertumbuhan sel lebih aktif sehingga proses penyembuhan

luka lebih cepat

2. Nutrisi

Merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan luka,

perbaikan jaringan dan pencegahan infeksi tentunya juga

tergantung pada keseimbangan protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral

3. Kegemukan
Jaringan lemak tidak mendapatkan suplai darah yang cukup

karena transportasi nutrisi yang di butuhkan tidak terpenuhi

sehingga penyembuhan luka mengalami hambatan

4. Luasnya dan dalamnya luka

Luas dan dalamnya luka disertai dengan banyaknya jaringan

yang luka merup[akan faktor yang paling riskan dalam

penyembuhan luka, karena jika jaringan luka yang hilang

sangat luas maka proses penyambuhan luka akan berlangsung

sangat lama

5. Oksigenasi

Kurangnya oksigen yang duhantarkan pada jaringan akan

menghambat perbaikan luka, oksigen mempengaruhi

pembentukan sintesa kolagen dan pembentukan secara epitel.

Penyembuhan luka akan berjalan lambat jika sirkulasi udara

kurang baik dan permukaan luka tak mendapat cukup oksigen.

6. Merokok

Fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen akan menurun

pada perokok sehingga memperburuk oksigenisasi di jaringan

7. Imunologi

Berbagai agen atau keadaan sakit atau penyakit yang

mngurangi respon kekebalan seseorang akan membawa akibat

buruk atau menghambat penyembuhan luka.

8. Diabetes
Pada psien Diabetes Melitus terjadi gangguan pembuluh darah

kapiler yang menimbulkan perubahan perfusi jaringan. Jika

terjadi peningkatan dalam gula darah maka kamampuan lekosit

dalam memfagositosis akan menurun sehingga luka tidak

bersih dan beresiko terjadinya infeksi dalam hal ini

penyembuhan luka menjadi lama.

5. Fase penyembuhan luka

Tahap Pertama, Inflamasi

Tahap ini di mulai beberapa menit setelah terjadi injuri dan

berlangsung kurang lebih tiga hari, pada tahap ini terjadi kontrol

perdarahan, aliran darah kedaerah injuri meningkat dan terjadi

pembentukan sel epitel didaerah injuri. Jaringan yang rusak akan

mengeluarkan histamin yang menyebabkan vasodilatasi kapiler dan

mengeluarkan serum serta “ Sel Darah Putih “ dan hal ini akan

mengakibatkan keadaan di daerah injuri merah, panas, bengkak,

dan kersakan jaringan.

Fungsi dari sel darah putih adalah memakan bakteri dan

membersihkan luka dari kotoran, sel-sel yang mati dan dari bakteri.

Setelah luka bersih sel epitel mulai tumbuh pada sisi dan dasar luka

membentuk lapisan tipis untuk menutup luka dan menjaga

mikroorganisme masuk yang dapat menginfeksi luka


Tahap kedua, Destruktif

Tahap ini berlangsung tiga sampai empat belas hari. Semua lapisan

sel epitel beregenerasi selengkapnya dalam waktu satu minggu,

pada tahap ini luka mudah sekali berdarah karena jarigan baru

tersebut memiliki sangat banyak pembuluh darah.

Tahap Ketiga, Proliferasi

Pada tahap ini kolagen terus bertumpuk, ini akan menekan

pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka terlihat

berwarna merah jambu yang luas, pasien harus menjaga untuk tidak

menggunakan otot yang terkena, tahap ini berlangsung kira-kira

dari minggu kedua sampai minggu ke enam setelah injuri.

Tahap Keempat, Maturasi

Berlangsung beberapa bulan setelah injuri, pasien akan mengeluh

gatal sekitar luka. Walaupun kolagen terus menumpuk luka

menciut dan tegang. Karena penciutan luka terjadi jaringan parut

yang berlapis putih, bila luka dekat persendihan dapat terjadi

kontraktur.

6. Komplikasi kerusakan integritas jaringan

1. Infeksi

Resiko infeksi akan menjadi lebih besar jika luka banyak terdapat

jaringan mati atau adanya benda asing di sekitar luka sehingga

sirkulai darah ke luka berkurang.

