You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan PT. PLN (Persero) mempertahankan tingkat keandalan sistemnya


berpengaruh pada kualitas layanan pada konsumen, khususnya pelanggan besar seperti
sektor industri dan bisnis. Dengan melihat kenyataan bahwa tingkat keandalan PT. PLN
(Persero) cabang Bontang masih rendah, membuat pelanggan harus menyediakan
pembangkit listrik cadangan atau back up yang dioperasikan saat terjadi pemadaman
listrik oleh PT. PLN (Persero).
Hasil data estimasi jumlah daya listrik dari tahun 2010-2017 menunjukan bahwa
tingkat kebutuhan energi listrik setiap tahun semakin meningkat. Pertumbuhan
kebutuhan energi listrik disebabkan oleh pertumbuhan beban terutama sektor industri.
Hal ini berimplikasi pada kemampuan penyedia energi listrik (PT. PLN) untuk mampu
memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut. Hal ini dilakukan antara lain dengan
pembangunan pembangkit listrik baru atau Interkoneksi dengan jaringan Mahakam.
Selain kemampuan untuk menyediakan energi listrik sesuai kebutuhan, PT. PLN
(Persero) diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan. Salah satu indikator kualitas
layanan adalah keandalan sistem untuk menyalurkan energi listrik kepada konsumen
secara terus menerus. Keandalan bermakna kemampuan PT. PLN (Persero) untuk
mempertahankan kontinuitas distribusi energi listrik kepada konsumen. Terdapat dua
indikator penting keandalan sistem, yaitu frekuensi pemadaman dan durasi pemadaman.
Jika kedua indikator tersebut tinggi berarti tingkat keandalan sistem rendah.
Sistem peralihan suplai listrik dari suplai PLN ke generator set pada saat terjadi
pemadaman pada sebuah perusahaan/perkanotran/perhotelan dikendalikan secara
otomatis oleh sistem kendali Automatic Transfer Switch (ATS). Delay time peralihan
suplai dari PLN ke generator set sebesar 13 detik, sedangkan delay time peralihan suplai
dari genset ke suplai PLN sebesar 3 detik. Suplai listrik dari genset diberikan oleh dua
buah generator yang terhubung secara paralel dan bekerja secara bersamaan.
Proses bekerjanya dua buah generator yang terhubung secara paralel
membutuhkan persyaratan dalam operasinya, persyaratan yang dimaksud adalah
sinkronisasi. Sinkronisasi merupakan proses penyamaan tegangan, frekuensi, dan
urutan fase dari kedua generator yang diparalelkan. Proses sinkronisasi dapat dilakukan

1
2

secara manual dan otomatis. Jika kedua generator yang diparalelkan tidak sinkron maka
akan menimbulkan ketidakstabilan sistem. Apabila hal ini terjadi, generator akan
kehilangan kondisi paralel. Keadaan ini menghasilkan arus puncak yang tinggi dan
penyimpangan frekuensi operasi sistem. Akibat ketidaksinkronan adalah timbulnya
kerusakan pada beban listrik dan menyebabkan terjadinya stres pada belitan generator,
gaya putar yang berfluktuasi dan resonansi yang akan merusak generator dan
pengeraknya (prime over).
Masalah yang biasanya timbul pada proses sinkronisasi dua buah generator,
yaitu: 1). Terjadi Sync error yang menyebabkan gagalnya sinkronisasi pada kedua
genset tersebut (kedua genset kehilangan kondisi parallel), 2). Rusaknya beberapa
peralatan listrik akibat arus yang tinggi dan penyimpangan frekuensi sistem, 3).
Tegangan tidak mencapai nilai nominal yang telah ditentukan, serta 4). Terjadinya gagal
start yang diakibatkan oleh ketidak mampuan teknisi menyelesaikan permasalahan.
Permasalahan lain yang terjadi adalah pemeliharaan genset tidak dilakukan dengan baik
misalnya pemeliharaan pada accumulator, sensor oli, radiator.
Berdasarkan permasalan yang biasanya ditimbulkan oleh proses sinkronisasi
generator, maka dipandang perlu untuk melakukan studi untuk memperoleh gambaran
mengenai proses sinkronisasi generator 3 phasa. Selain itu studi ini juga diharapkan
dapat menemukan kendala atau permasalahan yang terjadi pada proses sinkronisasi
genset dan menentukan solusi atas kendala atau permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses sinkronisasi generator 3 phasa?
2. Permasalahan apa saja yang terjadi pada proses sinkronisasi generator 3 pahasa?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui bagaimana proses kerja sinkronisasi generator 3 phase.
2. Mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi pada proses sinkronisasi generator 3
phase.
3

