Professional Documents
Culture Documents
MANAJEMEN BENCANA
Oleh Kelompok 1 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Bencana tentang
Mitigasi Gunung Meletus
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. dan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan masukan dan saran-saran
positif sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Berdasarkan peristiwa Gunung meletus yang sering terjadi di Indonesia dan paradigma
penanggulangan bencana saat ini, maka makalah ini akan membahas tentang Mitigasi
Bencana Gunung Meletus di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah yang ada maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah untuk lebih terbuka dan
memperhatikan mengenai mitigasi bencana gunung meletus agar tidak terjadi banyak
korban saat terjadi bencana.
5
Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan masyarakat untuk lebih proaktif
ikut serta dalam program penanggulangan bencana gunung merapi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir
bebatuan, banjir tersebut disebut lahar (Winarni Sri, dkk. 2016)
Bahaya letusan gunung api terdiri dua yakni bahaya primer dan bahaya
sekunder. Bahaya Primer adalah bahaya yang langsung menimpa penduduk ketika
letusan berlangsung. misalnya, awan panas, udara panas sebagai akibat samping awan
panas, dan lontaran material berukuran blok (bom) hingga kerikil. Sedangkan bahaya
sekunder terjadi secara tidak langsung dan umumnya berlangsung setelah letusan
letusan terjadi, seperti lahar dingin yang dapat menyebabkan kerusakan lahan dan
pemukiman. Lahan di gunung Merapi menghadapi bahaya primer maupun sekunder
dari gunung Merapi berupa rusaknya lahan akibat erupsi dan rusaknya lahan akibat
erosi dan banjir lahar dingin. Kerusakan juga terjadi pada aktivitas kehidupan soial
ekonomi masyarakat di daerah bencana. Pada dasarnya Gunung meletus merupakan
salah satu bencana yang mengakibatkan konsekuensi yang kompleks. Permukaan
tanah pada lahan area erupsi volkanik pada umumnya tertutupi oleh lava, aliran
piroklastik dan juga tepra (debu volkanik) dan lahar (Rahayu, dkk. 2014)
8
normal.Naiknya magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik pada
lapisan bumi dibawah gunung seperti gerakan lempeng sehingga meningkatkan
tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya membuat magma terdorong ke atas
hingga berada tepat dibawah kawah. Pada kondisi seperti ini, banyak hewan
hewan di sekitar gunung bermigrasi dan terlihat gelisah. Selain itu meningkatnya
suhu kawah juga membuat air tanah di sekitar gunung menjadi kering.
3) Terjadinya deformasi badan gunung
Peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga menyebabkan perubahan
struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam sepeti
dapur magma yang volume-nya mengecil atau bisa juga saluran yang
menghubungkan kawahdengan dapur magma menjadi tersumbat akibat deformasi
batuan penyusun gunung.
4) Lempeng lempeng bumi yang saling berdesakan
Tekanan besar menekan dan mendorong permukaan bumi sehingga
menimbulkan berbagai gejala tektonik, vulkanik dan meningkatkan aktivitas
geologi gunung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lempeng
merupakan bagian dari kerak bumi yang terus bergerak setiap saat, dan daerah
pengunungan merupakan zona dimana kedua lempeng saling bertemu, desakan
lempeng bisa juga menjadi penyebabperubahan struktur dalam gunung berapi.
5) Akibat tekanan yang sangat tinggi
Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya
mendorong cairan magma untuk bergerak ke atas masuk ke saluran kawah dan
keluar. Jika sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah terdapat
sumbatan, bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi.
Semakin besar tekanan dan volume magma-nya maka semakin kuat ledakan yang
akan terjadi.
b. Dampak letusan gunung berapi
Setiap bencana alam pasti membawa dampak tersendiri yang dirasakan oleh
penduduk yang berada disekitar bencana. Biasanya bencana alam identik dengan
dampak negatif namun tidak demikian terjadi pada letusan gunung berapi yang
justru membawa dampak positif disamping terdapat juga efek negatifnya.Berikut
ini adalah dampak letusan gunung berapi baik yang positif maupun negatif :
Dampak negatif
9
Berikut adalah penjelasan mengenai dampak negatif mengenai letusan
gunung berapi :
1. Asap dan debu yang banyak keluar saat sebelum ataupun sesudah
letusan dapat menyebabkan ISPA bagi masyarakat yang tinggal
didekat lokasi bencana.