2. Sepsis
Bila ada kuman dan luka sampai mengenai Pembuluh darah maka

kuman akan ikut masuk ke aliran darah didalam pembuluh darah

dan menyebar keseluruh tubuh.

3. Perdarahan

Jumlah perdarahan dapat sedikit sampai dengan banyak sehingga

dapat mengakibatkan kematian bila tidak di tanganai dengan baik

4. Kematian
D. Hubungan Antar Konsep

Genetik, Usia 50 merokok Polip rektal Makanan rendah kolesistektomi


tahun serat, tinggi
Nikotin masuk ke Polip jinak karbo, lemak, Asam empedu
paru-paru menjadi ganas protein
Penurunan mengalir bebas
fungsi organ
Menyebar dalam Merusak jaringan
normal Pembentukan feses Eksprosur bakteri
tubuh
tak lembut usus↑
metastasis
Menuju kolon – Menumpuk di Pemaparan terus
metasplasia usus menerus
dinding kolon
obstruksi
↑Proporsi kanker
neurogenic
Peristaltic ↓ Menekan sel

Absorbsi vit, Metaplasia


lemk, air, Perubahan dinding kolon
natrium & metaplasia di usus
klorida ↓
Sel-sel ganas
Sekresi kalsium, terinfasif
bikarbonat,
mucus feses↓

Menumpuk
KANKER KOLON
di colon

Terpapar sel
karsinogen
Inflamasi jaringan Obstruksi pada
dari efek kompresi kolon sigmoid
Menggalakkan sel
tumor
kanker
Feses tertahan
Kerusakan
jaringan vascular
local
anoreksi Metastase malalui Obstruksi

Pendarahan a vena porta


internal, feses Intake nutrisi Feses obstrusi
tidak adekuat Kerusakan jr. sekum
bercampur darah Nyeri saat
hati
defekasi
Ketidakseim Distensi sekum
Kerusakan bangan Fungsi hati↓
jaringan vascular Nyeri
nutrisi
local peritonitis
kurang dari
kebutuhan
Sel bertambah
di hati
anemia

kelelahan CA hati

Intoleransi aktivitas kematian

penatalaksanaan

Konservatif Operasi

Kepekaan sel-  Kemoterapi  Kolostomi sementaa


sel rambut  Terapi radiasi  Kolostomi permaen
 immunoterapi
Rambut rontok
(kebotakan) Pasca pembedahan
Supresi jaringan
kulit
Gangguan citra diri Luka pasca bedah Nyeri

Kerusakan integritas
kulit Perawatan luka
tidak efektif

Resiko infeksi

Gambar 2.1 : Hubungan antar konsep Asuhan Keperwatan pada Pasien Pro Tutup Stoma
Kanker Kolon dengan Masalah Keperawatan Nyeri di Ruang Bedah
Edelweis RSU Dr Soetomo Surabaya
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Metode

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode

pemecahan masalah (problem solving) pendekatan proses keperawatan yaitu studi kasus

(Tamsuri & Cahyono, 2014). Studi kasus adalah suatu bentuk penyelenggaraan praktik

keperawatan terhadap satu kasus (pasien) secara komprehensif dan mendalam yang

terdokumentasi secara sistematis (Tamsuri & Cahyono, 2014).

B. Teknik Penulisan

Teknik penulisan menggambarkan gaya penyajian informasi dalam tulisan ilmiah

(Tamsuri & Cahyono, 2014). Teknik penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya

tulis studi kasus ini adalah deskriptif (Tamsuri & Cahyono, 2014).

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan pada hari Minggu sampai Selasa,

tanggal 18 – 20 November 2018.

2. Tempat Penelitian

Pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan di Ruang Bedah Edelweis

RSU Dr Soetomo Surabaya.