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukan kepada pengelola yang menggunakan generator 3 phasa
mengenai sinkronisasi 2 phasa.
2. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai proses sinkronisasi generator.
3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud melakukan
penelitian serupa.
4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Sistem Pembangkitan
Pembangkit tenaga listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,
yang memiliki struktur sistem pembangkitan listrik sangat besar dan kompleks, karena
terdiri atas beberapa komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
transformator, beban dan alat-alat pengaman atau proteksi. Pada sistem tenaga listrik
terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu generator dan turbin.
Dengan menggunakan energi penggerak untuk menggerakkan turbin yang porosnya
dikopel/digandeng dengan generator, dari generator yang berputar menghasilkan energi
listrik. Energi listrik yang dihasilkan disalurkan ke gardu induk melalui jaringan
transmisi, kemudian langsung didistribusikan ke konsumen melalui jaringan distribusi.
Energi listrik merupakan energi yang mudah dikonversikan, dibangkitkan,
didistribusikan dengan proses yang efisien, efektif, ekonomis dibandingkan dengan
energi yang lain. Listrik yang dihasilkan dari pusat pembangkitan yang memanfaatkan
energi sumber daya alam dan energi buatan manusia seperti sumber energi pengerak
generator dari sumber daya alam ialah tenaga air, ombak, angin, panas, sedangkan
energi pengerak buatan seperti diesel, tenaga nuklir, panas/uap. perubahan energi listrik
dapat diubah menjadi bentuk energi lainnya, seperti energi gerak, panas, cahaya, bunyi
dan lain sebagainya. Dari semua jenis pembangkit listrik yang ada di Indonesia baik
PLTA, PLTU, PLTD, PLTG, PLTS, dan lain sebagainya adalah penghasil listrik dengan
merubah energi gerak menjadi energi listrik dengan memanfaatkan alat yang disebut
sebagai generator.
2. Generator Tiga Fase
Generator tiga fase lebih handal karena konduktor dalam sistem tiga fase hanya
membutuhkan ¾ tembaga dari sistem satu fase untuk menyalurkan daya yang sama.
Efisiensi transmisi tiga fase juga lebih baik dibanding sistem dua fase. Selanjutnya,
sistem tiga fase digunakan pada stator (armatur) generator karena lebih efektif dan
ukurannya lebih kecil jika dibandingkan sistem satu atau dua fase dengan daya yang
sama. Sistem tiga fase juga lebih ekonomis dan efisien.
5

Gambar 2.1 Generator tiga fase dua kutub

Gambar 2.2 Bentuk gelombang sinusoidal tiga fase

Generator terdiri dari dua bagian yang paling utama, yaitu:

1) Bagian yang diam (stator).

2) Bagian yang bergerak (rotor).

Gambar 2.3 Konstruksi Generator Sinkron

1) Bagian yang Diam (Stator)


6

Stator dari mesin sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik yang berbentuk laminasi
untuk mengurangi rugi-rugi arus pusar.

Gambar 2.4 Inti stator dan alur pada stator

Bagian yang diam (stator) terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

a) Inti stator.

Bentuk dari inti stator ini berupa cincin laminasi-laminasi yang diikat

serapat mungkin untuk menghindari rugi-rugi arus eddy (eddy current losses).

Pada inti ini terdapat slot-slot untuk menempatkan konduktor dan untuk

mengatur arah medan magnetnya.

b) Belitan stator.

Bagian stator yang terdiri dari beberapa batang konduktor yang terdapat

di dalam slot-slot dan ujung-ujung kumparan. Masing-masing slot

dihubungkan untuk mendapatkan tegangan induksi.

c) Alur stator.

Merupakan bagian stator yang berperan sebagai tempat belitan stator

ditempatkan.

d) Rumah stator.
7

Bagian dari stator yang umumnya terbuat dari besi tuang yang

berbentuk silinder. Bagian belakang dari rumah stator ini biasanya memiliki

sirip-sirip sebagai alat bantu dalam proses pendinginan.