2. Dengan meletusnya gunung berapi, maka otomatis segala aktivitas
penduduk menjadi lumpuh sehingga ekonomi tidak berjalan dengan
semestinya.
3. Lava dan lahar akan merusak semua yang dilaluinya seperti hutan,
sungai, lahan pertanian maupun pemukiman penduduk.
4. Karena lahar merusak hutan sekitar maka akan mempengaruhi
ekosistem hayati wilayah tersebut.
5. Terjadinya pencemaran udara karena saat terjadi letusan, gunung
berapi mengeluarkan debu dan gas gas beracun yang mengandung
Sulfur dioksida, Hidrogen sulfida, Nitrogen dioksida.
6. Menganggu parawisata yang terdapat pada titik tertentu yang mana
sebelum terjadinya bencana menjadi tujuan destinasi wisata. Dengan
letusan gunung berapi, beberapa lokasi wisata ditutup sehingga
menghambat laju ekonomi.
Dampak positif
Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif pada letusan gunung
berapi :
1. Saat terjadi letusan, banyak batu batu berbagai ukuran yang
dimuntahkan gunung yang mana dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar sebagai bahan bagunan.
2. Besarnya volume material vulkanik selama letusan berlangsung
ternyata membawa berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar karena
memiliki profesi baru yakni sebagai penambang pasir.
3. Tanah tanah sekitar gunung yang terkena material letusan akan
semakin subur, tentu saja hal ini sangat menguntungkan para petani
dimana mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk membeli
pupuk.
4. Setelah gunung meletus, biasanya muncul mata air makdani yaitu
mataair yang kaya dengan kandungan mineral.
10
5. Selain itu muncul pula sumber air panas/ geyser baru secara bertahap
dan periodik, hal ini tentu saja dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
kesehatan kulit.
6. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi sangat
potensial untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga panas bumi yang
tentu saja bernilai ekonomis.
B. Pengertian Mitigasi
a. Mitigasi Struktural
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non –struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana dalam lingkup upaya
pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang
11
Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari
mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan tata ruang
kota, capacitybuilding masyarakat, bahkan sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain
yang berguna bagi penguatan kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini
semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan
bencana.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia. Hampir setiap
periode gunung Merapi mengalami erupsi. Periode ulang aktivitas erupsi berkisar antara
2–7 tahun. Aktivitas erupsi gunung Merapi dengan ciri khas mengeluarkan lava pijar dan
awan panas, tanpa membentuk kaldera (kawah).Secara geografis Gunung Merapi terletak
pada 7’ Lintang selatan dan 110’ Bujur timur, dan secara administratif Gunung Merapi
terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di Provinsi Yogyakarta, dan
Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, serta Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa
Tengah.
Salah satu kawasan yang terkena dampak erupsi Gunung Merapi yaitu Kabupaten
Klaten. Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang
terkena dampak erupsi Merapi selain kabupaten Boyolali, kabupaten magelang, dan
Propinsi Yogyakarta. Salah satu kerugian atau dampak yang dirasakan di Kabupaten
Klaten yaitu kerusakan lahan pertanian dan kawasan permukiman. Menurut data BNPB
(2010) Kerusakan lahan pertanian di Kabupaten Klaten terjadi di Kecamatan Kemalang
dengan luas lahan yang rusak 501 ha, terutama Desa Balerante dengan tutupan abu
vulkanik berkisar antara 4-13 cm. Daerah tersebut merupakan daerah ternak, dan saat ini
tanaman rumput sudah mulai tumbuh dan terlihat subur. Tanaman lain selain rumput yang
sudah mulai tumbuh adalah tanaman tahunan seperti pohon mindi. Selain itu juga
banyaknya kawasan permukiman yang rusak parah terkena erupsi Merapi dengan luas
mencapai 496 ha. ( Ariyadi dan Iwan, 2014)
12
C. Faktor Risiko Gunung Meletus
Menurut Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman dari Kelompok Keahlian Petrologi,
Vulkanologi dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB ada 3 faktor
penyebab gunung api meletus itu antara lain:
1. Penambahan volume magma yang berada di bawah gunung api akibat adanya injeksi
magma baru.