D. Alur Kerja (frame work)

Kerangka kerja atau alur kerja menggambarkan tahapan-ahapan pokok yang dilalui

untuk menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah (Tamsuri & Cahyono, 2014). Alur kerja

dalam penulisan studi kasus ini adalah :

Melakukan pengkajian : Data dasar, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit


dahulu, pengkajian pola kebutuhan sehari-hari, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
lab, pemeriksaan radiologi jika ada.

Melakukan analisa data : data subjektif, data objektif

Menentukan diagnosa

Melakukan perencanaan / intervensi

Melakukan Implementasi : Observasi, mandiri, edukasi, kolaborasi

Melakukan evaluasi

Gambar 3.1 Alur Kerja Asuhan Keperawatan pada pasien Pro Tutup Stoma Ca Colon
dengan Masalah Keperawatan Gangguan Eliminasi Fekal di Ruang Bedah
Edelweis RSU Dr Soetomo Surabaya.

E. Etika

Etika adalah aspek-aspek etik yang dipergunakan / menjadi pertimbangan dalam

memberikan asuhan keperawatan bagi pasien hingga dengan proses dokumentasi yang

dilakukan (Tamsuri & Cahyono, 2014).


Dalam melakukan asuhan keperawatan ini, menekankan masalah etika meliputi :

a. Keikhlasan (Voluntary)

Keikhlasan adalah suatu kesediaan dan kesabaran yang sangat dibutuhkan

dalam proses keperawatan demi kelancaran asuhan keperaatan dan demi terjalinnya

hubungan saling percaya antara perawat dank klien.

b. Kerahasiaan (Confidentiality)

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode pemecahan

masalah (problem solving) pendekatan proses keperawatan yaitu studi kasus (Tamsuri

& Cahyono, 2014). Studi kasus adalah suatu bentuk penyelenggaraan praktik

keperawatan terhadap satu kasus (pasien) secara komprehensif dan mendalam yang

terdokumentasi secara sistematis (Tamsuri & Cahyono, 2014).


BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam bab ini menguraikan apa (fakta-fakta yang ditemui dalam pemberian asuhan

keperawatan), bagaimana (analisis dan opini dari data yang ditemukan) serta rancangan

tindakan yang dilakukan. Pada bab ini hasil pengkajian secara detail namun terfokus,

diungkapkan data senjang dan dianalisis untuk kemudian ditarik masalah keperawatan yang

muncul pada klien. Pada bab ini juga diuraikan rencana tindakan, tindakan yang dilakukan

serta hasil evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Pengkajian

dilakukan pada Ny. N pada hari Minggu 18 November 2018 di Ruang Bedah Edelweis RSU

Dr Soetomo Surabaya.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verivikasi, dan

komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu

pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga

kesehatan). Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan,

masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya

hidup yang dilakukan klien (Potter and Perry, 2009).

1. Identitas Pasien

Identitas klien : Klien bernama Ny. N usia 54 tahun. Klien berjenis kelamin

perempuan, berpendidikan terakhir SLTA. Klien asli warga Surabaya Negara

Indonesia, muslim, sudah menikah, dan saat ini bertempat tinggal di Permata Safira

B3 No.3 Surabaya, dan klien bekerja sebagai ibu rumah tangga.


Klien masuk rumah sakit pada tanggal 8 November 2018, klien datang rujukan dari

National Hospital Surabaya ke Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya melalui

UGD, dengan diagnosa medik Pro Tutup Stoma Kanker Kolon.

2. Keluhan Utama

Klien mengatakan sudah 3 bulan buang air besar melalui stoma.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan sudan di pasang stoma selama 3 bulan sehingga feses keluar tidak

melalui anus. Klien mengatakan tidak bisa bebas beraktivitas.

Tindakan yang telah dilakukan :

 Pembedahan dan Kolostomi,

 Pemberian terapi obat

 Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan radiologi

Perubahan yang dirasakan klien : Klien mengatakan lega bisa buang air besar

kembali meskipun melalui stoma.

Terapi obat yang didapatkan saat ini :

Cara
Jenis Obat Dosis Keterangan
Pemakaian
Metformin tab Mengontrol kadar
2x1 Oral
500mg gula darah tinggi

4. Riwayat Kesehatan Masalalu

Klien mengatakan pernah mengalami penyakit Diabetus Militus pada tahun 2015.