2) Bagian yang Bergerak (Rotor)

Rotor adalah bagian generator yang bergerak atau berputar. Antara rotor dan stator

dipisahkan oleh celah udara (air gap). Untuk medan rotor yang digunakan tergantung

pada kecepatan mesin, mesin dengan kecepatan tinggi seperti turbo generator

mempunyai bentuk silinder.

Gambar 2.5 Rotor kutub silinder

Sedangkan mesin dengan kecepatan rendah seperti hydroelectric atau generator listrik
diesel mempunyai rotor kutub menonjol.

Gambar 2.6 Rotor kutub menonjol

Rotor terdiri dari dua bagian umum, yaitu:

a) Inti kutub
8

b) Kumparan medan

Bagian inti kutub terdapat poros dan inti rotor yang memiliki fungsi sebagai jalan

atau jalur fluks magnet yang dibangkitkan oleh kumparan medan. Pada kumparan

medan ini juga terdapat dua bagian, yaitu bagian penghantar sebagai jalur untuk arus

pemacuan dan bagian yang diisolasi. Isolasi pada bagian ini harus benar-benar baik

dalam hal kekuatan mekanisnya, ketahanannya akan suhu yang tinggi dan ketahanannya

terhadap gaya sentrifugal yang besar.

Konstruksi rotor untuk generator yang memiliki nilai putaran relatif tinggi

biasanya menggunakan konstruksi rotor dengan kutub silindres atau ”cylinderica poles”

dan jumlah kutubnya relatif sedikit (2, 4, 6). Konstruksi ini dirancang tahan terhadap

gaya-gaya yang lebih besar akibat putaran yang tinggi.

Putaran generator yang relatif rendah atau sedang (kurang dari 1000 rpm), dipakai

konstruksi rotor dengan kutub menonjol atau ”salient pole” dengan jumlah kutub-kutub

yang relatif banyak.

Gambar 2.7 Konstruksi Generator Kutub Menonjol

Prinsip kerja putaran generator, salah satu dari penghantar atau kutub-kutub ini dibuat
sebagai bagian yang tetap sedangkan bagian-bagian yang lainnya dibuat sebagai bagian
yang berputar.
9

3. Pengaturan Putaran
Putaran adalah salah satu faktor yang penting yang memberi pengaruh besar terhadap
tegangan yang timbul oleh arus bolak-balik (alternating current). Frekuensi listrik yang
dihasilkan oleh generator sinkron harus sebanding dengan kecepatan putar generator
tersebut. Dalam hal ini, rotor sebagai bagian yang bergerak terdiri atas rangkaian-
rangkaian elektromagnet dengan arus searah (DC) sebagai sumber arusnya. Medan
magnet rotor akan bergerak sesuai dengan arah putaran rotor. Untuk menjaga putaran
tetap konstan, maka pada penggerak mula (prime mover) dilengkapi governor. Governor
itu sendiri adalah suatu alat yang berfungsi mengatur putaran tetap konstan pada
keadaan yang bervariasi.
Besar kecepatan putaran generator dapat dihitung melalui persamaan berikut:

N = ( 120 . f ) / p ...................................................................(4)

keterangan:

n = kecepatan putaran (rpm)

f = frekuensi (Hz)

p = jumlah kutub

Tegangan dan arus bolak-balik (AC) yang dihasilkan oleh generator umumnya
mempunyai frekuensi diantara 50 Hz – 60 Hz. Untuk menentukan jumlah fase kutub (p)
atau kecepatan putar rpm (n), besarnya frekuensi harus sebanding dengan jumlah kutub
dan kecepatan putarannya.