2. Terjadi pengkristalan magma yang ada di dapur magma
3. Dinding di dapur magma runtuh. Sehingga dapur magma terjadi penambahan volume
secara signifikan dan harus dikeluarkan. Jadi kalau dapur magma kosong mau
diguncang, seharusnya tidak terjadi meletus, seperti yang terjadi di gempa lombok
beberapa waktu lalu. Karena pelemahan di bagian tudungnya gunung akibat proses
hydrothermal
4. Gaya tarik bulan dan matahari ketika gerhana. Sebab ketika bumi berada satu garis
dengan matahari dan bulan, gaya tarikannya akan maksimum.
Gunung api tipe a: tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu
kali sesudah tahun 1600.
Gunung api tipe b: sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik
namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
13
Gunung api tipe c: sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarolapada tingkah lemah
14
D. Persiapan yang dilakukan
Beberapa persiapan yang harus dilakukan untuk menghadapi letusan gunung berapi adalah
sebagai berikut : (ilham, 2014)
1. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau di luar
dari kawasan rawan bencana.
2. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau
lahan.
15
4. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung
api.
5. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang
sering meletus, misalnya Gunung Merapi (DIY, Jawa tengah), Gunung Semeru (Jawa
timur), Gunung Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
8. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).
Selain itu, Pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana (mitigasi) lainnya yaitu
dengan cara pemanfaatan lahan yang jauh dari kawasan rawan bencana, menghindari tempat
aliran lava atau lahar, mensosialisasikan tentang peringatan dini bencara gunung meletus,
mensosialisasikan tentang tindakan jika terjadi letusan gunung api, dan upaya cukup melalui
upaya mensosialisasikan pentingnya koordinasi dengan aparat atau pengamat gunung api.
(Sri winarni, 2016)
Seperti yang kita ketahui bahwa dampak dari gunung meletus sangat merugikan
manusia baik dari segi materil maupun yang lainnya, untuk itulah pemerintah berusaha
berupaya melakukan penanggulangan bencana letusan gunung api, yaitu dengan mitigasi.
Mitigasi merupakan upaya untuk mengurangi risiko bencana, yang mana perlu strategi ketika
melakukannya, menurut Bakornas PB dalam Sri Winarni dkk (2016) ada beberapa strategi
yang harus dilakukan, yaitu :
16
1. Merencanakan lokasi memanfaatkan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau
diluar dari kawasan rawan bencana
2. Menghindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau
lahar, memperkenalkan struktur bangunan tahan api
3. Menerapkan susunan bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu
gunung api
4. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang
sering meletus
5. Membuat fasilitas jalan dari tempat pemukiman ke tempat pengungsian untuk
memudahkan evakuasi
6. Menyediakan alat transportasi bagi penduduk bila ada perintah pengungsian,
kewaspadaan terhadap risiko letusan gunung api di daerahnya
7. Identifikasi daerah bahaya, meningkatkan kemampuan pemadaman api, membuat
tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
Sedangkan menurut Nur Isnainiati dkk (2014), upaya/strategi yang harus dilakukan, yaitu :
1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat
gempa (seismograf).
2. Tanggap Darurat, yaitu mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap
Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan
sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.
Annastasia Gadis Pradiptasari, dkk (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
dalam upaya mencegah dan mengurangi dampak dari bencana yang terjadi,
diperlukan sebuah sistem penanggulangan bencana. Sistem penanggulangan bencana
yang mampu menangani bencana erupsi gunung api baik berupa zonasi kawasan
rawan bencana, infrastruktur hingga sosialisasi kepada masyarakat yang berada di
kawasan rawan bencana. Sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
kesiap-siagaan
17
BAB III
A. Kesimpulan
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadarandan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. (Winarni Sri dkk,2016) Mitigasi gunung meletus adalah segala upaya
untuk mengurangi dan memperkecil akibat bencana gunung meletus. Secara geografis
Gunung Merapi terletak pada 7’ Lintang selatan dan 110’ Bujur timur, dan secara
administratif Gunung Merapi terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman
di Provinsi Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, serta Kabupaten
Klaten di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu kawasan yang terkena dampak erupsi Gunung
Merapi yaitu Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten di
Propinsi Jawa Tengah yang terkena dampak erupsi Merapi selain kabupaten Boyolali,
kabupaten magelang, dan Propinsi Yogyakarta.