Klien mengatakan tidak ada riwayat kecelakaan. Klien mengatakan ada riwayat

operasi kanker kolon. Klien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan.

Klien mengatakan tidak merokok.


5. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

6. Riwayat Keperawatan Pasien

1) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

a) Di rumah

Makan : Pasien rutin makan 3 kali sehari, makan dengan nasi, sayuran, lauk

tempe kadang daging dan ayam, kadang makan buah.

Minum : Pasien selalu minum air putih, jarang miinum kopi. Dalam sehari

biasanya klien menghabiskan sekitar 7 gelas blimbing air putih.

b) Di rumah sakit

Makan : Jenis makanan saat ini nasi tim + cah sayur+ buah pisang. Klien diit

makanan.

Minum : Klien mengatakan minum air putih kurang lebih 5 gelas belimbing

per hari.

2) Pola eliminasi

a) Di rumah

BAB : Pasien mengatakan BAB 1 kali di pagi hari dengan konsistensi

lembek. Volume ± 300 cc tiap BAB

BAK : Pasien mengatakan buang air kecil 4-5 kali, berwarna jernih

b) Di rumah sakit

BAB : pasca tindakan pembedahan, klien BAB menggunakan lubang yang

ada diperutnya (kolostomi). BAB 2-3 kali sehari dengan volume

±100cc/BAB

BAK : buang air kecil 3-4 kali sehari, berwarna jernih

.
3) Pola istirahat tidur

a) Di rumah

Pasien mengatakan setiap harinya tidur pada malam hari kurang lebih 6 jam.

Klien mengatakan tidak pernah tidur siang.

b) Di rumah sakit

Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidur siang hari ± 1 jam dan malam

hari ± 5 jam, saat tidur pasien tidak bebas beraktivitas.

4) Pola kebersihan diri

a) Di rumah

Pasien mandi 2x sehari, dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

b) Di rumah sakit

Pasien mandi 2x sehari, dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

5) Aktivitas latihan

a) Di rumah

Setiap harinya pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga.

b) Di rumah sakit

Selama di rumah sakit pasien hanya tidak banyak aktivitas yang dilakukan.

6) Pola Kognitif Persepsi

Klien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, klien mengatakan tidak

menggunaan kacamata. Klien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran dan

tida menggunakan alat bantu dengar. Klien mengatakan juga tidak ada masalah

lain seperti vertigo (-), kurang konsentrasi (-), dan disorientasi (-).
7) Pola Persepsi Diri

Klien mengatakan harapannya saat ini ialah ia ingin segera pulih. Kekhawatiran

klien saat ini adalah klien ingin segera dilakukan operasi penutupan stoma.

Menurut klien penyakitnya saat ini adalah ujian dari Tuhan.

8) Pola Hubungan dan Norma

Kemampuan klien dalam berkomunikasi lancar, bicara relevan. Klien

menggunakan bahasa jawa. Hambatan dalam berkomunikasi tidak ada.

Klien tinggal dengan suami dan anaknya, klien berperan sebagai ibu di keluarga.

Pengambilan keputusan dalam keluarga ditentukan oleh kepala keluarga.

Masalah interpersonal tidak ada.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan umum pasien cukup baik

b. Tanda-tanda vital

Saat pengkajin : Tekanan darah 120/80 mmHg; Nadi 82 kali per menit; Respirasi

20 kali per menit; Suhu 36,5 °C. Kesadaran Composmentis, BB saat ini 65 kg,

tinggi badan 155 cm.

c. Sistem pernafasan

Hidung berbentuk normal. Pola nafas klien dengan irama teratur, bunyi nafas

vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan,sesak (-), nafas cuping hidung (-), sesak

(-), sputum (-), wheezing(-), nyeri tekan (-), nyeri dada(-).


d. Sistem kardiovaskuler

Bentuk dada simetris, tidak da pembengkakan, lesi (-), nyeri tekan (-), irama

jantung regular, bunyi jantung normal, nadi teratur.