4. Kecepatan dan Frekuensi


Dalam suatu generator hubungan tertentu antara kecepatan putar (N) dari rotor,
frekuensi (f) dari EMF yang dibangkitkan dan jumlah kutub-kutub (p). Dapat
dinyatakan dalam sebuah persamaan :

P.N
f=
120
..............................................................................(5)

dimana : f = frekuensi dalam cps


10

N = keceparan putar dalam rpm

Sehubungan dengan persamaan di atas, maka untuk f = 60 cps, harga P dan N dapat
ditabelkan sebagai berikut :
P 2 4 6 12 24 36
N 3600 1800 1200 600 300 200

5. Pengaturan Tegangan
Tegangan generator sinkron dalam keadaan berbeban akan lebih rendah nilainya dari
pada tegangan generator sinkron dalam keadaan tanpa beban. Nilai relatif, yaitu nilai
selisih antara tegangan dalam keadaan berbeban penuh dengan keadaan tanpa beban
biasanya disebut dengan regulasi tegangan atau voltage regulation (VR).
VR = (VNL-VFL)/VFL ×100% ....................................................(6)

Keterangan:

VR = regulasi tegangan (voltage regulation)

VNL = tegangan tanpa beban (no load voltage)

VFL = tegangan beban penuh (full load voltage)

Generator-generator sekarang dirancang dan dibuat untuk tegangan yang

bervariasi akibat dari adanya variasi arus jangkar atau variasi beban yang menimbulkan

turunnya tegangan (voltage drop) pada kumparan jangkar yang bervariasi pula. Jatuhnya

tegangan impedansi tersebut tergantung kepada besar arus dan faktor daya beban.

Dengan pengaturan arus eksitasi, tegangan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk

menaikkan tegangan, arus eksitasi dapat ditambah dan berlaku juga sebaliknya.

Dimaksud dengan eksitasi atau biasa disebut sistem penguatan adalah suatu perangkat

yang memberikan arus penguat (If) kepada kumparan medan generator arus bolak-balik

(alternating current) yang dijalankan dengan cara membangkitkan medan magnetnya


11

dengan bantuan arus searah. Generator berkapasitas besar umumnya digunakan sistem

penguatan sendiri. Sistem penguatan ini digunakan pada generator tanpa sikat

(brushless alternator).

Generator tanpa sikat ini mempunyai exiter yang kumparan jangkarnya pada rotor dan
kumparan medannya pada stator. Arus penguatan didapat dari induksi magnet sisa
(remanensi) pada stator generator utama yang diberikan oleh stator generator penguat.
Arus tersebut diatur terlebih dahulu oleh AVR (automatic voltage regulator) yang
merupakan alat pengatur tegangan yang bekerja secara otomatis. Arus yang dihasilkan
oleh rotor generator penguat akan disearahkan dengan menggunakan dioda putar
(rotating diode) yang ikut berputar dengan kedua rotor generator yang berputar. Sistem
penguatan sendiri difaseng pada ujung poros generator utamanya.

6. Faktor Daya
Faktor daya yang sering disebut sebagai cos φ didefinisikan sebagai perbandingan daya
aktif (kW) dan daya semu (kVA). Atau sebagai perbandingan antara arus yang dapat
menghasilkan kerja didalam suatu rangkaian terhadap arus total yang masuk kedalam
rangkaian. Adanya nilai faktor daya pada sistem tegangan AC disebabkan adanya beban
yang mengalir dan nilainya bergantung oleh karakteristik beban tersebut.

P( W )
Faktor daya = cos θ = ..............................................................(7)
S (VA)

Dimana : P = Daya aktif (Watt)

S = Daya semu (Volt Ampere)

Gambar 2.8 Segitiga daya


12

Faktor daya mempunyai pengertian sebagai besaran yang menunjukkan

seberapa efisien jaringan yang dimiliki dalam menyalurkan daya yang bisa

dimanfaatkan. Faktor daya rendah juga merugikan karena mengakibatkan arus beban

akan menjadi lebih tinggi.

Daya reaktif yang tinggi mengakibatkan meningkatnya sudut segitiga daya sehingga
menghasilkan faktor daya rendah, begitu juga sebaliknya.
Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang digunakan
untuk melakukan usaha. Untuk penggunaan sistem arus AC tiga fase, dikenal 3 daya
yaitu:
a. Daya Semu (Apparent Power)

Atau disebut juga daya total yaitu penjumlahan daya aktif dan daya reaktif. Jadi

daya inilah yang dijadikan kapasitas daya maksimal suatu generator.