1.Penambahan volume magma yang berada di bawah gunung api akibat adanya
injeksi magma baru.
4. Gaya tarik bulan dan matahari ketika gerhana. Sebab ketika bumi berada satu garis
dengan matahari dan bulan, gaya tarikannya akan maksimum.
1. Perencanaan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas penting harus jauh atau di luar
dari kawasan rawan bencana.
18
2. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau
lahan.
4. Penerapan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu gunung
api.
5. Membuat barak pengungsian yang permanen, terutama di sekitar gunung api yang
sering meletus, misalnya Gunung Merapi (DIY, Jawa tengah), Gunung Semeru (Jawa
timur), Gunung Karangetang (Sulawesi Utara) dsb.
8. Mensosialisasikan kepada masyarakat agar paham arti dari peringatan dini yang
diberikan oleh aparat/Pengamat Gunung api (penyuluhan).
Selain itu, Pelaksanaan upaya pengurangan risiko bencana (mitigasi) lainnya yaitu
dengan cara pemanfaatan lahan yang jauh dari kawasan rawan bencana, menghindari tempat
aliran lava atau lahar, mensosialisasikan tentang peringatan dini bencara gunung meletus,
mensosialisasikan tentang tindakan jika terjadi letusan gunung api, dan upaya cukup melalui
upaya mensosialisasikan pentingnya koordinasi dengan aparat atau pengamat gunung api.
(Sri winarni, 2016)
19
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran-saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
20
DAFTAR RUJUKAN
Annastasia Gadis Pradiptasari1 , Dr. Judy O. Waani, ST. MT2 , Windy Mononimbar, ST.
MT. 2015. SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API
GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE. Jurnal
Article. Vol. 2, No.2, p. 33-42
Antara. (2018). BNPB: Letusan Gunung Anak Krakatau Tak Akan Sebesar Krakatau.
Tempo.Co (https://nasional.tempo.co/read/1159815/bnpb-letusan-gunung-anak-
krakatau-tak-akan-sebesar-krakatau/full&view=ok). Diakses Pada Hari Selasa,Tanggal 12
Maret 2019.
Astuti, dan Sudaryono. (2010). Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana.
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol 1(1), p.30-42.
Nur Isnainiati, Muchammad Mustam, Ari Subowo. 2014. KAJIAN MITIGASI BENCANA
ERUPSIGUNUNG MERAPI DI KECAMATAN CANGKRINGAN
KABUPATEN SLEMAN. Jurnal Article. Vol. 3, No.3, p. 1-10
Permana, Adi. September 2018. Mengupas Penyebab Gunung Api Meletus Bersama
Volkanog ITB. [online]. (diupdate Oktober 2018).
https://www.itb.ac.id/news/read/56819/home/mengupas-penyebab-gunung-api-meletus-
bersama-volkanolog-itb [diakses 14 Maret 2019]
Setiono, Amin Nur., 2014. Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Api Merapi di Desa Dompol
Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten. Naskah Publikasi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Sri Winarni, Agus Khoirul Anam, Rizal An Akhiruna. 2016. UPAYA PENGURANGAN
RISIKO BENCANA (MITIGASI) LETUSANGUNUNG KELUD OLEH
MASYARAKAT DI WILAYAH KAWASANRAWAN BENCANA (KRB) III
KABUPATEN BLITAR. Jurnal Ners dan Kebidanan. Vol. 3, No. 3, p. 272-277
21
Wikipedia. Persiapan Bencana. [online]. (diupdate 13 Maret 2019).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Persiapan_bencana [diakses 14 Maret 2019).
22