e. Sistem persarafan

Kesadaran composmentis, dengan GCS Eye 4, verbal 5, motoric 6 dengan jumlah

15. Dengan penglihatan mata kanan dan kiri ishokor, gangguan penglihatan dan

penggunaan alat bantu (-), gangguan pendengaran (-), alat bantu pendengaran(-)

f. Sistem pencernaan

Mukosa bibir kering, pucat, perut berbentuk simetris sedikit menonjol, terdapat

lubang buatan dan kantung kolostomi di abdomen bagian kuadran 4, frekuensi

feses sedang konsistensi lembek dan berwarna kekuningan.

g. Sistem perkemihan

Distensi suprapubic (-), nyeri tekan (-), pembengkakan(-), urin 800 cc per hari

dengan warna kuning, alat bantu tidak ada.

h. Sistem reproduksi

Bentuk norma, tidak ada pembengkakan, lesi (-), tumor (-)

i. Sistem endokrin

Klien tidak ada gangguan pada sistem endokrin seperti pembesaran kelenjar

tyroid, hiperglikemia, hipoglikemia, riwayat Diabetus Militus dengan obat

Metformin tab 500 mg, luka gangrene dan pus tidak ada.

j. Sistem muskuluskeletal

Pergerakan sendi klien bebas, kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki

kanan 4, kaki kiri 4, turgor kulit kurang, akral hangat. Krepirasi (-), fraktur(-)

8. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal pemeriksaan : 15 November 2018


Pemeriksaan Kimia Klinik

1. Glukosa puasa 105 mg/dl (Normal = <100)

2. Glukosa darah 96 mg/dl (Normal = <140)

Tanggal pemeriksaan : 27 Juli 2018

Pemeriksaan Colonoscopy

Findings :

Caecum, colon ascenden dan colon transversum prox tidak dapat dievaluasi.

Colon transversum distal/descenden didapatkan massa tumor, berdungkul

berdarah menutup lumen.

Sigmoid : Normal

Rectum : Normal

Conclusion :

Ca colon

9. Pemeriksaan Radiologi

Tanggal pemeriksaan :

Foto rontgen thorax, kesimpuln : pulmo tidak didapatkan kelainan

Surabaya, 18 November 2018


Pengumpul Data

Paras Tita Tegarnean


16.01.020
B. Analisa Data

No Analisa Data Etiologi Masalah


1 Data Subyektif
Kanker kolon Kerusakan
 Pasien mengatakan nyeri integritas
pada luka bekas operasi. jaringan
Pembedahan
 Pasien mengatakan nyeri (tindakan kolostomi)
terasa panas dan cenut-
cenut. Pasca pembedahan
 Pasien mengatakan nyeri
pada daerah luka bekas Luka pasca bedah
operasi.
 Pasien mengatakan nyeri Kerusakan integritas
skala 6 jaringan

 Pasien mengatakan nyeri


datangnya sewaktu-
waktu.
Data Objektif
 Klien tampak lemas
 Keadaan umum cukup
 Pasien tampak meringis
menahan sakit saat
nyeri datang
 Tanda-tanda vital :
TD 120/80 mmHg;
Nadi 84 kali per menit;
RR 20 kali per menit;
2 Data Subyektif Kanker kolon Ansietas
 Klien
mengatakan Pembedahan
(tindakan kolostimi)
memikirkan
keadaannya
Pasca pembedahan
sekarang
 Klien
mengatakan
Perubahan status
terdapat lubang
kesehatan
buatan dan
kantung
kolostomi Stress psikolog
 Klien
mengatakan Ansietas
cemas karena
menunggu
jadwal operasi
 Klien
mengatakan
cemas dengan
tindakan yang
akan di jalani
untuk kedua
kalinya

Data Objektif
 Klien terlihat
gelisah
 Klien tampak
tidak nyaman
 Terdapat lubang
buatan
(kolostomi)
pada perut
bagian kiri
bawah klien

You might also like