S = V I (VA) ................................................................. (8)

S=

√ P 2=Q2 ................................................................ (9)
b. Daya Aktif (Real Power)

Adanya daya aktif (factor P) disebabkan beban yang digunakan bersifat resistif seperti
lampu pijar, rheostat, load bank, pemanas, motor induksi berbeban berat, dan trafo
berbeban tinggi, dll. Beban resistif membuat fase antara tegangan dan arus selalu sama
(infase) sehingga membuat pf = 1. Adapun perhitungan daya aktif sebagai berikut:

P = V  I  cos  , (1 fase) ...................................................... (10)

P=

√ 3 .Vcos  (3 fase) .................................................. (11)
13

Gambar 2.9 Karakteristik fase dan vektor perbedaan resistif murni

c. Daya Reaktif (Reactive Power)

Pada dasarnya daya reaktif ini (faktor Q) disebabkan oleh 2 karakteristik beban yaitu
beban induktif dan kapasitif. Adanya beban induktif membuat perbedaan fase antara
tegangan dan arus dimana arus tertinggal terhadap tegangan atau disebut dengan pf
lagging (positif pf). Sehingga membuat pf rendah (pf < 1), atau induktif murni ia
memiliki pf = 0 maka, hanya ada daya reaktif saja. Contoh beban induktif seperti motor
induksi tanpa beban atau berbeban rendah, trafo berbeban rendah, ballast, dll.

Gambar 2.10 Karakteristik fase dan vektor perbedaan reaktif murni

Sedangkan adanya beban kapasitiftif juga membuat perbedaan fase antara

tegangan dan arus dimana arus mendahului terhadap tegangan atau disebut dengan pf

leading (negatif pf). Sehingga juga membuat pf rendah (pf < 1), atau kapasitif murni ia

memiliki pf = 0 maka hanya ada daya reaktif saja. Contoh beban kapasitif seperti
14

penghantar daya yang terlalu panjang, filter kapasitor, motor sinkron yang kelebihan

eksitasi, dll. Adapun perhitungan daya reaktif sebagai berikut:

Q  V  I  Sin  (1 Fase) ...................................................... (12)

Q  3 V  I  Sin  (3 Fase) .................................................. (13)

Gambar 2.11 Karakteristik fase dan vektor perbedaan kapasitif murni

7. Sinkronisasi
Operasi paralel pusat-pusat tenaga listrik pada dasarnya merupakan perluasan bekerja
paralel satu generator dengan generator lain, dengan tambahan resistansi dan reaktansi
saluran-saluran interkoneksi. Proses menghubungkan paralel satu generator dengan
generator lainnya dinamakan sinkronisasi, atau dapat juga dikatakan bahwa Sinkronisasi
pada generator adalah memparalelkan kerja dua buah generator atau lebih untuk
mendapatkan daya yang lebih besar selain untuk tujuan diatas juga bertujuan untuk
menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada salah satu generator yang harus dihentikan
karena memerlukan perawatan dan pemeliharaan.
a. Syarat-syarat Sinkronisasi

Untuk melayani beban berkembang, ada kalanya kita harus memparalelkan dua atau
lebih generator dengan maksud memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan. Selain
untuk tujuan di atas, kerja paralel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinyuitas
apabila ada mesin (generator set) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat dan
15

reparasi. Untuk maksud memparalelkan dua buah generator atau lebih maka ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Kedua sistem tersebut harus memiliki amplitudo yang sama.

2) Kedua sistem tersebut harus mamiliki frekuensi yang sama.

3) Kedua sistem tersebut harus sefase.

Masing-masing generator memiliki impedansi Z1 dan Z2 yang terdiri atas reaktansi R1

dan R2 serta reaktansi X1 dan X2. Gaya gerak listrik E yang diinduksikan dalam

masing-masing mesin E1 dan E2. Misalkan kini suatu keadaan khusus di mana dari

kedua mesin reaktansinya dapat di abaikan. Dalam keadaan demikian kedua gaya gerak

listrik E1 dan E2 memiliki selisih fase sekitar 1800, dan resultan Er hamper tegak lurus

pada E1 dan E2. Arus sinkronisasi Is akan sefase dengan Er dan dengan demikian juga

hamper tegak lurus terhadap E1 dan E2. Besar arus sinkronisasi dinyatakan dengan

rumus:

R
¿
¿ ) ....................................................................(15)
I s=E s / ¿

Gambar 2.12 Dua Generator Bekerja Paralel

Perlu diperhatikan bahwa arus sinkronisasi Is tidak memiliki komponen watt, sehingga
16

tidak terdapat daya riil atau daya nyata yang dating dari mesin 2 untuk mesin 1 yang
memerlukannya. Umpamakan kini kedua mesin memiliki hanya reaktansi, dan
resistansinya mendekati nilai nol. Arus sinkronisasi Is akan tegak lurus terhadap gaya
gerak listrik Er, atau sefase dengan gaya gerak listrik salah satu mesin, misalnya E2.
Dalam hal demikian ini mesin 2 akan memberi daya nyata kepada mesin 1, agar mesin
ini dapat berjalan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memungkinkan
generator beroperasi paralel, adanya reaktansi di dalam armature mutlak diperlukan.
Bilamana dua generator berada dalam keadaan sinkronisasi penuh maka kedua gaya
gerak listrik yang diinduksikan adalah sama dan berbeda fase 1800, dan tidak terdapat
arus yang mengalir dalam rangkaian setempat. Bilamana kedua gaya gerak listrik sama
besarnya tapi berbeda fase tidak tepat 1800, maka resultan gaya gerak listrik Er bergerak
di dalam rangkaian setempat dan mengakibatkan mengalirnya apa yang dikenal sebagai
arus sinkronisasi.

Gambar 2.13 Arus Sinkronisasi

Pengoperasian mesin pembangkit secara sinkron dilakukan untuk menampung beban


operasi yang lebih besar dari kapasitas tampung beban masing-masing mesin
pembangkit listrik.

8. Metode Sinkronisasi
Ada beberapa metode untuk memparalelkan generator dengan mengacu pada syarat-
syarat di atas, yaitu:
1) Metode Lampu Sinkronisasi Hubungan Terang

Dalam memparalelkan generator, metode yang sering digunakan untuk melihat apakah
telah terjadi sinkronisasi ialah dengan metode lampu sinkronisasi, dimana fungsi lampu
ini sebagai indikator bahwa kedua generator dapat diparalelkan dengan sistem infinite
17

bus. Ada beberapa metode lampu sinkronisasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan telah sinkron pada pengoperasian paralel antar generator sinkron yaitu:
R U

S V
Generator 1 beban
T W

R S1 U

S2
Generator 2 S V

T S3 W

L1

L2

L3

Gambar 2.14 Metode lampu sinkronisasi hubungan terang

Dalam metode ini, prinsipnya ialah menghubungkan antara ketiga fase, yaitu R
dengan V, S dengan W, T dengan U seperti yang terlihat pada gambar di atas. Jika antara
fase terdapat beda tegangan maka ketiga lampu akan menyala sama terang dan generator
siap untuk diparalel.

2) Metode Lampu Sinkronisasi Hubungan Gelap

R U

S V
Generator 1 beban
T W

R S1 U

Generator 2 S S2 V

T S3 W

L1

L2

L3

Gambar 2.15 Metode lampu sinkronisasi hubungan gelap

Dalam metode ini, prinsipnya ialah menghubungkan antara ketiga fase, yaitu R dengan
U, S dengan V, T dengan W seperti yang terlihat pada gambar diatas. Jika rangkaian
paralel benar (urutan fasenya sama) maka lampu L1 ,L2 dan L3 akan gelap secara
18

bersamaan. Pada saat lampu nyala terang maka beda fasenya besar, dan jika lampunya
redup maka beda fasenya kecil.
3) Metode Lampu Sinkronisasi Hubungan Gelap Terang

R U

S V
Generator 1 beban
T W

R S1 U

Generator 2 S S2 V
T S3 W

L1

L2

L3

Gambar 2.16 Metode lampu sinkronisasi hubungan gelap terang

Dalam metode ini, Prinsipnya ialah dengan menghubungkan satu fase sama dan dua
fase yang berlainan, yaitu fase R dengan U, fase S dengan W dan fase T dengan V
seperti satu lampu gelap dan dua lampu lainnya terang. Dengan kata lain, jika
rangkaian paralel benar (urutan fasenya sama), maka lampu L1, L2 dan L3 akan
terang gelap dengan frekuensi FG1-FG2. Apabila ketiga lampu sudah tidak
berkedip lagi (L2 dan L3 terang) dan lampu L1 padam berarti FG1=FG2.
Dalam metode penyinkronan pada kedua generator ini menggunakan lampu
sinkronisasi, bila keadaan tegangan dan putaran tiap generator dengan urutan fase
jaringan busbar dengan generator belum sama, maka kondisi lampu L1, L2 dan L3
akan berputar cepat yang menandakan fase tiap generator belum sama seperti pada
gambar 2.14.a. Namun jika frekuensi dan tegangan masing-masing generator telah
sama maka kondisi lampu akan semakin lambat berputar dan kondisi L1 padam dan
kondisi L2 dan L3 terang karena semua urutan fase jaringan dengan urutan fase
generator telah saling berhimpit sehingga dikatakan telah sinkron seperti pada
gambar 2.14.b. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
R R U
L10
U L1=0

L3=0 L2=0
L30
S T S
T W V
L20
V
19

Gambar 2.17 Kondisi lampu sinkronisasi pada urutan fase

4) Metode Lampu Sinkronisasi dengan menggunakan Synchoscope

Pada umumnya pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik, untuk indikator

sinkronisasi generator banyak yang menggunakan alat synchroscope. Penggunaan alat

ini dilengkapai dengan Voltmeter untuk memonitor kesamaan tegangan dan frekuensi

meter untuk memonitor kesamaan ferekuensi.

Ketepatan sudut fase dapat dilihat dari synchroscope. Bila jarum menunjuk

berputar berlawanan arah jarum jam, berarti frekuensi generator lebih rendah dan bila

searah jarum jam berarti frekuensi generator lebih tinggi. Pada saat jarum telah diam

dan menunjuk pada kedudukan vertikal berarti beda fase generator dan jala-jala telah 0

(nol) dan selisih frekuensi telah 0 (nol).

Maka pada kondisi ini saklar dimasukkan (ON). Alat synchroscope tidak bisa

menunjukan urutan fase jala-jala, sehingga untuk memparalelkan perlu menggunakan

alat fase indikator untuk urutan fase jala-jala.

Adapun gambar rangkaian sinkronisasi generator dengan menggunakan metode

synchroscope adalah sebagai berikut:


20

Gambar 2.18 Rangkaian Sinkronisasi (Paralel) Generator

9. Proses Sinkronisasi
Tahapan Sinkronisasi Sistem Generator ialah:

1) Perhatikan beban operasional yang ada pada panel utama

2) Siapkan mesin pembangkit yang akan di-sinkronisir

3) Tutup Netral Switch mesin pembangkit yang akan di-sinkronisir

4) Tutup switch-switch sinkronisasi

5) Perhatikan tegangan (voltage) dan Frekuensi pada Voltmeter dan Frekuensimeter

yang ada pada panel sinkronisasi

6) Lakukan sinkronisasi dengan tetap memperhatikan kesamaan voltage, frekuensi

dan arah putaran sinconroscope serta 2 buah lampu indicator sinkronisasi


21

7) Buka kembali switch-switch sinkronisasi

8) Pindahkan kelebihan beban yang ada ke pembangkit yang baru disinkronisasi

dengan mengatur frekuensi kedua mesin pembangkit

Tahapan Pemutusan Hubungan Sistem Sinkronisasi Generator,

b. Perhatikan beban operasional yang ada pada panel utama

c. Pindahkan beban operasioanl dari Generator yang akan diputus hubungannya dari

panel utama dengan mengatur frekuensi kedua Generator tersebut

d. Buka pemutus daya 3 fase (3 fase circuit Breaker) Generator yang akan diputus

e. Turunkan tegangan operasional Generator yang akan diputus sampai 200-220 Volt

(tegangan fase to fase)

f. Matikan Generator (untuk Genset Diesel) atau buka switch operasi Alternator dan

tutup katup utama masukan steam kerja (untuk Genset Turbine Uap).

10. Kerangka Pikir

Proses sinkronisasi generator set

Studi permasalahan yang terjadi Upaya yang dilakukan untuk


pada proses sinkronisasi mengatasi permasalahan proses
generator 3 phase sinkronisasi generator 3 phase

Analisis proses sinkronisasi


terhadap permasalahan

Kesimpulan
22
23

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan


menggambarkan proses sinkronisasi generator 3 phasa, dan permasalahan yang terjadi
pada proses sinkronisasi generator 3 phasa.

B. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah sistem sinkronisasi generator 3 phasa..

C. Variable Penelitian
Penelitian ini mengkaji variabel tunggal yaitu proses sinkronisasi generator 3

phasa dengan subvariabel proses sinkronisasi dan permasalahan pada proses

sinkronisasi.
D. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Proses sinkronisasi adalah proses penyamaan tegangan, frekuensi, dan urutan fase

dua buah generator 3 phasa.

2. Permasalahan sinkronisasi adalah semua bentuk kendala yang terjadi pada saat

proses sinkronisasi dua buah generator 3 phasa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk menggumpulkan data penelitian adalah:

1. Teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

meneliti berbagai macam dokumen dan literature yang terkait dengan proses

sinkronisasi generator 3 phase.


2. Teknik observasi, yaitu: teknik pengumpulan data penelitian yang dilakukan

melalui proses pengamatan terhadap proses sinkronisasi generator 3 phasa, yaitu


a. Proses operasi generator 3 phasa dimulai dari proses starting sampai proses

penghentian operasi.
24

b. Kendala atau permasalahan yang terjadi pada proses sinkronisasi generator 3

phasa.
3. Interview (wawancara), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui

proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan kepada operator atau teknisi

generator yang menanganginya. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang

berkaitan dengan proses sinkronisasi generator 3 phasa, kendala yang dihadapi pada

saat proses sinkronisasi


4. Penggukuran yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

melakukan pengukuran besaran-besaran listrik yang berhubungan dengan proses

sinkronisasi generator 3 pahasa. Besaran-besaran tersebut adalah tegangan output

generator, frekuensi generator, urutan fase generator dan arus beban. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan alat ukur sinkronscope, volt meter, ampere meter,

dan frekuensi meter.


F. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif. Analisis ini memberikan penjelasan tentang gambaran proses kerja
sinkronisasi generator 3 phasa. Analisis ini dilakukan dengan cara mengorganisasikan
data, memilah data, melakukan sentesis data, mencari dan menemukan pola,
menentukan data penting dan membuat narasi dalam bentuk kalimat.
25

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

No Komponen Biaya
1 Alat dan Bahan Rp. 2.350.000,-
2 Perjalanan Rp. 1000.000,-
3 Lain-lain(publikasi, laporan) Rp. 1000.000,-
Jumlah Total Rp. 4.350.000.-

JADWAL KEGIATAN

No Kegiatan BULAN KE -

1 2 3 4 5 6 7

1 Persiapan

2 Pengumpulan data

3 Analisa dan desain sistem

4 Implementasi

5 Pengujian sistem

6 Laporan dan publikasi


26

DAFTAR PUSTAKA

Biro Klasifikasi Indonesia. 2014. Volume IV Rules For Electrical Installations 2014
Edition.Jilid IV. Jakarta.

Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi : Laporan Akhir PT.
Fajar Graha Pena Makassar : PT. Cakrabuana Consultans. 2014

Djoekardi Djuhana. 1997. Mesin-Mesin Listrik Mesin Sinkron. Jakarta: Universitas


Trisakti

Kadir Abdul. 1996. Pembangkit Tenaga Listrik Edisi Revisi. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press)

Marappung, Muslimin. ,1998. Teknik Tenaga Listrik. Bandung : CV. Armico

Murdana, Muhamad Hajar. 2010. Pembagian Beban Pada Operasi Paralel Generator
Set Yang Optimal Dengan Simulasi Beban Resistif, Skripsi tidak diterbitkan.
Depok : Fakultas Teknik Program Teknik Elektro Universitas Indonesia

Rijono, Yon. 1997. Dasar Teknik Tenaga Listrik. Jakarta : Andi Yogyakarta
Sunarlik Wahyu. 2014. Prinsip Kerja Generator Sinkron. Jurnal Ilmu Pendidikan, (on
line) vol. 17, nomor 5,6. (http://updkediri.ac.id/wpcontent/uploads/ 2014 /
06/Prinsip-Kerja-Geneator-Sinkron.pdf, diakses 22 Maret 2018)
Zuhal. 1982. Dasar Tenaga Listrik. Bandung : ITB

...........1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung : ITB

You might also like